Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN SYOK SEPTIK
1 PENGERTIAN
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributif yang disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Meski telah terjadi peningkatan kecanggihan dari
terapi antibiotik, insiden syok septik ini terus meningkat selama 50 tahun
terakhir, dengan angka kematian berkisar antara 40% sampai 90% (Rice,1991a
dalam Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002). Syok Septik adalah penyebab
kematian utama dalam unit perawatan intensif (Bone, dkk., 1992 dalam
Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002)
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen
dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
2
2. Takikardia (>90 denyut/menit)
3. Takipnea (>20 kali/menit)
4. Adanya kekurangan perfusi organ atau disfungsi dalam bentuk
a. Perubahan status mental
b. Hipoksemia bila diukur dengan gas darah arteri
c. Peningkatan kadar laktat
d. Haluaran urine (<30ml/jam)
5. PaCO2 < 32 mmHg
3 3
6.WBC > 12.000/mm atau < 4.000/mm
Meskipun proses syok septik mungkin sangat cepat, khususnya bila dikaitkan
dengan organisme gram-negatif, pemberian antibiotik intravena yang dini,
penggantian cairan, vasopresor, dan oksigen adalah komponen esensial dalam
penatalaksanaan pasien ini. Pada pasien lansia, septik syok mungkin
dimanifestasikan sebagai tanpa ketidaknormalan atau tanda klinik yang
membingungkan. Septik syok dapat diperkirakan pada lansia yang menunjukkan
konfusi yang tidak dapat dijelaskan, takipnea atau hipotensi (Brunner &
Suddarth vol. 3 edisi 8, 2002).
Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok
hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien
sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai
gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi
yang melebar.
3 Penyebab
3
(mis. Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, dan spesies Serratia,
Pseudomonas aeruginosa, spesies Proteus, Neisseria meningitidis,
Bacteroides fragilis) sering dikaitkan dengan syok septik dari pada organisme
gram positif (misa. S. Aureus, Streptococcus pneumoniae).
4 Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok septik adalah bakteri
gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif
dan virus juga dapat menyebabkan syok septik. Ketika mikroorganisme
menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan respon imun. Respons
imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai
berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler,
yang mengarah pada perembesan cairan dari kapiler, dan vasodilatasi adalah
dua efek tersebut.
4
intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik
hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan
melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena
toksin kuman.
Syok septik terjadi dalam dua fase yang berbeda. Fase pertama, disebut sebagai
fase “hangat” atau hiperdinamik, ditandai oleh tingginya curah jantung dan
vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau hipertermik dengan kulit hangat
kemerahan. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat. Haluaran urine dapat
meningkat atau tetap dalam kadar normal. Status gastrointestinal mungkin
terganggu seperti yang dibuktikan oleh mual, muntah, atau diare.
Fase lanjut, disebut sebagai fase “dingin”atau hipodinamik, yang ditandai oleh
curah jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang mencerminkan upaya
tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan
volume intravaskular melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien turun,
dan kulit dingin serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah normal.
Frekuensi jantung dan pernapasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk
urin dan dapat terjadi kegagalan organ multipel (Brunner & Suddarth 2002).
5 Pemeriksaan Penunjang
Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum. Pantau kadar darah (kadar
antibiotik, BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin, jumlah sel darah putih,
Rontgen.
5
g INR > 1,5
h APTT > 60
i Trombosit < 100.000/mm3
j Total bilirubin > 4 mg/dl
k Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
6
Port de’entri kuman
Stoke volume
Oedema Ruang kapiler Sistem Gastrointestinal :
Alveoli mual, muntah, diare
Kehilangan volume Risiko Penurunan
intravaskular melalui kapiler Curah Jantung
2
Penurunan Difusi O Ketidakefektifan Pola Napas
Suplai oksigen seluler
Risiko Syok
Gangguan Pertukaran Gas
Perfusi jaringan
2
Penurunan Saturasi O
Kerusakan metabolisme sel
Hipoksia jaringan Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
Modifikasi dari : Sole, et al (2006). Introduction to Critical Care
Nursing.4th Ed. St.Louis :Elsevier dan Brunner & Suddarth vol. 1
edisi 8, 2002
6 Penatalaksanaan
b Terapi cairan
8
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronki, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen.
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan
hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu
diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan
perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu
misalnya iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan
dicapai pada sepsis dipertahankan pada 8-10 g/dl.
9
hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
f Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan,
vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
g Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi
adrenal, dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan
tersebut. Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7
hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas
dibanding kontrol (Chen dan Pohan, 2007).
7 Komplikasi
a Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan
b Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia
c Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
d Perdarahan usus
e Gagal hati
f Gagal jantung
g Kematian
10
B KONSEP DASAR ASKEP
1 Pengkajian
Brething (B1) : Yakinkan kepatenan jalan nafas, kaji suara napas pasien,
pergerakan dinding dada, irama napas, ada pernapasan cuping hidung atau
tidak, kaji RR tanda dan gejala pasien syk septik yaitu takipnea (>20
kali/menit)
Bladder (B4) : kaji apakah ada nyeri pinggang atau tidak, frekuensi
BAK, warna, apakah ada darah saat kencing, apakah nyeri saat BAK,
apakah menggunakan kateter atau tidak.
11
Bone (B6) : : kaji keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan
adanya kontraktur, kaji bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan berjalan;
beradaptasi terhadap kelemahan atau palisis, tonus otot/kekuatan otot. Kaji
nyeri yang dirasakan pasien pada bagian ekstremitas.
2 Diagnosa Keperawatan
a Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1. DS : Infeksi masif oleh Gangguan
mikroorganisme : bakteri gram Pertukaran Gas
Dispnea negatif/ bakteri gram positif/
Sakit kepala pada saat virus
bangun tidur
Pelepasan Endotoksin
Gangguan penglihatan
Dilatasi arteriol/venula
DO : Vasodilatasi kapiler
GDA tidak normal
Permeabilitas kapiler meningkat
PH arteri tidak
normal Perpindahan eksudat plasma ke
Ketidaknormalan intertisial
12
- Daerah perifer pucat /
sianosis, Pelepasan Endotoksin
- Pengisian kapiler > 3
Dilatasi arteriol/venula
detik,
Vasodilatasi kapiler
- Daerah perifer dingin
- Perubahan tekanan Permeabilitas kapiler meningkat
darah pada ekstremitas
Perpindahan eksudat plasma ke
- Nadi arteri lemah
intertisial
- Edema
- Perubahan suhu kulit Oedema Ruang kapiler Alveoli
- Nadi lemah atau tidak
Penurunan Difusi O2
teraba
Penurunan Saturasi O2
Hipoksia jaringan
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
13
Kehilangan volume
intravaskular melalui kapiler
Risiko hipovolemia
14
gangguan peristaltik) Risiko Infeksi
- Pertahanan lapis kedua
tidak memadai
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Pengetahuan yang
kurang untuk
menghindari pajanan
patogen
- Prosedur Invasif
- Malnutrisi
- Imonusupresi
- Kerusakan jaringan
- Trauma
15
C. Rencana Asuhan Keperawatan/ Nursing Care Plan (NCP)
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
No TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
(NOC) (NIC)
16
dalam rangka mempertimbangkan jenis
ketidakseimbangan yang terjadi
3 Pertahankan pemeriksaan berkala terhadap pH arteri dan
plasma eletrolit untuk membuat perencanaan perawatan
yang akuratmonitor gas darah arteri (ABGs). Level
serum serta urin elektrolit jika diperlukan
4 Monitor komplikasi dari koreksi yang dilakukan
terhadap ketidakseimbangan asam basa (misalnya
penurunan dalam repiratori alkalosis klinik karena
asidosis metabolik)
Kontrol Infeksi
17
3 Denyut nadi kuat c Berikan cairan IV kristaloid dan kkoloid, sesuai
4 Tidak tampak pucat kebutuhan
5 Peningkatan laju jantung d Berikan transfusi PRC FFP dan atau platelet sesuai
6 Tidak ada penurunan tingkat kesadaran kebutuhan
7 Tidak terjadi penurunan suhu tubuh e Monitor adanya status hemodinamik dari syok sepsis
paska resusitasi cairan (misalnya peningkatan curah
jantung, penurunan volume sekuncup, kemerahan
pada kulit atau penurunan suhu)
f Berikan vasopresr sesuai kebutuhan
g Berikan agen anti aritmia sesuai kebutuhan
h Mulai segera pemberian agen antimikroba dan
monitor kristal efektifitasnya sesuai kebutuhan
i Berikan agen antiinflamasi dan atau bronkodilator
sesuai kebutuhan
j Monitor status cairan termasuk BB per hari, output
urin per jam, intake dan output
Pengaturan Hemodinamik
a. Lakukan penilaian komprehensif terhadap status
hemodinamik (yaitu memeriksa tekanan darah, denyut
jantung, denyut nadi, dll)
b. Identifikasi adanya tanda dan gejala peringatan dini
system hemodinamik yang dikompromikan misalnya,
dispneu, palpitasi, perubahan berat badan tiba-tiba.
c. Tentukan status perfusi (pasien terasa dingin, suam-
suam kuku atau hangat)
d. Monitor denyut nadi perifer, pengisian kapiler, suhu
dan warna ekstremitas.
e. Jaga keseimbangan cairan dengan pemberian cairan IV
18
atau diuretic
f. Monitor asupan dan pengeluaran output urin dan berat
badan pasien.
g. Evaluasi efek dari terapi cairan
19
DAFTAR PUSTAKA
Chen K dan Pohan H.T. (2007). Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru
W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 187-9
Sole, et al (2006). Introduction to critical care nursing. 4th Ed. St. Louis:
Elsevier.
20