Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak
minum.
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA sedang ( pneumonia ) dan
ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di bawah 2 bulan, hanya
dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang ). Batasan
ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bila frekuensi nafasnya
cepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada
dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang / ISPA berat
jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapat
perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan
dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan
berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana. ( Yasir, 2009 )
1.1.3 Etiologi dan Karakteristik
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai
angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah
infeksi agen/kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut
mempengaruhi yaitu usia dari bayi/neonatus, ukuran dari saluran
pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta
keadaan cuaca.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A B-hemolityc streptococcus,
staphylococcus, heamophylus influenzea, clamyadia trachomatis,
mycoplasam dan pneumokokus. Pada anak yang mendapatkan air susu ibu
angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan
imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernapasan turut
berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang
yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup
secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut
berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia,
2
kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran
pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga
biasa terjadi pada musim dingin.
1.1.4 Tanda dan Gejala
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala
demam muncul jika anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai dengan
3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya
infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5C-40,5ºC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta
kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anoresxia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit.
Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
5. Diare, (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi
saluran pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan
karena adanya lymhadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan/nasal atau pilek. pada saluran nafas yang
sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Suara nafas, biasa terdapat wheezing,
stridor, crackles, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
1.1.5 Patofisiologi
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan
mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah satu
tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa reaksi
radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mucus/secret, dari reaksi
3
radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa pengeluaran
mediator kimia berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel
point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil
dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold. Respon batuk
akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi saluran pernafasan
akibat adanya mukus. ( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan
reaksi apa- apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit
dibagi menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan
atelektatis, menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia.
( Vietha, 2009 )
4
1.1.6 WOC (WeCaution)
Mikroorganisme
Inhalasi Aerosol
Aspirasi Sekret Terkontaminasi Penyebaran Hematogen
ISPA
MRS
Masalah keluarga
Hospitalisasi
Kurang informasi
Tindakan Perpisahan Lingkungan baru
intensif Cemas
Kurang
Nyeri - Cemas Cemas pengetahuan
injuri - Gangguan
fungsi bermain
6
a.Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos
yang antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c.Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin
memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a.Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c.Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase
seperti antalasi uap.
1.1.10 Pencegahan Penyakit ISPA
Dalam artikelnya Rasmaliah (2004) menerangkan beberapa cara
pencegahan penyakit ISPA yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
Seseorang akan menderita ISPA jika keadaan daya tahan tubuhnya
menurun, maka hal yang perlu menjadi perhatian kita adalah
bagaimana cara meningkatkan daya tahan tubuh seseorang atau anak,
salah satu cara meningkatkan daya tahan anak melalui pemenuhan gizi.
Zat gizi sangat penting untuk pembentukan daya tahan tubuh seperti
beberapa vitamin yang dapat menjadi antioksidan, protein yang
merupakan pembentuk dan pengganti sel-sel yang rusak dan banyak
lagi contoh zat gizi yang sangat berperan terhadap daya tahan tubuh
kita.
2. Immunisasi
Immunisasi merupakan usaha untuk mempertahankan daya tahan tubuh
terutama pada bayi yang masih belum dapat menciptakan imunitas
sendiri secara alami maka dengan immunisasi, tubuh anak akan
dikenalkan dengan mikroorganisme patologis sehingga
mikroorganisme yang sudah dikenalkan tidak dapat menginfeksi tubuh
anak, khususnya mikroorganisme penyebab ISPA.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
7
Hygienitas lingkungan sangat berpengaruh dengan status kesehatan
kita baik secara fisik maupun mental, dalam hal ini penyakit ISPA
merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang diakibatkan oleh
lingkungan (cuaca) ataupun hygienitas lingkungannya.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Agen infeksi penyakit ISPA adalah virus atau kuman, adapun beberapa
jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A β-
Hemolitye streptococus, staphylococcus, haemphylus influenza,
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ISPA
1.2.1 Pengkajian
Merupakan langkah awal dari proses keperawatan untuk mendapatkan
pendekatan secara sistematik untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan klien
sehubungan dengan kasus Infeksi saluran pernapasan akut. Pada
pengkajian ada tiga tahap yaitu: pengumpulan data, tabulasi atau
pengelompokkan data, dan analisa data. Adapun uraian secara terperinci
dari setiap tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data pada klien dengan ISPA yaitu :
a Data biografi
1) Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, alamat, nomor ruangan dirawat dan registrasi.
2) Identitas penanggung jawab meliputi: nama orang tua,
umur, pendidikan, agama, pekerjaan, dan alamat. Data ini
sangat diperlukan karena penanggung jawab adalah orang yang
biasa perawat hubungi saat akan dilakukan suatu tindakan.
bRiwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai
pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan
8
mulut. Kadang disertai muntah dan diare atau tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang
ISPA biasanya didahului Suhu tubuh dapat naik sangat tinggi
sampai 39-40ºC selama beberapa hari dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
ISPA sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan
yang kurang juga bisa menyebabkan sakit. Lingkungan pabrik
atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota
keluarga perokok.
6) Riwayat Bio-psiko-sosial (Virginia
Handerson)
a) Bernapas
Data klien dengan ISPA ditemukan napas megap-megap
yang dalam dan cepat, diikuti henti napas yang ditandai
dengan denyut jantung yang terus menerus, tekanan darah
anak mulai menurun dan tampak lemah dan pernapasan yang
semakin lama makin lemah. tampak sianosis, respirasi 25-30
x/menit.
b) Eliminasi
Yang perlu dikaji pada pola eliminasi adalah frekuensi,
jumlah dan konsistensi BAB dan BAK.
c) Nutrisi
9
Biasanya pada anak dengan ISPA terjadi penurunan nafsu
makan sehingga anak diberikan cairan perenteral untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipoglikemi.
d) Kebutuhan istirahat dan tidur
Pada klien dengan ISPA tidak ditemukan gangguan istirahat
dan tidur.
e) Kebutuhan dan keseimbangan tubuh
Pada dewasa keseimbangan tubuh aktif.
f) Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan personal hygiene dibantu orang tua dan perawat.
g) Kebutuhan berkomunikasi
Perkembangan komunikasi anak jadi terganggu
h) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien biasanya meringis kesakitan.
i) Kebutuhan bekerja
Pasien biasanya tidak mampu memenuhi kebutuhan bekerja.
j) Kebutuhan berpakaian
Dalam hal berpakaian mampu melakukan secara mandiri.
k) Kebutuhan suhu tubuh
Dalam hal suhu tubuh pasien mampu merasakan panas dan
dingin.
l) Kebutuhan spritual
Pada pasien dewasa akan terganggu kebutuhan spiritual.
m) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pasien dengan ISPA tidak mampu beraktivitas seperti
biasanya dalam keadaan sangat lemah, kesadaranya menurun
dan respon terhadap rangsangan serta tonus otot pun
menurun.
n) Kebutuhan belajar
Pada hal ini pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
belajar.
10
7) Pemeriksaan Fisik (Head to toes)
a) Kepala
(1) Inspeksi
Warna rambut normal, tidak ada peradangan di kulit
kepala, wajah simetris.
(2) Palpasi
Tidak teraba adanya massa (penumpukan cairan) di wajah
b) Mata
(1) Inspeksi
Simetris, penglihatan normal, gerakan mata normal,
konjungtiva pucat (anemis)
(2) Palpasi
Tidak ada edema
c) Telinga
(1) Inspeksi
Simetris, bentuk normal, warna normal, tdak ada lesi atau
massa, pendengaran baik
(2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada mastoid
d) Mulut
(1) Inspeksi
Bibir tampak sianosis, tampak pernapasan melalui mulut
(megap-megap yang dalam dan cepat), tidak ada ulkus/
lesi, pertumbuhan gigi normal, lidah tampak kotor,
tampak klien batuk dan ada sekret
(2) Palpasi
Tidak ada tumor atau pembengkakan
e) Hidung
(1) Inspeksi
Simetris, tampak ada lendir dan serumen, terdapat
pernapasan cuping hidung
(2) Palpasi
11
Tidak ada nyeri pada daerah sinus (Maksilaris, frontalis,
dan etmoidalis)
f) Leher
(1) Inspeksi
Warna normal, tidak ada massa
(2) Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g) Dada
(1) Inspeksi
Simetris, bentuk dada normal (bentuk melingkar), tampak
pernapasan dada lebih cepat dan dangkal.
(2) Palpasi
Terdapat nyeri tekan, tidak ada massa atau peradangan
(3) Perkusi
Terdengar suara napas redup
(4) Auskultasi
Suara napas ronchi
h) Abdomen
(1) Inspeksi
Tidak simetris, tidak ada pembesaran hepar, terdapat
pernapasan perut.
(2) Auskultasi
Peristaltik terdengar lambat
(3) Perkusi
Terdapat suara flat
(4) Palpasi
Tidak teraba adanya massa
i) Ektremitas
(1) Inspeksi
Simetris, warna kulit normal, pergerakan normal,
(2) Palpasi
Tidak teraba massa (penumpukan cairan) pada tangan dan
12
kaki, nadi mengalami peningkatan (tachikardi)
j) Genetalia
(1) Inspeksi
Tampak pada labia/skorotum normal
(2) Palpasi
Tidak teraba massa (cairan)
8) Pemeriksaan diagnostik dan hasil
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000-
40.000/m³ dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi
pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru
untuk preparat langsung, biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar. Pada punksi dapat terjadi salah tusuk dan
memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :
a) Komplikasi seperti empisema, atelektasis, perikarditis,
pleuritis, dan OMA.
b) Luas daerah paru yang terkena
c) Evaluasi pengobatan
d) Pada bronchopneumonia bercak-bercak infiltrate
ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur. Pada
pemeriksaan ABGs (Arterial Blood Gass Saturation)
ditemukan PaO2 < 0mmHg.
2. Analisa Data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah
klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi
pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan
pola dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan atau
kelompok data dengan standart nilai normal, menginterprestasikan data
dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan
masalah keperawatan.
Tabel. 2.1 : Analisa data keperawatan.
13
NO DATA ETIOLOGI MASALA
H
1. DS : klien mengatakan Bronchospasme, Bersihan
sesak edema mucosa, jalan nafas
DO : tampak sesak, tidak
penggunaan otot meningkatnya efektif.
bantu pernapasan +, produksi sekret
RR 40 pada saluran
x/menit,tachipnea, napas
TD : 100/60,ronchi
kering +/+, sesak
Wheezing +/+
eksperium
memanjang,
produksi sputum
banyak.
2. DS : Klien mengatakan Proses penyakit Gangguan
gelisah dan lemah pertukaran
sekali takipneu gas
DO : tampak gelisah,
retraksi subcosta +, Peningkatan
dispnea, batuk + non sekresi
produktif, ABGS
( Arterial Blood Sianosis
Gass Saturation)
dalam batas normal.
3. DS : Klien mengatakan Peradangan Hipertermi
panas tinggi kadang interstitial yang
disertai kejang disertai
DO : Suhu 39-40 oC, penimbunan
muka tampak merah, infiltrate dalam
klien tampak rewel dinding alveolar
14
Demam
Hipertermi
15
Tujuan : Jalan napas pasien akan paten dengan
Kriteria hasil : Jalan napas bersih, batuk hilang, x ray bersih, RR 15-
35 x/menit
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas
Rasional: Menentukan adekuatnya pertukaran gas dan luasnya
obstruksi akibat mucus.
b. Kaji karakteristik secret
Rasional : Infeksi ditandai dengan secret tebal dan kekuningan
c. Beri posisi untuk pernapasan yang optimal yaitu 34-45º
Rasional : Meningkatkan pengembangan diafragma
d. Lakukan nebulizer, dan fisioterapi napas
Rasional: Nebulizer membantu menghangatkan dan mengencerkan
secret. Fisioterapi membantu merontokkan secret untuk dikeluarkan.
e. Beri agen anti infeksi sesuai order
Rasional : Menghambat pertumbuhan mikoroorganisme
f. Berikan cairan per oral atau ivline sesuai usia anak.
Rasional: Cairan adekuat membantu mengencerkan secret sehingga
mudah dikeluarkan
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membarane alveolar
Tujuan : Pertukaran gas normal bagi pasien
Kriteria hasil :PaO2 = 80-100 mmHg, pH darah 7,35-7,45 dan bunyi
napas bersih.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kesadaran
Rasional : Tanda ini menunjukkan hipoksia
b. Observasi warna kulit dan capillary refill
Rasional : Menentukan adekuatnya sirkulasi
c. Monitor ABGs
Rasional : Dimana penting untuk pertukaran gas ke jaringan, deteksi
jumlah Hb yang ada dan adanya infeksi meningkatkan
d. Atur oksigen sesuai order
16
Rasional : pertukaran gas dan mengurangi kerja pernapasan.,
mengurangi kebutuhan akan oksigen
e. Kurangi aktivitas anak
Rasional : Mempercepat penyembuhan
3. Hipertermi b/d proses inflamasi paru
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :Suhu 37² ºC, kulit hangat dan lembab, membran mukosa
lembab.
Intervensi :
a. Ukur suhu tubuh setiap 4 jam
Rasional : Indikasi jika ada demam
b. Monitor jumlah WBC (wiht Blood cell )
Rasional : Leukositosis indikasi suatu peradangan dan atau proses
infeksi
c. Atur agen antipiretik sesuai order
Rasional : Mengurangi demam dengan bertindak pada hipotalamus
d. Tingkatkan sirkulasi ruangan dengan kipas angin
Rasional : Memfasilitasi kehilangan panas lewat konveksi
e. Berikan kompres air biasa
Rasional : Memfasilitasi kehilangan panas lewat konduksi.
4. Perubahan proses keluarga b/d stressor hospitalisasi
Tujuan : keluarga mengalami penurunan ansietas.
Kriteria hasil :
a. Keluarga tampak lebih rileks
b. Keluarga mendemonstrasikan kecemasan yang berkurang
c. Keluarga kooperatif dalam setiap tindakan medis yang dilakukan
d. Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, diskusikan kondisi
anak dan perawatan dengan tenang dan terlihat secara positif dalam
perawatan anak.
Intervensi :
a. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua akan informasi dan
dukungan.
17
Rasiona : dengan mengenali kekhawatiran dan informasi serta
dukungan, keluarga akan merasa tenang dan terlihat secara positif
dalam perawatan.
b. Menjelaskan terapi dan perilaku anaknya.
Rasional : agar keluarga mengetahui tindakan apa yang diberikan dan
mengetahui perkembangan anaknya.
c. Beri dukungan kepada keluarga klien.
Rasional : dengan memberikan dukungan kepada keluarga klien
terutama kepada ibunya, ibu tidak merasa sedih dan takut dengan
keadaan anaknya.
d. Dorong keluarga agar terlibat dalam perawatan anak.
Rasional : dengan melibatkan keluarga dalam perawatan anak,
membantu kelancaran dalam pemberian asuhan keperawatan pada
anak.
2.2.4 Implementasi
Implementasi dalam hal ini adalah penerapan dari rencana keperawatan
yang sudah dibuat berdasarkan kondisi pasien. Tindakan yang dilakukan
pada pasien dengan hipertensi ditujukan untuk membantu tercapainya tujuan
terapi dan strategi utama adalah konsulasi dan penyuluhan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Untuk evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arief B. 2007. Anatomi Dasar Sistem Pernafasan. Jakarta. Di akses 5 Januari 2011
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika
19
Yasir, 2009, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ),Yasirblogspot.com,online : 20
April 2009, Akses : 21 Januari 2011
20