Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
CHIKUNGUNYA
1. A. PENGERTIAN
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti “posisi
tubuh meliuk atau melengkung” (that which contorts or bends up),mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini, menurut
lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi
pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki.1
Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya sebagai penyakit
yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini
dapat mengakibatkan kelumpuhan1 sehingga penderita tidak mampu bergerak (break-bone
fever). Karena itu, penyakit Chikungunya sering disebut sebagai “flu tulang”.2 Penyakit ini
memang belum begitu dikenal tapi yang menguntungkan adalah penyakit ini tidak mematikan.3
Penyakit ini diperihalkan untuk pertama kali oleh “Marion Robinson” dan “W.H.R. Lumsden”
pada tahun 1955.4
Chikungunya ialah sejenis demam4 dan boleh dikatakan ‘bersaudara’ dengan demam berdarah,
karena ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty maupun albopictus. Bedanya, jika virus demam
berdarah menyerang pembuluh darah, sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan
tulang. Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit endemik.5 Wabah penyakit ini
pertama kali menyerang di Tanzania, Afrika pada tahun 1952.6
1. B. ETIOLOGI
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. Virus ini
termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau “group A” antropho borne viruses. Virus
ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Vektor penular utamanya adalah
Aedes aegypti, namun virus ini juga dapat diisolasi dari dari nyamuk Aedes africanus, Culex
fatigans dan Culex tritaeniorrhynchus.2
Akan tetapi, nyamuk yang membawa darah bervirus didalam tubuhnya akan kekal terjangkit
sepanjang hayatnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan virus Chikungunya dipindahkan oleh
nyamuk betina kepada telurnya sebagaimana virus demam berdarah.5
1. C. MORFOLOGI
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung, merupakan salah
satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae. Dengan mikroskop
elektron, virus ini menunjukkan gambaran virion yang sferis yang kasar atau berbentuk poligonal
dengan diameter 40-45 nm (nanometer) dengan intibidiameter 25-30 nm.2
1. D. EPIDEMIOLOGI
1. 1. SEJARAH
Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952 hingga 1953.
Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968), Thailand, Kamboja,
Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1973.5
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara.2 Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda,
kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya
berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan
Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.6
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk
Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas
bencana tsunami pada Desember 2004.5
1. 2. PENULARANNYA
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk penular
, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.6 Virus menyerang semua usia, baik
anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau
populasi dan senantiasa ada).5 Selain manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber
penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga
bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.2
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada
orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa.5 Masa
inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku
dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tga sampai sepuluh hari.1
1. E. GEJALA
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya akan
membuat semua persendian terasa ngilu.6
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.6 Demam
penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.3
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat
bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi yang
sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5
demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan lengan.
Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit
fotophobia.
Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh
penyakitnya.
7. Gejala lain
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan
kolaps pembuluh darah kapiler.6
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan
berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak kecil timbul:
Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel
(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.
Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik
merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.
Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.
Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang
pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan
memproduksi virus yang menyerang tulang.5
1. F. DIAGNOSIS
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan
aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini
hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat
untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.7
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala mirip dengan
demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia,
pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya berlangsung
2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi
terhadap virus Chikungunya.2
1. G. PENGOBATAN
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul.6 Perjalanan penyakit ini umumnya cukup
baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka
perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat
tanda-tanda bahaya.6
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama
protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum
jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk menghadapi
penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu
pada persendian cepat hilang.1
Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita
yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang.
Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang
ada saja (symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun
analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.
Contoh:
Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI), pilih salah
satu contoh dibawah ini:
o
Parasetamol, antalgin
o
Natrium diklofenat
o
Piroxicam atau ibuprofen.6
1. H. PENCEGAHAN
Satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya,
termasuk memusnahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularannya. Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan jendela
rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat.1
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.1
PENGKAJIAN
2. Usia : 42 tahun
3. Pendidikan : SLTA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Kalimati, RT 02
7. Genogram
Tn L
Tn. L mengatakan selama ini tidak mengeluh sakit dan belum pernah masuk puskesmas atau
rumah sakit
Ny. T
Ny. T mengatakan selama ini belum pernah sakit sampai saat di kaji.
An. B
Orang tua An. B mengatakan bahwa anaknya pernah menderita chikungunya dan di rawat di
rumah sakit selama 4 hari
An. J
Orang tua mengatakan bahwa saat ini An. J dalam keadaan sehat
Riwayat keluarga Tn L tidak ada riwayat penyakit menular namun pada saat satu bulan yang lalu
anaknya terkena penyakit chikungunya.
III. Lingkungan
1. Perumahan
b. Luas bangunan : 6 x 12 m2
c. Luas penerangan : 6 x 12 m2
h. Cahaya dapat masuk rumah pada siang hari dengan pencahayaan yang kurang
2. Denah Rumah
3. Pengelolaan sampah
7. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan Fasilitas social dan kesehatan di masyarakat setempat
adalah di puskesmas.
Lingkungan masyarakat saling menghormati, saling tolong-menolong apabila ada salah satu
anggota masyarakat yang mendapat musibah.
Keluarga menetap dusun Kalimati Kelurahan Tirtomartani, mobilitas keluarga hanya di wilayah
Sleman dan sekitarnya.
Keluarga biasa berkumpul pada sore hari pada waktu makan malam, sedangkan perkumpulan
dengan masyarakat biasanya diadakan sebulan sekali pada acara dasa wisma dan pengjian warga.
Ada 3 anggota keluarga yang sehat diantaranya Tn. L, Ny. T, An. J Sedangkan anggota keluarga
yang sakit adalah An. B. Semua anggota keluarga selalu sabar dan penuh kasih sayang dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
Komunikasi yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa. Hubungan komunikasi antar
anggota keluarga cukup terbuka. Tn. L selalu berdiskusi dengan Ny. T apabila ada masalah
keluarga sebelum mengambil keputusan.
Tn. L dan Ny. T selalu membimbing anaknya untuk bersikap sopan santun terhadap orang lain.
Anggota keluarga satu dengan yang lain saling membantu, mendukung dan mengingatkan An. B
yang menderita pernah menderita chikungunya untuk berhati-hati dalam bermain.
1. Struktur peran
Tidak ada perubahan struktur peran dalam keluarga, Tn. L berperan sebagai kepala keluarga,
suami, ayah, pemberi nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman dan nyaman bagi keluarganya.
Sedangkan Ny. T berperan sebagai istri dan ibu yang mengurusi rumah serta pengatur ekonomi
rumah tangga. An. B dan An. J berperan sebagai anak melakukan perannya sebagai anak dan
belajar.
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, keluarga Tn. T biasanya langsung membawa
ke pelayanan kesehatan setempat misalnya puskesmas.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Setiap keluarga saling saling menyayangi dan menghormati satu sama lain serta saling
mendukung apabila ada salah satu keluarga yang mendapat masalah.
1. Fungsi sosialisasi
Interaksi antara sesama anggota keluarga maupun anggota keluarga dengan masyarakat
berlangsung baik dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat.
Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sebatas kemampuan yang dimiliki. Apabila ada
anggota yang sakit keluarga membawa ke pelayanan kesehatan di lingkungan setempat.
1. Fungsi reproduksi
Jumlah anak 2 orang, laki-laki dan perempuan, keluarga menggunakan alat kontrasepsi suntik
1. Fungsi ekonomi
Pendapatan keluarga sebagai pekerja swasta cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
An. B merasa cemas karena menderita chikungunya terus. Keluarga yang lain juga khawatir
terhadap kondisi kesehatan An. B sehingga kalau An. B pergi agak lama langsung dicari oleh
keluarganya.
Keluarga Tn. L berusaha untuk menyelesaikan dan mengatasi masalah yang ada.
Semua masalah yang ada selalu dihadapi dengan sabar dan tetap berusaha untuk mengatasinya
dengan dukungan anggota keluarga yang lain.
1. Nama : Tn. L
KU : Baik, kesadaran CM
Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.
2. Nama : Ny. T
KU : Cukup, kesadaran CM
Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.
3. Nama : An. B.
KU : Baik, kesadaran CM
Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.
Ekstremitas : Edema (-), kelemahan (-), lesi (-). Kaki terdapat bercak merah dan terdapat
4. Nama : An. J.
KU : Baik, kesadaran CM
Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.
Keluarga dapat mengenali penyakit anggota keluarganya yang sakit dan mampu merawatnya.
X. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
MASALAH PERAWATAN
DATA
KELUARGA
DS : 1. Ketidaktahuaan tentang proses penyakit
sehubungan dengan kurangnya
– Keluarga mengatakan sejak klien sakit sebulan informasi tentang penyakit.
yang lalu Keluarga menanyakan penyebab penyakit
chikungunya, keluarga menanyakan apakah penyakit
klien bisa bisa disembuhkan, keluarga menanyakan
apakah bisa menular.
– Jendela rumah dan ventilasi kurang 1. Keadaan fisik rumah tidak memenuhi
pencahyaanya, sehingga kamar tidur dan ruang syarat sehubungan dengan kurangnya
tengah tampak gelap dan lembab pengetahuaan.
Menentukan Prioritas
a. Kurang Pengetahuan
Mudah
1. Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1 Keluarga ingin diberikan
dicegah penyuluhan kesehatan tentang
chikungunya
Tinggi
1. Menonjolkan masalah ½x2 1 Masalah menyangkut cara perawatan
Masalah klien di rumah
Ancaman kesehatan
1. Kemungkinan masalah 0/2 x 2 0/2 x 2 Keluarga sementara tidak mau
dapat diubah merubah ventilasi lagi dirumahnya
karena biaya dan tidak punya waktu
Tidak dapat
1. Potensi masalah untuk 1/3 x 1 1/3 Keluarga tidak memiliki keinginan
dicegah untuk merubah
Tinggi
1. Menonjolkan masalah 0/2 x 2 0 Keluarga biasa dengan keadaan
Masalah rumah yang gelap seperti itu bahkan
sejak dulu tinggal disitu tidak ada
Masalah tidak dirasakan satu anggota keluargapun yang
menderita sakit karena hal itu
2 1/3
Total score
PENYUSUNAN MASALAH SESUAI DENGAN PRIORITAS
Kurang pengetahuan 5
Tujuan
No Diagnosa keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Khusus
1. Ketidaktahuan Setelah 4 April Beri penjelasan Keluarga
tentang penyakit penyuluhan 30 2009 masalah mampu
sehubungan menit, kesehatan di menjelaskan
dengan kurangnya keluarga sudah dalam pengertian,
infomasi tentang mengetahui keluarga. penyebab dan
penyakitnya. tentang Diskusikan gejala
penyakit tentang chikungunya
chikungunya pengetahuan
fakta.
Motivasi pada
keluarga untuk
memberi
penjelasan
tentang
chikunguny
CATATAN KEPERAWATAN
A:
O:
A:
Masalah teratasi
P:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju. Di
Indonesia prevalensi untuk menderita hipertansi masih rendah presentasinya.Walaupun demikian
bukan berarti ancaman penyakit hipertensi diabaikan begitu saja.Bagi masyarakaat golongan atas
hipertensi benar-benar menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu : 2000).
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata 20 %.Penyakit
hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di negara Indonesia rata-rata 6-
15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena jumlah anak dibawah 15 tahun di negara
Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu : 2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budi Darmojo bahwa di Indonesia 1,8-28,6 %
penduduk yang berusia > 20 tahun adalah penderita Hipertensi dan pada umumnya berkisar
antara 6 – 10 % . Di provinsi Jawa Timur angka kesakitaan penyakit hipertensi tahun 1998 –
1999 : 12,42 % (Data Provil). Sedangkan dari laporan bulanan puskesmas Mojo terhitung dari
bulan Januari 1998 sampai bulan Desember tahun 1999 yang berkunjung ke Puskesmas Mojo
adalah 19,13 % .dan tahun 2000 : 47,1%. Mengamati data tersebut dapat memberikan gambaran
bahwa masalah penyakit hipertensi khususnya di puskesmas Mojo perlu mendapat pengamatan,
pengawasan serta perawatan yang komprehensip.
Hipertensi merupakan factor resiko, primer yang menyebabkan penyakit jantung dan
stroke.Hipertensi disebut juga sebagai The Shilent Disease karena tidak ditemukan tanda –tanda
fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin : 1991).
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai Heterogenus Group of
Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak tekontrol akan menyebabkan kerusakan
organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun
kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati :
2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering ditemukan pada
usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas (Sri Rahayu : 2000 : 7 ).
Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan dan pengawasan yang baik.
Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang
merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang
menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta merubah kebiasan
hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok, minum-
minuman beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan
daran yang meliputi, cara mempertahankan berat badan ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium,
Magnesium, lemak dan alcohol. (Dr. Wendra Ali 1996 : 3, 20, 21).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, maka
mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti :
1. Ketidak patuhan diit rendaah garam dan rendah lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita .
3. Sumber daya keluarga kurang .
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan berkurangnya pendapatan. Keluarga).
Dalam pelaksanaan tugas–tugas kesehatan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Freedmen (1981) membagi lima (5) peran yang dilakukan keluarga yaitu : mengenal gejala
hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk menolong
klien hipertensi, mampu memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi dalam mengatasi masalahnya dan meningkatkan produktivitas keluarga
dalam meningkatkan mutu hidup anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi.
Untuk mencapai tujuan perawatan kesehataan keluarga yang optimal, sangatlah penting peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit
hipertensi antara lain : mampu mengenal asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai koordinator
pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik kesehatan, sebagai penyuluh dan
konsultan dalam asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1 Mengapa prevalensi penyakit hipertensi tiap tahun meningkat.
2 Bagaimana peran keluarga dalam membantu mengatasi masalah yang salah satu anggotanya
menderita penyakit hipertensi.
3 Bagaimana peran perawat puskesmas dalam mengarahkan dan membantu keluarga yang
anggotanya menderita penyakit hipertensi.
4 Bagaimana perawat membuat asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
B. Batasan Masalah
Oleh karena begitu banyak aspek dan ruang lingkup yang dapat ditemukan dari masalah diatas
serta keterbatasan penulis dalam hal tenaga, kemampuan , pengalaman, keterampilan, waktu dan
pengetahuan, maka penulis membatasi permasalahannya hanya pada “Bagaimana Asuhan
Keperawatan yang baik dan benar pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita
penyakit hipertensi dengan masalah “Nutrisi“ melalui proses pendekatan keperawatan .
Ruang lingkup pembahasan penulis terbatas pada :
1. Penulis hanya mengasuh pada satu keluarga saja.
2. Dalam asuhan keperawatan penulis hanya mengambil satu penyebab masalah hipertensi
yaitu : Masalah Nutrisi
3. Lebih menitikberatkan pada aspek keperawatan
Dengan pembatasan masalah tersebut penulis menyusun karya tulis ini dengan judul : Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn DI yang anggota keluarganya ada yang menderita hipertensi dengan
masalah nutrisi di Suryawijayan, MJI, Yogyakarta.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawataan
keluarga tuan DI. di Suryawijayan dengan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh akibat
nutrisi melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini agar penulis mampu :
a. Mengumpulkan data pada keluarga tuan DI.dengan penyakit hipertensi.
b. Menganalisa data yang telah dikumpulkan.
c. Merumuskan masalah kesehatan keluarga.
d. Menentukan prioritas masalah.
e. Menentukan diagnosa keperawatan .
f. Menentukan rencana tindakan keperawatan .
g. Melaksanakan tindakan keperawaatan.
h. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
i. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
D. Metodelogi
Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah :
1. Metode penyusunan
Deskriptif
Metode yang digunakan yang mengungkapkan peristiwa dan bertujuan pada pemecahan
masalah yang dihadapi saat ini dan hasilnya dapat dievaluasi pada saat ini juga.
a. Studi pustaka
Yaitu mencari imformasi-informasi melalui beberapa literature yang berasal dari buku-buku
ilmiah, majalah ilmiah serta media cetak lainnya yang ada diperpustakaan untuk dijadikan
landasan teori dalam memberikan pelayanan maupun penulisan kaarya tulis ini.
b. Studi lapangan
Yaitu memberikan asuhan keperawatan secara nyata dilapangan untuk memperoleh gambaran
sebenarnya tentang perkembangan suatu subyek melalui proses keperawatan (Teli zedahan
Ndraha 1985 : 105).
2. Lokasi dan waktu
Lokasi yang digunakan sebagai sumber bahan karya tulis adalah diwilayah Suryawijayan.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Mei 2012.
3. Tehnik pengumpulan data
Dalam pengumpulan data dipakai tehnik sebagai berikut :
a. Oservasi
b. Wawancara
c. Pemeriksaan fisik
4. Jenis data
a. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung.
b. Data sekunder.
E. Sistimatika penulisan.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan sistimatika sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluaan menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,
batasan masalah ,metodelogi penulisan ,sistimatika penulisan.
Bab kedua tinjauan pustaka yang menguraikan tentang konsep dasar yang terdiri dari
keperawatan kesehatan, kesehatan keluarga, factor yang mempengaruhi sehat-sakit,defenisi
hipertensi, patofisiologi, nutrisi dan dampak masalah , keperawatan kesehatan keluarga serta
asuhan keperawatan yang terdiri dari: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi .
Bab ketiga yaitu tinjauan kasus yang menguraikan tentang asuhan keperawatan kesehatan
keluarga dilapangan, mulai dari pengkajian sampai pada evaliasi.
Bab keempat pembahasaan yang menguraikan tentang kesenjangan antara bab kedua dan bab
ketiga dengan mengacu pada tujuan.
Bab kelima penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran sebagai hasil dari
jawaban terhadap tujuan penulisan. Kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran–
lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A . Konsep Dasar
1. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Defenisi keluarga
1) Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke
tergantungan.
Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yangtergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi ,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1.1. Unit terkecil dari masyarakat.
1.2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
1.3. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
1.4. Hidup dalam satu rumah tangga.
1.5. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
1.6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
1.7. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
1.8. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2) Keperawaatan kesehatan keluarga
Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
b. Tipe keluarga
Terdiri dari :
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
3) Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
5) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami dan
hidup secara bersama–sama.
6) Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga .
c. Keluarga sebagai unit keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 ) adalah sebagai berikut :
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat .
2) Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
masalah – masalah dalam kelompoknya
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota
keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang
lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya yang
menderita hipertensi.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi anggota
keluarga yang menderita sakit hipertensi.
d. Factor yang mempengaruhi sehat - sakit
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L Bloom yaitu
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan cara
menghindari adanya stres
2) Faktor social budaya
a). Factor social budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :
(1) Kebiasaan merokok
(2) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
(3) Pola diet tidak teratur
(4) Bila sakit tidak segera berobat
b) Status social budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus hipertensi adalah :
(1) Menghindari kebiasaan merokok.
(2) Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .
(3) Menjaga berat badan dan olah raga yang terratur
(4) Melakukan konril yang teratur
3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
hipertensi
4) Faktor keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetic
e. Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
Menurut Freedman ( 1981) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas memelihara kesehatan
keluarga khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :
1) Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga tentang gejala
hipertensi
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota keluarga yang
menderita penyakit hpertensi
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepada anggota keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat mengatasi
penyakit hipertensi.
f. Peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran perawat
diperlukan sebagai berikut :
1) Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi .
2) Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi . Dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, perawat
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan kemampuam mereka dalam
melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi.
3) Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang menderita penyakit
hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga serta mencari
cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi
4) Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya .
5) Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi
6) Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga yang
anggotanya mederita penyakit hipertensi.
2. Hipertensi
a. Pengertian
Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan diastolic serta
merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakitt kardiovaskuler
(Soekarsohardi,1999 : 151)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar
dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin,1993 : 191 ).
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic diatas normal
sesuai umur dan merupakan salah satu factor resiko terjadinya kompilkasi penyakit
kardiovaskuler.
b. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :
1) Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti berrtambahnya usia
, factor psikologis , dan keturunan.
Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
2) Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian
oral kontrasepsi.
Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan,
lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi Purwati , 2000 : 25 )
c. Patofisiologi.
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh tubuh,
tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan
normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan
peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume cairan
dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput . Dalam sistim Renin - Angiotensien -
aldosteron pada patogenesis hipertensi, , glandula supra renal juga menjadi factor
penyebab oleh karena faktor hormon
.Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angitensin I menjad
angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE )
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer yang
mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat .
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron
yang akan meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini
semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output. (Jurnlistik
international cardiovaskuler,1999 )
d. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jntung koroner,
gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak ( Sri Rahayu,
2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD.dr Soetomo,1997).
e. Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Pengaturan diit
2) Berolah raga
3) Obat-obatan penurun takanan darah antara lain : ga secara teratur
4) Menghilangkaan rasa takut
a) Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
b) Betabloker :Proparnolol, dll.
c) Alfabloker : Prazosin dll.
d) Penghambat ACE : Kaptopril dll.
e) Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995)
f. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor yang perlu
diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya
komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan
tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat
rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam
dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara
pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk
menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi
Makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam
saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal
sebagai berikut :
a) Jangan menggunakan garam dapur
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan
asin, sardensis, sosis dan lain-lain.
c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau
penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
e) Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, seperait
2) Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Sekitar
25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang
lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju
keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.
3) Diet kalori bila kelebihan berat badan. Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar
berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut
:
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan
0,5 kg berat badab per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Contoh menu untuk penderita hypertensi :
1 piring nasi ( 100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130 gram ), 1 potong
tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ), ( Sri Rahayu, 2000 ).
e. Dampak masalah.
1) Terhadap individu.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya oleh penderita. Kurangnya
pengetahuan klien terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas.
b) Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala pusing dan bila berlangsung lama
disertai mual-mual dan muntah.
c) Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung.
d) Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering terbangun karena sering sakit kepala dan
tegang pada leher bagian belakang.
e) Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan yang lama ,diet, olah
raga, merokok, minuman beralkohol.
f) Pada pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan merasa tidak berdaya dengan
keberadaan sekarang.
2) Terhadap keluarga
a) Merepotkan dalam memberikan perawatan ,pengaturan diet, mengantar kontrol dan
manambah beban biaya hidup yang terus –menerus.
b) Produktifitas menurun. Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan sebagai
pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk
kegiatan seperti semula.
c) Psikologi .
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.
3) Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam
masyarakat Selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya. .
4) Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin meningkat,maka akan terjadi beban
pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan
,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan
/dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .
1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan ,status kesehatan,
kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
1. Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
2. Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
3. Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
4. Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar.
5. Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
6. Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang nyata ataupun tidak
nyata.
7. Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu
senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.
(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c) Peran dari tiap anggota keluarga
(d) Keadaan rumah dan lingkungan
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a) Aspek fisik
(b) Aspek mental
(c) Sosial budaya
(d) Ekonomi
(e) Kebiasaan
(f) Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
(a) Perkembangan kesehatan anak
(b) Kartu keluarga
(c) Catatan kesehatan lainnya
(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan keperawatan
antara lain :
(a) Tanda-tanda penyakit
(b) Kelainan organ tubuh
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam
menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
b) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
(2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
c) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
d) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga
dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
3. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring
berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut
K riteria Bobot
1. Sifat masalah
Skala : ancaman kesehatan
Tidak/kurang sehat
Krisis
2
3
1 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah
Skala : Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
2
1
0 2
3. Potensia masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat harus ditangani
Ada masalah tapi tidak perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0 1
Skoring :
1.Tentukan skor untuk tiap kriteria
2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh
keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas
kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi antara lain :
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan
yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas
kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi
adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet
yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.
2 Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien hipertensi
adalah :
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar.
1) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
2) Kriteria hasil
a).Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi anggota kelurga
yng menderita hipertensi.
b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan makan-makanan
rendah garam bagi penderita hipertensi .
4) Rasional
a)Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi yang negatip
sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh
hiperetensi
b)Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang rendah garam.
b.Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota keluarga
yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat dari pengaturan diet
1) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien hiperetensi
b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
4) Rasionalisasi
a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara pengaturan diet
untuk klien hipertensi
b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.
c.Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
benar .
1) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien hipertensi.
3) Rencana tindakan
a) Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan untuki klien
hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien
hipertensi.
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan dengan jumlah
yang tepat.
4) Rasionalisasi.
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara pengolahan makanan
untuk klien hipertensi.
b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah yang tepat kilen
dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam.
1)Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang rendah
garam.
2) Kriteria hasil
a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak mengandung garam.
c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
3) Rencana tindakan.
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak mengandung garam.
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk merubah kebiasaan
yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.
4) Rasional
a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh garam terhadap
klien hipertensi
b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung
garam.
c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak
sehat menjadi sehat
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga berhubungan
dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
1) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat keluarga.
2) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk pengobatan
hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah
c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman obat keluarga .
4) Rasional
a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah.
c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan saja
diperlukan.
3 Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi sesuai
rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
a. Deteksi dini kasus baru.
b. Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
c. Melakukan rujukan
d. Bimbingan dan penyuluhan. ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)
4 Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan penilaian selalu
berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
a. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.
b. Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan
dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c. Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah.
d. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt Care , 1989 : 97 )
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Proses penyusunan tinjauan kasus dengan asuhan keperawatan keluaraga yang menderita
hipertensi dengan masalah nutrisi pada Tuan IS .di RT V RW VI Kelurahan Mojo dimulai
tanggal 25 April sampai 30 Juni 2001 di wilayah kerja puskesmas Mojo melalui proses
pendekatan keperawatan sebagai berikut :
A Pengkajian
1. Penjajakaan tahap pertama
a Pengumpulan data
Pengumpulaan data dimulai tanggal 5 Mei 2012
Data yang diperoleh sebagai berikut :
1) Struktur dan sifat keluarga
a) Identitas kepala keluarga
Nama tuan DI. umur 41 tahun ,pendidikan SMA,pekerjaan wiraswasta, agama Islam, keadaan
fisik sehat tidak pernah menderita penyakit kronis.
b) Identitas anggota keluarga
Nama Suparjilah 63 tahun orang tua ,pendidikan SLTP,pekerjaan ibu rumah tangga,agama Islam
,penyakit yang diderita yaitu hipertensi sejak tahun 2010 sampai sekarang.
Nama alfi yunauli 38 tahun,pendidikan sarjana,pekerjaan ibu rumah tangga,ppenyakit yang
diderita yaitu hipertensi sejak bulan februari 2012 hingga sekarang.
Anak pertama tauveska roman yussuve 6 tahun ,pendidikan TK, Tinggal bersama orang tua.
Anak kedua mayrade nia yussuve 4 tahun,pendidikan SLTA, tinggal bersama orang tua.
Tipe keluarga adalah keluarga inti .
Yang paling dominan dalam pengambilan keputusan adalah ayah.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis.
c) Kegiatan keluarga sehari hari
(1) Kebiasaan tidur anggota keluarga sehari kira-kira 7 sampai 8 jam per hari. Sedangkan
Nn.suparjilah dan alfi yunauli bila tekanan darahnya naik rata-rata tidur sehari 5 sampai 6 jam .
2. Kebiasaan makan
Makan 3 (tiga ) kali sehari dengan makan pokok beras.Keadaan fisik anggota keluarga tidak
terlalu gemuk. Dalam menyiapkan dan menyajikan makan secara bersama dan bergabung dengan
nyonya S. yang menderita penyakit hipertensi.
3. Kebiasaan penggunaan waktu senggang.
Penggunaan waktu senggang oleh Tuan DI dan nyona Alfi yunauli ,menonton tv,ngobrol dan
menyuapi anak makan. Kadang-kadang berolah raga
4. Situasi social budaya dan ekonomi.
Penghasilan tuan DI.sebulan lebih dari Rp.750.000 sebulan.Penggunaannya sebagian untuk
kebutuhan hidup sehari-hari dan sisanya ditabung.Sisa belanja disimpan untuk kebutuhan tak
terduga yang sifatnya mendadak.
2) Faktor situasi lingkungan.
a) Perumahan.
Ukuran 6 X 8 m2 terdiri dari dua kamar tidur, dapur, ruang tamu,ruang makan dan kamar mandi
serta kamar wc.
b) Sarana sanitasi .
Sumber air minum PDAM,ada saluram pembuangan air limbah,ada tempat sampah.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) Tn DI dan ny.A jenis imunisasi yang didapatkan oleh anaknya adalah polio.
b) Ibu tidak pernah mengikuti program KB.buatan tapi menggunakan KB alamiah.
c) Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga.
Ny.S.menderita penyakit hipertensi sejak tahun 2010 sampai sekarang,dan Ny. A menderita
penyakit hipertensi sejak bulan februari 2012 hingga sekarang. sedangkan anggota keluarga yang
lain tidak ada yang menderita penyakit kronis.
d) Ny.S dan Ny. A pergi berobat kesarana kesehatan bila timbul gejala kepala pusing dan susah
tidur.
e) Peran petugas kesehatan
Saran petugas kesehatan agar selalu berobat teratur dan mengikuti diet yang telah dianjurkan.
Genogram
Keterangan : = Laki-laki
= Perempuan
= Klien
- - - - = tinggal 1 rumah
b. Analisa data
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga tuan DI.disebabkan oleh factor ketidaktahuan
dan kurang pengetahuan tentang manfaat diet bagi klien hipertensi.
Dari factor tersebut menimbulkan ketidakmampuan keluarga untu mengatasi,masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh keluarga.
Kondisi seperti ini mengakibatkan masalah kesehatan yang berkepanjangandan berlarut-larut
bagai suatu siklus myang tadak ada habisnya dalam hidup keluarga.
Dari hasil pengumpuan data masalah yang dihadaapi oleh keluarga adalah sebagai berikut.
1) Keluarga tidak mengetahui cara pengaturan diet bagi klien hipertensi.
2) Keluarga dan klien mengkonsumsi makanan yang cukup memngandung garam .
3) Cara pengolahan makan disatukan antara klien dan anggota keluarga yang lain.
4) Klien jarang kontrol kesarana kesehatan.
5) Ketidaksanggupan merawat klien hipertensi.
Dari masalah tersebut diatas akan timbul hal antara lain :
a) Ancaman kesehatan (keluarga tidak mengetahui cara pengaturan diet untuk klien hipertensi
).
b) Kurang atau tidak sehat (adanya klien hipertensi dalam keluarga)
Setelah data dikumpulkan kemudian dianalisis sebagai berikut:
1. Kelompok data pertama
(a) Data subyektif : Klien dan keluarga mengatakan tidak mengetahui cara pengaturan diet bagi
klien hipertensi.
(b) Data obyektif :-
(c) Kemungkinan penyebab : kurang pengetahuan tentang cara pengaturan diet untuk klien
hipertensi
(d) Masalah kesehatan :ancaman kesehatan yaitu cara pengaturan diet yang salah
` (2) Kelompok data kedua
(a) Data subyektif : Klien dan keluarga mengatakan mengkonsumsi makanan yang cukup
mengadung garam.
(b) Data obyektif : Tekanan darah 180/110 mmhg.BB. 68 kg, TB,164 cm.
(c) Kemungkinan penyebab :kurang pengetahuan klien dan keluarga akibat kelebihan natrium
dalam tubuh.
(d) Masalah kesehatan :ancaman kesehatan bagi klien hipertensi.
(3) Kelompok data ketiga
(a) Data subyekti klien dan keluarga mengatakan pengolahan makan disatukan dengan klien
hipertensi dan anggota keluarga yang lain
(b) Data obyektif : Jumlah dan jenis makan sama dengan anggota keluarga yang lain
(c) Kemugkinan penyebab :Kurang penegetahuan klien dan keluarga cara pengoalahan makanan
untuk klien hipertensi.
(d) Msalah kesehatan : Ancaman kesehatan
.(4) Kelopok data keempat
(a) Data subyektif : Klien mengatakan pergi kontrol kesarana kesehatan bila timbul gejala
pusing dan tengkuk terasa tegang.
(b) Data obyektif : Klien berobat rata-rata satu kali sebulan
(c) Kemungkinan penyebab masalah : Kekurang tahuan klien dan keluarga tentang komplikasi
yang akan terjadi akibat hipertensi.
(d) Masalah kesehatan : ancaman kesehatan bagi klien hipertensi.
c. Proritas masalah
Untuk mengatasi masalah keluarga tuan DI.secara keseluruham tidak mungkin,oleh karena itu
perlu dilakukan proritas masalah kesehatan,mana masalah kesehatan dan keperawatan yang
mengancam kehidupan dan mengancam kesehatan keluarga .
Untuk membuat prioritas masalah tersebut berdasarkan scoring.
1) Mengetahui cara pengaturan diet untuk klien hipertensi.
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/2 x 1 1 Ancaman kesehatan.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2 Sumber-sumber dan tindakan untuk
dapat memecahkan masalah kesehatan dapat dijangkau keluarga.
3. Potensi untuk mencegah masalah 3/3 x 1 1 Untuk menghindari terjadinya hipertensi
dapat dicegah dengan makan makanan yang rendah garam dan mengiuti diet
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari dan segera mengatasi masalah
tersebut.
Total Skor 5
B . Perencanaan
Dari diagnosa diatas dapat dirumuskan untuk mendapatkan perencanaan selanjutnya untuk
diintervensi sesusai diagnosa.
1. Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi
a. Tujuan
Keluarga mampu mengenal adaanya maslah cara pengaturan diet bagi klien hipertensi
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batasan pengaturan diet bagi klien
hipertensi.
2) Keluarga dapat memahami dan mampu mengambil tindakan sesuai anjuran
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita
hipertensi
2) Mengukur tekanan darah klien
d. Rasionalisasi
1) Dengan diberikan penjelasan menimbulkan persepsi yang positip sehingga diharapkan dapat
memberi motivasi kepada keluarga untuk mengenal masalah nutrisi
2) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga mengerti sehingga menyajikan makanan
yang rendah garam.
3) Mengevaluasi keadaan klien.
2. Ketidak saanggupan keluarga untuk memilih tindakan yang tepat dalam pengturan diet bagi
,klien hipertensi.
a. Tujuan
Klien dan keluarga dapat memahami manfaat pengaturan diet untuk penderita hipertensi
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menjelaskan mamnfaat pengaturan diet bagi klien hipertensi.
2) Keluarga dapat menyiapkan makanan khusus untuk klien hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat pengaturan diet bagi klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada keluarga jenis makanan untuk klien hipertensi
d. Rencana tindakan
1) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara pengaturan diet
untuk klien hipertensi
2) Diharapkan keluarga mengetahui jenis makanan untuk klien hipertensi
3. Ketidaksanggupan keluarga untuk penyediaan diet khusus bagi klien.
a. Tujuan
Klien dan keluarga mampu mengolah makanan dalam jumlah yang tepat.
b. Kriteria hasil
1) Klien dan keluarga mampu menyebut jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien
2) Keluarga menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat untuk klin.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang cara pengolahan makanan untuk klien .
2) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh klien
3) Berikan contoh sederhana kepada klien dan keluarga tentang cara membuat makanan dalam
jumlah yang tepat
d. Rasionalisasi
1) Diharapkan klien dan keluarga dapat memahami cara pengolahan makanan untuk klien.
2) Klien mengkonsumsi makanan sesuai diet yang dianjurkan.
3) Dengan diberikan contoh yang sederhana cara membuat makanan dalam jumlah yang
tepat,klien dan kelaurga dapat melaksanakannya dengan sendiri.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi keperawatan sesuai rencana yang telah disusun
1. Diagnosa pertama
Tanggal 4 Juni 2001
a. Memberi penjelasan kepada keluarga dan klien tantang cara pengaturan diet yang benar bagi
klien hipertensi.
b. Mengukur tekanan darah klien (ny.S dan ny. A)
2. Diagnosa kedua
a. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang manfat pengaturan diet bagi klien
hipertensi
b. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makanan yang dikonsumsi oleh
klien.
3. Diagnosa ketiga
a. Menberi penjelasan kepada klien dan keluarga tentang cara pengolahan makanan untuk klien
hipertensi.
b. Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makanan yang dikonsumsi oleh klien.
c. Memberi contoh sederhana kepada klien dan keluarga,cara membuat makanan dalam jumlah
yang tepat bagi klien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengkajian dan melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang anggota
keluarganya menderita penyakit hipertensi dengan masalah nutrisi ,maka pada bab ini penulis
membandingkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
Dalam sistimatika penulisan Bab II dan Bab III pada prinsipnya sama yaitu langkah-langkah
proses keperawatan keluarga dari pengkajian sampai evaluasi.
A. Pengkajian
Berdasarkan landasan teori pada analisis data merupakan merupakan teori yang sudah baku dan
sesuai typology masalah keperawatan keluarga sedangkan pada tinjuan kasus dikelompokan
berdasarkaan sumber data yaitu data subyektif dan obyektif sesuai masalah yang ada pada
keluarga
Pada Bab II dianalisis data ada tiga kemungkinan masalah yang akan timbul yaitu
ancaman,kurang/tidak sehat dan krisis sedangkan pada kasus hanya ditemukan dua masalah yaitu
ancaman dan kurang atau tidak sehat.
Diagnosa keperawatan pada Bab II yang berhubungan dengan pangaturan diet bagi klien
hipertensi adalah sebaagai berikut
1. Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab penyakiy
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara penganturan diet yang
benar.
2. Ketidaksanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi klien
hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga untuk penyediaan khusus bagi klien hipertensi.
4. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi klien hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam .
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan obat keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan manfaat tanaman obat keluarga.
Sedangkan pada Bab III adapun diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut
1. Ketidaktahuan keluarga memngenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
penyakit hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet
yang benar.
2. Ketidaksanggupan keluarga untuk memilih tindakan yang tepat dalam pengeturan diet bagi
klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar dan selalu mengkonsumsi makanan yang cukup banyak mengandung garam.
3. Ketidakmampuan untuk menyediakan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
Dari hasil pengamatan langsung pada keluarga bahwa klien dan angota keluarga belum tahu
makanan apa saja yang dapat dikonsumsi oleh klien.
B. Perencanaan
Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan maasalah yang dihadapi oleh keluarga. Ada
beberapa hambatan yang dihadapi oleh penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan antara
lain masalah yang menurut penulis mengancam kesehatan anggota keluarga (masaalaah
ketidaktahuan dalam pengaturtan diet dan mengkonsumsi makananan yang cukup mengandung
garam ) sedangkan menurut persepsi klien dan keluarga hal tersebut tidak mengancam
kesehatannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis terus berupaya dengan memberikan contoh-contoh
sederhana dan akhirnya klien dan keluarga menyadari kekeliruannya.
Pada bab II untuk memprioritaskan masalah menggunakan sistim scoring untuk mempermudah
prioritas masalah dan paada Bab III juga menggunakan sistim yang sama. Skoring dipakai untuk
memudahkan dalam prioritas masalah.Pada tahap perencanaan Bab III keterlibatan keluarga
sangat penting agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tidak mengalami kesulitan.
Pada Bab II tidak ada batasan waktu evaluasi sedangkan pada Bab III ada ketentuan waktu.
Pada tahap perencanaan Bab III penulis mengalami hambatan yaitu cara pengolahan makanan
yang disatukaan antara klien dan anggota keluarga yang sehat. Keluarga tidak mengetahui akibat
yangn terjdi pada klien. Untuk mengatasi hal tersebut penulis memberikan penjelasan tentang
pentingnya pengaturan diet bagi klien hipertensi.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi keperawatan kepada keluarga yang angota keluarganya menderita
hipertensi sesuai rencana yang telah dibuat. Oleh karena itu berdasarkan perencanaan yang ada,
dalam pelaksanaan tidak mengalami kesulitan serta adanya kerja sama yang baik dan saling
pengertian antara penulis dan keluarga.
Tanggapan kelurga terhadap intervensi yang diberikan adalah :
1. Diagnosa pertama
Pada perencanaan setelah diberi penjelasan diterima dan dimengerti dengan baik oleh klien dan
keluarga.
2. Diagnosa kedua
Apa yang direncanakan pada tahap pelaksanaan,keluarga mau melaksanakan semua anjuran yang
telah diberikan oleh petugas kesehatan.
3. Diagnosa ketiga
Setelah mendapatkan penjelasan,klien dan keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi .
D. Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi perlu melibatkan keluarga bertujuan untuk mengetahui apakah
tujuan berhasil atau belum. Pada perencanaan sudah dibuat criteria hasil sehingga dapat
memudahkan untuk mengetahui perkembangan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dan membuat catatan perkembangan guna menilai hasil asuhan keperawatan yang
telah dilaksakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus penulis akhirnya dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian
Tahap pengkajian meliputi pengumplan data,analisa data dan penentuan diagnosa keperawatan
,yang merupakan tahap penentuan keberhasilan dari asuhan keperawatan keluarga
2. Tahap perencanaan .
Dalam menyusun rencana ,perawat harus memperhatikan sumber yang ada pad keluarga dan
factor yang dapat menghambat keberhasilan tujuan ,oleh sebab itu keterlibatan keluarga sangat
diperlukan dalan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan potensi dan kemampuan keluarga
juga batasan waktu dari masing –masing rencana tersebut yang dapat membantu dalam
mengevaluasi setelah diintervensi.
3. Tahap pelaksanaan
Dalam pelaksanan asuhan keperawatan dilakukn sesuai rencana yang telah disusun bersama
keluarga.
Perawat perlu memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembang kan kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
4. Tahap evaluasi
Evalusi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang mencatat semua perkembangan
dari kegiatan asuhan keperawatan keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi
serta memantau hasil dari intervensi yang dilakukan oleh penulis dan hasil kunjungan lanjutan
dari petugas puskesmas Mojo.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis nasih ada masalah yang belum teratasi,maka adapun saran yang
disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Kepada keluarga
a. Hendaknya keluarga memanfaatkan sebaik mungkin kunjungan rumah yang dilakukan oleh
petugas kesehatan.
b. Hendaknya keluarga melaksanakan perannya untuk merawat ny.S.sesuai anjuran petugas
kesehatan berdasarkan pada kemampuannya.
c. Keluarga hendaknya menanam tanaman obat keluarga minimal dapat menggunakannya.
d. Klien pergi berobat kesarana kesehatan secara teratur.
2. Kepada petugas kesehatan keluarga (petugas puskesmas )
a. Karena klien ny.S.berobat kurang teratur ,diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan
kunjungan rumah yang lebih efektif.
b. Dalam penentuan dan prioritas masalah dihrpkan bersama keluarga.
c. Dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengn sumber dana
yang pada keluarga tuan Is.
d. Bila klien jarang datang ke puskesmas,diharapkan petugas kesehatan keluarga dapat
melakukan kunjungan rumah.
ASKEP KELUARGA LANSIA (SINGLE ADULT FAMILY)
Ny R P Kepala 79 th -
Keluarga
2. Genogram
3. Tipe Keluarga
Keluarga Ny R termasuk keluarga Single Adult Family yang terdiri dari 1 orang dewasa yang
hidup sendiri karena perpisahan dengan anak dan ditinggal mati suaminya.
4. Suku Bangsa
Ny R berasal dari suku Jawa, Indonesia
5. Agama
Ny R menganut agama Islam dan selalu taat beribadah dan menjalankan perintah Tuhan YME.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Sebagian besar Ny R mendapatkan hasil Rp.2000 (dua ribu rupian) dari hasil jualan atau
usahanya.
Rp 2000 x 30 = Rp 60.000 (dalam 1 bulan). Tetapi tunjangan air, listrik, kesehatan serta biaya
hidupnya ditanggung oleh anak Ny R yang tidak tinggal satu rumah karena telah memiliki
keluarga baru. Terkadang anak Ny. R mengirim uang 1 minggu sekali untuk keperluan Ny R.
Dilihat dari penghasilan Ny R yang bekerja sebagai wiraswasta dan harta benda yang dimiliki Ny
R, maka keluarga tersebut mempunyai status social ekonomi rendah (<Rp500.000).
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Setiap hari Ny R memenuhi Rekreasi keluarga bersama tetangga dengan cara saling berinteraksi,
menonton TV, Ny. R juga berkumpul dengan anaknya yang tinggal di kota gede setiap hari raya
datang.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny R memiliki 1 orang anak laki-laki berumur 45 tahun dan sudah menikah tetapi tidak
tinggal bersama dengan Ny R. Ny R berumur 79 tahun, ia tinggal sendiri di rumahnya sehingga
Ny R berada pada tahap perkembangan Usila.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny R sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu mempertahankan suasana
kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya walaupun suaminya kini telah
tiada (meninggal). Melakukan life review telah terpenuhi walaupun tanpa pasangannya. Namun
ada sebagian tugas yg belum terpenuhi Ny R pada tahap lansia ini yaitu adaptasi dengan
perubahan yang akan terjadi diantaranya kekuatan fisik dan penghasilan. Dikarenakan Ny R
telah lanjut usia maka perubahan pada kekuatan fisik mengalami penurunan tidak seperti
sebelumnya dan mengakibatkan penghasilan yang Ny R dapatkan juga cukup rendah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
3. Riwayat keluarga inti
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun dan menurun. Riwayat kesehatan
anggota keluarga adalah sebagai berikut :
a Keluarga): ada riwayat sakit hipertensi tetapi tidak mengharuskan klien rawat inap di Rumah Sakit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dari keluarga Ny R, almarhum suaminya mengidap penyakit Liver, dan adik ke dua dari
suaminya (almarhum) juga mengidap penyakit BPH.
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Luas tanah : 10 m3
Luas rumah : 7,2 m3
Tipe rumah : permanen dengan jumlah ruang 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dan WC jadi satu,
1 ruang tamu sekaligus sebagai warung Ny R, dan 1 dapur. Jumlah jendela ±12 buah. Setiap
ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya secara optimal. Peletakan perabotan rumah tangga
tidak tertata rapi karena Ny R sudah tua sulit untuk bekerja membersihkan rumah. Jenis
pembuangan BAB (septic tank) 1 kotak sudah termasuk peresapan air. Jarak antara pembuangan
BAB (septic tank) dengan sumber air ±1,5 meter. Ukuran diameter sumur ±1 m. Sumber air
minum yang digunakan adalah air sumur yang direbus, sumber air dari sumur digunakan juga
untuk MCK.
Denah Rumah :
1 4
3
2 5
6
Keterangan :
1. Gudang
2. Kamar tidur
3. Ruang tamu dan warung
4. Dapur
5. Kamar mandi
6. Sumur
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga klien yang ada disekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal di wilayah pedesaan
sehingga jarak satu dengan yang lain cukup dekat. Warga memiliki kebiasaan dan tradisi
mengadakan pengajian tiap malam kamis dan senam yang diadakan setiap hari minggu di
lapangan Potorono, pengajian biasa diadakan Masjid Darussalam. Penduduk setempat juga
mempunyai kesepakatan apabila berkunjung bagi laki-laki dibatasi sampai jam 21.00 WIB dan
wanita bertamu atau berkunjung sampai dengan jam 22.00 WIB, dan apabila ada warga baru dan
tamu yang menginap harap lapor pada RT setempat. Warga juga mengadakan kerja bakti setiap
minggu sekali.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sejak Ny R kecil beliau tinggal di Jl. Ketanggungan Balong Lor RT 04 RW 16 Potorono,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dan tidak pernah pindah rumah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Perkumpulan keluarga dan interaksi dilakukan pada saat hari raya datang atau terkadang jika Tn.
P memiliki waktu luang Ny. R dijenguk oleh anaknya. Klien berinteraksi baik dengan
masyarakat sekitar setiap hari, baik itu siang, dan sore, setiap malam Ny R meluangkan waktu
untuk menonton TV di rumah.
5. Sistem pendukung keluarga
Ny R dalam kondisi sehat. Antar anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Klien
memiliki fasilitas kesehatan meliputi : Sarana MCK, tempat tidur yang nyaman, dan sumber air
bersih. Sedangkan fasilitas sosial berupa mengikiti penyuluhan kesehatan dan senam lansia yang
diadakan di Potorono, Klien juga memiliki fasilitas kesehatan yang lain yaitu JAMKESMAS
digunakan apabila klien sakit. Dukungan psikologi dan spiritual sudah terpenuhi dengan baik.
D. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan keluarga dan masyarakat
adalah bahasa jawa saja. Berkomunikasi dengan keluarga sangat jarang. Karena intensitas
bertemu dengan keluarga jarang, tidak setiap hari. Hanya pada saat momen – momen tertentu
saja, seperti hari raya idul fitri dan idul adha. Lebih sering berkomunikasi kepada masyarakat
sekitarnya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Klien hanya tinggal sendiri dirumahnya dan hanya sesekali anaknya menjenguk klien. Kekuatan
keluarga akan sulit diidentifikasi pada single adult family.
c. Struktur Peran
Ny R :
- Peran informal : sekarang hanya menjadi anggota masyarakat
- Peran formal : menjadi istri, nenek, mertua, menantu, adik, bibi.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Ny.R meyakini bahwa kesehatan sangat penting, namun masih belum melakukan PHSB karena
keterbatasan pengetahuan, perhatian, fisik dan ekonomi.
E. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Keluarga klien memberikan perhatian yang kurang. Klien hanya dikunjungi pada saat klien sakit,
hari raya dan pada saat tidak punya uang.
b. Fungsi Sosial
Interaksi antar keluarga masih terjalin baik, hanya saja jarang bertemu. Masing – masing anggota
keluarga tidak tinggal bersama. Masih ada etika dan sopan santun dalam berprilaku.
c. Fungsi Perawatan Keluarga
- Kemampuan Keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
Ny . R belum cukup mengetahui tentang penyakitnya dan cara penanganannya.
- Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan selalu mencari solusi dari
masalah kesehatannya, Keluarga merasa cemas dengan masalah kesehatan yang menyerang,
Keluarga belum mendapat informasi yang tepat mengenani tindakan yang dilakukan jika
mengalami masalah kesehatan.
- Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang sakit
Keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun, kadang masalah kesehatan
tersebut dianggap sepele. Pengetahuan keluarga tentang penyakit sangat terbatas.
- Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah yang Sehat
Untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat Ny. R tidak mampu melakukan hal tersebut
karena keterbatasan ekonomi dan kekuatan fisiknya yang sudah mulai menurun.
- Kemampuan Keluarga dalam Menggunakan YanKes / Fasilitas Kesehatan di Masyarakat
Klien belum efektif menggunakan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat, karena masalah
kesehatan yang dialaminya terkadang dianggap sepele. Klien menggunakan pelayanan kesehatan
di masyarakat apabila sakitnya sudah mulai parah.
d. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Ny. R ada 2 orang yaitu 2 anak laki –laki, tetapi salah anak
dari Ny. R meninggal dunia. Dan sekarang jumlah anak Ny. R hanya 1 orang.
e. Fungsi Ekonomi
Ny. R mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan yang di dapatkannya
dari hasil dagangnya. Tetapi untuk pengeluaran biaya listrik, air, dan kesehatannya ditanggung
oleh anaknya yang tinggal tidak serumah dengan Ny. R.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital
TD : 150/90 mmHg N : 88 x/menit
RR : 28 x/menit S : 36,7 oC
BB : 38 kg TB : 145 cm
Kepala :
1. Rambut : Lurus, beruban, panjang, halus dan bersih
2. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan.
3. Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada nyeri tekan.
4. Mata : Simetris, konjungtiva tidak ananemis, pupil isokor , tidak
ada nyeri tekan dan sclera tidak ikterik adanya penurunan
visus
5. Mulut dan Gigi : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, bibir hitam, gigi
sedikit, kuning, gigi berlubang, tidak ada faringitis.
6. Leher dan Tenggorokan : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena
juguaris.
Dada/Thorak
1. Pemeriksaan Paru
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris, warna kulit coklat muda sama
dengan area sekitarnya.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, fraktur dan deformitas krepitalis.
c. Perkusi : Terdengar sonor pada paru.
d. Auskultasi : Suara Normal (vesikuler)
2. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi : Ada pulsasi iktus cordis pada intercosta ke V
b. Palpasi : Iktus cordis terletak di garis midklavikula sinistra
Intercostae V,denyut jantung dapat dihitung pada iktus
cordis.
c. Perkusi : Terdengar pekak pada jantung
d. Auskultasi : Lub (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dub (saat
katup aorta dan pulmonal menutup)
3. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : Warna kulit coklat, dinding perut lebih rendah dari
dinding dada, tidak ada asites.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan
limpa.
c. Perkusi : Timpani pada usus, redup pada hati dan ginjal.
d. Auskutasi : Bising usus normal 15 x/menit
4. Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot :
Anggota gerak lengkap, tidak ada luka, tidak ada edema pada ekstremitas atas dan bawah,
tidak ada nyeri tekan dan fraktur. Kuku halus, kuku tebal dan pucat. Refleks otot bisep. Gerakan
respon singkat (tidak berlebihan/sangan lambat).
H. HARAPAN KELUARGA
1. Ny. R berharap keluhan-keluhan penyakit yang di rasakannya juga bisa segera sembuh.
2. Tekanan darahnya dapat di kontrol sehingga tidak memperburuk kondisi klien.
3. Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik, mampu memberikan
pelayanan yang baik dan tepat kepada siapa saja yang membutuhkan di kalangan masyarakat.
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Hubungan anak terhadap orang tua baik, namun jarak memisahkan dan kontak bertemu antara
K. SKORING
1. Nyeri akut pada Ny. R behubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan
No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3X1=1 1 Masalah sudah terjadi
Skala:
Aktual
2 Kemampuan 1/2X2=1 1 Kebiasaan klien yang
masalah dapat dapat mendorong
diubah kekambuhan akan
Skala : terulang kembali saat
Sebagian klien dalam keadaan sehat
3 Potensial masalah 2/3X1=2/3 2/3 Sumber sumber dan
untuk dicegah tindakan yang mencegah
Skala : kekambuhan dapat
Cukup dijangkau oleh klien
4 Menonjolnya 1/2X2=1 1 Kebiasaan dalam
masalah mengatasi masalah yang
Skala : sederhana menyebabkan
Ada masalah tetapi masalah tidak perlu
tidak perlu ditangani ditangani dengan segera
Total :
3 2/3
2. Resiko jatuh (Ny.R) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga.
L. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut pada Ny. R behubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan yang ditandai dengan DO : Ny. R nampak menahan nyeri, DS : Pasien mengatakan
bila bangun tidur di pagi hari, dadanya terasa sakit dan jantungnya berdeba-debar. Skala nyeri 4
2. Resiko jatuh (Ny.R) berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang ditandai dengan DO : Pasien sudah usila, penglihatannya mulai
menurun. DS : Pasien mengatakan bahwa penglihatannya kabur, sehingga pasien takut jatuh.
M. INTERVENSI
Tujuan
No Tgl Diagnosa
Umum Khusus
1 10 Nov Nyeri akut pada Ny. R Setelah di lakukan 1.Keluarga mampu mengenal masa
2013 behubungan dengan tindakan selama 3 hari kesehatan pada lansia
ketidakmampuan keluarga di harapkan Ny. R ( Ny.R)
untuk mengenal masalah mampu mengatasi 2.Keluarga mampu memutuskan
kesehatan. nyeri tindakan yan tepat untuk mengur
resiko cedera pada lansia
3.Keluarga mampu melakukan
tindakan keperawaan pencegahan
penyakit
4.Keluarga mampu memelihara
lingkumgan fisik, psikis dan sosi
sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan
5.Keluarga mampu memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyar
seperti puskesmas,puskesmas
pembantu, kartu sehat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
bagi Ny.R
2 10 Nov Resiko jatuh (Ny.R) Setelah di lakukan 1.Keluarga mampu mengenal masa
2013 berhubungan dengan tindakan selama 3 hari kesehatan pada lansia
Ketidakmampuan keluarga di harapkan Ny. R ( Ny.R)
untuk mengenal masalah mampu mengurangi/
kesehatan anggota keluarga mengatasi resiko 2.Keluarga mampu memutuskan
cedera tindakan yan tepat untuk mengur
resiko jatuh atau cedera pada lan
N. IMPLEMENTASI
NO
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI
DX
10 Nov 1 Nyeri akut 1. Mengkaji kepada klien mengenai penyakit yang di derita pasien dengan
2013 pada Ny. R jawab.
behubungan
dengan
ketidakmamp
uan keluarga2. Mengajarkan pasien untuk latihan tekhnik nonfarmakologi dengan teknik
untuk pikiran agar tidak fokus terhadap rasa nyeri).
mengenal
masalah
kesehatan.
3. Memposisikan pasien senyaman mungkin (semi flower)
2 Resiko jatuh 1. Menjelaskan kepada klien dengan berdiskusi dan tanya jawab mengenai
(Ny.R) dapat menyebabkan cedera atau jatuh pada lansia, seperti :
berhubungana. Melakukan aktivitas yang berat
dengan b. Keadaan kamar mandi yang licin
Ketidakmamc. Faktor usia
puan
keluarga
untuk 2. Memberitahu klien untuk membatasi aktivitas yang beresiko untuk cidera
mengenal a. Mengakat barang berat
masalah b. Bekerja terlalu berat
kesehatan
anggota
keluarga
O. EVALUASI
NO TANGGAL DIAGNOSA
1 10 nov 2013 Nyeri akut S:
pada Ny. R - klien menyatakan nyerinya mulai dirasakan berkurang
behubungan- klien mengatakan skala nyerinya sudah berkurang, skala nyeri saat ini 2
dengan (0-10)
ketidakmamp - klien mengatakan sudah dapat beraktivitas seperti biasa
uan keluargaO :
untuk - Ny. R tampak rileks
mengenal - Ny. R terlihat lebih segar (fresh)
masalah
- Ny. R sudah terlihat mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan timb
kesehatan
- Ny. R sudah terlihat mengurangi konsumsi kopi (mencegah timbulnya ny
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
- Ajarkan pasien untuk latihan dengan teknik distraksi
- Posisikan pasien senyaman mungkin
- Anjurkan kepada keluarga agar tidak membiarkan Ny.R kecapean
- Anjurkan kepada klien untuk memeriksa kesehatanaya ke pelayanan kes
2 10 nov 2013 Resiko jatuhS :
(Ny.R) - Ny. R menyatakan bahwa dirinya memahami tindakan yang dilakukan u
berhubungan- Klien mengatakan sudah mengurangi aktivitas yang beresiko jatuh atau c
dengan
Ketidakmam- Klien mengatakan bahwa dirinya memahami pentingnya lingkungan rum
puan O:
keluarga - Ny. R tampak rileks
untuk - Keluarga Ny. R sudah terlihat memasang penyangga untuk berjalan di ar
mengenal - Keluarga Ny. R sudah membersihkan lumut di area kamar mandi, mengu
masalah A : Masalah teratasi sebagian
kesehatan P : Pertahankan intervensi
anggota - Anjurkan kepada klien untuk membatasi aktivitas lansia yang beresiko u
keluarga
- Anjurkan kepada keluarga untuk memodifikasi lingkungan
- Anjurkan keluarga untuk menjaga kondisi psikis lansia, tidak membiarka
- Anjurkan klien untuk tetap memeriksakan kesehatan lansia ke pelayanan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia
WHO (kodim nasim 2003 : 32). Disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan
yang setinggi-tinginya adalah suatu hak yang funda mental bagi setiap orang tanpa membedakan
Penyakit hipertensi, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang didunia atau 1 dari 4 orang
dewasa yang mengidap penyakit hipertensi, bahkan jumlah hipertensi dapat diprediksikan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi
pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. tidak jarang tekanan darah tinggi
juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun
mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena ada faktor – faktor
penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi ( pengertian, tanda dan gejala, sebab
akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya, saat ini, angka kematian karena hipertensi di
indonesia sangat tinggi. Oleh karena itu perlu digalakan pada masyarakat mengenai pengobatan
Berdasarkan data dan laporan yang diperoleh dari puskesmas astanagarib diperoleh data jumlah
Tabel 1.1
kota cirebon
1. Januari 54
Februari
2 32
Maret
3 68
April
4 46
Mei
5 57
Juni
6 59
Juli
58
Jumlah 384
Tabel 1.2
kota cirebon
1 Januari 72
2 Februari 59
3 Maret 56
4 April 47
5 Mei 64
6 Juni 51
7 Juli 119
Jumlah 418
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas astanagarib pada tahun 2009, jumlah penderita
hipertensi terendah pada bulan februari 32 orang dan jumlah penderita hipertensi tertinggi pada
astanagarib kec. Pekalipan kota madya cirebon, jumlah penderita hipertensi mengalimi
peningkatan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
keperawatan keluarga dengan masalah Hipertensi pada Ibu.R secara langsung dan
komprehensif, meliputi aspek bio – psiko- sosio- spiritual, dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
hipertensi.
e. Melaksanakan evaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada keluarga Ibu.R
masalah hipertensi.
Metode dalam penyusunan Studi kasus ini dengan menggunakan metode deskriptif melalui
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan dat dengan cara komunikasi baik secara langsung dengan anggota
yang sakit maupun dengan anggota keluarga yang sehat Berkaitan dengan hal-hal yang
perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan dan
lingkungan.
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan karena sudah dianggap cukup
melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan, fisik ( ventilasi,
3. Studi dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan melihat catatan kesehatan yang berupa laporan dari
4. Pemeriksaan fisik
maupun yang tidak mempunyai masalah kesehatan, dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari empat sub bab yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
masalah hipertensi.
Terdiri dari dua sub bab yaitu tinjauan kasus dan pembahasan. Pada tinjauan kasus
masalah-masalah yang ada pada klien dan keluarga secara nyata yang menjadi
dilakukan.
Meliputi kesimpulan akhir dari seluruh kegiatan asuhan keperawatan atau dari bab-
bab sebelumnya yang dilengkapi dengan saran penulis sebagai bahan pertimbangan,
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau
suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Setiadi, 2008 : 3).
Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman, (1998, dalam Setiadi, 2008), Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya :
a. Patrilineal
Adalah Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
b. Matrilineal
Adalah Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
4. Tipe Keluarga
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih
keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa
5. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut (Nasrul Effendy 1998:34)
a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan
sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
6. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut ( Friedman, 1998 : 100 ), didefinisikan sebagai hasil atau
konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat
b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak yang
bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga
Tabel 2.1
memuaskan
b. menghububgkan jaringan
orangtua)
b. Rekonsiliasi tugas-tugas
c. Mempertahankan hubungan
keluarga besar
b. Mensosialisasikan anak
b. Mempertahankan hubungan
mandiri
perkawinan
dewasa muda
dengan memasukkan anggota
b. Melanjutkan untuk
istri
meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan –
c. Memperkokoh hubungan
perkawinan
yang memuaskan
yang menurun
c. Mempertahankan hubungan
perkawinan
antar generasi
integrasi hidup)
masyarakat.
a. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga menurut (Elisabet Corwin 2000, hal 356).
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur.
Tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah memandirikan klien sebagai bagian dari
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat
melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan
berfokus pada pasien , berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi
pelaksanaan dan evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima
tahab yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan , implementasi dan evaluasi
d. Pengkajian
utuk mengatasinya
1. Pengkajian individu
alamat
b) Riwayat kesehatan
gangguan kesadaran.
1) Biologis
- Pola makan
- Pola minum
- Pola tidur
Pada awal hemoragi akan timbul tingkah laku tidak setabil , gelisa,
gangguan pola T
- BAB/BAK
- Aktifitas sehari-hari
- Rekreasi
Hipertensi biasanya menyebabkan pusing keletihan dan kelemahan,
d) Psikologis
- Keadaan emosi
tiap indifidunya, ada yang emisinya tampak labil karena tiadak bisa
dan mengisolasi diri, tapi ada pula yang memiliki keaadan emosi yang
- Konsepdiri meliputi :
Bodi emage
- Harga diri
- Ideal diri
Perlu dikaji apa keinginan klien saat ini . apakah klien bisa merai
keinginan itu.
- Identitas diri
- Peran diri
- Sosisl
g) Spritual / kultural
h) Prioritas masalah
3) potensial masalah untuk dicegah, dalah sipat dan beratnya masalah yang
keperawatan.
Tabel 2.2
Prioritas masalah
1 Sifat masalah 3 1
2 - Aktual 2 2
3 - Resiko 1 1
4 - Potensial 2 1
- Denga mudah 0
- Hanya sebagian 2
- Tidak dapat 1
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah 0
Menonjolkan masalah
- Masalah berat harus segera ditangani
ditangani
Skoring :
Sekor
X bobot
Angka tertinggi
i. Pelaksanaan
keluarga adalah :
a) Sumber dana keluarga ( keuangan )
j. Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam
keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan
seluruh keluarga.
O : adalah analisa hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
2. Konsep Hipertensi
a. Pengertian
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmhg
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996 : 334).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmhg dan tekanan darah dan
tekanan darah sistolik > 90 mmhg suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih.
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Riwayat keluarga
d) Obesitas
e) alkohol
f) Diet
g) Perokok
4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut ( Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519), dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 2. 3
Klasifikasi Hipertensi
5. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian,
gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata
6 Pemeriksaan Diagnostik
Seken renal kaptopril ; sensitifitas 90%,spesifitas 90 %, RAS bilateral mungkin tak terdeteksi
USG dupleks : sangat bergantung pada keterampilan operator MRA ; sensitifitas 90%,
spesifitas 90% dari penilaian beratnya stenosis bila berlebihan renin vena renalis + capptropil
paling baik
3) Kortasio aorta
Petunjuk klinis ; denyut ekstremitas inferior menurun, murmur sistolik posterior, perlambatan
radioformal, LVH, takik tualang iga pada foto rontgen toraks pemeriksaan diagnostik :
7 Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai
- Stroke
- Gagal jantung
- Ginjal
- Mata
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari
pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam
otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki
tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah,
maka pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang
8. Penatalaksanaan
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik di bawah 90 mmHg juga mengontrol faktor resiko. Dan hal ini dapat terjadi dengan
b. Membatasi/menghilangkan alkohol.
- Diet
Sedang penggunaan obat-obatan dapat diberikan baik itu dosis tunggal maupun kombinasi.
- ACE Inhibitor
- Beta bloker
- Calsium antagonis
- Diuretika
BAB III
A. Tinjauan Kasus
Puskesmas : astanagarib
Jarak untuk mencapai pelayanaan kesehatan terdekat (Puskesmas) 100 km dan dapat dicapai
Tabel 3.1
Daftar Anggota Keluarga Ibu. R
Nama
No Hub. L/ Keadaan Imunisas
anggota Umur Pddkn Pkrjn Agama Ket
. keluarga P kesehatan i
keluarga
keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya
Saat ini keluarga Ibu. R sedang dalam fase tahap perkembangan masa lansia
Tugas perkembangan keluarga pada usia lansia yang belum terpenuhi adalah
d) Biologis keluarga
Pada saat dilakukan pengkaji kebersihan keluarga Ibu.R tampak bersih dan rapih.
Menurut Ibu. R setiap hari anggota keluarga membersihkan rumahnya pagi dan
Menurut Ibu. S, tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular
seperti TBC, HIV dan sebagainya, hanya Ibu. R sering mengeluh pegal-pegal dan
merasakan sakit ringan seperti pusing, panas, batuk, dan pilek dan sembuh
penyakit kronis atau menular seperti TBC,HIV dan penyakit kronis lainnya
sejak lahir adalah anaknya yang bernama Ibu.S, mengalami kecacatan. Yaitu
kecacatan tidak normalnya pertumbuhan tulang punggung, Sehingga
Frekuensi pola makan keluarga sehari tiga kali. Anggota keluaga biasa makan
dengan menu: nasi, sayur, lauk pauk seperti tahu dan tempe, pengolahan
Ibu. R mengatakan, anggota keluarga tidak terbiasa tidur siang karena harus
bekerja, anggota keluarga Ibu. R, terbiasa tidur malam pada pukul 21.00-05.00
Wib.
(8) Reproduksi/Akseptor KB
e) Psikologis keluarga
Ibu.R mengatakan keadaan emosi stabil dan tidak ada permasalahan didalam
Menurut Ibu. R, apabila dalam keluarga ada suatu masalah, setiap anggota
(4) Rekreasi
Menurut Ibu.R, komunikasi keluarga baik dan selalu terbuka satu sama lainnya .
dan kesepakatan seluruh anggota keluarga. Namun yang paling dominan dalam
tetangga dan lingkungan sekitarnya, terbukti Keluarga mau bekerja sama pada
tempat tinggalnya
selalu mengajarkan mereka untuk sopan santun dan berperilaku baik terhadap
orang lain.
Ibu.R masih percaya dengan para normal ( dukun) dan Ibu.R mengatakan waktu
melahirkan .
h) Lingkungan Rumah
(2) Penerangan
Penerangan dalam rumah cukup baik. Pada siang hari sinar matahari bisa masuk,
Sinar matahari masuk melalui pintu depan dan kaca jendela sedangkan pada
(3) Ventilasi
Rumah Ibu.R berventilasi cukup ,karena terdapat lubang ventilasi pada setiap
jendela rumah. Selain itu udarapun dapat masuk melalui pintu depan dan pintu
samping
(4) Jamban
Terdapat WC yang menyatu dengan kamar mandi yang letaknya di dalam rumah,
Keluarga Ibu.R menggunakan air ledeng, yang keadaan air tersebut jernih, berbau
dapat memanfaatkannya
sumber pencemaran Didalam rumah keluarga Ibu.R terdapat asap kompor minyak
1. Identitas
Nama : Ibu.R
Umur : 80 tahun
kotamadya cirebon
Agama : Islam
Pekerjaan : dagang
Suku bangsa : Jawa
2. Keluhan Utama
kepala, matanya sering berkunang-kunang, kaki kesemutan dan badan terasa pegal-
pegal, saat pemeriksaan tekanan darah di dapatkan hasil 190/90 mmhg. Klien juga
3. Riwayat Kesehatan
penyakit keturunan
4. Kebiasaan sehari-hari
a. Biologis
1) Pola Makan
- frekuensi : 3 X / hari
- jenis : nasi, sayur, lauk-pauk, tahu, tempe dll
2) Pola minum
3) Pola tidur
Ibu.R mengatakan tidak terbiasa tidur siang dan pada malam terbiasa tidur
4) Pola eliminasi
5) Aktifitas sehari-hari
b. Psikologis
wajah cemas .
c. Sosial
Ibu.R seorang ibu yang ramah dan baik hati , terbuka, mudah berinteraksi,
memakan
d. Spiritual
1) Pelaksanaan ibadah
waktu
Ibu.R mengatakan bahwa kesehatan itu sangatlah penting maka kesehatan itu
c) Tanda vital :
TD : 190 / 90 mmHg
Nadi : 94 x /mnt
Pernafasan : 22 x/mnt
Suhu : 36,5 0 C
d) Kepala
e) Mata
pupil terhadap cahaya positif, fungsi penglihatan sudah tidak jelas dibuktikan
waktu pengkajian tidak bisa melihat huruf abjad dengan jarak + 2meter dan
klien dapat membaca dengan jarak 20 cm, tidak adanya nyeri dan secret.
f) Telinga
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan tulang mastoid, keadaan telinga bersih,
Bersih tidak ada sekret atau lesi, mukosa hidung lembab, tidak ada nyeri
tekan, fungsi penciuman baik. dapat mencium bau minyak kayu putih,
h) Mulut
Bentuk dan posisi bibir simetris, tidak ada sariawan, gigi bawah ompong
i) Leher
Keadaan bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak adanya nyeri
j) Dada
Bentuk dan posisi simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada sesak, suara
k) Perut
n) Genitalia
m) Ekstremitas
Tidak ada kelainan, pergerakan bebas, tidak ada cedera.
Edema (-), reflex triseps (+), reflex biseps (+), reflex patella (+), reflex
55
55
Keterangan :
Tabel 3.2
berkunang-kunang perawatan
DO :
TD : 190 / 90 mmgh
N : 94x/ menit
S : 36,5 C
N : 94x/ menit
S : 36,5 C
mengetahui tentang
perawatan penyakit
hipertensi
DO : TD : 190 / 90 mmgh
N : 94x/ menit
S : 36,5 C
V. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri pada Ibu.R , berhubungan dengan keluarga ketidak mampuan
b. Resiko terjadinya komplikasi pada Ibu.R berhubungan dengan ketidak mampuan merawat aggota
Tabel 3.3
merawat
karena keluarga
kurang mengetahu
tentang masalah
penyakit yang
diderita khususnya
Ibu.R
relaksasi
tinggi pengkajian
polah istirahat
Jumlah 3 2/3
Tabel 3.4
b. Ganguan rasa nyama nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
No Kriteria Skor Bobot Scoring Pembenaran
mengetahu tentang
penyakit
relaksasi
tinggi pengkajian
Tabel 3.5
c. Resiko terjadinya komplikasi pada Ibu.R berhubungan dengan ketidak mampuan merawat
tentang penyakit
diit hipertensi
boleh dimakan
tinggi penyuluhan
pola istirahat
Jumlah 3 2/3
- Memberikan mengurangi -
- Mencegah natrium
meningkatny
a tekanan
darah
keputusan mampu
untuk tehnik
mengatasi relaksasi
penyakit
hipertensi
- Merawat
anggota
keluarga
yang sakit
keluarga penjelaskan
rendah garam
Tabel 3.6
Catatan Keperawatan Ibu.R
hipertensi penyebab
tentang hipertensi
- Mengulang menjelas
penjelasan kembali
telah pengertian
disampaikan hipertensi
- Keluarga
mengatakan
sudah jelas
dengan materi
hipertensi
yang telah
disampaikan
oleh petugas
O:
- Pada saat
penulis
menanyakan
kembali
tentang
hipertensi
Ibu.R
mengatakan
dengan benar
- Ibu.R sangat
antusias dalam
mengikuti
penyuluhan
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- lanjutkan
intervensi
kelurga dalam
mengenal
masalah
penyakit
- Melakukan mengetahui
relaksasi tehnik
- Memberikan relaksasi
remondasikan relaksasi
tehnik relaksasi
O:
- Ibu.R sangat
antusias dalam
mengikuti
penyuluhan
- Ibu.R mengerti
tentang cara
tehnik
relaksasi
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P:
- Lanjutkan
intervensi.
Anjurkan
klien untuk
selalu
melakukan
tehnik
relaksasi
setiap hari jika
nyeri
tentang mengerti
dan gejalah
serta
pencegahan
dari hipertensi
- Keluarga Ibu.R
mampu
menyebutkan
jenis makanan
yang tidak
boleh dimakan
oleh penderita
hipertensi
- Keluarga Ibu.R
mengatakan
sudah jelas
materi yang
disampaikan
O:
kembali tentang
hipertensi Ibu.R
menjabab benar
- Masalah teratasi
sebagian
- Lanjutkan intervensi
keluarga dalam
mengenal masalah
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas tentang asuhan kepeawatan Ibu.R dengan masalah
hipertensi pada Ibu.R dikelurahan pekalipan Rt/Rw 004/001 kec.pekalipan wilaya kerja
Penulis menemukan kesenjangan antara teori yang didapat dengan kenyataan dilapangan.
2. Tahap pengkajian dilakukan denga wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
dilapangan diantaranya :
a. Obesitas
Dalam teori obesitas adalah penyebab dari hipertensi tetapi dalam kenyataannya
b. Perokok
Didalam teori bahwa seorang perokok dapat terserang hipertensi tetapi Ibu.R
tidak merokok
c. Alkohol
Dalam teori bahwa seorang peminum alkohol dapat terserang hipertensi tetapi
d. Pemeriksaan diagnostik
mentetukan adanya kerusakan organ dan fakta risiko lain atau mencari penyabab
kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDL dan
EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan lain, seperti Rlirens, protein, urine 24
jam, asam urat, kolestrol LDL,TSH dan eko kardiografi ( manjoer Arif 2002 :
3. Diagnosa keperawatan
vaskuler selebra.
teoritis muncul, yang penulis temukan pada Ibu.R hanya tiga masalah
serebral.
c. Resiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
dengan respon keluarga dan objek yang penulis lihat dari pemeriksaan fisik yang
penulis lakukan pada anggota keluarga Ibu.R yang memiliki masalah kesehatan.
4. Perencanaan
dalam tujuan agar keluarga mengetahui dan menyadari masalah kesehatan dapat
dan sederhana sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami
5. Penatalaksanaan
hal ini adalah kelurga Ibu.R yang dimulai dari tanggal 12-19 juli 2010 tindakan
kesehatan serta untuk menggali sumber-sember yang ada pada keluarga. Dalam
adanya kerjasama yang baik dari keluarga Ibu.R serta adanya semangat yang
6. Evaluasi
Pada tahap ini penulis tidak terlalu banyak mengalami kesulitan karena
karena telah adanya acuan yaitu berupa kriteria evaluasi yang membantu dalam
proses evaluasi. Dan ditunjang partisipasi klien untuk bisa hidup sehat.
yang teratasi
diet, pengobatan
serebral.
3) Resiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidaktahuan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang penulis laksanakan dari tanggal 12 sampai 18 juli 2010, dapat diambil kesimpulan:
Ibu.R .
3. Ibu.R tidak merasa khawatir lagi tentang penyakitnya karena sudah mengerti tentang
penyakitnya.
4. Hasil akhir yang diperoleh setelah diberikan tindakan keperawatan selama 7 hari yaitu
hipertensi, sedangkan masalah yang teratasi sebagian adalah Gangguan rasa nyaman
sakit . dan keluarga Ibu.R pun bisa menerima dengan masukan pewnulis untuk bisa
mengkonsumsi makanan rendah garam agar penyakit hipertensi pada Ibu.R tidak
B. Rekomendasi
d. Kelurga diharapkan dapat memberkan motivasi dan dukungan pada Ibu.R untuk
5. Hidung
Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret berwarna kental dan jumlahnya
sedikit, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.
6. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7. Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat
stomatis, tak ada strismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah
8. Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada
eksudat.
9. Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak
ada pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak
ada wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan /
tumor, gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit teraba panas.
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus sejak 8
september 2001, tak ada tanda – tanda flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.
Ekstrimitas bawah : tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.
15. Genetalia
Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.
Anus : kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak.
1. Dengan pemberian penjelasan keluarga diharapkan mengerti, dan dapat mendukung program
perawatan yang diberikan
2. Untuk mengurangi nyeri saat menelan dan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
3. Sebagai fungsi dependen perawat/bidan dengan ahli lain.
2. Beri penjelasan tentang penyakit yang diderita anak dan semua prosedur perawatan yang akan
dilakukan
3. Berikan health education cara menolong anak kejang dan mencegah kejang :
- jangan panik saat kejang
- baringkan anak di tempat rata dan lembut
- kepala dimiringkan
- pasang gagang sendok di mulut yang telah dibungkus kain bersih
- setelah kejang berhenti dan anak sadar segera minumkan obat dan tunggu sampai keadaan
tenang
- jika suhu tinggi, lakukan kompres dingin dan beri minum banyak
- segera bawa ke RS bila kejang lama
4. Berikan helath education agar selalu sedia obat penurun panas (sesuai dengan anjuran dokter)
bila anak panas segera bawa RS bila suhu belum turun 24 jam berikutnya
5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari penderita
penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
6. Beritahu keluarga agar memberikan informasi pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
mendapat serangan kejang sehingga pemberian imunisasi DPT tidak diberikan pertusis, hanya
DT saja
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang
didapat
2. Agar keluarga dapat menerima informasi dengan mudah dan tepat sehingga tidak timbul
kesalahpahaman sehingga keluarga lebih kooperatif
3. Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah
kesehatan
6. Imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang ulang
Tanggal / Jam
Pelaksanaan
Tanggal 8-9-2001
Tanggal 8-9-2001
Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis PASI yang
diberikan diminum 5 – 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih
menetek, anak tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang
Askep Ikterus
BAB I
PENDAHULUAN
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir (BBL). Menurut
beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi cukup bulan dan 75 % pada
bayi kurang bulan.
Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan tertentu dan waktu
tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada BBL, seperti ; pemberian
makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan beberapa propilaksis (misal; luminal) pada
ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi pengganti.
Asuhan keperawatan pada klien selama post partum yang relatif singkat, sehingga klien dan
keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara merawat
bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di rumah.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam memberikan
asuhan keperawatan secara paripurna. Untuk itu dalam penulisan makalah ini mempunyai
maksud :
1. Agar perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai ketrampilan dan tehnik terutama
yang berkaitan dengan perawatan klien dan keluarga dengan bayi Ikterus (Hiperilirubinemia),
2. Agar Perawat mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses perawatan
selama di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan di rumah.
Adapun dalam pembahasannya akan menguraikan bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan bayi Hyperbilirubinemia yang mendapat Fototherapi.
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode Studi Kepustakaan, wawancara,
Partisipasi Aktif dalam pemberian Asuhan Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Batasan-Batasan
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
• Timbul pada hari kedua-ketiga
• Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan
dan 10 mg % pada kurang bulan.
• Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
• Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
• Ikterus hilang pada 10 hari pertama
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia
bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.
Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada
Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus
pada dasar Ventrikulus IV.
C. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam
lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah
konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan
Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan
Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat
patologis.
ERITROSIT
HEMOGLOBIN
HEM
GLOBIN
BESI/FE
BILIRUBIN INDIREK
( tidak larut dalal air )
Terjadi pada
Limpha, Makofag
Terjadi dalam
plasma darah
MELALUI HATI
Melalui
Duktus Billiaris
BILIRUBIN DIREK DI EKSKRESI MELALUI URINE & FECES Sumber : Dona L. Wong ;
Nursing Care of Infants and Children
D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia,
Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas
terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut
dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus.
Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila
kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat
keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
E. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
• Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
• Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
• Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi
Hipoksia atau Asidosis .
• Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
• Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
• Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.
• Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin
dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar
Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati
(Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak
dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi
Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis
pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh
negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang
pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.
Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi
Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari
sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih
menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus Enterohepatika.
G. Asuhan Keperawatan .
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan yang meliputi
Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Asuhan keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia secara umum bertujuan untuk :
1. Meningkatkan efektifitas phototherapi
2. Meningkatkan efektifitas tranfusi pengganti
3. Memberikan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional
(Sally B.Olds,1983)
Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang
lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah
Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang
memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy
Smith Greenberg. 1988)
Intervensi :
Catat jumlah dan kualitas feces, pantau turgor kulit dan intake output, beri air diantara menyusui
atau pemberian susu botol.
2. Gangguan suhu tubuh sehubungan dengan efek fototherapi.
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh dapat dipertahankan.
Kriteria :
• Suhu tubuh normal : 36,4 C - 37,2 C
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu tubuh normal untuk
menghindari stress panas dan dingin. Cek tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
P. Intervensi diteruskan
6. Potensial gannguan proses respon keluarga keluarga sehubungan dengan yang kurang terhadap
kondisi bayi. Keluarga dapat menerima kondisi bayi
Mengerti tentang terapi yang diberikan dan prognosisnya
Ibu menyusui bayi dan mengeksplorasi perasaannya melalui sentuhan dan komunikasi dengan
bayi
P. Lanjutkan intervensi
Nama Klien :
Jaundice merupakan tanda-tanda awal adanya hiperbilirubinemia. Karena lampu buatan akan
mengaburkan pengkajian.
Jaundice pertama kali terlihat pada sklera yang menguning. Dengan menekan akan muncul
warna kuning setelah tekanan dilepaskan. Pigmen pada orang kulit hitam normal akan terlihat
kuning.
Berikan fototerapi
Pindahkan bayi dari cahaya fototerapi dan lepas penutup mata selama pemberian makan.
Monitor suhu kulit dan suhu inti tiap 1 jam sampai suhu tubuh stabil
Kaji tanda-tanda dehidrasi, yakni : turgor kulit jelek, depresi fontanela, mata cekung, penurunan
berat badan, perubahan elektrolit, penurunan output urin.
Matikan waktu saat mengambil darah untuk pemeriksaan bilirubin. Modalitas pemngobatan
tergantung pada tingkat kadar bilirubin, waktu serangan dan adanya penyakit lain
Fototerapi dapat menyebabkan peningkatan IWL. Bayi kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi
letargi dan sulit untuk makan.
Kemerahan dihubungkan dengan fototerapi yang meningkatkan kadar bilirubin direk atau
kerusakan hati dapat hilang 2 - 4 mg/dl
Penambahan panas dari fototerapi sering meningkatkan suhu badan dan suhu cove.
4. Potensial terjadinya gangguan volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi dan diare.
Keseimbangan cairan terpenuhi/terpelihara
• Observasi intake dan out put, turgor kulit,
• Observasi tanda-tanda vital : Nadi, Suhu , Respirasi,Kesadaran, refleks,tiap 30 - 60 menit.
• Berikan minum air diantara pemberian ASI.
•
4. Kecemasan orang tua sehubungan dengan punya anak yang mengalami jaundice.
Data obyektif :
• Orang tua tampak cemas
Data subyektif :
• Menanyakan tentang keadaan anak dan proses penyakit. Orang tua mendapatkan informasi
mengenai proses penyakit, penyebab, dan hasi yang dicapai.
Orang tua memahami alasan untuk mengaktifkan pemberian ASI sesaat dan cara memompa
susu. Berikan penjelasan mengenai :
Kondisi bayi, modalitas pengobatan, alasan mengapa ibu harus menghentikan pemberian ASI.
Melakukan sentuhan dan kontak mata ibu dan bayi selama pemberian ASI, bayi diajak bicara.
Dukung orang tua untuk masuk ke dalam ruang perawatan dalam memberi makan dan
menyentuh bayi. Orang tua tidak memahami mengapa dan apa terjadi keadaan tersebut.
Pengobatan bermacam-macam ; orang tua tidak memahami pengobatan yang diberikan
ASI merupakan penyebab jaundice yang belum jelas. Kadar bilirubin serum menurun dalam
waktu 48 jam setelah pemberian ASI dan dihentikan. Pendapat dari dokter, para ahli yang lain
tentang hal ini masih berbeda-beda.
ASI merupakan penyebab jaundice yang belum jelas. Kadar bilirubin serum menurun dalam
waktu 48 jam setelah pemberian ASI dan dihentikan. Pendapat dari dokter, para ahli yang lain
tentang hal ini masih berbeda-beda.
Ibu mungkin perlu dukungan dan informasi untuk memulai kembali memberikan ASI
Memberikan rasa nyaman dan menurunkan gangguan sensorik Adanya alat di ruang perawatan
menyebabkan orang tua tidak mau atau segan untuk masuk ke dalam ruang perawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. H. Markum : ” Ilmu Kesehatan Anak”. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991.
2. Bobak, J. : ”Materity and Gynecologic Care”, Precenton, 1985.
3. Cloherty, P. John : ”Manual of Neonatal Care”, USA, 1981.
4. Sally B. Olds, et all : ”Maternal New Born Nursing”, Edisi ke III, USA, 1994.
5. Jack A. Pritchard dkk : ”Obstetri Williams”, Edisi XVII, Surabaya, Airlangga University
Press, 1991
6. Marlene Mayers, et. al. : ”Clinical Care Planes Pediatric Nursing”, New York, Mc.Graw-Hill.
Inc, 1995.
7. Mary Fran Hazinki : ”Nursing Care of Critically Ill Child”, Toronto, The Mosby Compani
CV, 1984.
8. Susan R. J. et. al. : ”Child Health Nursing”, California, 1988.
9. Donna L. Wong: “Nursing Care of Infants and Children”, Edisi V, Toronto, The Mosby
Compani CV, 1995
10. Prawirohadjo Sarwono : “Ilmu Kebidanan”, Edisi ke III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992
Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan:
• Pemeriksaan darah tepi.
• Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
• Pemeriksaan lain bila perlu.
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
• Sepsis.
• Dehidrasi dan Asidosis.
• Defisiensi Enzim G6PD.
• Pengaruh obat-obat.
• Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
BAB IV
PEMBAHASAN
Prinsip asuhan keperawatan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia yang mendapatkan
fototerapi adalah pencegahan infeksi sekunder, pemenuhan cairan/nutrisi yang adekuat,
pengawasan dan pengaturan suhu, perawatan kulit, penetalaksaan bonding, dan bimbingan
kecemasan pada keluarga.
Asuhan keperawatan tidak hanya ditujukan pada fisik bayi saja, tetapi juga dichanrge planning
klien dan keluarga yang meliputi hubungan anak dan orang tua dengan mengikutkan orang tua
dalam perawatan selama di rumah sakit dan di rumah.
Pada kasus ini didapatkan enam diagnosa keperawatan yang meliputi :
1. Potensial kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,
fototerapi dan diare.
2. Potensial gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi
3. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.
4. Gangguan perenting sehubungan dengan pemisahan.
5. Kecemasan meningkat sehubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan
therapi yang diberikan pada bayi.
6. Potensial gangguan respon keluarga sehubungan dengan kondisi bayi.
Pada kasus ini belum dapat melakukan evaluasi sampai pada saat klien pulang karena akan
perawatan diberikan pada hari ketiga dan evaluasi dalam satu hari.
Hasil evaluasi yang didapatkan:
1. Gangguan pemenuhan cairan belum teratasi.
2. Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian.
3. Gangguan integritas kulit belum teratasi.
4. Keluarga dapat menerima dilakukannya pemisahan.
5. Keluarga memahami tentang proses penyakit dan therapinya.
6. Keluarga sudah dapat menerima keadaan bayi dan terapi yang dilakukan untuknya.
BAB V.
PENUTUP
Status Imunisasi
Hub.
Nama JK Dng Umur Pendidikan Polio DPT Hepatitis Ket
BCG Campak
KK
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
2. Genogram
3. Tipe Keluarga
………………………………………………………………………………………………………
……………….…………………………………………………………………………..…………
………………………………………………………………………………………
4. Suku Bangsa
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..………………………..………………………………
………………………………………………….………………………………………
5. Agama
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..…………………………………
……………………………………………….……………………………………
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..……………………………….…
……………………………………………….……………………………………
7. Aktivitas rekreasi keluarga
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..……………………………….…
……………………………………………….……………………………………
B. RIWAYAT DAN TEHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
ANALISA DATA
Nama Klien :
MASALAH : ……………………………………………….
1. Sifat Masalah 3 1
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera
2. Kemungkinan masalah 2 2
dapat diubah 1
Skala : Mudah 0
Sebagian
Tidak dapat
Rendah
4. Menonjolnya masalah 2 1
JUMLAH
Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah
Skore X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama anggota kelg yang sakit :
T KRITERIA HASIL T
N TUJUAN INTERVEN
G TUJUAN UMUM
O KHUSUS SI
L T
RESPON
STANDART
Setelah dilakukan Verba Tamda dan Intervensi
tindakan keperawatan l dan gejala dari mengikuti
selama ….. minggu psiko masalah T.U.K
maka (mengacu ke motor hilang
masalah)
……………………………
………………………
Setelah VERB Keluarga a. BHSP
dilakukan AL mampu b. Jelaskan
tindakan menjelaskan pada
keperawatan kembali /diskusikan
selama 1-2 X tentang dengan
kunjungan, ………….: keluarga
keluarga a. Definisinya tentang
mampu yaitu……… …….. yaitu
mengenal ……...... : definisi,
masalah tanda dan
pada anggota b. Tanda dan
gejalanya gejala,
keluarga penyebab,
dengan yaitu
…………… cara
……………… penularan,
........ …………
cara
c. Penyebabnya
yaitu c. Motivasi
…………… keluarga
untuk
d. Cara mengulang
penularanny penjelasan
a yaitu
…………… d. Berikan
… pujian atas
kemampua
n keluarga
mengenal
masalah
e. Evaluasi
penjelasan
perawat
Setelah VERB Keluarga a. Kaji
dilakukan AL mengatakan tinda
tindakan yaitu : kan
keperawatan a. Membawa yg
selama 1-2 X anggota dilak
kunjungan, keluarga ukan
keluarga yang sakit ke kelua
mampu ………….: rga
mengambil baik,
keputusan b. Mengatakan sesu
yang tepat dampak bila ai
untuk tidak dibawa dan
mengatasi ke yankes yang
masalah yaitu ……… tidak
pada anggota deng
keluarga an
dengan solus
……………… i
........ men
urut
kese
hata
n
b. Jelas
kan
solus
i
yang
bena
r
men
urut
kese
hata
n
yaitu
:
…….
.
c. Disk
usika
n dg
kelg
akiba
t bila
tidak
mela
kuka
n
tinda
kan
yaitu
:
……
…….
.
d. Motiv
asi
kelua
rga
untu
k
men
gam
bil
tinda
kan
yg
sesu
ai dg
solus
i
yaitu
…….
e. Eval
uasi
sejau
man
a
kelua
rga
suda
h
men
gam
bil
tinda
kan
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
DX
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
DX