Vous êtes sur la page 1sur 176

LAPORAN PENDAHULUAN

CHIKUNGUNYA

1. A. PENGERTIAN

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti “posisi
tubuh meliuk atau melengkung” (that which contorts or bends up),mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini, menurut
lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi
pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki.1

Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya sebagai penyakit
yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini
dapat mengakibatkan kelumpuhan1 sehingga penderita tidak mampu bergerak (break-bone
fever). Karena itu, penyakit Chikungunya sering disebut sebagai “flu tulang”.2 Penyakit ini
memang belum begitu dikenal tapi yang menguntungkan adalah penyakit ini tidak mematikan.3

Penyakit ini diperihalkan untuk pertama kali oleh “Marion Robinson” dan “W.H.R. Lumsden”
pada tahun 1955.4

Chikungunya ialah sejenis demam4 dan boleh dikatakan ‘bersaudara’ dengan demam berdarah,
karena ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty maupun albopictus. Bedanya, jika virus demam
berdarah menyerang pembuluh darah, sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan
tulang. Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit endemik.5 Wabah penyakit ini
pertama kali menyerang di Tanzania, Afrika pada tahun 1952.6

1. B. ETIOLOGI

Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. Virus ini
termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau “group A” antropho borne viruses. Virus
ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Vektor penular utamanya adalah
Aedes aegypti, namun virus ini juga dapat diisolasi dari dari nyamuk Aedes africanus, Culex
fatigans dan Culex tritaeniorrhynchus.2

Akan tetapi, nyamuk yang membawa darah bervirus didalam tubuhnya akan kekal terjangkit
sepanjang hayatnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan virus Chikungunya dipindahkan oleh
nyamuk betina kepada telurnya sebagaimana virus demam berdarah.5

1. C. MORFOLOGI

Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung, merupakan salah
satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae. Dengan mikroskop
elektron, virus ini menunjukkan gambaran virion yang sferis yang kasar atau berbentuk poligonal
dengan diameter 40-45 nm (nanometer) dengan intibidiameter 25-30 nm.2
1. D. EPIDEMIOLOGI
1. 1. SEJARAH

Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952 hingga 1953.
Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968), Thailand, Kamboja,
Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1973.5
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara.2 Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda,
kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya
berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan
Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.6

Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk
Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas
bencana tsunami pada Desember 2004.5

1. 2. PENULARANNYA

Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk penular
, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.6 Virus menyerang semua usia, baik
anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau
populasi dan senantiasa ada).5 Selain manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber
penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga
bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.2

Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada
orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa.5 Masa
inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku
dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tga sampai sepuluh hari.1

1. E. GEJALA

Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya akan
membuat semua persendian terasa ngilu.6

1. Demam

Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.6 Demam
penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.3

2. Sakit persendian

Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat
bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi yang
sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot

Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.

4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit

Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5
demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan lengan.
Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.

5. Sakit kepala

Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit
fotophobia.

6. Kejang dan penurunan kesadaran

Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh
penyakitnya.

7. Gejala lain

Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan
kolaps pembuluh darah kapiler.6

Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan
berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak kecil timbul:

 Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel
(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
 Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.
 Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik
merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.
 Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.
 Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.

Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang
pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan
memproduksi virus yang menyerang tulang.5

1. F. DIAGNOSIS

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan
aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini
hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat
untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.7

Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala mirip dengan
demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia,
pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya berlangsung
2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi
terhadap virus Chikungunya.2

1. G. PENGOBATAN

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul.6 Perjalanan penyakit ini umumnya cukup
baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka
perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat
tanda-tanda bahaya.6

Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama
protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum
jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk menghadapi
penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu
pada persendian cepat hilang.1

Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita
yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang.
Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang
ada saja (symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun
analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.

Contoh:

Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI), pilih salah
satu contoh dibawah ini:
o
 Parasetamol, antalgin
o
 Natrium diklofenat
o
 Piroxicam atau ibuprofen.6

1. H. PENCEGAHAN

Satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya,
termasuk memusnahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularannya. Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

 Menutup tempat penyimpanan air


 Mengubur sampah
 Menaburkan larvasida.
 Memelihara ikan pemakan jentik
 Pengasapan
 Pemakaian anti nyamuk
 Pemasangan kawat kasa di rumah.3

Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan jendela
rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat.1

Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.1

FORMAT PENGKAJIAN DATA KELUARGA

PENGKAJIAN

Pengkajian pada tanggal 30 Maret 2009

I. Data Dasar Keluarga

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. L

2. Usia : 42 tahun

3. Pendidikan : SLTA

4. Pekerjaan : Swasta

5. Alamat : Kalimati, RT 02

II. Susunan Anggota Keluarga


No Nama Umur L/P Hub. Dg Kelg Pendidikan Pekerjaan Agama
1. Ny. T 32 th P Istri SD IRT Islam
2. Sdr. B 7 th L Anak SD Pelajar Islam
3 Sdr. J 1 th P Anak – – Islam
6. Komposisi keluarga : Ayah, Ibu dan anak

7. Genogram

1. Tipe keluarga : Keluarga inti


2. Suku bangsa : Jawa

10. Agama : Islam

11. Status sosial ekonomi keluarga :

 Total pendapatan keluarga per bulan : Rp.150.000


 Penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari.
 Keluarga tidak memiliki tabungan.
 Tidak ada anggota keluarga yang membantu keuangan keluarga.
 Ny. T bertugas mengelola keuangan keluarga

12. Aktivitas rekreasi keluarga :

Aktivitas rekreasi keluarga biasanya dilakukan dengan menonton TV bersama-sama setelah


makan malam.

13. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Riwayat perkembangan keluarga saat ini adalah :

Tn L

Tn. L mengatakan selama ini tidak mengeluh sakit dan belum pernah masuk puskesmas atau
rumah sakit

Ny. T

Ny. T mengatakan selama ini belum pernah sakit sampai saat di kaji.

An. B

Orang tua An. B mengatakan bahwa anaknya pernah menderita chikungunya dan di rawat di
rumah sakit selama 4 hari

An. J

Orang tua mengatakan bahwa saat ini An. J dalam keadaan sehat

14. Riwayat keluarga inti


An. B mengalami sakit chikungunya satu bulan yang lalu dan sempat di rawat di rumah sakit
selama 4 hari

15. Riwayat keluarga sebelumnya

Riwayat keluarga Tn L tidak ada riwayat penyakit menular namun pada saat satu bulan yang lalu
anaknya terkena penyakit chikungunya.

III. Lingkungan

1. Perumahan

a. Jenis rumah keluarga Tn. L adalah permanent.

b. Luas bangunan : 6 x 12 m2

c. Luas penerangan : 6 x 12 m2

d. Status rumah keluarga Tn. L adalah milik pribadi.

e. Atap rumah Tn. L adalah genteng.

f. Ventilasi rumah keluarga Tn. L ada.

g. Luas ventilasi lebih > 10% luas lantai.

h. Cahaya dapat masuk rumah pada siang hari dengan pencahayaan yang kurang

i. Penerangan rumah keluarga Tn. L adalah menggunakan listrik.

j. Lantai rumah Tn. L adalah dari plester

k. Kebersihan rumah secara keseluruhan adalah cukup.

2. Denah Rumah

3. Pengelolaan sampah

 Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah dengan menggali tanah di pekarangan


rumahnya
 Pengolahan sampah rumah tangga dikumpulkan dan dibakar.

4. Sumber air yang digunakan adalah dari sumur gali.

5. Jamban keluarga berjenis leher angsa.


6. Keluarga Tn. L mempunyai tempat pembuangan limbah sendiri dengan kondisi cukup

7. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan Fasilitas social dan kesehatan di masyarakat setempat
adalah di puskesmas.

8. Karakteristik tetangga dan komunitas

Lingkungan masyarakat saling menghormati, saling tolong-menolong apabila ada salah satu
anggota masyarakat yang mendapat musibah.

9. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga menetap dusun Kalimati Kelurahan Tirtomartani, mobilitas keluarga hanya di wilayah
Sleman dan sekitarnya.

10. Perkumpulan keluarga dengan masyarakat

Keluarga biasa berkumpul pada sore hari pada waktu makan malam, sedangkan perkumpulan
dengan masyarakat biasanya diadakan sebulan sekali pada acara dasa wisma dan pengjian warga.

11. Sistem pendukung keluarga

Ada 3 anggota keluarga yang sehat diantaranya Tn. L, Ny. T, An. J Sedangkan anggota keluarga
yang sakit adalah An. B. Semua anggota keluarga selalu sabar dan penuh kasih sayang dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.

IV. STRUKTUR PERAN

1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa. Hubungan komunikasi antar
anggota keluarga cukup terbuka. Tn. L selalu berdiskusi dengan Ny. T apabila ada masalah
keluarga sebelum mengambil keputusan.

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn. L dan Ny. T selalu membimbing anaknya untuk bersikap sopan santun terhadap orang lain.
Anggota keluarga satu dengan yang lain saling membantu, mendukung dan mengingatkan An. B
yang menderita pernah menderita chikungunya untuk berhati-hati dalam bermain.

1. Struktur peran

Tidak ada perubahan struktur peran dalam keluarga, Tn. L berperan sebagai kepala keluarga,
suami, ayah, pemberi nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman dan nyaman bagi keluarganya.
Sedangkan Ny. T berperan sebagai istri dan ibu yang mengurusi rumah serta pengatur ekonomi
rumah tangga. An. B dan An. J berperan sebagai anak melakukan perannya sebagai anak dan
belajar.

1. Nilai dan norma keluarga

Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, keluarga Tn. T biasanya langsung membawa
ke pelayanan kesehatan setempat misalnya puskesmas.

V. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif

Setiap keluarga saling saling menyayangi dan menghormati satu sama lain serta saling
mendukung apabila ada salah satu keluarga yang mendapat masalah.

1. Fungsi sosialisasi

Interaksi antara sesama anggota keluarga maupun anggota keluarga dengan masyarakat
berlangsung baik dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat.

1. Fungsi keperawatan kesehatan

Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sebatas kemampuan yang dimiliki. Apabila ada
anggota yang sakit keluarga membawa ke pelayanan kesehatan di lingkungan setempat.

1. Fungsi reproduksi

Jumlah anak 2 orang, laki-laki dan perempuan, keluarga menggunakan alat kontrasepsi suntik

1. Fungsi ekonomi

Pendapatan keluarga sebagai pekerja swasta cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

An. B merasa cemas karena menderita chikungunya terus. Keluarga yang lain juga khawatir
terhadap kondisi kesehatan An. B sehingga kalau An. B pergi agak lama langsung dicari oleh
keluarganya.

1. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Keluarga Tn. L berusaha untuk menyelesaikan dan mengatasi masalah yang ada.

1. Strategi koping yang digunakan


Apabila ada masalah diselesaikan bersama dengan anggota keluarga yang lain.

1. Strategi adaptasi disfungsional

Semua masalah yang ada selalu dihadapi dengan sabar dan tetap berusaha untuk mengatasinya
dengan dukungan anggota keluarga yang lain.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Nama : Tn. L

KU : Baik, kesadaran CM

TTV : TD : 120 / 90 mmHg, N : 76 x/menit, RR : 20 x/menit

Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak anemis.

Hidung : Sekret tidak ada, pernapasan cuping hidung (-).

Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak berlubang.

Dada : Simetris, vesikuler.

Abdomen : Nyeri tekan (-), Peristaltik usus : 13 x/menit.

Ekstremitas : Edema (-), kelemahan (-), lesi (-).

2. Nama : Ny. T

KU : Cukup, kesadaran CM

TTV : TD : 120 / 100 mmHg, N : 72 x/menit, RR : 24 x/menit

Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak anemis.

Hidung : Sekret tidak ada, pernapasan cuping hidung (-).

Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak berlubang.

Dada : Simetris, vesikuler.

Abdomen : Nyeri tekan (-), Peristaltik usus : 15 x/menit.


Ekstremitas : Edema (-), lesi (-), tangan kanan kurang kuat.

3. Nama : An. B.

KU : Baik, kesadaran CM

TTV : TD : tidak dikaji, N : 76 x/menit, RR : 16 x/menit

Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak anemis.

Hidung : Sekret tidak ada, pernapasan cuping hidung (-).

Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak berlubang.

Dada : Simetris, vesikuler.

Abdomen : Nyeri tekan (-), Peristaltik usus : 17 x/menit.

Ekstremitas : Edema (-), kelemahan (-), lesi (-). Kaki terdapat bercak merah dan terdapat

nyeri persendian dan merasa ngilu tidak bisa berjalan

4. Nama : An. J.

KU : Baik, kesadaran CM

TTV : TD : tidak dikaji, N : 80 x/menit, RR : 16 x/menit

Kulit/kepala : Bersih, simetris, tidak menggunakan kaca mata, kepala tidak ada benjolan.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak anemis.

Hidung : Sekret tidak ada, pernapasan cuping hidung (-).

Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak berlubang.

Dada : Simetris, vesikuler.

Abdomen : Nyeri tekan (-), Peristaltik usus : 17 x/menit.

Ekstremitas : Edema (-), kelemahan (-), lesi (-).

VIII. HARAPAN KELUARGA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN


Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan adalah An. B terkontrol dan penyakitnya cepat
sembuh serta tidak ada yang menderita pada anggota keluarga yang lain dan masyarakat sekitar.

IX. FUNGSI KEPERAWATAN KELUARGA

Keluarga dapat mengenali penyakit anggota keluarganya yang sakit dan mampu merawatnya.

X. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1. Dalam keluarga tidak ada masalah gangguan jiwa.

ANALISA DATA KEPERAWATAN KELUARGA

MASALAH PERAWATAN
DATA
KELUARGA
DS : 1. Ketidaktahuaan tentang proses penyakit
sehubungan dengan kurangnya
– Keluarga mengatakan sejak klien sakit sebulan informasi tentang penyakit.
yang lalu Keluarga menanyakan penyebab penyakit
chikungunya, keluarga menanyakan apakah penyakit
klien bisa bisa disembuhkan, keluarga menanyakan
apakah bisa menular.
– Jendela rumah dan ventilasi kurang 1. Keadaan fisik rumah tidak memenuhi
pencahyaanya, sehingga kamar tidur dan ruang syarat sehubungan dengan kurangnya
tengah tampak gelap dan lembab pengetahuaan.

Menentukan Prioritas
a. Kurang Pengetahuan

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 2/3 X 1 1 Ancaman kesehatan yang tidak
memerlukan tindakan segera
Ancaman kesehatan
1. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Keluarga sangat ingin tahu tentang
dapat diubah penyakit klien

Mudah
1. Potensi masalah untuk 3/3 x 1 1 Keluarga ingin diberikan
dicegah penyuluhan kesehatan tentang
chikungunya
Tinggi
1. Menonjolkan masalah ½x2 1 Masalah menyangkut cara perawatan
Masalah klien di rumah

Masalah berat harus segera


ditangani
5
Total Score
b. Pencahayaan yang kurang

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 2/1 X 1 2 Masalah adalah tidak sehat/resiko

Ancaman kesehatan
1. Kemungkinan masalah 0/2 x 2 0/2 x 2 Keluarga sementara tidak mau
dapat diubah merubah ventilasi lagi dirumahnya
karena biaya dan tidak punya waktu
Tidak dapat
1. Potensi masalah untuk 1/3 x 1 1/3 Keluarga tidak memiliki keinginan
dicegah untuk merubah

Tinggi
1. Menonjolkan masalah 0/2 x 2 0 Keluarga biasa dengan keadaan
Masalah rumah yang gelap seperti itu bahkan
sejak dulu tinggal disitu tidak ada
Masalah tidak dirasakan satu anggota keluargapun yang
menderita sakit karena hal itu
2 1/3
Total score
PENYUSUNAN MASALAH SESUAI DENGAN PRIORITAS

Kurang pengetahuan 5

Kekurangan sumber dalam keluarga 2 1/3

Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga

Tujuan Kriteria evaluasi


No Diagnosa
Umum Khusus Kriteria Standard
1. Ketidaktahuan tentang Setelah Keluarga tahu Klien mampu Klien mampu
penyakit sehubungan penyuluhan 30 pengertian, menjelaskan, menyebutkan
kurangnya informasi menit, keluarga penyebab, gejala dan pengertian, gejala pengertian,
tentang penyakitnya : mengetahui penyebab klien dan penyebab penyebab, 3 gelal
tentang penyakit terkena chikungunya chikungunya dan 4 penyebab
chikungunya chikungunya

2. Keluarga menanyakan Setelah Keluarga tahu Klien mampu Klien mampu


tentang penyakit An. B penyuluhan 30 pengertian, menjelaskan, menyebutkan
menit, keluarga penyebab, gejala dan pengertian, gejala pengrtian, penyeb
Tn.L Menanyakan sudah mengetahui penyebab klien dan penyebab 3 gelala dan 4
penyaktinya apakah bisa tentang penyakit terkena chikungunya chikungunya penyebab
disembuhkan. chikungunya chikungunya
Dapat menerapkan
PHBS lingkungan
keluarganya
Perencanaan
Asuhan
20 Keperawatan
Keluarga

Tujuan
No Diagnosa keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Khusus
1.  Ketidaktahuan Setelah 4 April  Beri penjelasan Keluarga
tentang penyakit penyuluhan 30 2009 masalah mampu
sehubungan menit, kesehatan di menjelaskan
dengan kurangnya keluarga sudah dalam pengertian,
infomasi tentang mengetahui keluarga. penyebab dan
penyakitnya. tentang  Diskusikan gejala
penyakit tentang chikungunya
chikungunya pengetahuan
fakta.
 Motivasi pada
keluarga untuk
memberi
penjelasan
tentang
chikunguny

2.  Keluarga Setelah 7 April  Beri Keluarga


menanyakan penyuluhan 30 2009 penyuluhan mampu
tentang menit, kesehatan menjelaskan
penyakitnya. keluarga sudah tentang pengertian,
 Tn. L mengetahui pengertian, penyebab dan
menanyakan tentang penyebab dan gejala
kesembuhan penyakit gejala chikungunya
penyakit anaknya chikungunya chikungunya
 Kaji tingkat Keluarga
pendidikan mampu
keluarga merubah dan
melakukan
perilaku hidup
bersih dan
sehat di
lingkungan
keluarga dan
rumahnya
21

CATATAN KEPERAWATAN

No. Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


1. 4 April 2009 1. Mengkaji fisik 4 April 2009, jam 15.45 WIB
2. Mengkaji pengetahuan tentang
penyakit chikungunya S:
3. Beri penjelasan masalah
kesehatan di dalam keluarga. Keluarga mengatakan belum
4. Diskusi tentang pengetahuan banyak memahami dan
fakta. mengetahui tentang penyakit
5. chikungunya dan
perawatannya
22
O:

6. Motivasi pada keluarga untuk Keluarga mampu menjelaskan


memberi pengetahuan tentang sebagian tentang penyakit
penyakit chikungunya chikungunya dan
perawatannya.

Meminta untuk mengulangi


penjelasan yang lengkap
kepada semua anggota
keluarga

A:

Masalah teratasi sebagian


P:

Pertahankan dan lanjutkan


intervensi
2. 7 April 2009 1) Menjelaskan tentang penyakit 7 April 2009, jam 13.30 WIB
chikungunya : pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, perawatan, pencegahan S :
dan pengambilan keputusan.
Keluarga mengatakan
2) Menjelaskan cara pencegahan agar memahami dan mengetahui
tidak menjadi menular. tentang penyakit chikungunya
dan perawatannya

O:

Keluarga mampu menjelaskan


sebagian tentang penyakit
chikungunya dan
perawatannya setelah diberi
penyuluhan

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan dan lanjutkan


intervensi
Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju. Di
Indonesia prevalensi untuk menderita hipertansi masih rendah presentasinya.Walaupun demikian
bukan berarti ancaman penyakit hipertensi diabaikan begitu saja.Bagi masyarakaat golongan atas
hipertensi benar-benar menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu : 2000).
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata 20 %.Penyakit
hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di negara Indonesia rata-rata 6-
15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena jumlah anak dibawah 15 tahun di negara
Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu : 2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budi Darmojo bahwa di Indonesia 1,8-28,6 %
penduduk yang berusia > 20 tahun adalah penderita Hipertensi dan pada umumnya berkisar
antara 6 – 10 % . Di provinsi Jawa Timur angka kesakitaan penyakit hipertensi tahun 1998 –
1999 : 12,42 % (Data Provil). Sedangkan dari laporan bulanan puskesmas Mojo terhitung dari
bulan Januari 1998 sampai bulan Desember tahun 1999 yang berkunjung ke Puskesmas Mojo
adalah 19,13 % .dan tahun 2000 : 47,1%. Mengamati data tersebut dapat memberikan gambaran
bahwa masalah penyakit hipertensi khususnya di puskesmas Mojo perlu mendapat pengamatan,
pengawasan serta perawatan yang komprehensip.
Hipertensi merupakan factor resiko, primer yang menyebabkan penyakit jantung dan
stroke.Hipertensi disebut juga sebagai The Shilent Disease karena tidak ditemukan tanda –tanda
fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin : 1991).
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai Heterogenus Group of
Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak tekontrol akan menyebabkan kerusakan
organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun
kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati :
2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering ditemukan pada
usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas (Sri Rahayu : 2000 : 7 ).
Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan dan pengawasan yang baik.
Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang
merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang
menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta merubah kebiasan
hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok, minum-
minuman beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan
daran yang meliputi, cara mempertahankan berat badan ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium,
Magnesium, lemak dan alcohol. (Dr. Wendra Ali 1996 : 3, 20, 21).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, maka
mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti :
1. Ketidak patuhan diit rendaah garam dan rendah lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita .
3. Sumber daya keluarga kurang .
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan berkurangnya pendapatan. Keluarga).
Dalam pelaksanaan tugas–tugas kesehatan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Freedmen (1981) membagi lima (5) peran yang dilakukan keluarga yaitu : mengenal gejala
hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk menolong
klien hipertensi, mampu memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi dalam mengatasi masalahnya dan meningkatkan produktivitas keluarga
dalam meningkatkan mutu hidup anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi.
Untuk mencapai tujuan perawatan kesehataan keluarga yang optimal, sangatlah penting peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit
hipertensi antara lain : mampu mengenal asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai koordinator
pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik kesehatan, sebagai penyuluh dan
konsultan dalam asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1 Mengapa prevalensi penyakit hipertensi tiap tahun meningkat.
2 Bagaimana peran keluarga dalam membantu mengatasi masalah yang salah satu anggotanya
menderita penyakit hipertensi.
3 Bagaimana peran perawat puskesmas dalam mengarahkan dan membantu keluarga yang
anggotanya menderita penyakit hipertensi.
4 Bagaimana perawat membuat asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.

B. Batasan Masalah
Oleh karena begitu banyak aspek dan ruang lingkup yang dapat ditemukan dari masalah diatas
serta keterbatasan penulis dalam hal tenaga, kemampuan , pengalaman, keterampilan, waktu dan
pengetahuan, maka penulis membatasi permasalahannya hanya pada “Bagaimana Asuhan
Keperawatan yang baik dan benar pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita
penyakit hipertensi dengan masalah “Nutrisi“ melalui proses pendekatan keperawatan .
Ruang lingkup pembahasan penulis terbatas pada :
1. Penulis hanya mengasuh pada satu keluarga saja.
2. Dalam asuhan keperawatan penulis hanya mengambil satu penyebab masalah hipertensi
yaitu : Masalah Nutrisi
3. Lebih menitikberatkan pada aspek keperawatan
Dengan pembatasan masalah tersebut penulis menyusun karya tulis ini dengan judul : Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn DI yang anggota keluarganya ada yang menderita hipertensi dengan
masalah nutrisi di Suryawijayan, MJI, Yogyakarta.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawataan
keluarga tuan DI. di Suryawijayan dengan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh akibat
nutrisi melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini agar penulis mampu :
a. Mengumpulkan data pada keluarga tuan DI.dengan penyakit hipertensi.
b. Menganalisa data yang telah dikumpulkan.
c. Merumuskan masalah kesehatan keluarga.
d. Menentukan prioritas masalah.
e. Menentukan diagnosa keperawatan .
f. Menentukan rencana tindakan keperawatan .
g. Melaksanakan tindakan keperawaatan.
h. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
i. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
D. Metodelogi
Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah :
1. Metode penyusunan
Deskriptif
Metode yang digunakan yang mengungkapkan peristiwa dan bertujuan pada pemecahan
masalah yang dihadapi saat ini dan hasilnya dapat dievaluasi pada saat ini juga.
a. Studi pustaka
Yaitu mencari imformasi-informasi melalui beberapa literature yang berasal dari buku-buku
ilmiah, majalah ilmiah serta media cetak lainnya yang ada diperpustakaan untuk dijadikan
landasan teori dalam memberikan pelayanan maupun penulisan kaarya tulis ini.
b. Studi lapangan
Yaitu memberikan asuhan keperawatan secara nyata dilapangan untuk memperoleh gambaran
sebenarnya tentang perkembangan suatu subyek melalui proses keperawatan (Teli zedahan
Ndraha 1985 : 105).
2. Lokasi dan waktu
Lokasi yang digunakan sebagai sumber bahan karya tulis adalah diwilayah Suryawijayan.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Mei 2012.
3. Tehnik pengumpulan data
Dalam pengumpulan data dipakai tehnik sebagai berikut :
a. Oservasi
b. Wawancara
c. Pemeriksaan fisik
4. Jenis data
a. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung.
b. Data sekunder.

E. Sistimatika penulisan.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan sistimatika sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluaan menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,
batasan masalah ,metodelogi penulisan ,sistimatika penulisan.
Bab kedua tinjauan pustaka yang menguraikan tentang konsep dasar yang terdiri dari
keperawatan kesehatan, kesehatan keluarga, factor yang mempengaruhi sehat-sakit,defenisi
hipertensi, patofisiologi, nutrisi dan dampak masalah , keperawatan kesehatan keluarga serta
asuhan keperawatan yang terdiri dari: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi .
Bab ketiga yaitu tinjauan kasus yang menguraikan tentang asuhan keperawatan kesehatan
keluarga dilapangan, mulai dari pengkajian sampai pada evaliasi.
Bab keempat pembahasaan yang menguraikan tentang kesenjangan antara bab kedua dan bab
ketiga dengan mengacu pada tujuan.
Bab kelima penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran sebagai hasil dari
jawaban terhadap tujuan penulisan. Kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran–
lampiran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A . Konsep Dasar
1. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Defenisi keluarga
1) Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke
tergantungan.
Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yangtergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi ,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1.1. Unit terkecil dari masyarakat.
1.2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
1.3. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
1.4. Hidup dalam satu rumah tangga.
1.5. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
1.6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
1.7. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
1.8. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2) Keperawaatan kesehatan keluarga
Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
b. Tipe keluarga
Terdiri dari :
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
3) Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
5) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami dan
hidup secara bersama–sama.
6) Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga .
c. Keluarga sebagai unit keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 ) adalah sebagai berikut :
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat .
2) Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
masalah – masalah dalam kelompoknya
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota
keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang
lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya yang
menderita hipertensi.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi anggota
keluarga yang menderita sakit hipertensi.
d. Factor yang mempengaruhi sehat - sakit
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L Bloom yaitu
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan cara
menghindari adanya stres
2) Faktor social budaya
a). Factor social budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :
(1) Kebiasaan merokok
(2) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
(3) Pola diet tidak teratur
(4) Bila sakit tidak segera berobat
b) Status social budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus hipertensi adalah :
(1) Menghindari kebiasaan merokok.
(2) Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .
(3) Menjaga berat badan dan olah raga yang terratur
(4) Melakukan konril yang teratur
3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
hipertensi
4) Faktor keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetic
e. Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
Menurut Freedman ( 1981) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas memelihara kesehatan
keluarga khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :
1) Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga tentang gejala
hipertensi
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota keluarga yang
menderita penyakit hpertensi
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepada anggota keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat mengatasi
penyakit hipertensi.
f. Peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran perawat
diperlukan sebagai berikut :
1) Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi .
2) Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi . Dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, perawat
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan kemampuam mereka dalam
melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi.
3) Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang menderita penyakit
hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga serta mencari
cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi
4) Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya .
5) Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi
6) Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga yang
anggotanya mederita penyakit hipertensi.

2. Hipertensi
a. Pengertian
Hypertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan diastolic serta
merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakitt kardiovaskuler
(Soekarsohardi,1999 : 151)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar
dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin,1993 : 191 ).
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic diatas normal
sesuai umur dan merupakan salah satu factor resiko terjadinya kompilkasi penyakit
kardiovaskuler.
b. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori :
1) Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti berrtambahnya usia
, factor psikologis , dan keturunan.
Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
2) Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian
oral kontrasepsi.
Adapun factor pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan,
lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi Purwati , 2000 : 25 )
c. Patofisiologi.
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah keseluruh tubuh,
tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan
normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan
peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume cairan
dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput . Dalam sistim Renin - Angiotensien -
aldosteron pada patogenesis hipertensi, , glandula supra renal juga menjadi factor
penyebab oleh karena faktor hormon
.Sistim Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angitensin I menjad
angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE )
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer yang
mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat .
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron
yang akan meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini
semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output. (Jurnlistik
international cardiovaskuler,1999 )
d. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti , penyakit jntung koroner,
gagal jantung ,gagal ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak ( Sri Rahayu,
2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD.dr Soetomo,1997).
e. Perawatan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Pengaturan diit
2) Berolah raga
3) Obat-obatan penurun takanan darah antara lain : ga secara teratur
4) Menghilangkaan rasa takut
a) Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
b) Betabloker :Proparnolol, dll.
c) Alfabloker : Prazosin dll.
d) Penghambat ACE : Kaptopril dll.
e) Antagonis Kalsium : Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995)
f. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor yang perlu
diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya
komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan
tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat
rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam
dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara
pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk
menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu :
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi
Makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam
saos,kecap,selai,jelli,makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal
sebagai berikut :
a) Jangan menggunakan garam dapur
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan
asin, sardensis, sosis dan lain-lain.
c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau
penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
e) Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, seperait
2) Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Sekitar
25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang
lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju
keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.
3) Diet kalori bila kelebihan berat badan. Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar
berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut
:
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan
0,5 kg berat badab per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Contoh menu untuk penderita hypertensi :
1 piring nasi ( 100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130 gram ), 1 potong
tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ), ( Sri Rahayu, 2000 ).
e. Dampak masalah.
1) Terhadap individu.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya oleh penderita. Kurangnya
pengetahuan klien terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas.
b) Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala pusing dan bila berlangsung lama
disertai mual-mual dan muntah.
c) Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung.
d) Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering terbangun karena sering sakit kepala dan
tegang pada leher bagian belakang.
e) Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan yang lama ,diet, olah
raga, merokok, minuman beralkohol.
f) Pada pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan merasa tidak berdaya dengan
keberadaan sekarang.
2) Terhadap keluarga
a) Merepotkan dalam memberikan perawatan ,pengaturan diet, mengantar kontrol dan
manambah beban biaya hidup yang terus –menerus.
b) Produktifitas menurun. Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan sebagai
pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk
kegiatan seperti semula.
c) Psikologi .
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.
3) Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam
masyarakat Selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya. .
4) Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin meningkat,maka akan terjadi beban
pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan
,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan
/dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .
1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan ,status kesehatan,
kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
1. Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
2. Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
3. Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
4. Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar.
5. Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
6. Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang nyata ataupun tidak
nyata.
7. Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu
senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.
(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c) Peran dari tiap anggota keluarga
(d) Keadaan rumah dan lingkungan
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a) Aspek fisik
(b) Aspek mental
(c) Sosial budaya
(d) Ekonomi
(e) Kebiasaan
(f) Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
(a) Perkembangan kesehatan anak
(b) Kartu keluarga
(c) Catatan kesehatan lainnya
(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan keperawatan
antara lain :
(a) Tanda-tanda penyakit
(b) Kelainan organ tubuh
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam
menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
b) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
(2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
c) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
d) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga
dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
3. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring
berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut

K riteria Bobot
1. Sifat masalah
Skala : ancaman kesehatan
Tidak/kurang sehat
Krisis
2
3
1 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah
Skala : Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
2
1
0 2
3. Potensia masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat harus ditangani
Ada masalah tapi tidak perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
2

1
0 1

Skoring :
1.Tentukan skor untuk tiap kriteria
2.Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor X bobot
Angka tertinggi

3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh
keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas
kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi antara lain :
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan
yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas
kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi
adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet
yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.
2 Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien hipertensi
adalah :
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar.
1) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
2) Kriteria hasil
a).Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi anggota kelurga
yng menderita hipertensi.
b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan makan-makanan
rendah garam bagi penderita hipertensi .
4) Rasional
a)Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi yang negatip
sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh
hiperetensi
b)Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang rendah garam.
b.Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota keluarga
yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat dari pengaturan diet
1) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien hiperetensi
b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
4) Rasionalisasi
a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara pengaturan diet
untuk klien hipertensi
b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.
c.Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang
benar .
1) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien hipertensi.
3) Rencana tindakan
a) Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan untuki klien
hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien
hipertensi.
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan dengan jumlah
yang tepat.
4) Rasionalisasi.
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara pengolahan makanan
untuk klien hipertensi.
b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah yang tepat kilen
dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam.
1)Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang rendah
garam.
2) Kriteria hasil
a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak mengandung garam.
c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
3) Rencana tindakan.
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak mengandung garam.
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk merubah kebiasaan
yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.
4) Rasional
a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh garam terhadap
klien hipertensi
b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung
garam.
c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak
sehat menjadi sehat
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga berhubungan
dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
1) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat keluarga.
2) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk pengobatan
hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah
c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman obat keluarga .
4) Rasional
a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah.
c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan saja
diperlukan.
3 Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi sesuai
rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
a. Deteksi dini kasus baru.
b. Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
c. Melakukan rujukan
d. Bimbingan dan penyuluhan. ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)
4 Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan penilaian selalu
berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
a. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.
b. Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan
dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c. Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah.
d. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt Care , 1989 : 97 )

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Proses penyusunan tinjauan kasus dengan asuhan keperawatan keluaraga yang menderita
hipertensi dengan masalah nutrisi pada Tuan IS .di RT V RW VI Kelurahan Mojo dimulai
tanggal 25 April sampai 30 Juni 2001 di wilayah kerja puskesmas Mojo melalui proses
pendekatan keperawatan sebagai berikut :
A Pengkajian
1. Penjajakaan tahap pertama
a Pengumpulan data
Pengumpulaan data dimulai tanggal 5 Mei 2012
Data yang diperoleh sebagai berikut :
1) Struktur dan sifat keluarga
a) Identitas kepala keluarga
Nama tuan DI. umur 41 tahun ,pendidikan SMA,pekerjaan wiraswasta, agama Islam, keadaan
fisik sehat tidak pernah menderita penyakit kronis.
b) Identitas anggota keluarga
Nama Suparjilah 63 tahun orang tua ,pendidikan SLTP,pekerjaan ibu rumah tangga,agama Islam
,penyakit yang diderita yaitu hipertensi sejak tahun 2010 sampai sekarang.
Nama alfi yunauli 38 tahun,pendidikan sarjana,pekerjaan ibu rumah tangga,ppenyakit yang
diderita yaitu hipertensi sejak bulan februari 2012 hingga sekarang.
Anak pertama tauveska roman yussuve 6 tahun ,pendidikan TK, Tinggal bersama orang tua.
Anak kedua mayrade nia yussuve 4 tahun,pendidikan SLTA, tinggal bersama orang tua.
Tipe keluarga adalah keluarga inti .
Yang paling dominan dalam pengambilan keputusan adalah ayah.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis.
c) Kegiatan keluarga sehari hari
(1) Kebiasaan tidur anggota keluarga sehari kira-kira 7 sampai 8 jam per hari. Sedangkan
Nn.suparjilah dan alfi yunauli bila tekanan darahnya naik rata-rata tidur sehari 5 sampai 6 jam .
2. Kebiasaan makan
Makan 3 (tiga ) kali sehari dengan makan pokok beras.Keadaan fisik anggota keluarga tidak
terlalu gemuk. Dalam menyiapkan dan menyajikan makan secara bersama dan bergabung dengan
nyonya S. yang menderita penyakit hipertensi.
3. Kebiasaan penggunaan waktu senggang.
Penggunaan waktu senggang oleh Tuan DI dan nyona Alfi yunauli ,menonton tv,ngobrol dan
menyuapi anak makan. Kadang-kadang berolah raga
4. Situasi social budaya dan ekonomi.
Penghasilan tuan DI.sebulan lebih dari Rp.750.000 sebulan.Penggunaannya sebagian untuk
kebutuhan hidup sehari-hari dan sisanya ditabung.Sisa belanja disimpan untuk kebutuhan tak
terduga yang sifatnya mendadak.
2) Faktor situasi lingkungan.
a) Perumahan.
Ukuran 6 X 8 m2 terdiri dari dua kamar tidur, dapur, ruang tamu,ruang makan dan kamar mandi
serta kamar wc.
b) Sarana sanitasi .
Sumber air minum PDAM,ada saluram pembuangan air limbah,ada tempat sampah.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) Tn DI dan ny.A jenis imunisasi yang didapatkan oleh anaknya adalah polio.
b) Ibu tidak pernah mengikuti program KB.buatan tapi menggunakan KB alamiah.
c) Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga.
Ny.S.menderita penyakit hipertensi sejak tahun 2010 sampai sekarang,dan Ny. A menderita
penyakit hipertensi sejak bulan februari 2012 hingga sekarang. sedangkan anggota keluarga yang
lain tidak ada yang menderita penyakit kronis.
d) Ny.S dan Ny. A pergi berobat kesarana kesehatan bila timbul gejala kepala pusing dan susah
tidur.
e) Peran petugas kesehatan
Saran petugas kesehatan agar selalu berobat teratur dan mengikuti diet yang telah dianjurkan.

Genogram

Keterangan : = Laki-laki
= Perempuan
= Klien
- - - - = tinggal 1 rumah

b. Analisa data
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga tuan DI.disebabkan oleh factor ketidaktahuan
dan kurang pengetahuan tentang manfaat diet bagi klien hipertensi.
Dari factor tersebut menimbulkan ketidakmampuan keluarga untu mengatasi,masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh keluarga.
Kondisi seperti ini mengakibatkan masalah kesehatan yang berkepanjangandan berlarut-larut
bagai suatu siklus myang tadak ada habisnya dalam hidup keluarga.
Dari hasil pengumpuan data masalah yang dihadaapi oleh keluarga adalah sebagai berikut.
1) Keluarga tidak mengetahui cara pengaturan diet bagi klien hipertensi.
2) Keluarga dan klien mengkonsumsi makanan yang cukup memngandung garam .
3) Cara pengolahan makan disatukan antara klien dan anggota keluarga yang lain.
4) Klien jarang kontrol kesarana kesehatan.
5) Ketidaksanggupan merawat klien hipertensi.
Dari masalah tersebut diatas akan timbul hal antara lain :
a) Ancaman kesehatan (keluarga tidak mengetahui cara pengaturan diet untuk klien hipertensi
).
b) Kurang atau tidak sehat (adanya klien hipertensi dalam keluarga)
Setelah data dikumpulkan kemudian dianalisis sebagai berikut:
1. Kelompok data pertama
(a) Data subyektif : Klien dan keluarga mengatakan tidak mengetahui cara pengaturan diet bagi
klien hipertensi.
(b) Data obyektif :-
(c) Kemungkinan penyebab : kurang pengetahuan tentang cara pengaturan diet untuk klien
hipertensi
(d) Masalah kesehatan :ancaman kesehatan yaitu cara pengaturan diet yang salah
` (2) Kelompok data kedua
(a) Data subyektif : Klien dan keluarga mengatakan mengkonsumsi makanan yang cukup
mengadung garam.
(b) Data obyektif : Tekanan darah 180/110 mmhg.BB. 68 kg, TB,164 cm.
(c) Kemungkinan penyebab :kurang pengetahuan klien dan keluarga akibat kelebihan natrium
dalam tubuh.
(d) Masalah kesehatan :ancaman kesehatan bagi klien hipertensi.
(3) Kelompok data ketiga
(a) Data subyekti klien dan keluarga mengatakan pengolahan makan disatukan dengan klien
hipertensi dan anggota keluarga yang lain
(b) Data obyektif : Jumlah dan jenis makan sama dengan anggota keluarga yang lain
(c) Kemugkinan penyebab :Kurang penegetahuan klien dan keluarga cara pengoalahan makanan
untuk klien hipertensi.
(d) Msalah kesehatan : Ancaman kesehatan
.(4) Kelopok data keempat
(a) Data subyektif : Klien mengatakan pergi kontrol kesarana kesehatan bila timbul gejala
pusing dan tengkuk terasa tegang.
(b) Data obyektif : Klien berobat rata-rata satu kali sebulan
(c) Kemungkinan penyebab masalah : Kekurang tahuan klien dan keluarga tentang komplikasi
yang akan terjadi akibat hipertensi.
(d) Masalah kesehatan : ancaman kesehatan bagi klien hipertensi.
c. Proritas masalah
Untuk mengatasi masalah keluarga tuan DI.secara keseluruham tidak mungkin,oleh karena itu
perlu dilakukan proritas masalah kesehatan,mana masalah kesehatan dan keperawatan yang
mengancam kehidupan dan mengancam kesehatan keluarga .
Untuk membuat prioritas masalah tersebut berdasarkan scoring.
1) Mengetahui cara pengaturan diet untuk klien hipertensi.
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/2 x 1 1 Ancaman kesehatan.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2 Sumber-sumber dan tindakan untuk
dapat memecahkan masalah kesehatan dapat dijangkau keluarga.
3. Potensi untuk mencegah masalah 3/3 x 1 1 Untuk menghindari terjadinya hipertensi
dapat dicegah dengan makan makanan yang rendah garam dan mengiuti diet
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari dan segera mengatasi masalah
tersebut.
Total Skor 5

2) Klien mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup garam


No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Kurang/tidak sehat.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2 Sumber daya perawatan diantaranya
pengetahuan dapat memecahkan kesehatan.
3. Potensi untuk mencegah masalah 3/3 x 1 1 Untuk menghindari terjadinya peningkatan
tekanan darah salah satu faktornya dengan diet rendah garam
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari dan perlu segera diatasi .
Total Skor 5

3) Pengolahan makanan disatukan dengan klien


No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Kurang/tidak sehat.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 1/2 x 2 1 Kurangnya pengetahuan klien dan
keluarga cara pengolahan makanan
3. Potensi untuk mencegah masalah 2/3 x 1 2/3 Tingkat pengetahuan dan kesadaran klien
dan keluarga masih kurang
4. Menonjolnya masalah 0 x 1 0 Tidak mengikuti anjuran yang diberikan dan tidak
dianggap suatu masalah.
Total Skor 2 2/3

2 Penjajakan tahap kedua


Dimulai tanggal 6 Mei sampai 11 Mei 2001
Dari hasil analisa data diagnosa yang ada yaitu :
1) Ketidaktahuan keluarga masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinyan hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang cara pengaturan diet yang
benar
2) Ketidak sanggupan keluarga untuk memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi
klien hipertensi dan selalu mengkonsumsi makan yang cukup mengandung garam
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makan yang benar untuk klien
hipertensi

B . Perencanaan
Dari diagnosa diatas dapat dirumuskan untuk mendapatkan perencanaan selanjutnya untuk
diintervensi sesusai diagnosa.
1. Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi
a. Tujuan
Keluarga mampu mengenal adaanya maslah cara pengaturan diet bagi klien hipertensi
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batasan pengaturan diet bagi klien
hipertensi.
2) Keluarga dapat memahami dan mampu mengambil tindakan sesuai anjuran
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita
hipertensi
2) Mengukur tekanan darah klien
d. Rasionalisasi
1) Dengan diberikan penjelasan menimbulkan persepsi yang positip sehingga diharapkan dapat
memberi motivasi kepada keluarga untuk mengenal masalah nutrisi
2) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga mengerti sehingga menyajikan makanan
yang rendah garam.
3) Mengevaluasi keadaan klien.

2. Ketidak saanggupan keluarga untuk memilih tindakan yang tepat dalam pengturan diet bagi
,klien hipertensi.
a. Tujuan
Klien dan keluarga dapat memahami manfaat pengaturan diet untuk penderita hipertensi
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menjelaskan mamnfaat pengaturan diet bagi klien hipertensi.
2) Keluarga dapat menyiapkan makanan khusus untuk klien hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat pengaturan diet bagi klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada keluarga jenis makanan untuk klien hipertensi
d. Rencana tindakan
1) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara pengaturan diet
untuk klien hipertensi
2) Diharapkan keluarga mengetahui jenis makanan untuk klien hipertensi
3. Ketidaksanggupan keluarga untuk penyediaan diet khusus bagi klien.
a. Tujuan
Klien dan keluarga mampu mengolah makanan dalam jumlah yang tepat.
b. Kriteria hasil
1) Klien dan keluarga mampu menyebut jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien
2) Keluarga menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat untuk klin.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang cara pengolahan makanan untuk klien .
2) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh klien
3) Berikan contoh sederhana kepada klien dan keluarga tentang cara membuat makanan dalam
jumlah yang tepat
d. Rasionalisasi
1) Diharapkan klien dan keluarga dapat memahami cara pengolahan makanan untuk klien.
2) Klien mengkonsumsi makanan sesuai diet yang dianjurkan.
3) Dengan diberikan contoh yang sederhana cara membuat makanan dalam jumlah yang
tepat,klien dan kelaurga dapat melaksanakannya dengan sendiri.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi keperawatan sesuai rencana yang telah disusun
1. Diagnosa pertama
Tanggal 4 Juni 2001
a. Memberi penjelasan kepada keluarga dan klien tantang cara pengaturan diet yang benar bagi
klien hipertensi.
b. Mengukur tekanan darah klien (ny.S dan ny. A)
2. Diagnosa kedua
a. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang manfat pengaturan diet bagi klien
hipertensi
b. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makanan yang dikonsumsi oleh
klien.
3. Diagnosa ketiga
a. Menberi penjelasan kepada klien dan keluarga tentang cara pengolahan makanan untuk klien
hipertensi.
b. Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makanan yang dikonsumsi oleh klien.
c. Memberi contoh sederhana kepada klien dan keluarga,cara membuat makanan dalam jumlah
yang tepat bagi klien.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian dan melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang anggota
keluarganya menderita penyakit hipertensi dengan masalah nutrisi ,maka pada bab ini penulis
membandingkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
Dalam sistimatika penulisan Bab II dan Bab III pada prinsipnya sama yaitu langkah-langkah
proses keperawatan keluarga dari pengkajian sampai evaluasi.
A. Pengkajian
Berdasarkan landasan teori pada analisis data merupakan merupakan teori yang sudah baku dan
sesuai typology masalah keperawatan keluarga sedangkan pada tinjuan kasus dikelompokan
berdasarkaan sumber data yaitu data subyektif dan obyektif sesuai masalah yang ada pada
keluarga
Pada Bab II dianalisis data ada tiga kemungkinan masalah yang akan timbul yaitu
ancaman,kurang/tidak sehat dan krisis sedangkan pada kasus hanya ditemukan dua masalah yaitu
ancaman dan kurang atau tidak sehat.
Diagnosa keperawatan pada Bab II yang berhubungan dengan pangaturan diet bagi klien
hipertensi adalah sebaagai berikut
1. Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab penyakiy
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara penganturan diet yang
benar.
2. Ketidaksanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi klien
hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga untuk penyediaan khusus bagi klien hipertensi.
4. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi klien hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam .
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan obat keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan manfaat tanaman obat keluarga.
Sedangkan pada Bab III adapun diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut
1. Ketidaktahuan keluarga memngenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
penyakit hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet
yang benar.
2. Ketidaksanggupan keluarga untuk memilih tindakan yang tepat dalam pengeturan diet bagi
klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar dan selalu mengkonsumsi makanan yang cukup banyak mengandung garam.
3. Ketidakmampuan untuk menyediakan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
Dari hasil pengamatan langsung pada keluarga bahwa klien dan angota keluarga belum tahu
makanan apa saja yang dapat dikonsumsi oleh klien.

B. Perencanaan
Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan maasalah yang dihadapi oleh keluarga. Ada
beberapa hambatan yang dihadapi oleh penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan antara
lain masalah yang menurut penulis mengancam kesehatan anggota keluarga (masaalaah
ketidaktahuan dalam pengaturtan diet dan mengkonsumsi makananan yang cukup mengandung
garam ) sedangkan menurut persepsi klien dan keluarga hal tersebut tidak mengancam
kesehatannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis terus berupaya dengan memberikan contoh-contoh
sederhana dan akhirnya klien dan keluarga menyadari kekeliruannya.
Pada bab II untuk memprioritaskan masalah menggunakan sistim scoring untuk mempermudah
prioritas masalah dan paada Bab III juga menggunakan sistim yang sama. Skoring dipakai untuk
memudahkan dalam prioritas masalah.Pada tahap perencanaan Bab III keterlibatan keluarga
sangat penting agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tidak mengalami kesulitan.
Pada Bab II tidak ada batasan waktu evaluasi sedangkan pada Bab III ada ketentuan waktu.
Pada tahap perencanaan Bab III penulis mengalami hambatan yaitu cara pengolahan makanan
yang disatukaan antara klien dan anggota keluarga yang sehat. Keluarga tidak mengetahui akibat
yangn terjdi pada klien. Untuk mengatasi hal tersebut penulis memberikan penjelasan tentang
pentingnya pengaturan diet bagi klien hipertensi.

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi keperawatan kepada keluarga yang angota keluarganya menderita
hipertensi sesuai rencana yang telah dibuat. Oleh karena itu berdasarkan perencanaan yang ada,
dalam pelaksanaan tidak mengalami kesulitan serta adanya kerja sama yang baik dan saling
pengertian antara penulis dan keluarga.
Tanggapan kelurga terhadap intervensi yang diberikan adalah :

1. Diagnosa pertama
Pada perencanaan setelah diberi penjelasan diterima dan dimengerti dengan baik oleh klien dan
keluarga.
2. Diagnosa kedua
Apa yang direncanakan pada tahap pelaksanaan,keluarga mau melaksanakan semua anjuran yang
telah diberikan oleh petugas kesehatan.
3. Diagnosa ketiga
Setelah mendapatkan penjelasan,klien dan keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi .
D. Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi perlu melibatkan keluarga bertujuan untuk mengetahui apakah
tujuan berhasil atau belum. Pada perencanaan sudah dibuat criteria hasil sehingga dapat
memudahkan untuk mengetahui perkembangan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dan membuat catatan perkembangan guna menilai hasil asuhan keperawatan yang
telah dilaksakan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus penulis akhirnya dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian
Tahap pengkajian meliputi pengumplan data,analisa data dan penentuan diagnosa keperawatan
,yang merupakan tahap penentuan keberhasilan dari asuhan keperawatan keluarga
2. Tahap perencanaan .
Dalam menyusun rencana ,perawat harus memperhatikan sumber yang ada pad keluarga dan
factor yang dapat menghambat keberhasilan tujuan ,oleh sebab itu keterlibatan keluarga sangat
diperlukan dalan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan potensi dan kemampuan keluarga
juga batasan waktu dari masing –masing rencana tersebut yang dapat membantu dalam
mengevaluasi setelah diintervensi.
3. Tahap pelaksanaan
Dalam pelaksanan asuhan keperawatan dilakukn sesuai rencana yang telah disusun bersama
keluarga.
Perawat perlu memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembang kan kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
4. Tahap evaluasi
Evalusi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang mencatat semua perkembangan
dari kegiatan asuhan keperawatan keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi
serta memantau hasil dari intervensi yang dilakukan oleh penulis dan hasil kunjungan lanjutan
dari petugas puskesmas Mojo.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis nasih ada masalah yang belum teratasi,maka adapun saran yang
disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Kepada keluarga
a. Hendaknya keluarga memanfaatkan sebaik mungkin kunjungan rumah yang dilakukan oleh
petugas kesehatan.
b. Hendaknya keluarga melaksanakan perannya untuk merawat ny.S.sesuai anjuran petugas
kesehatan berdasarkan pada kemampuannya.
c. Keluarga hendaknya menanam tanaman obat keluarga minimal dapat menggunakannya.
d. Klien pergi berobat kesarana kesehatan secara teratur.
2. Kepada petugas kesehatan keluarga (petugas puskesmas )
a. Karena klien ny.S.berobat kurang teratur ,diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan
kunjungan rumah yang lebih efektif.
b. Dalam penentuan dan prioritas masalah dihrpkan bersama keluarga.
c. Dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengn sumber dana
yang pada keluarga tuan Is.
d. Bila klien jarang datang ke puskesmas,diharapkan petugas kesehatan keluarga dapat
melakukan kunjungan rumah.
ASKEP KELUARGA LANSIA (SINGLE ADULT FAMILY)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.R PADA TAHAP PERKEMBANGAN


KELUARGA LANSIA
A.PENGKAJIAN
1. Data Umum
a.Nama Kepala Keluarg : Ny R
: Jl. Ketanggungan, Balong Lor RT 04 RW 16, Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
c.Telepon : -
d.Pekerjaan : Wiraswasta
e.Pendidikan : Tidak sekolah
f.Komposisi : ……………………………………………….
Nama JK Hub. Dng Umur Pendidikan Status Imunisasi
KK BCG Polio DPT Hepatitis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

Ny R P Kepala 79 th -
Keluarga

2. Genogram

(-) (-) (-) (-)

Ny. R Tn. P Tn. D Tn. K Tn. M


(79 tahun) (75tahun) (55th) (73th) (47th)
Hipertensi Well Liver Well BPH
Tn . Y (-) Tn. P ( 45 th)
Well
KET :
Sudah meninggal Perempuan

Laki-laki Garis Keturunan

Garis menikah Tinggal satu rumah

3. Tipe Keluarga
Keluarga Ny R termasuk keluarga Single Adult Family yang terdiri dari 1 orang dewasa yang
hidup sendiri karena perpisahan dengan anak dan ditinggal mati suaminya.
4. Suku Bangsa
Ny R berasal dari suku Jawa, Indonesia
5. Agama
Ny R menganut agama Islam dan selalu taat beribadah dan menjalankan perintah Tuhan YME.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Sebagian besar Ny R mendapatkan hasil Rp.2000 (dua ribu rupian) dari hasil jualan atau
usahanya.
Rp 2000 x 30 = Rp 60.000 (dalam 1 bulan). Tetapi tunjangan air, listrik, kesehatan serta biaya
hidupnya ditanggung oleh anak Ny R yang tidak tinggal satu rumah karena telah memiliki
keluarga baru. Terkadang anak Ny. R mengirim uang 1 minggu sekali untuk keperluan Ny R.
Dilihat dari penghasilan Ny R yang bekerja sebagai wiraswasta dan harta benda yang dimiliki Ny
R, maka keluarga tersebut mempunyai status social ekonomi rendah (<Rp500.000).
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Setiap hari Ny R memenuhi Rekreasi keluarga bersama tetangga dengan cara saling berinteraksi,
menonton TV, Ny. R juga berkumpul dengan anaknya yang tinggal di kota gede setiap hari raya
datang.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny R memiliki 1 orang anak laki-laki berumur 45 tahun dan sudah menikah tetapi tidak
tinggal bersama dengan Ny R. Ny R berumur 79 tahun, ia tinggal sendiri di rumahnya sehingga
Ny R berada pada tahap perkembangan Usila.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny R sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu mempertahankan suasana
kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya walaupun suaminya kini telah
tiada (meninggal). Melakukan life review telah terpenuhi walaupun tanpa pasangannya. Namun
ada sebagian tugas yg belum terpenuhi Ny R pada tahap lansia ini yaitu adaptasi dengan
perubahan yang akan terjadi diantaranya kekuatan fisik dan penghasilan. Dikarenakan Ny R
telah lanjut usia maka perubahan pada kekuatan fisik mengalami penurunan tidak seperti
sebelumnya dan mengakibatkan penghasilan yang Ny R dapatkan juga cukup rendah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
3. Riwayat keluarga inti
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun dan menurun. Riwayat kesehatan
anggota keluarga adalah sebagai berikut :
a Keluarga): ada riwayat sakit hipertensi tetapi tidak mengharuskan klien rawat inap di Rumah Sakit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dari keluarga Ny R, almarhum suaminya mengidap penyakit Liver, dan adik ke dua dari
suaminya (almarhum) juga mengidap penyakit BPH.

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Luas tanah : 10 m3
Luas rumah : 7,2 m3
Tipe rumah : permanen dengan jumlah ruang 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dan WC jadi satu,
1 ruang tamu sekaligus sebagai warung Ny R, dan 1 dapur. Jumlah jendela ±12 buah. Setiap
ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya secara optimal. Peletakan perabotan rumah tangga
tidak tertata rapi karena Ny R sudah tua sulit untuk bekerja membersihkan rumah. Jenis
pembuangan BAB (septic tank) 1 kotak sudah termasuk peresapan air. Jarak antara pembuangan
BAB (septic tank) dengan sumber air ±1,5 meter. Ukuran diameter sumur ±1 m. Sumber air
minum yang digunakan adalah air sumur yang direbus, sumber air dari sumur digunakan juga
untuk MCK.
Denah Rumah :

1 4
3
2 5
6

Keterangan :
1. Gudang
2. Kamar tidur
3. Ruang tamu dan warung
4. Dapur
5. Kamar mandi
6. Sumur
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga klien yang ada disekitar rumah ramah-ramah. Klien tinggal di wilayah pedesaan
sehingga jarak satu dengan yang lain cukup dekat. Warga memiliki kebiasaan dan tradisi
mengadakan pengajian tiap malam kamis dan senam yang diadakan setiap hari minggu di
lapangan Potorono, pengajian biasa diadakan Masjid Darussalam. Penduduk setempat juga
mempunyai kesepakatan apabila berkunjung bagi laki-laki dibatasi sampai jam 21.00 WIB dan
wanita bertamu atau berkunjung sampai dengan jam 22.00 WIB, dan apabila ada warga baru dan
tamu yang menginap harap lapor pada RT setempat. Warga juga mengadakan kerja bakti setiap
minggu sekali.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sejak Ny R kecil beliau tinggal di Jl. Ketanggungan Balong Lor RT 04 RW 16 Potorono,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dan tidak pernah pindah rumah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Perkumpulan keluarga dan interaksi dilakukan pada saat hari raya datang atau terkadang jika Tn.
P memiliki waktu luang Ny. R dijenguk oleh anaknya. Klien berinteraksi baik dengan
masyarakat sekitar setiap hari, baik itu siang, dan sore, setiap malam Ny R meluangkan waktu
untuk menonton TV di rumah.
5. Sistem pendukung keluarga
Ny R dalam kondisi sehat. Antar anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Klien
memiliki fasilitas kesehatan meliputi : Sarana MCK, tempat tidur yang nyaman, dan sumber air
bersih. Sedangkan fasilitas sosial berupa mengikiti penyuluhan kesehatan dan senam lansia yang
diadakan di Potorono, Klien juga memiliki fasilitas kesehatan yang lain yaitu JAMKESMAS
digunakan apabila klien sakit. Dukungan psikologi dan spiritual sudah terpenuhi dengan baik.

D. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan keluarga dan masyarakat
adalah bahasa jawa saja. Berkomunikasi dengan keluarga sangat jarang. Karena intensitas
bertemu dengan keluarga jarang, tidak setiap hari. Hanya pada saat momen – momen tertentu
saja, seperti hari raya idul fitri dan idul adha. Lebih sering berkomunikasi kepada masyarakat
sekitarnya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Klien hanya tinggal sendiri dirumahnya dan hanya sesekali anaknya menjenguk klien. Kekuatan
keluarga akan sulit diidentifikasi pada single adult family.
c. Struktur Peran
Ny R :
- Peran informal : sekarang hanya menjadi anggota masyarakat
- Peran formal : menjadi istri, nenek, mertua, menantu, adik, bibi.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Ny.R meyakini bahwa kesehatan sangat penting, namun masih belum melakukan PHSB karena
keterbatasan pengetahuan, perhatian, fisik dan ekonomi.

E. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Keluarga klien memberikan perhatian yang kurang. Klien hanya dikunjungi pada saat klien sakit,
hari raya dan pada saat tidak punya uang.

b. Fungsi Sosial
Interaksi antar keluarga masih terjalin baik, hanya saja jarang bertemu. Masing – masing anggota
keluarga tidak tinggal bersama. Masih ada etika dan sopan santun dalam berprilaku.
c. Fungsi Perawatan Keluarga
- Kemampuan Keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
Ny . R belum cukup mengetahui tentang penyakitnya dan cara penanganannya.
- Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan selalu mencari solusi dari
masalah kesehatannya, Keluarga merasa cemas dengan masalah kesehatan yang menyerang,
Keluarga belum mendapat informasi yang tepat mengenani tindakan yang dilakukan jika
mengalami masalah kesehatan.
- Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang sakit
Keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun, kadang masalah kesehatan
tersebut dianggap sepele. Pengetahuan keluarga tentang penyakit sangat terbatas.
- Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah yang Sehat
Untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat Ny. R tidak mampu melakukan hal tersebut
karena keterbatasan ekonomi dan kekuatan fisiknya yang sudah mulai menurun.
- Kemampuan Keluarga dalam Menggunakan YanKes / Fasilitas Kesehatan di Masyarakat
Klien belum efektif menggunakan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat, karena masalah
kesehatan yang dialaminya terkadang dianggap sepele. Klien menggunakan pelayanan kesehatan
di masyarakat apabila sakitnya sudah mulai parah.
d. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Ny. R ada 2 orang yaitu 2 anak laki –laki, tetapi salah anak
dari Ny. R meninggal dunia. Dan sekarang jumlah anak Ny. R hanya 1 orang.

e. Fungsi Ekonomi
Ny. R mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan yang di dapatkannya
dari hasil dagangnya. Tetapi untuk pengeluaran biaya listrik, air, dan kesehatannya ditanggung
oleh anaknya yang tinggal tidak serumah dengan Ny. R.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Stressor Jangka Pendek : Dibayang bayangi tentang penyakit yang dialaminya.
- Stressor Jangka Panjang : klien takut akan penyakitnya semakin hari tambah berat, dan selalu
dibanyangi dengan kematian.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi Stressor
Untuk Stressor Jangka pendek, klien mengaku tidak terlalu memikirkannya, karena menurutnya
kesehatan sudah ada yang mengatur.
Untuk stressor jangka panjang, klien selalu berusaha untuk memperbaiki pola hidupnya menjadi
lebih baik.
c. Strategi Koping yang Digunakan
Belum ada strategi yang efektif yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah keluarga. Masalah
cenderung diselesaikan sendiri – sendiri. Karena intensitas bertemu dengan keluarga jarang.
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga tidak menggunakan kekerasan, prilaku kejam, dan memberi ancaman – ancaman
kepada anak.

G. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital
TD : 150/90 mmHg N : 88 x/menit
RR : 28 x/menit S : 36,7 oC
BB : 38 kg TB : 145 cm
Kepala :
1. Rambut : Lurus, beruban, panjang, halus dan bersih
2. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan.
3. Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada nyeri tekan.
4. Mata : Simetris, konjungtiva tidak ananemis, pupil isokor , tidak
ada nyeri tekan dan sclera tidak ikterik adanya penurunan
visus
5. Mulut dan Gigi : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, bibir hitam, gigi
sedikit, kuning, gigi berlubang, tidak ada faringitis.
6. Leher dan Tenggorokan : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena
juguaris.
Dada/Thorak
1. Pemeriksaan Paru
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris, warna kulit coklat muda sama
dengan area sekitarnya.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, fraktur dan deformitas krepitalis.
c. Perkusi : Terdengar sonor pada paru.
d. Auskultasi : Suara Normal (vesikuler)
2. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi : Ada pulsasi iktus cordis pada intercosta ke V
b. Palpasi : Iktus cordis terletak di garis midklavikula sinistra
Intercostae V,denyut jantung dapat dihitung pada iktus
cordis.
c. Perkusi : Terdengar pekak pada jantung
d. Auskultasi : Lub (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dub (saat
katup aorta dan pulmonal menutup)
3. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : Warna kulit coklat, dinding perut lebih rendah dari
dinding dada, tidak ada asites.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan
limpa.
c. Perkusi : Timpani pada usus, redup pada hati dan ginjal.
d. Auskutasi : Bising usus normal 15 x/menit
4. Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot :
Anggota gerak lengkap, tidak ada luka, tidak ada edema pada ekstremitas atas dan bawah,
tidak ada nyeri tekan dan fraktur. Kuku halus, kuku tebal dan pucat. Refleks otot bisep. Gerakan
respon singkat (tidak berlebihan/sangan lambat).
H. HARAPAN KELUARGA
1. Ny. R berharap keluhan-keluhan penyakit yang di rasakannya juga bisa segera sembuh.
2. Tekanan darahnya dapat di kontrol sehingga tidak memperburuk kondisi klien.
3. Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik, mampu memberikan
pelayanan yang baik dan tepat kepada siapa saja yang membutuhkan di kalangan masyarakat.

I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Hubungan anak terhadap orang tua baik, namun jarak memisahkan dan kontak bertemu antara

SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

mereka sedikit dan terbatas.


2. Tempat tinggal anak dan orang tua berjarak jauh dan jarang komunikasi.
3. Anak mengunjungi orang tuanya saat liburan, hari raya datang dan adanya waktu luang.
J. ANALISA DATA
DO : Ny. R nampak menahan nyeri Ketidakmampuan keluarga Kenyamanan :
untuk mengenal masalah Nyeri akut
DS : Pasien mengatakan bila bangun kesehatan (Ny.R)
tidur di pagi hari, dadanya terasa
sakit dan jantungnya berdeba-
debar

P : mengonsumsi kopi yang


berlebihan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : didada
S :4
T : saat bangun pagi
DO : Pasien sudah usila, penglihatannya Ketidakmampuan keluarga Keamanan/Perlindungan:
mulai menurun. untuk mengenal masalah Resiko jatuh
kesehatan anggota keluarga (Ny.R)
DS : Pasien mengatakan bahwa
penglihatannya kabur sehingga
pasien takut jatuh

K. SKORING
1. Nyeri akut pada Ny. R behubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan
No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3X1=1 1 Masalah sudah terjadi
Skala:
Aktual
2 Kemampuan 1/2X2=1 1 Kebiasaan klien yang
masalah dapat dapat mendorong
diubah kekambuhan akan
Skala : terulang kembali saat
Sebagian klien dalam keadaan sehat
3 Potensial masalah 2/3X1=2/3 2/3 Sumber sumber dan
untuk dicegah tindakan yang mencegah
Skala : kekambuhan dapat
Cukup dijangkau oleh klien
4 Menonjolnya 1/2X2=1 1 Kebiasaan dalam
masalah mengatasi masalah yang
Skala : sederhana menyebabkan
Ada masalah tetapi masalah tidak perlu
tidak perlu ditangani ditangani dengan segera
Total :
3 2/3

2. Resiko jatuh (Ny.R) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga.

No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 2/3X1= 2/3 2/3 Trauma suatu organ tubuh
Skala: tidak akan dapat sembuh
Resiko total karena masih banyak
faktor-faktor pencetus
kambuhnya sakit tersebut
2 Kemampuan 1/2X2 = 1 1 Kebiasaan klien yang
masalah dapat dapat mendorong
diubah timbulnya cedera atau
Skala : jatuh dapat diubah
Sebagian sebagian.
3 Potensial 2/3X1 = 2/3 2/3 Sumber dan tindakan
masalah untuk yang mencegah dapat
dicegah dijangkau oleh klien
Skala :
Cukup
4 Menonjolnya 0/2X1 =0 0 Kebiasaan dalam
masalah menangani masalah yang
Skala : sederhana dapat
Masalah tidak menyebabkan masalah
dirasakan tidak dianggap serius oleh
klien dan keluarga
TOTAL 1 4/3

L. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut pada Ny. R behubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan yang ditandai dengan DO : Ny. R nampak menahan nyeri, DS : Pasien mengatakan
bila bangun tidur di pagi hari, dadanya terasa sakit dan jantungnya berdeba-debar. Skala nyeri 4
2. Resiko jatuh (Ny.R) berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang ditandai dengan DO : Pasien sudah usila, penglihatannya mulai
menurun. DS : Pasien mengatakan bahwa penglihatannya kabur, sehingga pasien takut jatuh.
M. INTERVENSI
Tujuan
No Tgl Diagnosa
Umum Khusus
1 10 Nov Nyeri akut pada Ny. R Setelah di lakukan 1.Keluarga mampu mengenal masa
2013 behubungan dengan tindakan selama 3 hari kesehatan pada lansia
ketidakmampuan keluarga di harapkan Ny. R ( Ny.R)
untuk mengenal masalah mampu mengatasi 2.Keluarga mampu memutuskan
kesehatan. nyeri tindakan yan tepat untuk mengur
resiko cedera pada lansia
3.Keluarga mampu melakukan
tindakan keperawaan pencegahan
penyakit
4.Keluarga mampu memelihara
lingkumgan fisik, psikis dan sosi
sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan
5.Keluarga mampu memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyar
seperti puskesmas,puskesmas
pembantu, kartu sehat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
bagi Ny.R

2 10 Nov Resiko jatuh (Ny.R) Setelah di lakukan 1.Keluarga mampu mengenal masa
2013 berhubungan dengan tindakan selama 3 hari kesehatan pada lansia
Ketidakmampuan keluarga di harapkan Ny. R ( Ny.R)
untuk mengenal masalah mampu mengurangi/
kesehatan anggota keluarga mengatasi resiko 2.Keluarga mampu memutuskan
cedera tindakan yan tepat untuk mengur
resiko jatuh atau cedera pada lan

3.Keluarga mampu melakukan


tindakan keperawaan yaitu
menciptakan lingkungan yang
terapeutik

4.Keluarga mampu memelihara


lingkumgan fisik, psikis dan sosi
untuk mencegah terjadi cedera pa
lansia

5.Keluarga mampu memanfaatkan


sumber daya yang ada di masyara
untuk memperoleh pelayanan
kesehatan

N. IMPLEMENTASI
NO
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI
DX
10 Nov 1 Nyeri akut 1. Mengkaji kepada klien mengenai penyakit yang di derita pasien dengan
2013 pada Ny. R jawab.
behubungan
dengan
ketidakmamp
uan keluarga2. Mengajarkan pasien untuk latihan tekhnik nonfarmakologi dengan teknik
untuk pikiran agar tidak fokus terhadap rasa nyeri).
mengenal
masalah
kesehatan.
3. Memposisikan pasien senyaman mungkin (semi flower)

4. Mengajak klien untuk memeriksa kesehatannya ke pelayanan kesehatan t


kambuh maupun tidak untuk megetahui perkembangan penyakit, seperti S
yogyakarta, RS Rajawali Citra.

2 Resiko jatuh 1. Menjelaskan kepada klien dengan berdiskusi dan tanya jawab mengenai
(Ny.R) dapat menyebabkan cedera atau jatuh pada lansia, seperti :
berhubungana. Melakukan aktivitas yang berat
dengan b. Keadaan kamar mandi yang licin
Ketidakmamc. Faktor usia
puan
keluarga
untuk 2. Memberitahu klien untuk membatasi aktivitas yang beresiko untuk cidera
mengenal a. Mengakat barang berat
masalah b. Bekerja terlalu berat
kesehatan
anggota
keluarga

3. Mengajak klien untuk tetap memeriksakan kesehatan lansia ke pelayanan


seperti SHB Stikes Surya Global Yogyakarta, RS Rajawali Citra.

O. EVALUASI
NO TANGGAL DIAGNOSA
1 10 nov 2013 Nyeri akut S:
pada Ny. R - klien menyatakan nyerinya mulai dirasakan berkurang
behubungan- klien mengatakan skala nyerinya sudah berkurang, skala nyeri saat ini 2
dengan (0-10)
ketidakmamp - klien mengatakan sudah dapat beraktivitas seperti biasa
uan keluargaO :
untuk - Ny. R tampak rileks
mengenal - Ny. R terlihat lebih segar (fresh)
masalah
- Ny. R sudah terlihat mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan timb
kesehatan
- Ny. R sudah terlihat mengurangi konsumsi kopi (mencegah timbulnya ny
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
- Ajarkan pasien untuk latihan dengan teknik distraksi
- Posisikan pasien senyaman mungkin
- Anjurkan kepada keluarga agar tidak membiarkan Ny.R kecapean
- Anjurkan kepada klien untuk memeriksa kesehatanaya ke pelayanan kes
2 10 nov 2013 Resiko jatuhS :
(Ny.R) - Ny. R menyatakan bahwa dirinya memahami tindakan yang dilakukan u
berhubungan- Klien mengatakan sudah mengurangi aktivitas yang beresiko jatuh atau c
dengan
Ketidakmam- Klien mengatakan bahwa dirinya memahami pentingnya lingkungan rum
puan O:
keluarga - Ny. R tampak rileks
untuk - Keluarga Ny. R sudah terlihat memasang penyangga untuk berjalan di ar
mengenal - Keluarga Ny. R sudah membersihkan lumut di area kamar mandi, mengu
masalah A : Masalah teratasi sebagian
kesehatan P : Pertahankan intervensi
anggota - Anjurkan kepada klien untuk membatasi aktivitas lansia yang beresiko u
keluarga
- Anjurkan kepada keluarga untuk memodifikasi lingkungan
- Anjurkan keluarga untuk menjaga kondisi psikis lansia, tidak membiarka
- Anjurkan klien untuk tetap memeriksakan kesehatan lansia ke pelayanan
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia

WHO (kodim nasim 2003 : 32). Disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan

yang setinggi-tinginya adalah suatu hak yang funda mental bagi setiap orang tanpa membedakan

ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya .

Menurut (departemen kesehatan republik indonesia 2000 : 1)

Penyakit hipertensi, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang didunia atau 1 dari 4 orang

dewasa yang mengidap penyakit hipertensi, bahkan jumlah hipertensi dapat diprediksikan

menjadi 1,6 milyar orang menjelang tahun 2025.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai

di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi

pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. tidak jarang tekanan darah tinggi

juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun

mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena ada faktor – faktor

penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi ( pengertian, tanda dan gejala, sebab
akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya, saat ini, angka kematian karena hipertensi di

indonesia sangat tinggi. Oleh karena itu perlu digalakan pada masyarakat mengenai pengobatan

dan perawatan Hipertensi.

Berdasarkan data dan laporan yang diperoleh dari puskesmas astanagarib diperoleh data jumlah

penderita hipertensi tahun 2009 dan tahun 2010 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jumlah kunjungan penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas astanagarib

kota cirebon

pada tahun 2009

No Bulan Jumlah kunjungan penderita hipertensi

1. Januari 54

Februari
2 32

Maret
3 68

April
4 46

Mei
5 57

Juni
6 59

Juli
58

Jumlah 384
Tabel 1.2

Jumlah kunjungan penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas astanagarib

kota cirebon

pada tahun 2010

No Bulan Jumlah kunjungan penderita hipertensi

1 Januari 72

2 Februari 59

3 Maret 56

4 April 47

5 Mei 64

6 Juni 51

7 Juli 119

Jumlah 418

Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas astanagarib pada tahun 2009, jumlah penderita

hipertensi terendah pada bulan februari 32 orang dan jumlah penderita hipertensi tertinggi pada

bulan mart 68 orang.


Di tahun 2010 jumlah penderita hipertensi terendah pada bulan april 47 orang dan jumlah

penderita hipertensi tertinggi pada bulan juli 119 orang.

Maka penulis menyimpulkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas

astanagarib kec. Pekalipan kota madya cirebon, jumlah penderita hipertensi mengalimi

peningkatan.

Dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dan juga

perawatannya. Khususnya pada keluarga Ibu.R.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah Hipertensi pada Ibu.R secara langsung dan

komprehensif, meliputi aspek bio – psiko- sosio- spiritual, dengan pendekatan proses

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah hipertensi pada Ibu R,

secara langsung dan komprehensif, penulis dapat:

a. Melakukan pengkajian pada keluarga Ibu.R dengan masalah hipertensi

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga Ibu.R dengan masalah hipertensi.


c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada keluarga Ibu.R dengan masalah

hipertensi.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga Ibu.R dengan masalah hipertensi.

e. Melaksanakan evaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada keluarga Ibu.R

dengan masalah hipertensi.

f. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan pada keluarga Ibu.R dengan

masalah hipertensi.

g. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan masalah keperawatan yang ada di

keluarga Ibu.R dengan masalah hipertensi.

- Dalam teori peminum-minuman beralkhol bisa menyebab penyakit hipertensi

- Didalam asuhan keperawatan hipertensi pada Ibu.R tidak peminuman beralkhol

h. Menyimpulkan dan memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan asuhan

keperawatan kepada keluarga Ibu.R dengan masalah hipertensi.

A. METODE DAN TEKNIK PUNGUMPULAN DATA

Metode dalam penyusunan Studi kasus ini dengan menggunakan metode deskriptif melalui

pendekatan proses keperawatan.

Adapun tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Wawancara

Yaitu pengumpulan dat dengan cara komunikasi baik secara langsung dengan anggota

yang sakit maupun dengan anggota keluarga yang sehat Berkaitan dengan hal-hal yang
perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan dan

lingkungan.

2. Pengamatan atau observasi langsung

Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan karena sudah dianggap cukup

melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan, fisik ( ventilasi,

penerangan dan kebersihan ).

3. Studi dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan melihat catatan kesehatan yang berupa laporan dari

puskesmas astanagarib, Kartu Menuju Sehat ( KMS ).

4. Pemeriksaan fisik

Dilakukan terhadap seluruh anggota keluarga,baik yang mempunyai masalah kesehatan

maupun yang tidak mempunyai masalah kesehatan, dengan cara inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari empat sub bab yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode

dan teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Terdiri dari tiga sub bab yaitu konsep dasar keluarga, konsep dasar hipertensi dan

konsep asuhan keperawatan keluarga dengan

masalah hipertensi.

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari dua sub bab yaitu tinjauan kasus dan pembahasan. Pada tinjauan kasus

yang terdiri dari pengkajian, implementasi dan evaluasi, menguraikan tentang

masalah-masalah yang ada pada klien dan keluarga secara nyata yang menjadi

focus dalam pembahasan asuhan keperawatan dan pendokumentasian. Sedangkan

pembahasan berisikan tentang ulasan naratif setiap tahapan keperawatan yang

dilakukan.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Meliputi kesimpulan akhir dari seluruh kegiatan asuhan keperawatan atau dari bab-

bab sebelumnya yang dilengkapi dengan saran penulis sebagai bahan pertimbangan,

baik itu untuk klien, keluarga ataupun pihak-pihak yang terkait.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Depkes RI, 1988, dalam Sudiharto, 2007 : 22).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau

suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Setiadi, 2008 : 3).

Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan

tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta

mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Supratitno,2004:1).

kesimpulan keluarga adalah :

a) Unit terkecil dari masyarakat

b) Terdiri dari 2 orang atau lebih

c) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

d) Hidup dalam satu rumah tangga

e) Di bawah asuhan seorang kepala keluarga

f) Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga

g) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing

h) Menciptakan, mempertahankan suatu budaya

2. Ciri – ciri Struktur Keluarga


Menurut ( Nasrul Effendy 1998 hal 33 ) dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Terorganisasi : Saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga.

b. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing – masing.

3. Struktur Keluarga

Menurut Friedman, (1998, dalam Setiadi, 2008), Struktur keluarga terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya :

a. Patrilineal

Adalah Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Adalah Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
e. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa

sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan

suami atau istri.

4. Tipe Keluarga

Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 – 34 tipe keluarga terdiri dari :

a. Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.

b. Keluarga besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (Serial Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih

dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

d. Keluarga duda atau janda (Single Family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian

e. Keluarga berkomposisi (Compocite)


Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.

f. keluarga duda / janda yang memiliki anak ( Blended family )

keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan

sebelumnya

g. Keluarga tanpa ikatan pernikahan (Cahabitation)

Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

5. Peran Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut (Nasrul Effendy 1998:34)

adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan

sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya.

b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan

sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut ( Friedman, 1998 : 100 ), didefinisikan sebagai hasil atau

konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat

saat mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah ;

a. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum

dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para anggota keluarga.

b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak yang

bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga

sebagai penganugrahan status anggota keluarga.

c. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah

sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang

memadai dan mengalokasikan sumber – sumber tersebut secara efektif.

e. Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan


fisik – pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan

7. Tahap perkembangan keluarga

Menurut ( Friedman, 1998 hal 109 –135), tahap dan

tugas perkembangan keluarga ada 8, yaitu:

Tabel 2.1

Delapan tahap siklus kehidupan keluarga.

No Tahap Perkembangan Tugas perkembangan

1 Keluarga pemula a. membangun perkawinan yang saling

memuaskan

b. menghububgkan jaringan

persaudaraan secara harmonis

c. keluarga berencana (keputusan

tentang kedudukan sebagai

orangtua)

2 Keluarga sedang mengasuh a. Membentuk keluarga muda sebagai

anak sebuah unit yang mantap.

b. Rekonsiliasi tugas-tugas

perkembangan yang bertentangan


dan kebutuhan anggota keluarga.

c. Mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan

d. Memperluas persahabatan dengan

keluarga besar

Dengan menambahkan peran-

peran orang tua dan kakek nenek

3 Keluarga dengan anak usia a. Memenuhi kebutuhan anggota

prasekolah keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan

b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintegrasikan anak yang baru

sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain

d. Mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga

4 Keluarga dengan anak usia a. Mensosialisasikan anak-anak,

sekolah termasuk meningkatkan prastasi

sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya


yang sehat

b. Mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan

fisik anggota keluarga

5 Keluarga dengan anak remaja a. Mengembangkan kebebasan dengan

tanggungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin

mandiri

b. Memfokuskan kembali Hubungan

perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka

antara orangtua dan anak-anak

6 Keluarga melepaskan anak a. Memperluas siklus keluarga

dewasa muda
dengan memasukkan anggota

keluarga baru didapatkan melalui

perkawinan anak- anak

b. Melanjutkan untuk

memperbaharui dan menyesuaikan


kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orangtua lanjut usia dan

sakit-sakitan dari suami maupun

istri

7 Orangtua usia pertengahan a. Menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan –

hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua

lansia dan anak-anak

c. Memperkokoh hubungan

perkawinan

8 Keluarga lansia a. Mempertahankan pengaturan hidup

yang memuaskan

b. Menyesuaikan terhadap pendapatan

yang menurun

c. Mempertahankan hubungan

perkawinan

d. Menyesuaikan diri terhadap


kehilangan pasangan

e. Mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi

f. Meneruskan untuk memahami

eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup)

7. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut ( Nasrul effendy, 1998, hal 42 )

adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan

masyarakat.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

1. Konsep Keperawatan Keluarga

a. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga menurut (Elisabet Corwin 2000, hal 356).

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang

ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat

dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur.

b. Tujuan askep keluarga

Tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah memandirikan klien sebagai bagian dari

anggota keluarga, menyejahterakan klien sebagai gambaran kesejahteraan keluarga,

meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap anggota keluarga, meningkatkan

produktivitas klien dan keluarga dan meningkatkan kualitas (Sudiharto, 2007 ).

c. Tahap proses keperawatan

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat

bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan

pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan,

melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan

berfokus pada pasien , berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi

ketergantungan dan saling berhubungan . (A. Azis Alimul Hidayat, 2004)

Proses keperawatan merupakan suatu sistem dalam merencanakan pelayanan

Asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan, yaitu pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima
tahab yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan , implementasi dan evaluasi

(H.Lismidar, dkk, 2005)

d. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan klien ( keluarga ) dengan memakai norma-norma kesehatan

keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem terintegrasi kesangguapan keluarga

utuk mengatasinya

1. Pengkajian individu

a) Identitas : meliputi , nama, umur , agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,

alamat

b) Riwayat kesehatan

- Masalah kesehatan yang peranah dialami

Suatu pertanyaan mengenai masalah kesehatan atau penyakit yang

dialami oleh klien serta penanganan yang pernah dilakukan. Biasanya

klien dengan hipertensi, gangguan motorik, gangguan sensorik dan

gangguan kesadaran.

- Masalah kesehatan keluarga ( keturunan )

Suatu pertanyaan mengenai kesehatan atau penyakit dalam keluarga,

biasanya didapat riwayat penyakit yaitu hipertensi, diabetes militus.


c) Kebiasaan sehari-hari

1) Biologis

- Pola makan

Biasanya terjadi perubahan san masal dalam memenihi kebutuhan nutrisi

karena kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi kecap , menelan,

mual dan muntah karena nyeri

- Pola minum

Pola minum penderita hipertensi mengalami kenaikan

- Pola tidur

Pada awal hemoragi akan timbul tingkah laku tidak setabil , gelisa,

ketegangan pada otot, nyeri sendi, sehingga klien akan mengalami

gangguan pola T

- BAB/BAK

Adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia, anuria,

begitupun dengan perubaha pola BAB klien, karena kurang aktidfitas

akibat nyeri sendih

- Aktifitas sehari-hari

- Rekreasi
Hipertensi biasanya menyebabkan pusing keletihan dan kelemahan,

pasian akanjarang atau hampir tidak melakukan rekreasi keluar rumah

d) Psikologis

- Keadaan emosi

Keadan emosi penderi hipertensi biasanya berfariasi tergantung koping

tiap indifidunya, ada yang emisinya tampak labil karena tiadak bisa

menerimakenyataan yang menimpanya sehingga cenderung menarik diri

dan mengisolasi diri, tapi ada pula yang memiliki keaadan emosi yang

setabil, dimana ia akan menerima setiap keadaannya dengan iklas

- Konsepdiri meliputi :

Bodi emage

Apakah klien denga penyakit hipertensi merasa menerima dengan

keadaan fisiknya saat skarang, dibandingkan pada saat dulu sebelum

rematik. Adakah bagian tubuh yang tidak disukai

- Harga diri

Perlu dikaji kemungkinan harga diri rendah

- Ideal diri
Perlu dikaji apa keinginan klien saat ini . apakah klien bisa merai

keinginan itu.

- Identitas diri

Apakah klien masih mengenal mengenaio nama dirinya, umurnya dan

keadaan saat ini.

- Peran diri

Pada klien rematik biasanya ditemukankelhilangan peran dirinya dalam

keluarga dikarnakan keadaan fisiknya yang mengalami perubahan .

- Sosisl

e) hubungan antar keluarga

hubungan antara keluarga dengan penderita rhemautik jarang terganggu,

karena ke;uarga sudah memahami betukl kondisis klien sehingga lebih

bisa menerima klien apa adanya

f) Hubungan dengan orang lain

g) Spritual / kultural

Pelaksanaan ibadah perasaan putus asa karena proses penyakitnya yang

berkepanjangan dan menurunnya semangat untuk hidup, adanya

penurunan kebutuhan spritual seperti ibadh karena tubuh yang lemah


- Keyakina tentang kesehatan

Keluarga yang anggota keluarga yang menderita biasanya ter,masuk

keadan keluarga kalangan menengan kebawa sehingga yakin bahwa

sehat itu sangat mahal.

h) Prioritas masalah

Dalam menyesuaikan prioritas masalah dalam keperawatan

keluarag harus didasarkan kepada beberapa kriteria sebagai beriku :

1) sifat masalah, dikelompokkan, menjadi ancaman, kesehatan, tidak

kurang sehat dan sejahtera yang dapat diketahui.

2) kemungkinan masalah dapat dirubah , adalah kemungkinan keberhasilan

untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan

intervensi keperawatan dan kedsehatan.

3) potensial masalah untuk dicegah, dalah sipat dan beratnya masalah yang

akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan

keperawatan.

4) masalah yang menjol, adalah cara keluarga melihat dsan menilai

masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya masalah untuk diatasi

me;lali intervensi keperawtan dan kesehatan

Tabel 2.2
Prioritas masalah

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 3 1

2 - Aktual 2 2

3 - Resiko 1 1

4 - Potensial 2 1

Kemungkinan masalah dapat diubah 1

- Denga mudah 0

- Hanya sebagian 2

- Tidak dapat 1

Potensi masalah untuk dicegah : 0

- Tinggi 2

- Cukup 1

- Rendah 0

Menonjolkan masalah
- Masalah berat harus segera ditangani

- Masalah yang berat tidak perlu segara

ditangani

- Masalah tidak dirasakan

Sumber : ( narsul efendy, 1999:53 )

Skoring :

a) Tentukan skor untuk semua kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

Sekor

X bobot

Angka tertinggi

c) Jumlah skor untuk semua kriteria

d) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk semua bobot

i. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga, didasarkan kepada rencana asuhan

keperawatan yang telah disususn ( Nasrul Efendy 1999: 59)

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga adalah :
a) Sumber dana keluarga ( keuangan )

b) Tingkat pendidikan ( keluarga )

c) Adat istiadat yang berlaku

d) Respons dan penerimaan keluarga

e) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

j. Evaluasi

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam

melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam

mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses

keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan

dalam perencanaan telah tercapai.

Langkah-langkah dalam evaluasi

1) Menetapkan garis dasar (basis) masalah kesehatan dari individu atau

seluruh keluarga.

2) Merumuskan tujuan khusus keperawatan klien.

3) Menentukan criteria dan standar evaluasi

4) Menentukan metode atau teknik evaluasi serta sumber data.

5) Membandingkan keadaan yang benar-benar nyata dengan criteria dan

standar untuk evaluasi.

6) Mencari penyebab dari pelaksanaan yang kurang memuaskan.


Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional.

S : adalah hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

O : adalah analisa hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan

yang terkait dengan diagnosis.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada

tujuan yang terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari

keluarga pada tahapan evaluasi.

2. Konsep Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmhg

sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal 356).

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau

lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996 : 334).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmhg dan tekanan darah dan

tekanan darah sistolik > 90 mmhg suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih.

(Barbara Hearrison 1997)


3. etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)

1) Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya disebut juga Hipertensi Idiopatik.

Terdapat sekitar 95 % kasus. Faktor resiko dari hipertensi essensial adalah :

a) Usia

b) Jenis kelamin

c) Riwayat keluarga

d) Obesitas

e) alkohol

f) Diet

g) Perokok

2) Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal


Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebabnya specifik diketahui seperti penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiper aldesteronisme sindrom

chausing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut ( Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519), dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 2. 3

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg

a. Normal < 130 < 85

b. Perbatasan 130 – 139 85 – 89

c. Hipertensi tingkat I 140 – 159 90 – 99

d. Hipertensi tingkat 2 160 – 179 100 – 109

e. Hipertensi tingkat 3 > 180 > 110

5. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian,

gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain

yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata

berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, 2002 : 517).

6 Pemeriksaan Diagnostik

Seken renal kaptopril ; sensitifitas 90%,spesifitas 90 %, RAS bilateral mungkin tak terdeteksi

USG dupleks : sangat bergantung pada keterampilan operator MRA ; sensitifitas 90%,

spesifitas 90% dari penilaian beratnya stenosis bila berlebihan renin vena renalis + capptropil

(terpengaruh/tak terpengaruh>1,5/1) sensitifitas > 80 %, spesifitas 60 % Angiografi standar

paling baik

1) Penyakit parenkim ginjal : BUN, kreatinin, bersihkan kreatinin

2) Etiologi endokrin-lihat gangguan adrenal

3) Kortasio aorta

Petunjuk klinis ; denyut ekstremitas inferior menurun, murmur sistolik posterior, perlambatan

radioformal, LVH, takik tualang iga pada foto rontgen toraks pemeriksaan diagnostik :

ekokardiogram, aortagram (Liza, 2008)

7 Komplikasi

Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai

macam komplikasi antara lain :

- Stroke

- Gagal jantung

- Ginjal

- Mata
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari

pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam

otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki

tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah,

maka pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang

memiliki prognosis yang tidak baik.

8. Penatalaksanaan

Dalam mengelola penyakit hipertensi ini, mempunyai tujuan untuk dapat

menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.

Tujuan terapi adalah mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan

diastolik di bawah 90 mmHg juga mengontrol faktor resiko. Dan hal ini dapat terjadi dengan

modifikasi gaya hidup dan atau pemberian obat antihipertensi :

Langkah-langkah yang dianjurkan untuk merupah gaya hidup antara lain :

a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan berat-badan.

b. Membatasi/menghilangkan alkohol.

c. Meningkatkan aktifitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)

- Diet

Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak dalam makanan.

Sedang penggunaan obat-obatan dapat diberikan baik itu dosis tunggal maupun kombinasi.

Macam obat antihipertensi yaitu :

- ACE Inhibitor

- Beta bloker

- Calsium antagonis
- Diuretika

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Status Kesehatan Keluarga

Puskesmas : astanagarib

Tanggal : 12- 07- 2010

Nama Kepala keluarga : Ibu. R

Alamat : pekalipan utara No 134

Rt/Rw 004 / 001

Kel. Pekalipan kec. Pekalipan

Kota madya Cirebon

Jarak untuk mencapai pelayanaan kesehatan terdekat (Puskesmas)  100 km dan dapat dicapai

dengan berjalan kaki.

Tabel 3.1
Daftar Anggota Keluarga Ibu. R

Nama
No Hub. L/ Keadaan Imunisas
anggota Umur Pddkn Pkrjn Agama Ket
. keluarga P kesehatan i
keluarga

1. Ibu. R kk P 80 th SD Dagang Islam Sakit Ya hipertensi

2. An. S Anak P 38 th SD Dagang Islam Sehat Ya


3. An. P Cucu L 13 th Smp pelajar Islam Sehat Ya

a) Tipe keluarga Ibu.R

keluarga duda / janda yang memiliki anak ( Blended family )

keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya

b) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Saat ini keluarga Ibu. R sedang dalam fase tahap perkembangan masa lansia

c) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga pada usia lansia yang belum terpenuhi adalah

mempertahankan polah hidup yang sehat.

d) Biologis keluarga

(1) Keadaan kesehatan


Ibu.S mengatakan seluruh anggota keluarganya baik dan sehat, namun ibunya

sedang mengalami sakit. Tekanan darah tinggi atau Hipertensi

(2) Kebersihan keluarga

Pada saat dilakukan pengkaji kebersihan keluarga Ibu.R tampak bersih dan rapih.

Menurut Ibu. R setiap hari anggota keluarga membersihkan rumahnya pagi dan

sore, anggota keluarga selalu mandi untuk membersihkan diri dengan

menggunakan air ledeng dan sabun mandi.

(3) Penyakit yang sering diderita

Menurut Ibu. S, tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular

seperti TBC, HIV dan sebagainya, hanya Ibu. R sering mengeluh pegal-pegal dan

matanya sering berkunang-kunang, sedangkan anggota keluarga biasanya hanya

merasakan sakit ringan seperti pusing, panas, batuk, dan pilek dan sembuh

dengan obat warung.

(4) Penyakit kronis/menular

Ibu. R mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang mengalami

penyakit kronis atau menular seperti TBC,HIV dan penyakit kronis lainnya

(5) Kecacatan anggota keluarga

Ibu.R mengatakan bahwa didalam keluarganya yang mengalami kecacatan fisik

sejak lahir adalah anaknya yang bernama Ibu.S, mengalami kecacatan. Yaitu
kecacatan tidak normalnya pertumbuhan tulang punggung, Sehingga

pertumbuhan tulang punggungnya membungkuk

(6) Pola makan

Frekuensi pola makan keluarga sehari tiga kali. Anggota keluaga biasa makan

dengan menu: nasi, sayur, lauk pauk seperti tahu dan tempe, pengolahan

makanan dengan direbus, disayur, dikukus dan digoreng.

(7) Pola istirahat

Ibu. R mengatakan, anggota keluarga tidak terbiasa tidur siang karena harus

bekerja, anggota keluarga Ibu. R, terbiasa tidur malam pada pukul 21.00-05.00

Wib.

(8) Reproduksi/Akseptor KB

Ibu.R mengatakan sudah tidak menjadi Akseptor KB.

e) Psikologis keluarga

(1) Keadaan emosi /mental

Ibu.R mengatakan keadaan emosi stabil dan tidak ada permasalahan didalam

keluarga. Adapun apabila terjadi permasalahan didalam keluarga Ibu.R selalu

memusyawarahkan permasalahan tersebut dengan anggota keluarganya untuk

mencari solusi dan jalan yang terbaik.


(2) Koping keluarga

Menurut Ibu. R, apabila dalam keluarga ada suatu masalah, setiap anggota

keluarga akan berkumpul dan menyelesaikan masalah tersebut melalui

musyawarah keluarga sehingga ditemukan jalan keluar yang baik

(3) Kebiaasan buruk

Ibu.R, mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai

kebiasaan buruk yang berpengaruh dalam kesehatan keluarga dan didalam

keluarganyapun tidak ada yang merokok.

(4) Rekreasi

Menurut Ibu. R, biasanya anggota keluarga menggunakan waktu senggang

dengan menonton televisi.

(5) Pola komunikasi keluarga

Menurut Ibu.R, komunikasi keluarga baik dan selalu terbuka satu sama lainnya .

(6) Pengambilan keputusan

Ibu. R mengatakan, keputusan dalam keluarga diambil dengan cara musyawarah

dan kesepakatan seluruh anggota keluarga. Namun yang paling dominan dalam

pengambil keputusan yaitu Ibu. R sabagai kepala keluarga

(7) Peran informal


Ibu. R seorang janda, beliau merupakan sosok ibu yang rajin, pekerja keras dan

sebagai panutan keluarganya sehingga anak-anaknyapun menurut kepada ibunya,

dibuktikan anaknya mau membantu ibunya berjualan

f) Sosial Ekonomi Keluarga

(1) Hubungan dengan orang lain

Keluarga Ibu.R adalah keluarga yang mempunyai hubungan baik dengan

tetangga dan lingkungan sekitarnya, terbukti Keluarga mau bekerja sama pada

saat pengkajian dan dapat menjawab dengan terbuka.

(2) Kegiatan organisasi sosial

Ibu.R tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan dilingkungan sekitar

tempat tinggalnya

(3) Keadaan ekonomi

Status ekonomi keluarga Ibu.R + dengan total pendapatan perhari sekitar

Rp.30.000,00,pendapatan tersebut biasanya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan Keuangan dalam keluarganya.

g) Spritual Kultural Keluarga

(1) Ketaatan beribadah


Keluarga Ibu.R mengatakan, keluarganya selalu melakukan kewajibannya

sebagai umat islam seperti melaksanakan sholat 5 waktu.

(2) Keyakinan tentang kesehatan

Keluarga Ibu.R mengatakan kesehatan itu sangatlah penting, sehat segalanya,

mencegah lebih baik dari pada mengobati .

(3) Nilai dan norma

Menurut Ibu.R walaupun keluarganya berpendidikan rendah namun orangtuanya

selalu mengajarkan mereka untuk sopan santun dan berperilaku baik terhadap

orang lain.

(4) Adat yang mempengaruhi

Ibu.R masih percaya dengan para normal ( dukun) dan Ibu.R mengatakan waktu

melahirkan anak pertamanya didukun beranak, tidak menggunakan tenaga medis

/ pelayanan kesehatan yang ada, dikarenakan tidak mencukupi biaya untuk

melahirkan .

h) Lingkungan Rumah

(1) Kebersihan dan kerapihan

Keadaan lingkungan dirumah Ibu.R cukup bersih dan rapih.

(2) Penerangan
Penerangan dalam rumah cukup baik. Pada siang hari sinar matahari bisa masuk,

Sinar matahari masuk melalui pintu depan dan kaca jendela sedangkan pada

malam hari keluarga menggunakan lampu bohlam sebagai alat penerangan di

setiap ruangan rumahnya

(3) Ventilasi

Rumah Ibu.R berventilasi cukup ,karena terdapat lubang ventilasi pada setiap

jendela rumah. Selain itu udarapun dapat masuk melalui pintu depan dan pintu

samping

(4) Jamban

Terdapat WC yang menyatu dengan kamar mandi yang letaknya di dalam rumah,

yang dapat digunakan oleh sekeluarga.

(5) Sumber air minum

Keluarga Ibu.R menggunakan air ledeng, yang keadaan air tersebut jernih, berbau

kaforit, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan dapat dikonsumsi sehari-hari

(6) Pemanfaatan halaman

Ibu.R mengatakatakan tidak mempunyai halaman depan, sehingga Ibu.R tidak

dapat memanfaatkannya

(7) Pembuangan air kotor


Pembuangan air kotor dibuang melalui selokan saluran pembuangan air limbah

sehingga tidak mencemari lingkungan disekitar rumah

(8) Pembuangan sampah

Pembuangan sampah dengan cara dikumpulkan melalui kantong plastik atau

tempat sampah lalu dipisahkan dan dibakar.

(9) Sumber pencemaran

sumber pencemaran Didalam rumah keluarga Ibu.R terdapat asap kompor minyak

yang sering digunakan keluarga untuk memasak

Catatan Kesehatan Individu

1. Identitas

Nama : Ibu.R

Umur : 80 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : RT. 004 RW.001. Kelurahan pekalipan kec pekalipan

kotamadya cirebon

Agama : Islam

Pekerjaan : dagang
Suku bangsa : Jawa

2. Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian Ibu.R mengatakan sering pusing, nyeri

kepala, matanya sering berkunang-kunang, kaki kesemutan dan badan terasa pegal-

pegal, saat pemeriksaan tekanan darah di dapatkan hasil 190/90 mmhg. Klien juga

menanyakan penyakitnya dan bagaimana cara mencegahannya

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Ibu.R mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit hipertensi dan

anggota keluarganyapun tidak ada yang mengalami penyakit hipertensi maupun

penyakit keturunan

b. Riwayat kesehatan keluarga (keturunan)

Ibu.R mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit

menular seperti TBC / HIV

4. Kebiasaan sehari-hari

a. Biologis

1) Pola Makan

- frekuensi : 3 X / hari
- jenis : nasi, sayur, lauk-pauk, tahu, tempe dll

- jumlah : 1 porsi hbis kadang nambah

2) Pola minum

- jenis : air putih

- jumlah : 6-8 gelas / hari

3) Pola tidur

Ibu.R mengatakan tidak terbiasa tidur siang dan pada malam terbiasa tidur

jam 21.00- 05.00 WIB.

4) Pola eliminasi

BAB 1x/hari dan BAK lebih dari 4-6 x/ hari..

5) Aktifitas sehari-hari

Setiap harinya Ibu.R selalu membersikan rumahnya dan berjualan gorengan

mulai dari jam 10:00 – 17 : 00 Wib

b. Psikologis

Ibu.R mengatakan tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya.

Saat dilakukan pengkajian Ibu.R sangat kooperatif tidak sedikitpun menunjukan

wajah cemas .
c. Sosial

1) Hubungan antar keluarga

Menurut Ibu.R hubungan antar anggota keluarga baik, saling

menyayangi dan saling menghormati satu sama lainnya.

2) Hubungan dengan orang lain

Ibu.R seorang ibu yang ramah dan baik hati , terbuka, mudah berinteraksi,

terbukti klien saat ditanya, bolehkah penyakit hipertensi memakan yang

bayak mengandung garam kelien menjawab dengan santai, tidak boleh

memakan

d. Spiritual

1) Pelaksanaan ibadah

Menurut Ibu. S mengatakan, Ibu.R selalu melaksanakan ibadah sholat 5

waktu

2) Keyakinan tentang kesehatan

Ibu.R mengatakan bahwa kesehatan itu sangatlah penting maka kesehatan itu

harus selalu dijaga dan Ibu.R selalu berdoa akan kesembuhanya

5. Pemeriksaan fisik dan kebersihan

a) Keadaan umum : tampak lemah


b) Kesadaran : Compos mentis

c) Tanda vital :

TD : 190 / 90 mmHg

Nadi : 94 x /mnt

Pernafasan : 22 x/mnt

Suhu : 36,5 0 C

d) Kepala

Bentuk normal cepal, rambut sudah memutih dan bersih, pertumbuhan

rambut merata, tidak adanya nyeri tekan atau lesi.

e) Mata

Bentuk dan posisi simetris, sclera anikterik, konjungtiva anemis, refleks

pupil terhadap cahaya positif, fungsi penglihatan sudah tidak jelas dibuktikan

waktu pengkajian tidak bisa melihat huruf abjad dengan jarak + 2meter dan

klien dapat membaca dengan jarak 20 cm, tidak adanya nyeri dan secret.

f) Telinga

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan tulang mastoid, keadaan telinga bersih,

tidak ada seruman, fungsi pendengaran sudah berkurang dibuktikan waktu

pengkajian tidak bisa mendengar jelas detik arloji dari jarak 30 cm


g) Hidung

Bersih tidak ada sekret atau lesi, mukosa hidung lembab, tidak ada nyeri

tekan, fungsi penciuman baik. dapat mencium bau minyak kayu putih,

h) Mulut

Bentuk dan posisi bibir simetris, tidak ada sariawan, gigi bawah ompong

tinggal satu, reflek mengunyah dan menelan baik.

i) Leher

Keadaan bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak adanya nyeri

tekan, refleks menelan baik.

j) Dada

Bentuk dan posisi simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada sesak, suara

resonan pada perkusi, R = 24 x/mnt, ronchi (-), wheezing (-).

k) Perut

Bentuk perut datar, keadaan bersih, tidak ada nyeri tekan,

n) Genitalia

Tidak ada keluhan pada genitalia.

m) Ekstremitas
Tidak ada kelainan, pergerakan bebas, tidak ada cedera.

Edema (-), reflex triseps (+), reflex biseps (+), reflex patella (+), reflex

babinsky (+). Ketahanan otot ,

55

55

Keterangan :

5 : tangan kanan bisa menahan gravitasi akan tetapi sedikit kaku

5 : tangan kiri bisa menahan gravitasi akan tetapi sedikit kaku

5 : kaki kanan bisa menahan gravitasi dan bergerak bebas

5 : kaki kiri bisa bergerak bebas

IV. Analisa data

Tabel 3.2

Analisa data Dengan Hipertensi pada Ibu. R

No Data Etiologi Masalah

1 DS: berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan

Ibu.R mengatakan, kurangnya informasi kesehatan


matanya sering tentang hipertensi dan

berkunang-kunang perawatan

DO :

TD : 190 / 90 mmgh

N : 94x/ menit

S : 36,5 C

2 Ds: Ketidakmampuan Gangguan rasa nyaman

- Ibu.R mengatkan, sering keluarga dalam merawat nyeri b.d ketidak

pusing dan nyeri kepala Ibu.R mampuan keluarga Ibu.R

Do: mengenal masalah

TD : 190 / 90 mmgh tentang hipertensi

N : 94x/ menit

S : 36,5 C

3 DS : Ibu.R mengatakan Ketidak mampuan Resiko terjadinya

kakinya sering keluarga merawat komplikasi

kesemutan dan anggota keluarganya

pegal- pegal yang sakit

- Ibu.R mengatakan tidak

mengetahui tentang

perawatan penyakit
hipertensi

DO : TD : 190 / 90 mmgh

N : 94x/ menit

S : 36,5 C

V. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri pada Ibu.R , berhubungan dengan keluarga ketidak mampuan

mengenal masalah kesehatan.

b. Resiko terjadinya komplikasi pada Ibu.R berhubungan dengan ketidak mampuan merawat aggota

keluarganya yang sakit

c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

hipertensi dan perawatan

Tabel 3.3

Skoring masalah diagnosa keperawatan

a. Resiko terjadinya penyakit stroke berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam

merawat

No Kriteria Skor Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat masalah resiko 2 1 2/3x1= 2/3 Sifat masalah resiko,

karena keluarga
kurang mengetahu

tentang masalah

penyakit yang

diderita khususnya

Ibu.R

2 Kemungkinan 1 2 ½ x2 = 1 keluarga mau diajak

masalah dapat bekerja sama tentang

diubah: sebagian mempelajari tehnik

relaksasi

3 Potensi masalah 3 1 3/3x2 = 2 Ibu.R dapat diajak

untuk dicegah : bekerja sama dalam

tinggi pengkajian

4 Menonjolnya 0 1 0x1 = 0 Klien tidak

masalah berat harus menyadari, akan

segera ditangani pentingnya menjaga

polah istirahat

Jumlah 3 2/3

Tabel 3.4

Skoring masalah diagnosa keperawatan

b. Ganguan rasa nyama nyeri berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan
No Kriteria Skor Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat masalah resiko 2 1 2/3x1= 2/3 Sifat masalah resiko,

karena Ibu.R tidak

mengetahu tentang

penyakit

2 Kemungkinan 1 2 ½ x2 = 1 Ibu.R mau diajak

masalah dapat bekerja sama tentang

diubah: sebagian mempelajari tehnik

relaksasi

3 Potensi masalah 3 1 3/3x2 = 2 Ibu.R dapat diajak

untuk dicegah : bekerja sama dalam

tinggi pengkajian

4 Menonjolnya 2 1 2/2x1 = 1 Masalah berat segera


masalah berat diatasi
Jumlah 4 2/3

Tabel 3.5

Skoring masalah diagnosa keperawatan

c. Resiko terjadinya komplikasi pada Ibu.R berhubungan dengan ketidak mampuan merawat

aggota keluarganya yang sakit

No Kriteria Skor Bobot Scoring Pembenaran

1 Sifat masalah resiko 2 1 2/3x1= 2/3 Keluarga dan Ibu.R


kurangnya pengetahui

tentang penyakit

hipertensi dan tentang

diit hipertensi

2 Kemungkinan 1 2 ½ x2 = 1 Ibu.R kurang

masalah dapat mengetahui jenis

diubah: sebagian makanan yang tidak

boleh dimakan

3 Potensi masalah 3 1 3/3x2 = 2 Ibu.R dapat diajak

untuk dicegah : bekerja sama dalam

tinggi penyuluhan

4 Menonjolnya 2 1 2/2x1 = 1 Tidak dirasakan , tidak

masalah segera menyadari tentang

ditangani pentingnya menjaga

pola istirahat

Jumlah 3 2/3

Intervensi Tabel 3.5

Rencana keperawatan keluarga Ibu.R

Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi


keperawatan TUM TUK Kriteria Standar
1. Kurangnya Setelah Setelah Afektif - Keluarga - Berikan

pengetahuan dilakukan dilakukan Kognitif dapat informasi

berhubungan tindakan tindakan atau Psikomotor mengenal tentang

dengan keperawatan pertemuan pengertian, pengertian,

kurangnya diharapkan selam 3x 25 penyebab, penyebab dan

informasi Ibu.R menit dan tanda- tanda gejala

tentang terpenuhi diharapkan gejala hipertensi

hipertensi dan dalam keluarga Ibu.R hipertensi - Jelaskan

perawatan informasi mengerti - Keluarga pentingnya

- Mengenal mampu lingkungan


tentang
masalah menciptaka yang tenang,
hipertensi
kesehatan n tidak penuh

penyakit lingkungan dengan stress

hipertensi yang - Anjurkan

- Mengambil tenang keluarga

keputusan - Keluarga untuk

yang tepat Ibu.R mau memeriksaka

untuk memeriksa n kondisi

mengatasi kan ibu.R

penyakit kondisinya semingugu

hipertensi - Ibu.R mau sekali

- Memberikan mengurangi -

keperawatan pola makan Mendiskusik


anggota tinggi an perlunya

keluarga garam diet rendah

yang sakit kalori, rendah

- Mencegah natrium

meningkatny

a tekanan

darah

Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi


keperawatan TUM TUK Kriteria Standar
2. Gangguan Setelah Setelah Kognitif - Keluarga - Menjelaskan

rasa dilakukan dilakukan Afektif Ibu.R pengertian,

nyaman : asuhan tindakan atau Psikomotor mengenal penyebab,

nyeri keperawata pertemuan pengertian tanda dan

berhubung Tekanan selam 3x 25 , gejala

an dengan vaskuler menit penyebab, hipertensi

peningkat serebral diharapkan dan tanda- - Membri

an tekanan tidak keluarga gejala penyuluhan

vaskuler meningkat. mampu hipetensi tentang tehnik

serebral - Mengenal - Keluarga relaksasi


masalah Ibu.R - Demonstrasikan

kesehatan mengenal cara

penyakit tehnik melakukan

hipertensi relaksasi tehnik

- Mengambil - Ibu.R relaksasi

keputusan mampu

yang tepat melakukan

untuk tehnik

mengatasi relaksasi

penyakit

hipertensi

- Merawat

anggota

keluarga

yang sakit

Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi


keperawatan TUM TUK Kriteria Standar
3. Resiko Setelah Setelah Kognitif - Keluarga - Berikan

terjadinya dilakukan dilakukan Kognitif Ibu.R dapat penjelaskan

komplikas tindakan tindakan atau Psikomotor mengenal tentang

i pada keperawatan pertemuan penyebab peengertian,

Ibu.R diharapkan selam 3x 25 dan tanda penyebab ,

berhubun tidak ter menit gejala serta dan tanda

gan jadinya diharapkan pencegahan gejalah, serta


dengan komplikasi keluarga hipetensi pencegahan

ketidak mampu - Keluarga hipertensi.

mampuan - Mengenal Ibu.R - Mendiskusikan

merawat masalah mampu cara

aggota kesehatan menyebutka pencegahan

keluargan penyakit n jenis - Memberikan

ya yang hipertensi makanan kesempatan

sakit - Mengambil yang tidak pada

keputusan boleh keluarga

yang tepat dimakan untuk

untuk oleh menyebutkan

mengatasi penderita jenis

penyakit hipertensi makanan

hipertensi - Ibu.R mau yang tidak

- Memberikan melakukan boleh /

perawat diet rendah dikurangi

anggota garam - Berikan

keluarga penjelaskan

yang sakit tentang diet

rendah garam

Implementasi Dan Evaluasi

Tabel 3.6
Catatan Keperawatan Ibu.R

No Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

1 Senin, Gangguan rasa - memberikan S:

12/07/10 nyaman nyeri pengetahui - Ibu.R

berhubungan tentang mengatakan

dengan ketidak pengertian mengerti

tahuan keluarga hipertensi tentang

Ibu.R mengenal , penyebab, pengertian

masalah kesehatan tanda dan gejala hipertensi,

hipertensi penyebab

- Mendiskusikan tanda dan

cara pencegaha gejalah

tentang hipertensi

hipertensi - Ibu.R mampu

- Mengulang menjelas

penjelasan kembali

hipertensi yang tentang

telah pengertian

disampaikan hipertensi

- Keluarga

mengatakan

sudah jelas
dengan materi

hipertensi

yang telah

disampaikan

oleh petugas

O:

- Pada saat

penulis

menanyakan

kembali

tentang

hipertensi

Ibu.R

mengatakan

dengan benar

- Ibu.R sangat

antusias dalam

mengikuti

penyuluhan

A:

- Masalah teratasi

sebagian
P:

- lanjutkan

intervensi

kelurga dalam

mengenal

masalah

penyakit

2 Rabu Gangguan rasa - Membri S:


14/07/2010
nyaman nyeri penyuluhan - Ibu.R tidak tahu

berhubungan tentang tehnik tentang tehnik

dengan ketidak relaksasi relaksasi

tahuan keluarga - Mendiskusikan - Ibu.R

Ibu.R mengenal cara mengatasi mengatakan,

masalah kesehatan mengenai nyeri mau

- Melakukan mengetahui

demontrasi tentang cara

relaksasi tehnik

- Memberikan relaksasi

kesempatan - Ibu.R mampu

pada keluarga mempraktekan

Ibu.R utuk cara tehnik

remondasikan relaksasi
tehnik relaksasi
O:

- Ibu.R sangat

antusias dalam

mengikuti

penyuluhan

- Ibu.R mengerti

tentang cara

tehnik

relaksasi

A:

- Masalah teratasi

sebagian

P:

- Lanjutkan

intervensi.

Anjurkan

klien untuk

selalu

melakukan

tehnik

relaksasi
setiap hari jika

nyeri

3 Jum’at Resiko terjadinya - Menjelaskan S:

16/07/2010 komplikasi pada pengertian, - Ibu.R

Ibu.R berhubungan penyebab, tanda mengatakan

dengan ketidak dan gejala serta mengerti

mampuan merawat pencegahan tentang

aggota keluarganya hipertensi hipertensi

yang sakit - Mendiskusikan - Keluarga Ibu.R

cara pencegaha sudah

tentang mengerti

hipertensi tentang tanda

dan gejalah

serta

pencegahan

dari hipertensi

- Keluarga Ibu.R

mampu

menyebutkan

jenis makanan

yang tidak

boleh dimakan

oleh penderita
hipertensi

- Keluarga Ibu.R

mengatakan

sudah jelas

materi yang

disampaikan

O:

- Pada saat ditanya

kembali tentang

hipertensi Ibu.R

menjabab benar

- Masalah teratasi

sebagian

- Lanjutkan intervensi

keluarga dalam

mengenal masalah

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas tentang asuhan kepeawatan Ibu.R dengan masalah

hipertensi pada Ibu.R dikelurahan pekalipan Rt/Rw 004/001 kec.pekalipan wilaya kerja

puskesmas astanagarib dengan menggunakan proses pendekatan asuhan keperawatan keluarga.

Penulis menemukan kesenjangan antara teori yang didapat dengan kenyataan dilapangan.
2. Tahap pengkajian dilakukan denga wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.

Dengan teknik tersebut selama pengkajian keperawatan, penulis menemukan dan

mencatat beberapa kesenjangan antara teori yang didapat dengan kenyataan

dilapangan diantaranya :

a. Obesitas

Dalam teori obesitas adalah penyebab dari hipertensi tetapi dalam kenyataannya

Ibu.R berat badannya 50kg

b. Perokok

Didalam teori bahwa seorang perokok dapat terserang hipertensi tetapi Ibu.R

tidak merokok

c. Alkohol

Dalam teori bahwa seorang peminum alkohol dapat terserang hipertensi tetapi

dalam kenyataan Ibu.R tidak peminum alkohol

d. Pemeriksaan diagnostik

Dalam teori pemeriksaan diagnostik pada hipertensi diantaranya pemeriksaan

laboratorium rutin yang dilakukan sebelum menentukan tarapi bertujuan

mentetukan adanya kerusakan organ dan fakta risiko lain atau mencari penyabab

hipertensi. Biasanya diperiksa urinalis, darah perifer lengkap, kimia darah (

kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDL dan

EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan lain, seperti Rlirens, protein, urine 24

jam, asam urat, kolestrol LDL,TSH dan eko kardiografi ( manjoer Arif 2002 :

518). Tetapi dalam kenyataannya penulis tidak mendapat pemeriksaan penunjang


seperti yang ada didalam teori, hal ini disebabkan karena Ibu.R belum pernah

memeriksakan kesehatannya ke Kerumah Sakit.

3. Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan kesehatan keluarga sesui teori yang muncul pada

keluarga Ibu.R dengan gangguan kardiovaskuler : Hipertensi adalah

a. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik yang

berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi,

pembatasan diet, pengobatan, faktor resiko .

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler selebra.

c. Resti penuruna curah jantung berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

merawat, keluarga yang sakait.

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak tahuan keluarga mengambil

tindakan yang tepat.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit.

Adapun kenyataan dilapangn tidak semua masalah keperawatan secara

teoritis muncul, yang penulis temukan pada Ibu.R hanya tiga masalah

keperawatan keluarga yaitu :

a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskuler

serebral.
c. Resiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga

Ibu.R tentang masalah kesehatan

Pada masalah keperawatan keluarga ini terdapat kesenjangan antara

masalah keperawatan secara teoritis dengan dilapangan. Hal ini berdasarkan

dengan respon keluarga dan objek yang penulis lihat dari pemeriksaan fisik yang

penulis lakukan pada anggota keluarga Ibu.R yang memiliki masalah kesehatan.

4. Perencanaan

Dalam perencanaan penulis melibatkan peran serta keluarga keluarga

dalam tujuan agar keluarga mengetahui dan menyadari masalah kesehatan dapat

diajak dalam melaksanakan perencanaan masalah kesehatan yang terjadi pada

Ibu.R berdasarkan latar belakang.

Adapun dalam menyampaikan penulis menggunakan bahasa yang mudah

dan sederhana sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami

oleh keluarga Ibu.R .

5. Penatalaksanaan

Sasaran yang dituju dalam melaksanakan dalam tindakan keperawatan

hal ini adalah kelurga Ibu.R yang dimulai dari tanggal 12-19 juli 2010 tindakan

yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah,diskusi

dan mendemonstrasikan yang bertujuan untuk membuat persamaan persepsi

antara tujuan penulis dan keinginan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan serta untuk menggali sumber-sember yang ada pada keluarga. Dalam

memberikan penjelasan penulis menggunakan gambar-gambar ddengan tujuan


agar penjelasan yang diberikan dapat mudah dimengerti dan pahami dan cepat

diterima oleh keluarga.

Dalam usaha meningkatkan keterampilan penulisan menggunakan metoda

demonstrasi yang bertujuan untuk mempermudah keluarga dalam menerima

penjelasan pendidikan kesehatan dan tehnik-tehnik seperti tehnik relaksasi. Ada

beberapa faktor pendukung dan pelaksanaan asuhan keperawatan diantaranya

adanya kerjasama yang baik dari keluarga Ibu.R serta adanya semangat yang

cukup tinggi dari keluarga

6. Evaluasi

Pada tahap ini penulis tidak terlalu banyak mengalami kesulitan karena

karena telah adanya acuan yaitu berupa kriteria evaluasi yang membantu dalam

proses evaluasi. Dan ditunjang partisipasi klien untuk bisa hidup sehat.

a. Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan selama 5 hari terdapat masalah

yang teratasi

- Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang

berhubungan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan

diet, pengobatan

b. Berdasarkan evaluasi masalah yang teratasi sebagian adalah.

1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskuler

serebral.
3) Resiko terjadinya komplikasi berhubungan dengan ketidaktahuan

keluarga Ibu.R tentang masalah kesehatan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Ibu.R dengan gangguan

sistem kardiovaskuler: Hipertensi pada Ibu.R diwilayah kera puskesmas Astanagarib

yang penulis laksanakan dari tanggal 12 sampai 18 juli 2010, dapat diambil kesimpulan:

1. Gangguan rasanyaman nyeri berhubungan dengan kenaikan vaskuler serebral, pada

Ibu.R .

2. Keluarga Ibu.R belum mengenal tentang teknik relaksasi.

3. Ibu.R tidak merasa khawatir lagi tentang penyakitnya karena sudah mengerti tentang

penyakitnya.

4. Hasil akhir yang diperoleh setelah diberikan tindakan keperawatan selama 7 hari yaitu

Ibu.R mengetahui tentang Diit hipertensi , perawatan hipertensi , pengertian

hipertensi, sedangkan masalah yang teratasi sebagian adalah Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebal, resiko tinggi

teradinya stroke pada Ibu.R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga yang

sakit . dan keluarga Ibu.R pun bisa menerima dengan masukan pewnulis untuk bisa
mengkonsumsi makanan rendah garam agar penyakit hipertensi pada Ibu.R tidak

kambuh lagi dan membersihkan kesehatan Ibu.R seacara teratur .

B. Rekomendasi

1. Untuk klien dan kelurga

a. Klien diharapkan memeriksakan kesehatan secara teratur yaitu 1 minggu sekali

atau 2 minggu sekali untuk mrngertahuikeadaan kesehatannya.

b. Klien diharapkan dapat merawat kesehatannya secara mandiri

c. Klien diharapkan minum obat sesuai dengan anjuran dokter

d. Kelurga diharapkan dapat memberkan motivasi dan dukungan pada Ibu.R untuk

salau berobat kesarana pelayanan kesehatan yang terdekat(puskesmas).


ada bab 3 ini melaksanakan asuhan keperawatan pada anak A dengan diagnosa medis kejang
demam + faringitis di ruang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Kurnia Yuliastutik pada tanggal 8 September 2001 jam 11.00 WIB.
3.1.1 Data Subyektif
3.1.1.1 Biodata/Identifitas
Nama anak : An “A”
Umur : 15 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Nomor Register : 10082571
Lahir : Normal (Spontan B)
Tempat/tanggal lahir : Surabaya, 23 Mei 2000
Diagnosa Medis : Kejang Demam + Faringitis
Tanggal MRS : 8 September 2001 jam 03.30 WIB

Nama Ibu : Ny. “H”


Umur : 29 tahun
Agama : Katolik
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Penghasilan : -
Alamat : Pucang Jajar 42 Surabaya

Nama Ayah : Tn. “B”


Umur : 31 tahun
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp 500.000/bulan
Alamat : Pucang Jajar 42 Surabaya

3.1.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang


1. Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa anaknya panas sejak 7-9-2001 jam 14.30 WIB
2. Perjalanan penyakit sekarang
Tanggal 7-9-2001 jam 14.30 WIB Anak mulai panas lalu diberi obat penurun panas (Sirup
Salmol) 1 kali dan dikompres, disertai batuk dan pilek. Tetapi panas tidak turun. Muntah
sebanyak 2 kali yaitu jam 23.30 WIB dan 01.30 WIB sebanyak ± 2-3 sendok makan dengan
berisi makanan. Lalu kejang terjadi pada jam 02.30 WIB sebanyak 1 kali, lamanya ± 5-10 menit,
tidak mengeluarkan busa dari mulut. Keadaan saat kejang adalah mata melirik ke atas, kedua
tangan fleksi, dan kedua kaki kaku (ekstensi). Setelah kejang terjadi anak langsung menangis.
Batuk tidak mengeluarkan dahak, suara grok-grok, konsistensi pilek agak kental, jernih, dan
keluar kadang-kadang, tetapi tidak sesak.

3.1.1.3 Penyakit Riwayat Dahulu


Sebelumnya anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma kepala, radang
selaput otak, ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita anak yaitu panas, batuk, pilek
tetapi jarang terjadi.

3.1.1.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Prenatal : selama hamil sehat tidak ada kelainan seperti pendarahan dan sakit panas, Ibu hanya
minum obat yang diberikan bidan. Ibu tidak minum jamu.
2. Natal : melahirkan usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak ada kelainan, anak langsung
menangis keras, BB : 3300 gr PB : 48cm.
3. Post Natal : bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas hari ke 7.

3.1.1.5 Riwayat Imunisasi


Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.
Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan
meminum obat yang diberikan petugas kesehatan.

3.1.1.6 Riwayat Perkembangan Anak


1. Riwayat personal sosial :
Anak mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih ngompol dan belum bisa
memberi tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
2. Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan menarik kursi, dapat
mengerjakan perintah secara sederhana.
3. Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-coret.
4. Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa, memanggil kakaknya
(Iza), dan memanggil binatang peliharaan (anjing), minum, dll.
Kesimpulan : Tidak ada kelainan dalam perkembangan.

3.1.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga


Ayah : tidak ada keluarga yang menderita penyakit epilepsi, kelainan syaraf, penyakit menular
ataupun menurun dari ayah.
Ibu : ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan ibu menderita penyakit diabetes mellitus
sejak tahun 1992, dari keluarga ibu tidak ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.
Anak : kakaknya menderita sakit batuk dan pilek selama satu minggu
3.1.1.8 Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang lain.
2. Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja dengan ibunya.
Biasanya anak bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu memasak, mencuci, dan
membersihkan rumah. Kakaknya berusia 9 tahun, sudah kelas 4 SD.
3. Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah bersama ibunya.
Kadang-kadang anak bermain dengan teman sebayanya yang dekat dengan rumahnya.
4. Pembawaan secara umum
Anak tampak gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta digendong, anak sangat manja
kepada ibunya.

3.1.1.9 Pola Kebiasaan dan Fungsi


1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu, ganti celana setiap ngompol, baju
ganti tiap pagi dan sore.
Setelah sakit : mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti baju tiap pagi dan sore dan celana
ganti tiap ngompol.
Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada keluarga yang kejang.
Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa
ke dokter atau rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak sembuh.
Anak bila sakit rewel, sering minta digendong. Anak tampak takut bila ada petugas kesehatan
yang akan melakukan perawatan/ tindakan medik.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecil habis, tidak ada pantangan
dalam makanan, komposisinya nasi tim dan lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu, tempe, ikan
laut, telur dan daging kadang-kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya
seperti bayam, sup, soto, dan lain-lain.
Minum : air putih ± 3 – 5 gelas (ukuran 100 cc), anak masih menetek.
Selama sakit : sehari makan 3 kali/hari, porsi yang disediakan rumah sakit dimakan separuh.
Komposisinya nasi tim, lauk, sayur, dan buah. Anak lebih sering menetek. Minum air putih ± 4 –
6 kali/100 cc, pasi (SGM 2) baru diberikan 2 sendok lalu dimuntahkan.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB lancar setiap pagi
hari, konsistensi lembek, warna kuning.
Selama sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB setiap hari, konsistensi
lembek, warna kuning.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Bermain bersama kakaknya ± 4 – 5 jam sehari, waktu terbanyak bersama ibu.
Bersama ayah kadang–kadang, antara 3 – 4 jam. Biasanya anak juga bermain sendiri sambil
melihat TV atau mendengarkan musik sambil menari.
Selama sakit : aktivitas anak menjadi menurun karena terpasang infus di tangan kiri, anak sering
minta digendong ibu.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : tidur malam antara jam 20.00 – 05.00 WIB, siang tidur antara jam 12.00 – 15.00
WIB, terbangun bila ngompol.
Selama sakit : pada siang hari tidurnya sulit ± ½ - 1 jam, tidurnya sering terbangun dan rewel
minta digendong. Pada malam hari tidurnya jam 01.00 – 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya
sering terjaga.

3.1.2 Data Obyektif


3.1.2.1 Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan darah : -
Nadi : 132 kali/menit
Respirasi : 30 kali/menit
Suhu : 38,2 ºC
4. BB / TB : 9 kg / 77 cm
Status gizi : 2n + 8
2(1,5) + 8 = 11 kg
9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi kurang)

3.1.2.2 Pemeriksaan Fisik Umum


1. Kepala
Tak ada tanda – tanda mikrochepali ataupun makrochepali, lingkar kepala 46 cm, ubun – ubun
besar menutup, bentuk kepala normal.
2. Rambut
Warna pirang, rambut tidak mudah dicabut, ketebalan rambut cukup, tidak terdapat kutu.
3. Muka / wajah
Tidak ada rhisus sardonicus, simetris, tidak terdapat oedema, wajah tidak tampak pucat.
4. Mata
Ketajaman penglihatan baik, palpebra simetris, tak ada midriasis atau miosis, sklera tidak ikterus,
konjungtiva tak anemis, pergerakan normal, tak ada strabismus.

5. Hidung
Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret berwarna kental dan jumlahnya
sedikit, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.
6. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7. Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat
stomatis, tak ada strismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah
8. Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada
eksudat.
9. Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak
ada pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak
ada wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur

12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan /
tumor, gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit teraba panas.
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus sejak 8
september 2001, tak ada tanda – tanda flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.
Ekstrimitas bawah : tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.
15. Genetalia
Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.
Anus : kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak.

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang


3.1.3.1 Data Laboratorium
1 Laboratorium 8 – 9 2001 jam 03.30
Pemeriksaan darah
HB : 12,00 gr % (P 11,4 – 15,1)
Leukosyt : 19 x 109/L (P 4,3 – 11,3)
Trombosyt : 173 x 109/L (150 – 350)
PCV : 0,35 (P 0,38 – 0,42)
Glukosa darah acak : 288 mq/dl (< 200)
Elektrolit : Kalium = 3,60 meq/L (3,8 - 5)
Natrium = 133 meq/L (135 - 144)
LP (lumbal pungsi) : Keluarga menolak walaupun sudah diberikan penjelasan tujuan dan
prosedurnya.
3.1.4 Data Lain
Therapi yang diberikan :
8-9-2001 : Ampicilin 3x300 mg IV
Paracetamol 3x100 mg P.O
Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)
Infus D5 ¼ S 500 cc/24 jam.

3.2 Analisa dan Sintesa Data


Tabel 3.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam
No Pengelompokan data Kemungkinan Penyebab Diagnosa/masalah
1 Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya masih panas dan rewel minta menetek terus, sebelumnya
anak tidak pernah sakit kejang.
O : keadaan composmentis
Tanda vital :
S : 38,2oC
N : 132x/mnt
RR : 30x/mnt
Kulit terasa panas, akral hangat, anak tampak rewel dan sedang menetek. Bibir tampak kering
dan pecah-pecah , turgor kulit cukup.
Pemeriksaan laboratorium: Hb : 12 gr %
(N : 11,4-15,1)
Leucocyt : 9x109/L
(N : 4,3-11,3)
Trombocyt : 173x109/L
(N : 150-350)
PCV : 0,35
(N : 0,38-0,42)
Glukosa darah acak :
288 mq/dl
(N kurang dari 200)
Elektrolit :
- Kalium : 3,6 meq/L (N : 3,8-5)
- Natrium : 133 meq/L (N : 135-144) Hipertermia

gangguan metabolisme otak

Perubahan keseimbangan dari sel neuron

difusi ion kalium dan natrium

Lepas muatan listrik

kejang Potensial kejang ulang
2 Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan porsi dari rumah sakit dihabiskan separuh, pasi (SGM 2) baru diberikan 2
sendok, lalu dimuntahkan, anak sering menetek, dan minum air putih + 4 - 6x/100cc
O : turgor kulit cukup, wajah dan telapak tangan tidak pucat. Konjungtiva tidak anemis.
BB : 9 kg (N : 11 kg)
Status gizi kurang
Lila : 14 cm Proses penyakit
(faringitis)

kesulitan dalam menelan

asupan nutrisi berkurang Gangguan pemenuhan nutrisi

3 Tanggal 8-9-2001 jam 11.00 WIB


S . Ibu bertanya mengapa bisa terjadi kejang padahal sebelumnya anak tidak pernah kejang dan
panasnya belum turun setelah diberi obat penurun panas.
O : Ibu tampak khawatir dengan keadaan anaknya. Ibu sering bertanya tentang keadan anaknya
dan setiap tindakan yang akan dilakukan. Kurangnya atau keterbatasan informasi

sering bertanya Kurangnya pengetahuan

3.3 Diagnosa Keperawatan


Dari analisa dan sintesa data di atas maka dapat diambil diagnosa keperawatan sebagai berikut :
3.3.1 Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi
3.3.2 Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang ditandai
dengan porsi makan tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak tidak mau PASI.
3.3.3 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai dengan
keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
3.4 Perencanaan
Tabel 3.1 Perencanaan Pada Kasus Kejang Demam
No. Rencana Rasional
1

2 Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB


Diagnosa / masalah : potensial kejang berulang berhubungan dengan hiperthermi
Tujuan : kejang ulang tidak terjadi dalam waktu 2x24 jam
Kriteria :
- Tidak terjadi serangan ulang
- Suhu tubuh normal (36-37,5oC)
- Nadi (100-110 x /mnt)
- RR (24-28 x /mnt)
- Kesadaran composmentis
Rencana :
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat
2. Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
3. Berikan ekstra cairan (pasi, asi, sari buah, dan lain-lain)
Cairan: 1150–1300 cc/24 Jam
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

5. Batasi aktivitas selama anak panas

6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advise dokter


- Valium 2,7 mg IV (bila kejang)
- Ampicillin 3 x 300 mgIV
- Paracetamol 3 x 100 mg (per oral)
7. Berikan health education kepada keluarga tentangpersonal hygene: membersihkan daerah bibir
dengan air hangat 2 x/hari dan mengolesi bibir dengan madu
Tanggal 8-9-2001 jam 11.10 WIB
Diagnosa / masalah :
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
Tujuan : nutrisi terpenuhi dalam 2x24 jam
Kriteria :
- porsi makan yang disediakan dihabiskan
- anak mau minum pasi
- BB anak meningkat
- turgor kulit baik, konjungtiva tidak anemis
Rencana :
1. Beri penjelasan pada keluarga tentang penyebab gangguan pemenuhan nutrisi, pentingmya
nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya
2. Berikan health educational kepada keluarga tentang :
- berikan makanan pada anak dengan porsi kecil dan frekuensinya sering
- berikan pasi ditambah dengan madu secara bertahap
3. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit :
TKTP 900 kalori, 20 gr protein
PASI 6 x 100 cc
4. Observasi intake dan output

5. Lakukan penimbangan BB tiap hari


1. Proses konveksi akan terhaalang oleh pakaian ketat dan tidak menyerap keringat
2. Perpindahan panas secara konduksi
3. Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh semakin meningkat
4. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
5. Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan suhu tubuh
6. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

7. Menjaga kebersihan dan kelembaban bibir

1. Dengan pemberian penjelasan keluarga diharapkan mengerti, dan dapat mendukung program
perawatan yang diberikan

2. Untuk mengurangi nyeri saat menelan dan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
3. Sebagai fungsi dependen perawat/bidan dengan ahli lain.

4. Mengetahui keseimbangan jumlah nutrisi tubuh.


5. deteksi perubahan BB sebagai evaluasi pemberian diit
3 Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB
Masalah : kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan
informasi
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya dalam 24 jam
Kriteria :
- keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya
- keluarga mampu diikutsertakan dalam proses perawatan
- keluarga mentaati setiap proses perawatan
Rencana :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2. Beri penjelasan tentang penyakit yang diderita anak dan semua prosedur perawatan yang akan
dilakukan

3. Berikan health education cara menolong anak kejang dan mencegah kejang :
- jangan panik saat kejang
- baringkan anak di tempat rata dan lembut
- kepala dimiringkan
- pasang gagang sendok di mulut yang telah dibungkus kain bersih
- setelah kejang berhenti dan anak sadar segera minumkan obat dan tunggu sampai keadaan
tenang
- jika suhu tinggi, lakukan kompres dingin dan beri minum banyak
- segera bawa ke RS bila kejang lama
4. Berikan helath education agar selalu sedia obat penurun panas (sesuai dengan anjuran dokter)
bila anak panas segera bawa RS bila suhu belum turun 24 jam berikutnya
5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari penderita
penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
6. Beritahu keluarga agar memberikan informasi pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
mendapat serangan kejang sehingga pemberian imunisasi DPT tidak diberikan pertusis, hanya
DT saja
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang
didapat
2. Agar keluarga dapat menerima informasi dengan mudah dan tepat sehingga tidak timbul
kesalahpahaman sehingga keluarga lebih kooperatif
3. Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah
kesehatan

4. Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang

5. Sebagai upaya preventif serangan kejang ulang

6. Imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang ulang

Tanggal / Jam
Pelaksanaan
Tanggal 8-9-2001

Jam 11.30 WIB


Jam 11.31 WIB

Jam 11.32 WIB

Jam 11.35 WIB

Jam 11.40 WIB

Jam 07.00 WIB


Jam 15.00 WIB
Jam 23.00 WIB

Jam 11.50 WIB

Tanggal 8-9-2001

Jam 11.45 WIB

Jam 11.50 WIB

Jam 11.52 WIB

Jam 12.00 WIB


Jam 11.55 WIB Diagnosa : potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi
1. Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
2. Memberikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
3. Memberikan ekstra cairan :
infus : D5 ¼S . 500 cc/24 jam,ASI
minum pasi : anak menolak (dimuntahkan)
4. Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
N : 132x/mnt RR : 30x/mnt
Taxila : 38,2oC
5. Membatasi aktivitas selama anak panas. Terapi : bed rest
6. Memberikan antipiretika dan pengobatan sesuai advise :
Terapi :
- Valium 2,7 mg IV (bila kejang)
- Ampicillin 3x300 mgIV
- Paracetamol 3x100 mg (per oral)
7. Memberikan health education kepada keluarga tentang personal hygiene : membersihkan
daerah bibir dengan air hangat 2 x/hari, dan mengolesi bibir dengan madu
Diagnosa/masalah : ganggguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
1. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang penyebab gangguan pemenuhan nutrisi,
pentingnya nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya
2. Memberikan health education kepada keluarga tentang :
- Berikan makanan kepada anak dengan porsi kecil dan frekuensinya sering
- Berikan pasi ditambah dengan madu secara bertahap
3. Melakukan kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit.
TKTP : 900 kalori, 20 gr protein
PASI : 6 x 100 cc/24 jam
4. Mengobservasi intake dan output.
PASI : diberi 2-3 sendok lalu dimuntahkan
5. Melakukan penimbangan BB tiap hari
BB : 9 kg
Tanggal 8 September 2001

Jam 11.55 WIB

Jam 12.00 WIB

Jam 12.05 WIB


Jam 12.10 WIB

Jam 12.15 WIB

Jam 12.20 WIB


Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan
informasi.
1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga.
2. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita anak dan semua prosedur perawatan
yang akan dilakukan
3. Memberikan health education cara menolong anak kejang dan mencegah kejang :
1. Jangan panik saat kejang
2. Baringkan anak di tempat rata dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang batang sendok di mulut yang telah dibungkus kain bersih.
5. Setelah kejang berhenti dan anak sadar segera minumkan obat dan tunggu sampai keadaan
tenang.
6. Jika suhu tinggi, lakukan kompres dingin dan beri minum banyak.
7. Segera bawa ke RS bila anak kejang.
4. Memberikan health education agar selalu sedia obat penurun panas (sesuai dengan advis) bila
anak panas, segera bawa ke RS bila suhu belum turun 24 jam berikutnya.
5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari penderita
penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
6. Memberitahukan keluarga agar memberikan informasi pada petugas imunisasi bahwa anaknya
pernah mendapat kejang sehingga pemberian imunisasi DPT tidak diberikan pertusis, hanya DT
saja.

3.6 Evaluasi dan Catatatan Perkembangan


1. Diagnosa / masalah : potensial terjadi kejang berulang berhubungan dengan hiperthermi
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang dan badannya masih panas,
anak masih rewel, ibu sudah membersihkan bibir anaknya dan mengolesi dengan madu.
O : Kejang ulang tidak terjadi, badan teraba panas akral hangat, turgor kulit baik, anak tampak
rewel, kelembaban bibir cukup, bibir tampak bersih.
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 38oC N : 128 x/mnt RR : 28 x/mnt
A : Tujuan belum berhasil
P : Rencana dipertahankan
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
2. Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
3. Berikan ekstra cairan
Infus : D5 ¼ S 500cc / 24 jam, ASI, PASI : 6 x 100cc
4. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
5. Batasi aktivitas selama anak panas
6. Berikan pengobatan sesuai dengan advis dokter.
Terapi : Valium 2,7 mgIV (bila kejang)
Ampicilin 3 x 300 mgIV
Paracetamol 3 x 100 mg per oral
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang, badannya tidak panas lagi,
anak tidak rewel dan bisa tidur nyenyak, anak kembali ceria lagi.
O : Kejang ulang tidak terjadi kulit tidak teraba panas, turgor kulit baik anak tampak ceria, infus
dilepas sejak jam 09.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 37,2oC N : 100 x/mnt RR : 25 x/mnt
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
2. Diagnosa / masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak mau minum PASI  2 -
3 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral tidak pucat, konjungtiva tidak anemi, PASI yang diberikan
diminum  2 – 3 x 100cc
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.10 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis,, PASI
yang diberikan diminum 5 – 6 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih
menetek, anak tampak ceria kembali
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari

Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis PASI yang
diberikan diminum 5 – 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih
menetek, anak tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang

3. Diagnosa / masalah : kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan


keterbatasan informasi
Evaluasi
Tanggal 8-9-2001 jam 12.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penyakit anaknya dan cara pencegahannya.
O : Ibu / keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan
Keluarga mau dan mampu diikutsertakan dalam proses perawatan,
Keluarga tidak sering bertanya lagi tentang penyakit anaknya,
Keluarga mentaati setiap proses perawatan
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
Diposkan oleh as'ad pengen mbeneh di 3/07/2011 08:58:00 AM 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Reaksi:

Askep Ikterus

BAB I
PENDAHULUAN

Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir (BBL). Menurut
beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi cukup bulan dan 75 % pada
bayi kurang bulan.
Perawatan Ikterus berbeda diantara negara tertentu, tempat pelayanan tertentu dan waktu
tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada BBL, seperti ; pemberian
makanan dini, kondisi ruang perawatan, penggunaan beberapa propilaksis (misal; luminal) pada
ibu dan bayi, fototherapi dan transfusi pengganti.
Asuhan keperawatan pada klien selama post partum yang relatif singkat, sehingga klien dan
keluarga harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara merawat
bayi dan dirinya sendiri selama di rumah sakit dan perawatan di rumah.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam memberikan
asuhan keperawatan secara paripurna. Untuk itu dalam penulisan makalah ini mempunyai
maksud :
1. Agar perawat memiliki intelektual dan mampu menguasai ketrampilan dan tehnik terutama
yang berkaitan dengan perawatan klien dan keluarga dengan bayi Ikterus (Hiperilirubinemia),
2. Agar Perawat mampu mempersiapkan klien dan keluarga ikut serta dalam proses perawatan
selama di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan di rumah.
Adapun dalam pembahasannya akan menguraikan bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan bayi Hyperbilirubinemia yang mendapat Fototherapi.
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode Studi Kepustakaan, wawancara,
Partisipasi Aktif dalam pemberian Asuhan Keperawatan.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Batasan-Batasan
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
• Timbul pada hari kedua-ketiga
• Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan
dan 10 mg % pada kurang bulan.
• Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
• Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
• Ikterus hilang pada 10 hari pertama
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia
bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.
Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada
Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus
pada dasar Ventrikulus IV.

B. Jenis-jenis Ikterus Menurut Waktu Terjadinya


1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
• Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama sebagian besar disebabkan oleh :
• Inkompatibilitas darah Rh,ABO, atau golongan lain
• Infeksiintra uterine
• Kadang-kadang karena defisiensi enzim G-6-PD
2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
• Biasanya ikterus fisiologis
• Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain
• Defisiensi enzim G-6-PD atau enzim eritrosit lain juga masih mungkin.
• Policitemia
• Hemolisis perdarahan tertutup *(perdarahan subaponerosis,perdarahan hepar, sub capsula dll)
3. Iktersua yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
• Sepsis
• Dehidrasi dan asidosis Defisiensi G-6-PD
• Pegaruh obat-obatan
• Sindroma Criggler-Najjar , sindroma Gilbert
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
• Ikterus obtruktive
• Hipotiroidisme
• Breast milk jaundice
• Infeksi
• Hepatitis neonatal
• Galaktosemia

C. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam
lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah
konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan
Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan
Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat
patologis.

Diagram Metabolisme Bilirubin

ERITROSIT

HEMOGLOBIN

HEM

GLOBIN
BESI/FE
BILIRUBIN INDIREK
( tidak larut dalal air )

Terjadi pada
Limpha, Makofag

BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN ALBUMIN

Terjadi dalam
plasma darah

MELALUI HATI

BILIRUBIN BERIKATAN DENGAN GLUKORONAT/ GULA RESIDU BILIRUBIN DIREK


( larut dalam air )
Hati

BILIRUBIN DIREK DIEKSRESI KE KANDUNG EMPEDU

Melalui
Duktus Billiaris

KANDUNG EMPEDU KE DEUDENUM

BILIRUBIN DIREK DI EKSKRESI MELALUI URINE & FECES Sumber : Dona L. Wong ;
Nursing Care of Infants and Children

D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia,
Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas
terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut
dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus.
Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila
kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat
keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).

E. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
• Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
• Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
• Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi
Hipoksia atau Asidosis .
• Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
• Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
• Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.
• Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

F. Penata Laksanaan Medis


Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan
untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai
tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus
Albumin dan Therapi Obat.

Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin
dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar
Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan
diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati
(Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak
dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi
Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis
pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.

Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :


1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah
terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin

Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh
negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang
pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.

Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi
Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari
sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih
menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus Enterohepatika.

G. Asuhan Keperawatan .
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan yang meliputi
Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Asuhan keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia secara umum bertujuan untuk :
1. Meningkatkan efektifitas phototherapi
2. Meningkatkan efektifitas tranfusi pengganti
3. Memberikan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional
(Sally B.Olds,1983)

Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang
lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah
Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang
memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy
Smith Greenberg. 1988)

2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi


Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi gambaran
keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun perencanaan asuhan keperawatan.
Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan melalui analisa dan
interpretasi data yang diperoleh.
1. Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi dan
diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat.
Kriteria :
• Turgor kulit baik.
• Mukosa lembab.
• Mata tidak cekung
• Ubun-ubun tidak cekung.
• Tidak ada penurunan urine out put ( 1-3 cc/kg/BB/jam).
• Penurunan BB dalam batas normal.
• Tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh.

Intervensi :
Catat jumlah dan kualitas feces, pantau turgor kulit dan intake output, beri air diantara menyusui
atau pemberian susu botol.
2. Gangguan suhu tubuh sehubungan dengan efek fototherapi.
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh dapat dipertahankan.
Kriteria :
• Suhu tubuh normal : 36,4 C - 37,2 C
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu tubuh normal untuk
menghindari stress panas dan dingin. Cek tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.

3. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.


Tujuan : Agar neonatus dapat mempertahankan keutuhan kulit.
Kriteria :
• Tidak terjadi iritasi pada kulit genital
• Tidak terjadi ruam pada kulit
• Kulit tidak terlihat kuning ( < 6mg% ) Intervensi : Catat warna kulit tiap 8 jam , pantau nilai
bilirubin direk dan indirek, rubah posisi 2 jam sekali, pantau kondisi kulit dan masase daerah
yang menonjol setiap merubah posisi ,jaga kebersihan dan kelembaban kulit. 4. Gangguan
parenting sehubungan dengan pemisahan. Tujuan : Orang tua dan neonatus menunjukan tingkah
laku “Attachment”, orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses bonding.
Kriteria : Interaksi ibu bayi adekuat : • Ibu menyusui bayi. • Ibu mengekspresikan perasaannya
dengan ucapan/sentuhan. Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk di susui buka penutup mata saat di
susui, anjurkan orang tua untuk mengajak bicara, libatkan orang tua dalam perawatan jika
mungkin, dorong orang tua untuk mengekpresikan perasaannya. 5. Kecemasan meningkat
sehubungan dengan terapi yang diberikan pada bayi. Tujuan : Orang tua mengerti tentang
perawatan dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk menyampaikannya pada tim ksehatan.
Kriteria : • Keluarga mengerti tentang perjalanan penyakit dan maksud dari therapi. •
Memberikan respon yang kooperatif. • Keluarga tampak tenang. Intervensi : Kaji pengetahuan
keluarga beri pendidikan kesehatan tentang penyebab dari kuning: tanda-tandanya, pentingnya
perawatan dan pengobatan, penjelasan tentang pelayanan kesehatan yang harus dihubungi, beri
pendidikan keshatan tentang perawatan bayi dirumah. 6. Potensial trauma sehubungan dengan
fototerapi Tujuan : Bayi akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat dari
fototerapi Kriteria : Tidak terjadi iritasi mata : • Kulit tidak melepuh, • Tidak mengalami
perubahan warna (kemerahan) Intervensi : Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber
cahaya : biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata , daerah bokong,dan alat
genetalia ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya : usahakan agar penutup mata
tidak menutupi hidung-bibir ; matikan lampu,buka tutup mata tiap 8 jam untuk melihat warna
sklera; buka penutup mata setiap akan diberi susu,ajak bicara dan beri sentuhan selama
perawatan; anjurkan orang tua untuk mengunjungi dan berpartisipasi selama perawatan. 7.
Potensial injuri neurologi sehubungan dengan kadar bilirubin tak terkonjugasi yang tinggi
Tujuan: Tidak terjadi gangguan neurologis Kriteria : Kadar bilirubin indirek dibawah 15 mg % (
Sarwono ) • Tidak terdapat tanda-tanda kern -ikterus : • Kejang,hypotonia,letargy,gangguan
pendengaran,tidak mau minum,muntah-muntah,sianosis,opistotonus Intervensi : observasi dan
laporkan tanda-tanda kern ikterus, Cek kadar bilirubun indirek setiap 24 jam , Cek kadar albumin
sesuai kebutuhan Susui bayi sedini mungkin 8. Potensial trauma sehubungan dengan transfusi
tukar Tujuan : Transfusi tukar dapat dilaksanakan tanpa komplikasi Kriteria: Tidak ada tanda
reaksi dari transfusi : nadi lemah dan cepat,menggigil,pernafasan cepat dan dangkal, kulit
kemerahan. Intervensi ; Catat kodisi umbilical neonatus jika vena umbilical yang digunakan ;
basahi umbilical dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, pertahankan suhu
tubuh neonatus selama dan sesudah tindakan;catat jenis darah ibu dan neonarus serta rhesus yang
akan di transfusikan; yakinkan bahwa darah bahwa darah yang akan dipakai transfusi merupakan
darah segar; pantau nadi, tekanan darah suhu tubuh dan pernafasan sebelum, selama dan sesudah
transfusi;siapkan suction bila diperlukan ; catat jumlah darah yang keluar dan yang masuk,
monitor adanya gangguan keseimbangan elektrolit seperti kejang,apnoe, bradicardi. 9. Potensial
gangguan proses keluarga sehubungan dengan kondisi bayi yang memungkinkan timbulnya
respon fisiologis yang merugikan. Tujuan : Keluarga dapat menerima kondisi bayi, mengerti
tentang therapi yang diberikan dan prognosis penyakitnya. Intervensi : Hentikan fototherapi
selama keluarga berkunjung, jelaskan dengan bijaksana tentang patologi terjadinya joundice,
yakinkan bahwa pigmentasi akan kembali normal setelah keadaan bayi baik, jelaskan pentingnya
pemberian ASI untuk mencegah joundice yang berkelanjutan. Discharge Planing. Pertumbuhan
dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin (seperti rangsangan,
latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan
mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan
lanjutan dirumah. Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang
terbaik dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994): 1. Anjurkan ibu
mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-gangguan kesadaran seperti :
kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui menurun. 2. Anjurkan ibu untuk menggunakan
alat pompa susu selama beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran air susu. 3.
Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi dan tranfusi pengganti untuk menurunkan
kadar bilirubin bayi. 4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI
dalam hal mencegah peningkatan bilirubin. 5. Mengajarkan tentang perawatan kulit : •
Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat. • Siapkan alat untuk membersihkan
mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang rusak. • Gunakan pelembab kulit
setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit. • Hindari pakaian bayi yang
menggunakan perekat di kulit. • Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena
dapat mengakibatkan lecet karena gesekan • Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit seperti penekanan yang lama, garukan . • Bebaskan kulit dari alat tenun yang
basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak. • Melakukan pengkajian yang ketat tentang
status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil. BAB III TINAJUAN KASUS 1. Pengkajian
A. Identitas 1. Nama Klien : By. Ny. X 2. Umur : 3 hari 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Anak ke :
1 (satu) 5. Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia 6. Tanggal Lahir Bayi : 19 - 10 - 1996, Jam :
22.20 WIB. 7. Apgar 1 menit : 9 dan 5 menit : 9. 8. Berat badan lahir : 2750 gram, Berat badan
sekarang : 2550 gram. 9. Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 36 cm.
10. Golongan Darah : B (+) B. Riwayat Orang Tua Orang tua (ibu) tidak pernah menderita
penyakit yang berat, golongan darah B, Rh (+). ASI keluar hari ketiga, menyusui mulai segera
setelah lahir. C.Ringkasan riwayat kehamilan dan persalinan Masalah-masalah kehamilan : tidak
ada Persalinan Kala I : 10 jam 10 menit Kala II : 10 menit Pecah ketuban : 1 jam 20 menit Jenis
Persalinan : pervaginam Obat-obat yang diberikan : Citosinon 5 unit IM. D. Pengkajian Keluarga
Adaptasi Psikologi Ibu Perasaan ibu setelah bayi lahir : merasa senang dan mulai tercipta
hubungan yang baru, tetapi bayi harus dipisah karena mengalami hiperbilirubinemia. Adanya
ikatan kasih : terjadi pada saat baru lahir. Tanggapan terhadap penyakit anak : Ibu menanyakan
penyebab penyakit dan pengobatan. Ibu tampak cemas dengan keadaan anaknya Adaptasi
psikologi ayah Respon ayah setelah bayi lahir: merasa bahagia dapat melahirkan dengan selamat.
Keterlibatan dalam persalinan : mengantar, menunggu sampai bayi lahir. Tanggapan tentang
penyakit anak : ayah merasa cemas terhadap keadaan anaknya Adaptasi psikologi keluarga
Menimbulkan perubahan : ya, terutama perubahan peran karena bertambahnya anggota keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan bayi : semua anggota keluarga
terlibat dalam merawat bayinya. Tanggapan terhadap penyakitnya : tidak tahu-menahu dan
belum mempunyai pengalaman dalam riwayat keluarga belum pernah terjadi penyakit tersebut.
D. Pemeriksaan Fisik Kepala : Molding, Caput Sucsadenium, Cephal hematom : tidak ada.
Ubun-ubun besar : ada, Bentuk : Jajaran genjang datar, Ubun-ubun kecil : ada, Bentuk : segitiga
datar. Sutura : ada. Mata, Posisi : simetris, jarak : + 3 cm, Kotoran di mata sebelah kiri : ada,
perdarahan : tidak ada. Telinga : simetris/ datar dengan kepala, perdarahan : tidak ada, Lubang :
ada. Mulut : simetris, Palatum mol/durum : ada, Gigi : tidak ada., mukosa kering Hidung :
lubang hidung ada, keluaran : tidak ada , pernafasan cuping hidung : tidak ada. Pergerakan leher
: positif, tanda lahir : tidak ada. Tubuh : Warna kulit : kuning pada seluruh tubuh, Pergerakan :
aktif. Lanugo : ada pada punggung. Vernix : tidak ada. Pengeluaran : mekonium. Keadaan kulit :
pada kedua pergelangan kaki dan tangan, serta di tubuh tampak terkelupas, turgor jelek,
kelembaban kurang (kering), Dada : simetris, retraksi, ngorok dan see saw : tidak ada., respirasi :
40x/menit Perut : lembek, Bising usus : 9x/mt. Tungkai : Jari tangan : Kanan : jumlah 5 , Kiri :
jumlah 5 Jari kaki : Kanan : Jumlah 5, Kiri : jumlah 5 Pergerakan : aktif Nadi branchial : teraba,
130 x/menit Nadi femoral : teraba, 130 x/menit Tremor : tidak ada Rotasi paha : normal Garis
telapak tangan : jelas, telapak kaki : jelas Posisi kaki : fleksi Punggung Fleksibelitas tulang
punggung : normal Simetris, pretudal dumple Lobang anus : ada Genitalia Lubang penis : normal
B.a.b. : pertama : tanggal 19 Oktober 1996, jam 23.00 WIB, warna : hijau kehitaman, Dfrekuensi
5-6x/hari B.a.k : pertama : tanggal : 19 Oktober 1996,warna kuning,frekuensi 6-8x/hari Jenis
makanan : ASI ditambah susu formula Refleks Mengisap : baik, rooting : baik, menggenggam :
baik. Moro : baik, berjalan menapak, tonus leher : baik. Menangis : kuat Keadaan umum : agak
lemah Hasil Laboratorium : Tanggal 22 Oktober 1996 • Hb : 18,2 gr. % • Bilirubin : 17,8 gr %
Tanggal 23 Oktober 1996 • Bilirubin Indirek : 10,84 gr % • Bilirubin Direk : 0,99 gr % •
Bilirubin total : 11, 83 gr % Terapi yang diberikan Tanggal 19 Oktober 1996 Vitamin K 1 mg
peroral Tanggal 20 Oktober 1996 Vitamin K 1 mg peroral Tanggal 22 Oktober 1996 • Infus N-4
dilengan sebelah kiri, dengan tetesan microdrip 10 tetes / menit • Sinar ultra violet (jam 12.00
Wib) • Parficillin 4 x 75 mg • Luminal 2 x 5 ml • FFP 50 cc, belum diberikan, masih dalam
proses untuk mendapatkannya. Nama Klien : Bangsal/Tanggal : ASUHAN KEPERAWATAN
Bayi Ny. X RSB. Budi Kemuliaan Mata Ajaran : Maternitas Tanggal 22 Oktober 1996 Dx.
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi 1. Potensial kurangnya volume
cairan sehu-bungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi dan diare. Data Obyektif :
• Bayi di fototherapi.sejak tanggal 22-10-96 pk. 12.00 • Bayi diare, frekuensi bab > 6x sehari.
• Intake cairan < 60cc/3jam. Cairan tubuh neonatus adekuat • Turgor kulit baik • Intake dan
output seimbang • Ubun-ubun besar tidak cekung • Mrmbran mukosa lembab • Bibir tidak kering
. • Berikan Asi/Pasi segera dalam waktu 4 - 6 jam setelah pindah ke ruang post partum • Berikan
Asi\Pasi setiap 3 - 4 jam dan diselingi pemberian air minum tambahan . • Berikan makanan
sesuai dengan petunjuk • Berikan cairan per infus • Kaji pola menelan, bising usus, eliminasi
urin, pola tidur dan iritabilitas setiap hari • Catat adanya tanda-tanda dehidrasi seperti : ubun-
ubun cekung, suhu meningkat, turgor kulit jelek atau membran mukosa kering. • Pemberian
makan sedini mungkin (waktu 4 - 6 jam) cenderung untuk mengurangi / menekan hasil bilirubin
yang tinggi. Menstimulasi aktivitas usus dan pem-buangan pigmen mekonium yang mengandung
bilirubin sehingga dapat mencegah reabsorpsi dari intestinum. • Hidrasi yang adekuat mem-
permudah pengeluaran / eliminasi dan ekskresi bilirubin. Mengganti cairan yang hilang melalui
feses jika difototherapi. • Meningkatkan peristaltik dan ekskresi empedu sebelum terjadi
resirkulasi entero-hepatik. • Cairan intravena diberikan bila bayi mengalami dehidrasi atau jika
ada komplikasi lain. • Untuk mengetahui sedini mungkin adanya tanda-tanda bahaya. Bayi
mungkin mengalami pengeluaran feses yang hijau dan cair. • Untuk mengetahui tanda-tanda
dehidrasi secara dini dan dapat pencegahanya terjadi-nya dehidrasi. • Menkaji pengeluaran ASI
pada ibu. • Membantu ibu untuk menyususui bayi secara optimal pada saat ibu mengunjungi
bayi. • Menganjurkan ibu untuk memompa ASI dan segera mengirim ke RS sesuai dengan cara
penyimpanan. • Memberikan tambahan makanan (pasi) 60-120cc/3-4jam. • Observasi daerah
pemasangan infus dan ketepatan pemberian cairan perinfus: N4 10 tetes/mt dengan mikrodrip. •
Mengkaji pola menelan, bising usus, pola eliminasi dan pola istirahat bayi. • Observasi tanda-
tanda dehidrasi. S:- O: ASI ibu sudah keluar setalah hari ke dua Ibu menyusui bayi saat
mengunjungi bayi secara optimal Intake dan output seimbang Tidak tampak tanda-tanda
dehidrasi Turgor kulit baik Ubun-ubun besar tidak cekung Membran mukosa mulut lembab Bibir
tidak kering Bising usus dalam batas normal (10x/mt) Eliminasi urin 8x/24 jam BAB 6x/24 jam)
A. Potensial kekurangan cairan masih ada P. Lanjutkan rencana keperawatan 2. Potensial
gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehu-bungan dengan efek fototherapi Mendapat fototerapi
sejak tanggal 22 - 10 - 96 Kesetabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan. Kriteria: • Suhu kulit
dan ketiak 36,5C-37C. • Suhu rektal 36,7C-37,2C. • Tidak ada tanda-tanda hipertermia •
Monitor suhu axila kulit dan suhu rektal setiap 30-60 menit selama penyinaran. • Pertahankan
suhu Box dengan mengatur fentilasi /pintu box perta-hankan suhu 37C • Observasi tanda-tanda
vital, catat adanya : tachipnoe. • Catat adanya tanda-tanda stress: gelisah, kulit kering dan warna
kemerahan • Pertahankan modalitas foto-therapi • Catat adanya tanda-tanda dehidrasi seperti :
ubun-ubun cekung, suhu meningkat, turgor kulit jelek atau membran mukosa kering. •
Metabolisme meningkat bila suhu meningkat. • Mencegah ketidak seimbang-an panas secara
bertahap pada bayi. • Respon adanya peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan
kebutuhan O2 (Asidosis Respiratorik) • Hipertermi akan mempenga-ruhi sistim sirkulasi
sehingga terjadi fasodilatasi untuk mengeluarkan keringat dalam mempertahankan suhu tubuh •
Modalitas pemngobatan ter-gantung pada tingkat kadar bilirubin, waktu serangan dan adanya
penyakit lain • Suhu axila lebih dari 37,5C dianggap hipertermia dan dianggap pengeluaran
panas yang berlebihan pada bayi • Mengukur suhu aksila setiap 30-60 menit • Mengatur ventilasi
ruangan • Mengkaji tanda-tanda vital • Mengkaji tanda-tanda stres • Mengobservasi ketepatan
pemberian fototerapi • Mengkaji adanya tanda-tanda dehidrasi S. - O. • Suhu tubuh, 36,5 C •
Suhu lingjkungan 25 C • Kulit kering • Bayi gelisah • Pernafasan 40 x/mt A. Masalah teratasi se-
bagian P. Intervensi diperta-hankan • 3. Gangguan Integritas kulit sehubungan dengan
hiperbilirubinimea dan diare. Data Obyektif : • Kulit pada kedua per- gelangan tangan serta
tubuh terkelupas. • Warna kulit bayi kuning (Ikterus) • bab. 6-8 x/hari Keutuhan kulit bayi dapat
dipertahankan. kreteria: • kulit utuh • tidak ada perubahan warna (kemerahan) • tidak ada ikterus
• Kaji tanda-tanda ikterus / jaundice selengkap-lengkap-nya dgn menggunakan sinar matahari
bila mungkin., observasi skelra, observasi warna kulit, dan kaji dengan menekan kulit pada
bagian yang keras, cek mukosa mulut, bagian belakang dari palatum keras dan kantung
kojungtiva (untuk bayi yang berkulit hitam). • Bersihkan dan mengganti popok setiap b.a.b. •
Jaundice merupakan tanda-tanda awal adanya hiper-bilirubinemia. Karena lampu buatan akan
mengaburkan pengkajian. Jaundice perta-ma kali terlihat pada sklera yang menguning. Dengan
menekan akan muncul warna kuning setelah tekanan dilepaskan. Pigmen pada • orang kulit
hitam normal akan terlihat kuning. • Seringnya b.a.b. merupakan faktor resiko kerusakan kulit. •
Mengkaji tanda ikterus pada : - Sklera mulut dan kulit S. - O. Sklera dan kulit kuning 4.
Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan Orang tua dan bayi menunjukkan tingkah
laku Attachment, orang tua dapat mengekspresikan proses Bonding. • Buka tutup mata bayi saat
disusui. • Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya. • Libatkan orang tua dalam
perawatan bila memungkin-kan. • Anjurkan orang tua meng-ekspresikan perasaannya •
Mengoptimalisasikan intraksi ibu-bayi • Membuka tutup mata bayi saat menyusui •
Menganjutkan orang tua untuk mengajak bicara pada bayi • Melibatkan orang tuauntuk merawat
bayi • Menganjutkan orang tua mengekspresikan perrasaannya S.- Ortu merasa lega setelah
melihat kondisi anaknya O. Ortu berpartisipasi dalam perawatan bayi A. Gangguan Parenting
teratasi sebagian P. Memberikan Penkes tentang perawatan bayi dirumah 5. Kecemasan
meningkat sehubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang
diberikan pada bayi. Data Subyektif: • Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan
diberikan. Data Obyektif : • Program therapi yang harus dilakukan • Ibu tampak takut saat
melihat keadaan bayinya. Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi
meng- identifikasi gejala-gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan • Kaji pengetahuan
keluarga tentang perawatan bayi ikterus • Berikan penjelasan tentang: Penyebab ikterus, proses
terapi, dan perawatanya. • Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan . • Diskusikan
tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah sakit •
Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan • Memberikan
bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehat- an kepada keluarga •
Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat menerima
segala tindakan yang diberikan kepada bayinya. • Informasi yang jelas sangat penting dalam
membantu mengurangi kecemasan keluarga • Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan
satu per-masalahan dapat mengurangi kecemasan keluarga. • Hubungan yang akrab dapat
meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus • Melakukan pengkajian tentang
pengetahuan keluarga dimana keluarga belum mengerti sama sekali tentang bayi ikterus dan cara
merawatnya. • Memberikan penjelasan tentang penyebab bayi ikterus, tindakan keparawatan
yang diberikan selama di rumah sakit dan di rumah, jika pulang. Seperti : cara mempertahankan
suhu tubuh normal, memberikan ASI, memandikan bayi, merawat tali pusat, mengganti pakaian,
dan pemberian imunisasi. • Memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan, seperti;
memasang infus, memberikan fototerapi dan obat-obat injeksi atau obat lainnya. • Melakukan
diskusi bersama keluarga tentang prinsip-prinsip yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam
merawat bayi ikterus selama di rumah sakit dan di rumah • Mengajak keluarga untuk bersama-
sama merawat bayinya, seperti S. Keluarga mengatakan : musah-mudahan cepat sembuh dan
cepat pulang O. Keluarga tampak lebih tenang Keluarga kurang banyak bertanya A>
Pengetahuan keluarga meningkat

P. Intervensi diteruskan

6. Potensial gannguan proses respon keluarga keluarga sehubungan dengan yang kurang terhadap
kondisi bayi. Keluarga dapat menerima kondisi bayi
Mengerti tentang terapi yang diberikan dan prognosisnya

• Hentikan Fototerapi selama keluarga berkunjung


• Jelaskan dengan bijaksana tentang fisiologi terjadinya joundice
• Yakinkan bahwa pigmentasi akan kembali normal
• Jelaskan pentingnya pemberian ASI untuk mencegah joundice yang berke;lanjutan
• Untuk meningkatkan interaksi keluarga-bayi
• Untuk mencegah kecemasan
orang tua yang berlehihan
dan overprotektib
• Meningkatkan penerimaan kondisi bayi dan mengurangi kecemasan
• Untuk memotivasi pemberian ASI dan mencegah penghentian ASI sejak dini
• Menghentikan fototerapi saat ibu berkunjung dan menyusui bayi
• Menjelaskan pada keluarga tentang kondisi bayi, penyebab dan prognosisnya
• Menjelaskan bahwa keadaan kulit bayi akan kembali normal setelah keadaan membaik
• Menjelaskan tentang pentingnya ASI untuk mencegah joundice yang berkepanjangan
S. Keluarga menyatakan mengerti tentang kondisi bayinya dan pengobatan yang dilakukan.
Ibu mengerti tentang pentingnya pemberian ASI

O. Interaksi keluarga-bayi nampak optimal saat kunjungan

Ibu menyusui bayi dan mengeksplorasi perasaannya melalui sentuhan dan komunikasi dengan
bayi

A. Masalah teratasi sebagian

P. Lanjutkan intervensi

Nama Klien :

Bangsal/Tanggal : ASUHAN KEPERAWATAN

Mata Ajaran : Maternitas

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi


1. •

Kaji tanda-tanda ikterus / jaundice selengkap-lengkapnya dengan meng-gunakan sinar matahari


bila mungkin., observasi skelra, observasi warna kulit, dan kaji dengan menekan kulit pada
bagian yang keras, cek mukosa mulut, bagian belakang dari palatum keras dan kantung
kojungtiva (untuk bayi yang berkulit hitam)
Jaga bayi untuk tetap hangat.

Jaundice merupakan tanda-tanda awal adanya hiperbilirubinemia. Karena lampu buatan akan
mengaburkan pengkajian.
Jaundice pertama kali terlihat pada sklera yang menguning. Dengan menekan akan muncul
warna kuning setelah tekanan dilepaskan. Pigmen pada orang kulit hitam normal akan terlihat
kuning.

Menjaga agar tidak terjadi hipotermia.


2. Potensial injuri sehubungan dengan kojungtivitis, hipotermia, dan dehidrasi karena
penggunaan fototerapi.
Data Obyektif :
• Mendapat fototerapi
• Tidak menggunakan pakaian dengan mata dan genitalia tidak tertutup selama fototerapi.
Tidak mengalami kerusakan mata, dehidrasi dan hipertermi selama fototerapi. Mempertahankan
modalitas pengobatan

Berikan fototerapi

Tutup mata selama penyinaran

Pindahkan bayi dari cahaya fototerapi dan lepas penutup mata selama pemberian makan.

Kaji mata terhadap konjungtivitis dan abrasi kornea

Gunakan penutup yang minimal

Rubah posisi tiap 2 jam

Monitor suhu kulit dan suhu inti tiap 1 jam sampai suhu tubuh stabil

Berikan ekstra cairan

Kaji tanda-tanda dehidrasi, yakni : turgor kulit jelek, depresi fontanela, mata cekung, penurunan
berat badan, perubahan elektrolit, penurunan output urin.

Observasi adanya kemerahan pada kulit


Cek suhu inkubator

Matikan waktu saat mengambil darah untuk pemeriksaan bilirubin. Modalitas pemngobatan
tergantung pada tingkat kadar bilirubin, waktu serangan dan adanya penyakit lain

Menurunkan serum bilirubin dengan memperlancar ekskresi bilirubin tak terkojugasi

Melindungi retina dari kerusakan akibat cahaya dengan intensitas tinggi

Memungkinkan stimulasi visual

Mungkin disebabkan oleh iritasi dari penutup mata

Memungkinkan penyinaran yang merata

Mengefektifkan penyinaran dan mencegah penekanan pada satu tempat

Hipotermi dan hipertermi merupakan komplikasi yang umum dari fototerapi

Untuk menjamin hidrasi yang adekuat.

Fototerapi dapat menyebabkan peningkatan IWL. Bayi kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi
letargi dan sulit untuk makan.

Kemerahan dihubungkan dengan fototerapi yang meningkatkan kadar bilirubin direk atau
kerusakan hati dapat hilang 2 - 4 mg/dl

Penambahan panas dari fototerapi sering meningkatkan suhu badan dan suhu cove.

Karena pemaparan darah pada fototerapi akan mempengaruhi kadar bilirubin

4. Potensial terjadinya gangguan volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi dan diare.
Keseimbangan cairan terpenuhi/terpelihara
• Observasi intake dan out put, turgor kulit,
• Observasi tanda-tanda vital : Nadi, Suhu , Respirasi,Kesadaran, refleks,tiap 30 - 60 menit.
• Berikan minum air diantara pemberian ASI.

4. Kecemasan orang tua sehubungan dengan punya anak yang mengalami jaundice.
Data obyektif :
• Orang tua tampak cemas

Data subyektif :
• Menanyakan tentang keadaan anak dan proses penyakit. Orang tua mendapatkan informasi
mengenai proses penyakit, penyebab, dan hasi yang dicapai.
Orang tua memahami alasan untuk mengaktifkan pemberian ASI sesaat dan cara memompa
susu. Berikan penjelasan mengenai :
Kondisi bayi, modalitas pengobatan, alasan mengapa ibu harus menghentikan pemberian ASI.

Jelaskan pemberian ASI dihentikan sementara :


Kaji pengetahuan ibu mengenai pemompaan ASI dan memberikan informasi serta dukungan
sesuai yang dibutuhkan.

Bantu ibu dalam menyusui ulang

Berikan rangsang taktil selama memberi makan dan mengganti popok.

Melakukan sentuhan dan kontak mata ibu dan bayi selama pemberian ASI, bayi diajak bicara.

Dukung orang tua untuk masuk ke dalam ruang perawatan dalam memberi makan dan
menyentuh bayi. Orang tua tidak memahami mengapa dan apa terjadi keadaan tersebut.
Pengobatan bermacam-macam ; orang tua tidak memahami pengobatan yang diberikan
ASI merupakan penyebab jaundice yang belum jelas. Kadar bilirubin serum menurun dalam
waktu 48 jam setelah pemberian ASI dan dihentikan. Pendapat dari dokter, para ahli yang lain
tentang hal ini masih berbeda-beda.

ASI merupakan penyebab jaundice yang belum jelas. Kadar bilirubin serum menurun dalam
waktu 48 jam setelah pemberian ASI dan dihentikan. Pendapat dari dokter, para ahli yang lain
tentang hal ini masih berbeda-beda.

Ibu mungkin perlu dukungan dan informasi untuk memulai kembali memberikan ASI

Neonatus perlu stimulasi taktil

Memberikan rasa nyaman dan menurunkan gangguan sensorik Adanya alat di ruang perawatan
menyebabkan orang tua tidak mau atau segan untuk masuk ke dalam ruang perawatan

DAFTAR PUSTAKA
1. H. Markum : ” Ilmu Kesehatan Anak”. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991.
2. Bobak, J. : ”Materity and Gynecologic Care”, Precenton, 1985.
3. Cloherty, P. John : ”Manual of Neonatal Care”, USA, 1981.
4. Sally B. Olds, et all : ”Maternal New Born Nursing”, Edisi ke III, USA, 1994.
5. Jack A. Pritchard dkk : ”Obstetri Williams”, Edisi XVII, Surabaya, Airlangga University
Press, 1991
6. Marlene Mayers, et. al. : ”Clinical Care Planes Pediatric Nursing”, New York, Mc.Graw-Hill.
Inc, 1995.
7. Mary Fran Hazinki : ”Nursing Care of Critically Ill Child”, Toronto, The Mosby Compani
CV, 1984.
8. Susan R. J. et. al. : ”Child Health Nursing”, California, 1988.
9. Donna L. Wong: “Nursing Care of Infants and Children”, Edisi V, Toronto, The Mosby
Compani CV, 1995
10. Prawirohadjo Sarwono : “Ilmu Kebidanan”, Edisi ke III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992

Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:


1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun
sbb:
• Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
• Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)
• Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan:


• Kadar Bilirubin Serum berkala.
• Darah tepi lengkap.
• Golongan darah ibu dan bayi.
• Test Coombs.
• Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar bila perlu.

2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.


• Biasanya Ikterus fisiologis.
• Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini
diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
• Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
• Polisetimia.
• Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar, sub kapsula
dll).

Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan:
• Pemeriksaan darah tepi.
• Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
• Pemeriksaan lain bila perlu.

3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
• Sepsis.
• Dehidrasi dan Asidosis.
• Defisiensi Enzim G6PD.
• Pengaruh obat-obat.
• Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:


• Karena ikterus obstruktif.
• Hipotiroidisme
• Breast milk Jaundice.
• Infeksi.
• Hepatitis Neonatal.
• Galaktosemia.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:


• Pemeriksaan Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan darah tepi.
• Skrining Enzim G6PD.
• Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.

BAB IV
PEMBAHASAN

Prinsip asuhan keperawatan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia yang mendapatkan
fototerapi adalah pencegahan infeksi sekunder, pemenuhan cairan/nutrisi yang adekuat,
pengawasan dan pengaturan suhu, perawatan kulit, penetalaksaan bonding, dan bimbingan
kecemasan pada keluarga.
Asuhan keperawatan tidak hanya ditujukan pada fisik bayi saja, tetapi juga dichanrge planning
klien dan keluarga yang meliputi hubungan anak dan orang tua dengan mengikutkan orang tua
dalam perawatan selama di rumah sakit dan di rumah.
Pada kasus ini didapatkan enam diagnosa keperawatan yang meliputi :
1. Potensial kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,
fototerapi dan diare.
2. Potensial gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi
3. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.
4. Gangguan perenting sehubungan dengan pemisahan.
5. Kecemasan meningkat sehubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan
therapi yang diberikan pada bayi.
6. Potensial gangguan respon keluarga sehubungan dengan kondisi bayi.
Pada kasus ini belum dapat melakukan evaluasi sampai pada saat klien pulang karena akan
perawatan diberikan pada hari ketiga dan evaluasi dalam satu hari.
Hasil evaluasi yang didapatkan:
1. Gangguan pemenuhan cairan belum teratasi.
2. Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian.
3. Gangguan integritas kulit belum teratasi.
4. Keluarga dapat menerima dilakukannya pemisahan.
5. Keluarga memahami tentang proses penyakit dan therapinya.
6. Keluarga sudah dapat menerima keadaan bayi dan terapi yang dilakukan untuknya.

BAB V.
PENUTUP

Asuhan keperawatan pada hiperbilirubinemia merupakan penatalaksanaan yang memerlukan


perhatian khusus sesuai dengan prosedur yang berlaku, apabila penangannya tidak tepat akan
menimbulkan keadaan yang lebih parah, yang dapat menimbulkan kecacatan.
Prinsip penanganan pada bayi hiperbilirubinemia dilakukan dengan mempercepat konjugasi,
mempermudah konjugasi, melakukan dekompensasi bilirubin, mengeluarkan bilirubin dengan
transfusi tukar. Sebagai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi akibat
dari prosedur di atas yang dialami oleh klien.
Klien Ny. X yang dirawat di ruang III A. RSB. Budi Kemuliaan dengan mendapatkan fototerapi
mengalami beberapa masalah keperawatan dan memerlukan kerja sama yang baik dari tim
kesehatan dengan keikutsertakan keluarga untuk mengatasi masalah tersebut dengan harapan
mempercepat proses penyembuhan.
PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : ……………………………………………….
b. Alamat : ……………………………………………….
c. Telpon : ……………………………………………….
d. Pekerjaan : ……………………………………………….
e. Pendidikan : ……………………………………………….
f. Komposisi : ……………………………………………….

Status Imunisasi
Hub.
Nama JK Dng Umur Pendidikan Polio DPT Hepatitis Ket
BCG Campak
KK
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

2. Genogram
3. Tipe Keluarga
………………………………………………………………………………………………………
……………….…………………………………………………………………………..…………
………………………………………………………………………………………
4. Suku Bangsa
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..………………………..………………………………
………………………………………………….………………………………………
5. Agama
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..…………………………………
……………………………………………….……………………………………
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..……………………………….…
……………………………………………….……………………………………
7. Aktivitas rekreasi keluarga
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..……………………………….…
……………………………………………….……………………………………
B. RIWAYAT DAN TEHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Riwayat keluarga inti


………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Riwayat keluarga sebelumnya
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Mobilitas geografis keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5. Sistem pendukung keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Struktur kekuatan keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Struktur peran
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Norma keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Fungsi sosialisasi
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Fungsi perawatan kesehatan
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
F. TUGAS PERAWATAN KELUARGA
a) Mengenal masalah keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
b) Mengambil keputusan
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
d) Memelihara lingkungan
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
e) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Fungsi reproduksi
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5. Fungsi ekonomi
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
G. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stress jangka pendek dan panjang
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
b. Kemampuan keluarga
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c. Strategi koping
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
d. Strategi adaptasi
………………………….……………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
a. Tanda – tanda Vital
Tensi : …………………………. Nadi : ………………………………….
RR : …………………………. Suhu : ………………………………….
BB : …………………………. TB : ………………………………….
LL : …………………………. LK : ………………………………….
b. Pemeriksaan Cepalo Caudal
1). Kepala dan Rambut
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2). Hidung
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3). Telinga
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4). Mata
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5). Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
6). Leher dan Tenggorokan
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
7). Dada/ Thorak
a). Pemeriksaan Paru
(1). Inspeksi
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
(2). Palpasi
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
(3). Perkusi
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
(4). Auskultasi
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
b). Pemeriksaan Jantung
(1). Inspeksi
………………………….…………………………………………………………………
(2). Palpasi
………………………….…………………………………………………………………
(3). Perkusi
………………………….…………………………………………………………………
(4). Auskultasi
………………………….…………………………………………………………………
8). Payudara
(a). Inspeksi
………………………….…………………………………………………………………
(b). Palpasi
………………………….…………………………………………………………………9).
Pemeriksaan Abdomen
(a). Inspeksi
………………………….…………………………………………………………………
(b). Auskultasi
………………………….…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
(c). Palpasi
………………………….…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
(d). Perkusi
………………………….…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
10). Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan Otot
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
11). Genetalia dan Anus
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
12). Pemeriksaan Neurologi
………………………….…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
8. Pemeriksaan Penunjang
………………………….…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………….
HARAPAN KELUARGA
………………………….……………………………………………………………………..…..
…………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
Mamuju, ………, ………….. 20013
Mahasiswa

ANALISA DATA
Nama Klien :
MASALAH : ……………………………………………….

NO KELOMPOK DATA ETIOLOGI

DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN KELUARGA


DATA OBYEKTIF : MENGENAL MASALAH. KESEHATAN
PADA ANGGOTA KELUARGA
DENGAN ……………………..………
……………………………………...
DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN KELUARGA
DATA OBYEKTIF : MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK
MENGATASI ANGGOTA KELUARGA
DENGAN ……………………………….
……………………………………...
DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN KELUARGA
DATA OBYEKTIF : MERAWAT ANGGOTA KELUARGA
DENGAN ………………………………...
DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN KELUARGA
DATA OBYEKTIF : MEMELIHARA LINGKUNGAN.RUMAH
UNTUK MENINGKATKAN
KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
DENGAN.…
……………………………………...
DATA SUBYEKTIF : KETIDAKMAMPUAN KELUARGA
DATA OBYEKTIF : MEMANFAATKAN PELAYANAN
KESEHATAN UNTUK MENGOBATI
ANGGOTA KELUARGA DENGAN
………………………………….………
……………………………………..…...
DX Keperawatan Keluarga :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………

SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
(BAILON DAN MAGLAYA, 1978)
PERHITU PEMBENARAN
NO KRITERIA Skor BOBOT
NGAN

1. Sifat Masalah 3 1

Skala : Tidak/kurang sehat 2

Ancaman kesehatan 1

Keadaan sejahtera

2. Kemungkinan masalah 2 2
dapat diubah 1
Skala : Mudah 0
Sebagian

Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk 3 1


dicegah 2
Skala : Tinggi 1
Cukup

Rendah

4. Menonjolnya masalah 2 1

Skala : Masalah berat, harus 1


segera ditangani
0
Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani

Masalah tidak dirasakan

JUMLAH

Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah
Skore X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama anggota kelg yang sakit :

Diagnosa keperawatan kelg yaitu :

T KRITERIA HASIL T
N TUJUAN INTERVEN
G TUJUAN UMUM
O KHUSUS SI
L T
RESPON
STANDART
Setelah dilakukan Verba Tamda dan Intervensi
tindakan keperawatan l dan gejala dari mengikuti
selama ….. minggu psiko masalah T.U.K
maka (mengacu ke motor hilang
masalah)
……………………………
………………………
Setelah VERB Keluarga a. BHSP
dilakukan AL mampu b. Jelaskan
tindakan menjelaskan pada
keperawatan kembali /diskusikan
selama 1-2 X tentang dengan
kunjungan, ………….: keluarga
keluarga a. Definisinya tentang
mampu yaitu……… …….. yaitu
mengenal ……...... : definisi,
masalah tanda dan
pada anggota b. Tanda dan
gejalanya gejala,
keluarga penyebab,
dengan yaitu
…………… cara
……………… penularan,
........ …………
cara
c. Penyebabnya
yaitu c. Motivasi
…………… keluarga
untuk
d. Cara mengulang
penularanny penjelasan
a yaitu
…………… d. Berikan
… pujian atas
kemampua
n keluarga
mengenal
masalah
e. Evaluasi
penjelasan
perawat
Setelah VERB Keluarga a. Kaji
dilakukan AL mengatakan tinda
tindakan yaitu : kan
keperawatan a. Membawa yg
selama 1-2 X anggota dilak
kunjungan, keluarga ukan
keluarga yang sakit ke kelua
mampu ………….: rga
mengambil baik,
keputusan b. Mengatakan sesu
yang tepat dampak bila ai
untuk tidak dibawa dan
mengatasi ke yankes yang
masalah yaitu ……… tidak
pada anggota deng
keluarga an
dengan solus
……………… i
........ men
urut
kese
hata
n
b. Jelas
kan
solus
i
yang
bena
r
men
urut
kese
hata
n
yaitu
:
…….
.
c. Disk
usika
n dg
kelg
akiba
t bila
tidak
mela
kuka
n
tinda
kan
yaitu
:
……
…….
.
d. Motiv
asi
kelua
rga
untu
k
men
gam
bil
tinda
kan
yg
sesu
ai dg
solus
i
yaitu
…….
e. Eval
uasi
sejau
man
a
kelua
rga
suda
h
men
gam
bil
tinda
kan

Setelah Verba Keluarga a. Jelaskan


dilakukan l & mampu : cara
tindakan psiko a. perawatan
keperawatan motor Menyebutka angg kelg
selama 3-4 X n kembali dg peny
kunjungan, cara ………..
keluarga perawatan b. Jelaskan dan
mampu pd angg kelg demontrasi
merawat dg kan
pada anggota …………… perawatan :
keluarga
dengan peny b. 1)
……………… Mendemontr …………..
........ asikan yaitu………
perawatan …
angg kelg 2) …………
dengan yaitu………
……… yaitu ….
:
c. Berikan
1) ……………… kesempata
2) …………. n pd angg
kelg untuk
mendemont
rasikan
prosedur
perawatan
d. Berikan
pujian atas
pelaksanaa
n yg
dilakukan
kelg
e. Evaluasi
keberhasila
n kelg
dalam
melakukan
perawatan
Setelah Verba Keluarga a. Jelaskan ling
dilakukan l & mampu : fisik rumah
tindakan psiko a. yaitu :
keperawatan motor Menyebutka kriteria
selama 2-3 X n kembali rumah
kunjungan, cara sehat
keluarga menciptakanb. Jelaskan ling
mampu
menciptakan/ /memelihara psikologis
memelihara lingkungan rumah yaitu
lingkungan yg rumah yg : hubungan
dapat dapat yg
menunjang menunjang harmonis
kesehatan pd kesehatan antar
angg kelg pd angg kelg anggota
dengan peny dengan peny kelg
……………… …………… c. Bantu &
................. b. demontrasi
Mendemontr kan
asikan menciptaka
lingkungan n/memeliha
rumah yg ra
dapat lingkungan
menunjang rumah yg
kesehatan dapat
pd angg kelg menunjang
dengan peny kesehatan
……… yaitu pd angg
: kelg
3) ……………… dengan
peny
4) …………. ……………
d. Motivasi
keluarga
untuk
menciptaka
n/memeliha
ra
lingkungan
rumah yg
dapat
menunjang
kesehatan
pd angg
kelg
dengan
peny
……………
e. Berikan
pujian atas
pelaksanaa
n yg
dilakukan
kelg
f. Evaluasi
keberhasila
n kelg
dalam
menciptaka
n/memeliha
ra
lingkungan
rumah yg
dapat
menunjang
kesehatan
pd angg
kelg
dengan
peny
……………
Setelah Verba Keluarga a. Jelaskan
dilakukan l & mampu : fungsi dan
tindakan psikoa.Menyebutkan macam2
keperawatan motor kembali pelayanan
selama 1- 2 X fungsi dan yang
kunjungan, macam 2 diberikan
keluarga layanan kepada
mampu dariPelyanke masyarakat
menggunaka s yaitu
b. Motivasi kelg
n pelayanan ………. untuk
kesehatan …………… menggunak
untuk
mengobati b. Membawa an yankes
angg kelg angg kelg yg c. Evaluasi
dengan peny sakit ke penggunaa
……………… pelayanan n yankes
................. kesehatan oleh kelg
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama anggota kelg yang sakit :
Diagnosa keperawatan kelg yaitu :
KRITERIA HASIL T
TUJUAN TUJUAN INTERVENSI
TGL NO T
UMUM KHUSUS
RESPON
STANDART

CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T

CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
DX

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :
No. Register :
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
DX

Vous aimerez peut-être aussi