Vous êtes sur la page 1sur 16

ASKEP MARASMUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SISTEM


PENCERNAAN: MARASMUS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah
Keperawatan Anak

Di sususn oleh :
Kelompok 3
1. Ariska C.V
2. Gina sonia
3. Lusiana bara susanti
4. Nurhayati
5. Riska pratiwi
6. Rokayah
7. Farhan firmansyah
8. Martin armando

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON


Jalan Perjuangan Majasem Kota Cirebon Telp. (0231) 487282
Tahun ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
pada anak marasmus. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan penulis.
Penulisan makalah ini tidak akan selesai bila tanpa dorongan, bantuan, motivasi dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud
mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. H.Iman Zaenudin, AMK. M.Pd, selaku direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada
Cirebon.
2. Nur asiyah S.kep,.ners selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
3. Teman-teman Mahasiswa angkatan ke 16 serta semua pihak yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini.
Meski masih jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan Mahasiswa Akper Dharma Husada Cirebon dan umumnya kepada
para pembaca yang budiman.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi
sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein
dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun.
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. Pemberian terapi cairan dan
elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda
vital.Penanganan KKP berat Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas
mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya MARASMUS pada anak.
C. MANFAAT
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS Ini bermanfaat
untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses
kaperawatan, implementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196).

Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).

Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.

B. KlASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan
dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor

(Ngastiyah, 1997)

C. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-
anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang
diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan
bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal
menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)

D. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).

E. MANISFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

F. PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.

3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.

4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda
vital.

Penanganan KKP berat


Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa,
sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :

 Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.

 Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik

 Pengobatan infeksi

 Pemberian makanan

 Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat
dan payah jantung.
A. Menurut Arisman, 2004:105

 Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg


BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
 Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam
pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
 Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
 Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena
diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
 Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing
disebut sebagai F-75 dan F-100.

B. Menurut Nuchsan Lubis


Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan
pemberian cairan IV.

 cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.

 Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

 Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

 Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan

 Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau
rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.

 Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan
protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.

 Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
 Mengukur TB dan BB
 Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)

 Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.

 Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang : nama
perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat, pertemuan,
dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :
 Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :


a. Data Subjektif
1) Rasio berat badan
2) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
3) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.

4. Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak lesu dan
tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

5. Masukan atau intake nutrisi


Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang dianjurkan.
Melaporkan / terlihat kurang makan.
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

6. Pengetahuan tentang nutrisi


Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan
kesehatan.
a. Data Objektif
1. Data umum
a. Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah lepas
bila ditarik).
b. Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda daripada
warna kulit anak sehat.
c. Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam “bercak bersepih”
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda /
bahkan ulkus di bawahnya.
e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan
protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h. Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.
i . Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j. Kaji adanya anoreksia, mual.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

C. Rencana perawatan

NO No Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional


dx
kep
1. I Tujuan : Pasien 1. Dapatkan 1.Untuk
mendapat nutrisi yang riwayat diet mengetahui
adekuat asupan kalori
Kriteria hasil : 2. Dorong 2.untuk
meningkatkan orangtua atau meningkatkan
masukan oral anggota selera makan
keluarga lain
untuk
menyuapi
anak atau ada 3.meningkatkan
disaat makan asupan nutrisi
3. Sajikan 4.proses
makan sedikit penyembuhan
tapi sering pada anak
4. Sajikan porsi
kecil
makanan dan
berikan setiap
porsi secara
terpisah
2. II Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor 1.mengetahui
dehidrasi tanda-tanda keadaan umum
Kriteria hasil : Mukosa vital dan
bibir lembab, tidak tanda-tanda
terjadi peningkatan dehidrasi 2.mengetahui
suhu, turgor kulit baik.2. Monitor intake dan
Intervensi : jumlah dan output
tipe masukan Cairan dalam
cairan tubuh
3. mengetahui
3. Ukur output cairan
haluaran dalam tubuh
urine dengan
akurat
3. III Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor 1.mengetahui
gangguan integritas kemerahan, keadaan umum
kulit pucat,ekskori
Kriteria hasil : asi 2.untuk
kulit tidak kering, 2. Dorong meningkatkan
tidak bersisik, mandi personal
elastisitas normal 2xsehari dan hygiene
gunakan
lotion setelah 3.mempelancar
mandi peredaran darah
3. Massage
kulit Kriteria
hasil ususnya
diatas
penonjolan
tulang

4. IV Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci 1.meningkatkan


menunjukkan tanda- tangan kebersihan
tanda infeksi sebelum dan personal
Kriteria hasil : suhu sesudah
tubuh normal 36,6 C- melakukan
37,7 C,lekosit dalam tindakan 2.mencegah
batas normal 2. Pastikan terjadinya
semua alat infeksi
yang kontak
dengan
pasien 3.meningkatkan
bersih/steril pengetahuan
3. Instruksikan pada keluarga
pekerja
perawatan
kesehatan
dan keluarga 4.sesuai dengan
dalam program
prosedur
control
infeksi
Be4. antibiotik
sesuai
program
5. V Tujuan : pengetahuan 1. Tentukan 1.agar keluarga
pasien dan keluarga tingkat pasien
bertambah pengetahuan mengetahui
Kriteria hasil : orangtua kesehatan lebih
Menyatakan kesadaran pasien lanjut
dan perubahan pola 2.program
hidup,mengidentifikasi kesehatan
hubungan tanda dan 2. Mengkaji
gejala. kebutuhan
diet dan
jawab 3.proses
pertanyaan pemulihan
sesuai penyakit
indikasi
3. Dorong
konsumsi 4.meningkatkan
makanan pengetahuan
tinggi serat orang tua
dan masukan
cairan
adekuat

4. . Berikan
informasi
tertulis untuk
orangtua
pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mendapatkan riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi
menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
6. Menyajikan makansedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
meningkatkan masukan oral.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita
terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan
makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan
penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan
kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi
kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap
penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun
marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat
menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat
tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung
lebih dini.

B. SARAN
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya
berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah
ini.terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC


Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby

Lubis, N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.


http://www.cerminduniakedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby

NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &


Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi