Vous êtes sur la page 1sur 48

AKAD MUDHARABAH Oleh: Sri Nurhayati / Wasilah

 Pengertian Mudharabah Bahasa adhdharby fil ardhi : bepergian untuk urusan dagang
Terminologi : akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut
kesepakatan kedua belah pihak; sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh
si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh
pengelola dana
 Karakteristik akad mudharabah
- Investasi mudharabah mempunyai resiko tinggi karena pemilik dana tidak
boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha kecuali sebatas memberikan
saran-saran dan melakukan pengawasan informasi usaha dipegang oleh
pengelola dana dan pemilik dana hanya mengetahui informasi secara terbatas.
- Pembagian Resiko Pemilik dana memiliki resiko dalam bentuk finansial
Pengelola dana memiliki resiko dalam bentuk non finansial
- Pembagian keuntungan Menggunakan nisbah yang disepakati Menggunakan
nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan hasil usaha periodik
yang disusun oleh pengelola dana
- Dasar pembagian hasil usaha Pembagian hasil usaha mudharabah dapat
dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) yaitu laba bruto
(gross profit) atau bagi laba (profit sharing) yaitu berdasarkan laba neto (net
profit).
- Jaminan modal tidak boleh ada jaminan atas modal, namun demikian agar
pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Dan jaminan ini hanya dapat
dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad.
- Perjanjian akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan
dihadiri para saksi. Dan dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek
antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode
pembagian keuntungan, ketentuan pengembalian modal, hal hal yang dianggap
sebagai kelalaian pengelola dana dan sebagainya..
- Persengketaan Apabila terjadi perselisihan diantara dua belah pihak maka
dapat diselesaikan secara musyawarah diantara mereka berdua atau melalui
badan arbitrase syari’ah.
 Hikmah akad mudharabah adalah dapat memberi manfaat dan keringanan kepada
manusia. Karena ada sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk
membuatnya menjadi produktif. Dan ada pula orang yang tidak memiliki harta tetapi
ia mempunyai kemampuan untuk memproduktifkan nya. Dengan demikian, dapat
tercipta kerjasama antara modal dan kerja demi kemashlahatan dan kesejahteraan
umat manusia.
 Skema Mudharabah Pemilik Dana Pengelola Dana Proyek usaha Keuntungan/
Kerugian Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah, Apabila rugi ditanggung oleh
Pemilik Dana Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah, Apabila rugi ditanggung oleh
Pemilik Dana Akad mudharabah Modal dan Porsi Laba serta rugi Porsi Laba
 Jenis Mudharabah
o Mudharabah muthlaqah pengelola dana memiliki kewenangan untuk
melakukan apa saja dalam pelaksanan bisnis bagi keberhasilan tujuan
mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian
atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila terjadi
kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan
pengelola dana maka kerugian itu akan ditanggung oleh pemilik dana.
o Mudharabah muqayyadah pemilik dananya memberikan batasan kepada
pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi/sektor usaha.
Contoh: tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; tidak
menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin,
atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa
melalui pihak ketiga.
o Mudharabah musytarakah pengelola dana turut menyertakan modal atau
dananya dalam kerjasama investasi. Diawal kerjasama, akad yang disepakati
adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah
berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan
dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam
usaha tersebut dan akadnya disebut mudharabah musytarakah (merupakan
perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah ).
 Dasar Syariah
- Al Qur’an “apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS.62:10) … Maka, jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya….” (QS.2:283)
- As Sunnah Dari Shalih bin Suaib ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampadukkan dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah) “Abbas bin Abdul Muthalib jika
menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola
dana nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana)
harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang diteapkan Abbas
didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.”. (HR.Thabrani dari Ibnu
Abbas)
 Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah
1.Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana)
PELAKU Dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama
bertindak sebagai pemilik dana, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai
pengelola dana, a. keduanya harus cakap hukum, baligh dan memiliki
kemampuan untuk diwakilkan dan mewakilkan. b. pelaku akad mudharabah
tidak hanya antara muslim dengan muslim,
2.Obyek mudharabah (modal dan kerja)
o MODAL
A. Modal yang diserahkan dapat berbentuk kas atau aset non kas yang harus jelas
jumlah dan jenisnya
B. Tunai dan tidak hutang.
C. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan
D. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabah
E. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang
lain.
F. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri

o Kerja
- Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling
skill, management skill.
- Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik
dana
- Dalam bekerja tidak melanggar ketentuan syariah
- Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak
Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan
sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti
rugi/upah.
1. Ijab Kabul
A. Ijab Kabul merupakan ekspresi kesepakatan antara pemilik dana dan pengelola
dana yang dilakukan sama-sama rela. Pemilik dana setuju atas perannya dalam
kontribusi dana, sementara pengelola dana setuju atas perannya dalam kontribusi
kerja.
B. Akad dapat dituangkan secara lisan, tertulis, melalui korespodensi, atau
menggunakan cara cara komunikasi modern.
C. Akad tidak boleh dikaitkan dengan suatu kejadian dimasa depan yang belum pasti.
 Nisbah Keuntungan
Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan. Pengelola dana
mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas
penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua
pihak. Jika dalam akad tidak dijelaskan maka pembagiannya menjadi 50% dan 50%.
 Kerugian Mudharabah
Kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada misconduct, negligence atau
violation. Apabila terjadi kerugian, maka cara menyelesaikan nya adalah: diambil
terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal. Bila
kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
 Berakhirnya Akad Mudharabah
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir
pada waktu yang telah ditentukan.
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang
mengemban amanah ia harus beritikad baik dan hati hati
5. Modal sudah tidak ada
 Prinsip Pembagian Hasil Usaha Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan
berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) atau bagi laba (profit sharing).
- Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah
laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omzet).
- Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net
profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan
modal mudharabah.
 Contoh perhitungan bagi hasil Penjualan Rp 1.000.000 HPPRp 650.000 Laba kotorRp
350.000 Biaya-biayaRp 250.000 Laba (rugi) bersihRp 100.000
metode profit sharing dengan nisbah pemilik: pengelola = 30:70
Pemilik : 30% x Rp 100.000 = Rp 30.000
Pengelola: 70% x Rp 100.000 = Rp 70.000
metode revenue sharing dengan nisbah pemilik:pengelola=10:90
Pemilik: 10% x Rp 350.000 = Rp 35.000
Pengelola: 90% x Rp 350.000 = Rp 315.000
 Akuntansi untuk Pemilik Dana
1. Akad Mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada pengelola dana
2. Pengukuran Akad Mudharabah dalam bentuk kas dan non-kas pada saat kontrak
Jurnal pada saat penyerahan kas sebesar jumlah yang dibayarkan;
Dr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
 Jurnal untuk Penyerahan Aset Non Kas jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai
tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah;
Dr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Keuntungan tangguhan xxx
Cr. Aset non kas xxx
Dr. Keuntungan tangguhan xxx
Cr Keuntungan xxx
jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.
Dr. Investasi mudharabah xxx
DrKerugian penurunan nilai xxx
Cr. Aset non kas mudharabah xxx
 Penurunan nilai aset nonkas. Sebelum usaha dimulai: diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah.
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Cr. Investasi mudharabahxxx
Penurunan nilai setelah usaha dimulai: diakui sebagai kerugian dan diperhitungkan
pada saat pembagian bagi hasil.
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
Penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan : maka kerugian tersebut
diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
 Akuntansi untuk Pemilik Dana Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode
sebelum akad mudharabah berakhir, diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan
kerugian investasi.
Dr. Kerugian Mudharabah xxx
Cr.Penyisihan Kerugian Investasi mudharabah xxx

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

Saat pengelola dana membayar bagi hasil,


Dr. Kas xxx
Cr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
 Akuntansi untuk Pemilik Dana Pada saat akad mudharabah berakhir
Dr. Kas/Piutang/Aset non-kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian investasi xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Keuntungan xxx
ATAU

Dr. Kas/Piutang/Aset non-kas xxx


Dr. Penyisihan Kerugian investasi xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
 Penyajian : Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat.
Pengungkapan: Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah,
tetapi tidak terbatas, pada: –isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi
dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain; –rincian
jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya; –penyisihan kerugian investasi
mudharabah selama periode berjalan; –pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK
No. 101tentang Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah.
 Akuntansi untuk Pengelola Dana
- Pengakuan Dana Syirkah Temporer Dana Syirkah Temporer diakui pada saat
kas atau aset nonkas diterima
- Pengukuran Dana Syirkah Temporer Dana Syirkah Temporer diukur sebesar
jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Dr. Kas/aset non-kas xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
 Akuntansi untuk Pengelola Dana
Jurnal ketika menerima pendapatan bagi hasil (apabila dana syirkah temporer
disalurkan kembali)
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan pada pemilik dana


Dr. Beban bagihasil mudharabah xxx
Cr. utang bagi hasil mudaharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil


Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
 Jurnal penutup untuk pendapatan bagi hasil dan beban bagi hasil (apabila dana syirkah
temporer disalurkan kembali)
Dr. Pendapatan belum dibagihasilkan xxx
Cr. Beban Bagi Hasil xxx
 Jurnal penutup yang dibuat apabila dana dikelola sendiri dan ada keuntungan
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Pendapatan belum dibagihasilkan xxx
Cr. Beban xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana


Dr. Beban bagihasil mudharabah xxx
Cr. Utang bagi hasil mudaharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil


Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
 Jurnal penutup yang dibuat apabila dana dikelola sendiri dan rugi
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Beban xxx

Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui
sebagai beban pengelola dana
Dr. Beban xxx
Cr. Utang lain-lain/kas xxx
 Diakhir akad akan pencatatan yang akan dilakukan:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset non-kas xxx

Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya:


Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset non-Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
 Penyajian Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
- dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya
untuk setiap jenis mudharabah;
- bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum
dibagikan di kewajiban.
 Pengungkapan
(a) isi kesepakatan utama usaha mudharabah,
(b) rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
(c) penyaluran dana berasal mudharabah muqayadah.
AKAD MURABAHAH Oleh: Sri Nurhayati / Wasilah

 Pengertian Jual beli jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang
dapat dibenarkan (sesuai syari’ah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan
barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan
uang Pertukaran uang dengan barang atau jual beli dapat dilakukan baik secara tunai
ataupun pembelian tangguh.
 Pengertian Akad Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Yang
membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual
secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan
berapa besar keuntungan yang diinginkannya.
 Karakteristik akad murabahah
 Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh
penjual Jika penjual hendak mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang menjadi milik penjual
 Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti
keseriusannya ingin membeli barang tersebut. Uang muka menjadi bagian
pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati.
 Jika penjual mendapat diskon sebelum akad maka diskon tersebut menjadi hak
pembeli. Apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon yang didapat
akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka
di awal akad. Jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak
penjual. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi
(PSAK No. 102 par 11): (a) diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas
pembelian barang; (b) diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam
rangka pembelian barang; (c) komisi dalam bentuk apapun yang diterima
terkait dengan pembelian barang.
 Cara Pembayaran dapat dilakukan tunai atau tangguh Untuk Murabahah
tangguh, pembayaran dilakukan secara tangguh. Jika pembeli melunasi tepat
waktu atau lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan, maka penjual boleh
memberikan potongan. Tetapi, besarnya potongan ini tidak boleh diperjanjikan
diawal akad. Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan
waktu yang ditetapkan, pembeli tidak boleh didenda atas keterlambatan
Kecuali pembeli tersebut tidak membayar karena lalai.
 Apabila pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya
memberi keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan,
membantu menjualkan obyek murabahah pada pihak lain atau melakukan
restrukturisasi piutang.
 Restrukturisasi piutang bisa dalam bentuk: Memberi potongan sisa tagihan,
sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil. melakukan penjadualan ulang
(rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa tetap (tidak boleh
ditambah) dan perpanjangan masa pembayaran disesuaikan dengan
kesepakatan kedua pihak sehingga besarnya angsuran menjadi lebih kecil.
mengkonversi akad murabahah, dengan cara menjual obyek murabahah
kepada penjual sesuai dengan nilai pasar, kemudian dari uang yang ada
digunakan untuk melunasi sisa tagihan. Kelebihannya (bila ada) digunakan
sebagai uang muka akad ijarah atau sebagai bagian modal dari akad
mudharabah musytarakah atau musyarakah. Sebaliknya, kekurangannya tetap
menjadi utang pembeli yang cara pembayarannya disepakati bersama.
 Karakteristik akad murabahah Sebaiknya, penjualan tidak tunai (tangguh)
dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi.
Kontrak memuat antara lain besarnya utang pembeli, jangka waktu akad,
besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa yang berhak atas diskon
pembelian barang setelah akad dan lain sebagainya. Untuk menghindari
resiko, penjual dapat meminta jaminan.
 Jenis Murabahah
o Murabahah dengan pesanan;
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau
bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan
tidak dapat membatalkan pesanannya.
o Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat dan
pembeli dapat membatalkan akad pembelian.
 Skema Murabahah penjual pembeli Produsen supplier Produsen supplier (1) negosiasi
(3) beli barang (2) akad bai’ (6) bayar (4) kirim (5) terima barang & dokumen
 Dasar Syariah
o Al Quran “ Hai orang-orang yang beriman!,janganlah kamu saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...” (QS
4:29) ”Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS: 5)
”Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS.2:275)
”dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai ia berkelapangan.” (QS.2:280). ”...dan tolong menolonglah dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa...” (QS 5:2) ” Hai orang yang beriman!,
Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang
ditentukan, tuliskanlah...” (QS 2:282)
o As Sunnah Dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. al-
Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban) Rasulullah saw
bersabda, ” Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah dari
Shuhaib) ” Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia
menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya” (Dari Abu Hurairah) ”
orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR Muslim) ”Menunda-
nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga
diri dan pemberian sangsi kepadanya” (HR Abu Dawud, Ibn Majah, dan
Ahmad) “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah
suatu kezaliman.” (HR Bukhari & Muslim) ”Sumpah itu melariskan barang
dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya” (HR Al Bukhari)
 Rukun jual beli Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual Obyek jual beli berupa barang
yang diperjualbelikan Ijab kabul /serah terima
 Ketentuan Syariah
1. Pelaku
- ada penjual dan pembeli
- cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan),
- akad anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinyah
2. Obyek Jual Beli harus memenuhi:
- Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya.
- Barang dimiliki oleh penjual.
- Barang dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu dimasa
depan.
- Barang dapat diketahui kuantitasnya dengan jelas
- Barang dapat diketahui kualitasnya dengan jelas
- Harga barang tersebut jelas.
- Barang secara fisik ada ditangan penjual
 Ijab-Kabul Ijab kabul dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. ekspresi saling
ridha/rela antara penjual dan pembeli terhadap barang yang dan jual dan harganya.
Apabila salah satu dari mereka ada unsur terpaksa (ikrah) atau ada unsur penipuan
(tadlis) atau ada ketidaksesuaian (gharar) obyek akad maka jual beli menjadi tidak sah
karena prinsip saling ridha/rela tidak terpenuhi. Dalam hal terjadi ketidaksesuaian
obyek akad, pelaku boleh memilih untuk membatalkan akad atau melanjutkannya.
Dalam hal terjadi paksaan apabila bertujuan untuk kepentingan umum dibolehkan.
 Akuntansi Untuk Penjual
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan
Dr. Aset Murabahah xxx
Cr. Kas xxx

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, akan ditanggung
penjual
Dr. Beban xxx
Cr. Aset Murabahah xxx

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat


Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset Murabahah xxx

Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka :


- akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum
akad murabahah, Jurnal:
Dr. Aset Murabahah (net) xxx
Cr. Kas xxx
- menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx
- menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan seusai akad menjadi hak penjual.
Dr. Kas xxx
Cr. Keuntungan Murabahah xxx
- pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Operasional lain xxx
Penjual Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan
tersebut akan tereliminasi pada saat :
dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak
dapat dijangkau oleh penjual :
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Dana kebajikan – kas xxx
Cr. Dana Kebajikan- Pendapatan denda xxx
piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang
disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (sama dengan akuntansi
konvensional,)
Dr. Beban Piutang tak tertagih xxx
Cr. Penyisihan piutang tak tertagih xxx
Keuntungan murabahah diakui:
a) pada saat terjadinya akad murabahah jika dilakukan secara tunai atau secara
tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode
laporan keuangan dapat langsung diakui. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Keuntungan xxx
b) namun apabila lebih dari satu periode, maka:
- keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila
risiko penagihannya kecil, jurnal sama dengan butir a.
- diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah, jurnal:
Pada saat penjualan kredit dilakukan:
Dr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Aset Murabahah xxx
Cr. Keuntungan tangguhan xxx
Pada saat penerimaan angsuran :
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Dr. Keuntungan tangguhan xxx
Cr. Keuntungan Murabahah xxx
- keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, dicatat
dengan cara yang sama pada point (2) hanya saja jurnal pengakuan
keuntungan saat penerimaan angsuran dibuat saat seluruh piutang telah selesai
ditagih.
Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan cara:
Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Keuntungan Ditangguhkan xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Keuntungan murabahah xxx
(net setelah dikurangi potongan pelunasan)
memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan membayarkan
potongan kepada pembeli). Jurnal:
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
Dr. Kas xxx
Dr. Keuntungan Ditangguhkan xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Keuntungan murabahah xxx
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
Dr. Keuntungan murabahah xxx
Cr. Kas xxx
Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran pembeli
diakui sebagai beban.
Dr. Kas xxx
Dr. Keuntungan Ditangguhkan xxx
Dr Beban xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx
Cr. Keuntungan Murabahah xxx
Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda yang
diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx
Cr. Dana Kebajikan- Pendapatan denda xxx
Pengakuan dan pengukuran uang muka : - uang muka diakui sebagai uang muka
pembelian sebesar jumlah yang diterima; - pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli
maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok) -
Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Jurnal
yang terkait dengan penerimaan uang muka:
Penerimaan uang muka dari pembeli:
Dr. Kas xxx
Cr. Utang lain-uang muka murabahah xxx
Apabila murabahah jadi dilaksanakan
Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx
Cr. Piutang Murabahah xxx

Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai piutang (harga
jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka).

Akuntansi Untuk Penjual Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh
calon pembeli lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam
rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada
calon pembeli.
Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx

Cr Pendapatan operasional xxx

Cr. Kas /Utang xxx

Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayarkan
kekurangannya kekurangannya

Dr. Kas/Piutang xxx

Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx

Cr. Pendapatan operasional xxx

Pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan:

Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx

Cr. Pendapatan operasional xxx

Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan: saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
 Pengungkapan Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada: (a) harga perolehan aset murabahah (b) janji
pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah
 Akuntansi Untuk Pembeli
Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai.
Dr. Aset xxx
Cr. Kas xxx
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), aset
dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Utang murabahah xxx
Jika ada uang muka
Dr. Uang muka xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Cr. Uang Muka xxx
Cr Utang Murabahah xxx

Potongan uang muka akibat pembeli batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

Dr. Kas xxx


Dr. Kerugian xxx
Cr. Uang Muka xxx
Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang murabahah.
Dr. Utang murabahah xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Beban xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai
pengurang beban murabahah tangguhan. Jurnal Diskon pembelian yg diterima setelah
akad Murabahah
Dr. Kas xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jurnal potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah:
Dr. Utang Murabahah xxx
Dr. Beban xxx (alokasi BMT- potongan)
Cr. Kas xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Akuntansi Pembeli Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan
kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.
Dr. Kerugian xxx
Cr. Kas/Utang xxx
Penyajian Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)
utang murabahah.
 Pengungkapan Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
a.murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
b.nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
c.jangka waktu murabahah tangguh
pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
AKAD MUSYARAKAH
PENGERTIAN MUSYARAKAH

Bahasa : al-syirkah/al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih,


sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing- masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana

Karakteristik Akad Musyarakah

 Modal musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas,
termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten yang sesuai dengan
syariah. Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam modal dan pekerjaan
 Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi di antara mitra musyarakah
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian musyarakah dibagi diantara mitra
musyarakah secara proporsional berdasarkan modal yang disetorkan Keuntungan
dibagi menggunakan nisbah yang disepakati dan menggunakan nilai realisasi
keuntungan
 Jaminan modal Dalam pembiayaan musyarakah setiap mitra tidak dapat menjamin
modal mitra lainnya, namun setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang di sengaja.
 Perjanjian Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad
kerjasama dibuat secara tertulis dan dihadiri para saksi. Akad atau perjanjian tersebut
harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan besaran modal dan
penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian kerja diantara mitra, nisbah
yang digunakan sebagai dasar pembagian laba, periode pembagian laba dan lain
sebagainya.
 Persengketaan Apabila terjadi perselisihan diantara dua belah pihak maka dapat
diselesaikan secara musyawarah diantara mereka berdua atau melalui badan arbitrase
syari’ah.

Hikmah akad musyarakah dalam musyarakah dapat ditemukan nilai ajaran Islam tentang
ta’awun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan sangat terasa
ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi
modal karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal misalnya keahlian, ketersediaan
waktu dan sebagainya. Selain itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal
merupakan keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan
sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika hanya orang yang punya
modal saja yang dapat dibebankan/menanggung resiko finansial.

9 Mitra 1 Mitra 2 Proyek usaha keuntungan Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi
modal (nisbah) musyarakah Laba Mitra1Laba mitra2 Skema Musyarakah

10 Sifat Musyarakah Musyarakah permanen Dalam musyarakah permanen bagian modal


setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Musyarakah
menurun Dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lain, sehingga pada akhir akad mitra yang lain akan memiliki usaha
tersebut secara penuh.

Jenis Musyarakah

1. Syirkah Al Milk merupakan kepemilikan bersama dan keberadaannya muncul


apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership)
atas suatu kekayaan (asset) tanpa telah membuat perjanjian kemitraan yang resmi.
a. Apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, namun para mitra
memutuskan untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah Al Milk tersebut
bersifat ikhtiari (sukarela/voluntary). b. Apabila barang tersebut tidak dapat
dibagi-bagi dan mereka terpaksa harus memilikinya bersama, maka syirkah Al
Milk tersebut bersifat jabari (tidak sukarela/involuntary atau terpaksa).
2. Syirkah Al ’uqud (kontrak), yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua
orang atau lebih untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra
dapat berkontribusi dengan modal/modal dan atau kerja, serta berbagi keuntungan
dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap sebagai kemitraan yang
sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan
untuk membuat suatu kerjasama investasi dan berbagi untung dan risiko. Berbeda
dengan syirkah al milk, dalam kerjasama jenis ini setiap mitra dapat bertindak
sebagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah Al’uqud dibagi menjadi: Syirkah Abdan
Syirkah Wujuh Syirkah ‘Inan Syirkah Mufawwadhah

- Syirkah Abdan Syirkah abdan (syirkah fisik)/syirkah a’mal (syirkah kerja)/


syirkah shanaa’i (syirkah para tukang)/ syirkah taqabbul (syirkah penerimaan).
Merupakan bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan
pekerja/profesional dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan
suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima. Contoh: kerjasama antara
para akuntan, dokter, ahli hukum, tukang jahit, tukang bangunan dan lainnya

- Syirkah Wujuh kerjasama antara dua pihak di mana masing- masing pihak sama
sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasar kan
kepercayaan pihak ketiga. Setiap mitra menyumbangkan nama baik, reputasi,
creditworthiness, tanpa menyetorkan modal.

- Syirkah ’inan sebuah persekutuan di mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan.
setiap mitra bertindak sebagai agen untuk kepentingan pihak lain (mutual agency),
karena tindakan yang dilakukan atas nama mitra lain harus berdasarkan
pengakuan hukum.

- Syirkah mufawwadhah sebuah persekutuan di mana posisi dan komposisi pihak-


pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan,
agama, keuntungan maupun resiko kerugian. Bentuk syirkah ini mirip seperti
firma, namun dalam firma jumlah modal yang disetorkan tidak harus sama
Dasar Syariah

Al Qur’an

Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS.an-Nisa:12) ”Dan sesungguhnya


kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim
kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh.” QS.Shad:24

As Sunnah Hadits

Qudsi dari Abu Hurairah: ”Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya.
Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.”
(HR.Abu Dawud dan al-Hakim dari Abu Hurairah).

Rukun Musyarakah

1.Pelaku (para mitra)

2.Obyek musyarakah

3.Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

4.Nisbah keuntungan

Ketentuan Syariah 1. Pelaku a)Para mitra harus cakap hukum b)Setiap mitra dianggap
sebagai wakil dari mitra lain dan dari usaha kerjasama 2. Obyek Musyarakah a)Modal
b)Kerja

20 Ketentuan Syariah 1. Modal –Modal yang diberikan harus tunai. –Modal yang diserahkan
dapat berupa uang tunai, emas, perak, atau aset perdagangan –Jika modal dalam bentuk non
kas, maka harus menggunakan nilai tunainya –Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus
dicampur. –Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan. –Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga –Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan
atau menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri –Pada prinsipnya dalam
musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, –Modal yang ditanamkan tidak boleh
digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah.

21 Ketentuan Syariah 2. Kerja –Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah, –Tidak dibenarkan bila salah seorang di antara mitra menyatakan
tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut. –porsi kerja antara satu mitra
dengan mitra lainnya tidak harus sama. –Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau
mewakili mitranya. –Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah. –Seorang
mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia sepakati, berhak
mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut. –Jika seorang mitra
mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang
timbul harus ditanggungnya sendiri.

22 Ketentuan Syariah 3.Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) Akad dapat dilakukan
secara lisan atau secara tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara cara
komunikasi modern. Namun bentuk perjanjian musyarakah secara tertulis lebih baik dengan
disaksikan oleh saksi-saksi yang memenuhi syarat untuk menghindari persengketaan di
kemudian hari.

23 Ketentuan Syariah Nisbah a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus
disepakati oleh para mitra diawal akad b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak. c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, e. Mitra tidak dapat
menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu f. Pada
prinsipnya keuntungan milik para mitra namun Diperbolehkan mengalokasikan keuntungan
untuk pihak ketiga bila disepakati Kerugian kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai
dengan porsi modal dari masing masing mitra.

24 Berakhirnya akad musyarakah Jika : –salah seorang mitra menghentikan akad, –salah
seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang
akal dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal
sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.. –modal musyarakah
hilang/habis.

25 Penentuan Nisbah 1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal Menurut pendapat


ini, keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai modal yang
disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra
sama ataupun tidak sama. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih besar, maka
pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar. 2. Pembagian keuntungan
tidak proporsional dengan modal Menurut pendapat ini, dalam penentuan nisbah yang
dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab,
pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang lebih panjang.

26 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif Pengakuan Investasi Musyarakah Investasi musyarakah


diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untuk usaha musyarakah. Pengukuran
investasi musyarakah: Pencatatan ketika mitra aktif mengeluarkan biaya pra akad: Dr. Uang
muka akadxxx Cr. Kasxxx Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian
investasi musyarakah Dr. Investasi musyarakahxxx Cr. Uang muka akad xxx Apabila mitra
lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah Dr.
BebanMusyarakahxxx Cr. Uang muka akad xxx

27 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar
jumlah yang diserahkan; dan dicatat: Dr. Investasi Musyarakah – Kas xxx Cr. Kas xxx
Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih besar dari
nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian asset musyarakah: Dr.
Investasi Musyarakahxxx Dr. Akumulasi Penyusutanxxx Cr. Selisih penilaian aset
musyarakah xxx Cr. Aset non kas xxx

28 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset


musyarakah adalah sebagai berikut: Dr. Selisih penilaian asset musyarakahxxx Cr
Keuntunganxxx Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan
lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian: Dr. Investasi
Musyarakahxxx Dr. Akumulasi Penyusutanxxx Dr. Kerugianxxx Cr. Aset non kas xxx

29 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif Apabila investasi dalam bentuk aset non-kas dan
diakhir akad akan diterima kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan
berdasarkan nilai wajar tersebut. Dr. Beban Depresiasi xxx Cr. Akumulasi Depresiasixxx
Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan Jurnal: Dr. Kas/Piutangxxx Cr.
Pendapatan investasi musyarakahxxx Apabila dari investasi yang dilakukan rugi, jurnal: Dr.
Kerugianxxx Cr. Penyisihan Kerugianxxx

30 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset
non-kas, dan diakhir akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset non kas
yang disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Ketika akad musyarakah berakhir, aset
nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan
aktiva ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai
kesepakatan. Jika untung maka akan dicatat: Dr. Piutangxxx Cr. Pendapatan xxx Jika rugi,
akan dicatat: Dr. Kerugian xxx Cr Penyisihan Kerugianxxx

31 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif Pencatatan di akhir akad: 1. Apabila modal investasi
yang diserahkan berupa kas: - Jika tidak ada kerugian, Jurnal: Dr. Kasxxx Cr. Investasi
Musyarakahxxx - Jika ada kerugian, jurnal: Dr. Kasxxx Dr. Penyisihan kerugianxxx Cr.
Investasi Musyarakahxxx 2. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan
dalam bentuk aset non kas yang sama pada akhir akad: - Jika tidak ada kerugian, jurnal: Dr.
Aset non-kasxxx Cr. Investasi Musyarakahxxx - Jika ada kerugian, maka perusahaan harus
menyetorkan uang sebesar nilai kerugian, jurnal: Dr. Penyisihan kerugianxxx Cr. Kasxxx Dr.
Aset non kasxxx Cr. Investasi Musyarakahxxx

32 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif 3.Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar ketika aset non kas diserahkan, - Jika
tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan; Dr.
Kasxxx Cr. Investasi Musyarakahxxx Cr.Piutang xxx - Jika ada penyisihan kerugian dan
penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan: Dr. Kas xxx Dr Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakahxxx Cr. Piutangxxx

33 Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif Penyajian Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai
berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan: (a) Kas atau aset
nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah (b)
Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar
disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.
34 Akuntansi untuk Pengelola Dana 1. Pengukuran investasi musyarakah: Dr. Uang muka
akadxxx Cr. Kasxxx 2. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan
dari seluruh mitra. Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah Dr. Investasi musyarakahxxx Cr. Uang muka akad xxx Apabila mitra lain tidak
setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah Dr. Bebanxxx Cr. Uang muka
akad xxx

35 Akuntansi untuk Pengelola Dana Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra
aktif diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar: (a) jumlah yang diterima untuk
penerimaan dalam bentuk kas, Jurnal: Dr. Kasxxx Cr. Dana syirkah Temporer xxx dana
syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger) antara dana yang berasal dari
mitra aktif atau mitra pasif. (b) nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas,
Jurnal: Dr. Aset non-kasxxx Cr. Dana Syirkah Temporerxxx

36 Akuntansi untuk Pengelola Dana Apabila diakhir akad aset nonkas tidak dikembalikan
maka yang mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikan,
yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal
investasinya. Dr. Beban Depresiasi xxx Cr. Akumulasi Depresiasixxx Sebelum pembagian
laba, pengelola akan mengakui pendapatan dan beban dimana dicatat dengan cara yang tidak
berbeda dengan akuntansi konvensional. Jurnal penutup: Dr. Pendapatan xxx Cr. Bebanxxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikanxxx

37 Akuntansi untuk Pengelola Dana Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif/pasif
: Dr. Beban bagi hasilxxx Cr. Utang xxx Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan Dr.
Utangxxx Cr. Kasxxx Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban
bagi hasil ditutup. Jurnal: Dr. Pendapatan belum dibagihasilkan xxx Cr. Beban bagi hasil xxx

38 Akuntansi untuk Pengelola Dana Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal
penutup: Dr. Pendapatan xxx Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx Cr. Beban xxx
Untuk pengakuan pendisitribusian kerugian,Jurnal: Dr. Penyisihan kerugian xxx Cr Kerugian
yang belum dialokasikan xxx

39 Akuntansi untuk Pengelola Dana Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad: 1. Apabila
dana investasi yang diserahkan kas, jurnal: Dr. Dana Syirkah Temporer xxx Cr. Kasxxx Cr.
Penyisihan Kerugian xxx 2. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan
diakhir akad dikembalikan, jurnal: Dr. Dana Syirkah Temporer xxx Cr. Aset nonkasxxx Jika
aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka harus menyerahkan kas untuk menutup
kerugian. Jurnal: Dr. Kas xxx Cr. Penyisihan Kerugian xxx

40 Akuntansi untuk Pengelola Dana 3. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset
non-kas, dan diakhir akad dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus
dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva
didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan. Jika penjualan menghasilkan
keuntungan: Dr. Kasxxx Dr. Akumulasi Depresiasixxx Cr. Aset non kasxxx Cr.
Keuntunganxxx Dr. Keuntunganxxx Cr. Utang xxx Jika penjualan tersebut menghasilkan
kerugian, : Dr. Kasxxx Dr. Akumulasi Depresiasixxx Dr. Kerugianxxx Cr. Aset non kasxxx
Dr. Piutang xxx Cr. Kerugianxxx

41 Akuntansi untuk Pengelola Dana 4. Ketika Pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan
kerugian dan dari penjualan aset non-kas mengalami kerugian: Dr. Dana Syirkah Temporer
xxx Cr. Kasxxx Cr. Piutang xxx Ketika Pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dan dari
penjualan aset non-kas mengalami kerugian: Dr. Dana Syirkah Temporer xxx Cr.
Kas/Kewajibanxxx Cr. Piutang xxx Cr. Penyisihan Kerugian xxx

42 Akuntansi untuk Pengelola Dana Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun
(dengan pengembalian modal mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan
jumlah modal syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi
kerugian (jika ada).

43 Akuntansi untuk Pengelola Dana Penyajian Pengelola menyajikan hal-hal sebagai berikut
yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan: (a) Kas atau aset nonkas
yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi
musyarakah; (b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana
syirkah temporer; (c) Selisih penilaian aset musyarakah, disajikan sebagai unsur ekuitas.
Pengungkapan Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas, pada: (a) isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian
hasil usaha,aktivitas usaha musyarakah, dan lain- lain; (b) pengelola usaha, jika tidak ada
mitra aktif; dan (c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah.

AKAD ISTISHNA’ Oleh: Sri Nurhayati / Wasilah

2 Pengertian Istishna’ akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Shani’ akan menyiapkan barang yang
dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri
atau melalui pihak lain (istishna’ parallel).

3 Karakteristik Akad Istishna’ barang pesanan harus memenuhi kriteria: a. memerlukan


proses pembuatan setelah akad disepakati; b. sesuai dengan spesifikasi pemesan
(customized), bukan produk massal; dan c. harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

4 subyeksalamIstishna’’Aturan dan keterangan Pokok kontrak Muslam fihiMashnu’Barang


ditangguhkan, dengan spesifikasi HargaDibayar saat kontrak Boleh saat kontrak, boleh
diangsur, boleh kemudian hari Cara penyelesaian pembayaran merupakan perbedaan utama
antara salam dan istishna’ Sifat kontrak Mengikat secara asli (thabi’i) Mengikat secara ikutan
(thaba’i) Salam mengikat semua pihak sejak semula, sementara istishna’ dianggap mengikat
berdasarkan pandangan para fuqaha demi kemashlahatan, serta tidak bertentangan dengan
aturan syariah Kontrak paralel Salam paralelIstishna’ paralelBaik salam paralel maupun
istishna’ paralel sah asalkan: kedua kontrak secara hukum adalah terpisah. Perbandingan
salam dengan istishna’

5 Jenis Akad Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani’). Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk
akad istishna’’ antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (sub kontraktor) yang dapat
memenuhi aset yang dipesan pembeli. Syaratnya akad istishna’ pertama tidak bergantung
pada istishna’ kedua. Selain itu penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama
konstruksi.

6 Nasabah Konsumen (pembeli) 9p penjual Istishna’ Skema istishna’

7 Skema istishna’ Paralel Nasabah Konsumen (pembeli) Produsen/ Pembuat/ sub kontraktor
penjual (3) jual (1) pesan (2) beli

8 Dasar Syariah –masyarakat telah mempraktekkan istishna’ secara luas dan terus menerus
tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sebagai kasus ijma’ atau
konsensus umum. –keberadaan istishna’ didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak
orang seringkali memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar, sehingga mereka cenderung
melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka. –istishna’ sah sesuai
dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash
atau aturan syariah.

9 Rukun & Ketentuan Syariah –Pelaku terdiri dari pemesan (pembeli/ mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’). Harus Cakap Hukum dan Baligh –Obyek akad berupa barang yang
akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga –ijab kabul/serah terima
Ketentuan syariah untuk akad salam juga berlaku untuk akad istisna

10 Ketentuan tentang Pembayaran Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat; demikian juga dengan cara pembayarannya Harga yang
telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat
perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang

11 Ketentuan tentang barang Harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu), sehingga tidak
ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari. Penyerahannya dilakukan kemudian Waktu
dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Pembeli tidak boleh
menjual barang sebelum menerimanya Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang
sejenis sesuai kesepakatan Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah
menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.

12 Berakhirnya istishna’ kondisi-kondisi berikut: dipenuhinya kewajiban secara normal oleh


kedua belah pihak persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut
pembatalannya

13 Akuntansi untuk Penjual Biaya perolehan istishna’ terdiri dari: a. Biaya langsung yaitu:
bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan, atau tagihan
produsen/kontraktor pada entitas untuk istishna’ paralel. b. Biaya tidak langsung adalah biaya
overhead termasuk biaya akad dan praakad. c. Khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya
akibat produsen/ kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada. Biaya
perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari
produsen/kontraktor diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian, jurnal melakukan
pengeluaran untuk akad istishna’ Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaianxxx Cr. Persediaan,
kas, utang, dll xxx Untuk akun yang dikredit akan tergantung apa yang digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut.

14 Akuntansi untuk Penjual Beban praakad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai bi

aya istishna’ jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka biaya tersebut dibebankan
pada periode berjalan. Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat: Dr. Biaya Pra Akad
Ditangguhkan xxx Cr. Kasxxx Jika Akad disepakati, maka dicatat: Dr. Beban Istishna’xxx
Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkanxxx Jika Akad tidak disepakati, maka dicatat: Dr. Beban
xxx Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkanxxx

15 Akuntansi untuk Penjual Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh
tempo dan penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang
pendapatan istishna’. Pengakuan Pendapatan dapat diakui dengan 2 metode: 1. Metode
persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan seiring dengan
proses penyelesaian berdasarkan akad istishna’. 2. Metode akad selesai adalah sistem
pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.

16 Akuntansi untuk Penjual Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan


dilakukan sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan.
Pendapatan diakui: berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya
menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yang dilakukan dibandingkan dengan total
biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad. Margin Keuntungan juga
diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan. Persentase penyelesaian = Biaya
yang telah dikeluarkan Total biaya untuk penyelesaian Pengakuan Pendapatan = Persentase
penyelesaian x Nilai Akad Pengakuan Margin = Persentase penyelesaian x Nilai Margin
Dimana nilai margin tersebut adalah: Nilai Akad – Total Biaya Untuk pengakuan pendapatan
di tahun-tahun berikutnya (jika >1 tahun) Pendapatan Tahun Berjalan = Pendapatan diakui
s/d saat ini – Pendapatan yang telah diakui

17 Akuntansi untuk Penjual bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian. Jurnal untuk pengakuan
pendapatan dan margin keuntungan adalah: Dr aset istishna’ dlm penyelesaian (margin
keuntungan) xxx Dr. Beban istishna’( biaya yang telah dikeluarkan) xxx Cr. Pendapatan
Istishna’ xxx (pendapatan yg hrs diakui diperiode berjalan ) Untuk metode persentase
penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang
telah dikeluarkan sampai periode tersebut. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan
pendapatan, harga pokok dan keuntungan sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga
pendapatan diakui pada periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan. Jika besar
kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi pendapatan
istishna’ maka taksiran kerugian harus segera diakui.

18 Akuntansi untuk Penjual Pada saat penagihan (metode persentase penyelesaian& akad
selesai): Dr. Piutang Istishna’(sebesar nilai tunai) xxx Cr. Termin Istishna’ xxx Termin
istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun Aset Istishna’ dalam
penyelesaian. Pada saat penerimaan tagihan, jurnal:: Dr. Kas (sebesar uang yang diterima )
xxx Cr. Piutang Usaha xxx

19 Akuntansi untuk Penjual Jika akad Istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi 2 bagian: margin keuntungan pembuatan barang
pesanan yang dihitung apabila istishna’ dilakukan tunai, akan diakui sesuai persentase
penyelesaian. Dr. Aset istishna’ dlm penyelesaian (margin keuntungan) xxx Dr. Beban
istishna’ (biaya yang dikeluarkan) xxx Cr. Pendapatan Istishna’ xxx (pendapatan yg hrs
diakui di periode berjalan ) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dgn pembayaran. - pada saat
penandatanganan akad: Dr. Piutang Istishna’(selisih Nilai Tunai&Nilai Akad) xxx Cr.
Pendapatan Istishna’ Tangguh xxx - Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih
nilai: Dr. Pendapatan Istishna’ Tangguh (secara proporsional) xxx Cr. Pendapatan Akad
Istishna’ xxx Dr. Piutang Istishna’(kas yang diterima) xxx Cr. Kas xxx

20 Akuntansi untuk Penjual Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal
sebagai berikut: a. Piutang istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir. b. Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna'
sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir. Pengungkapan, penjual
mengungkapkan transaksi istishna' dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: a.
metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna'; b. metode
yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan; c.
rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang; d.
pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.

21 Akuntansi untuk Pembeli Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar
jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada
penjual. Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaianxxx Cr. Utang kepada Penjual xxx Aset
istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih dari
satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati
dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna’
tangguh. Dr. Aset istishna’ dlm penyelesaian (nilai tunai)xxx Dr. Beban istishna’ tangguh
(selisih nilai tunai &harga beli) xxx Cr. Utang kepada Penjual xxx

22 Akuntansi untuk Pembeli Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional


sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’ Dr. Beban istishna’ xxx Cr. Beban istishna’
tangguh xxx Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan
penjual, mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi,
maka selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan
dibentuk penyisihan kerugian piutang. Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjualxxx Cr.
Kerugian aset istishna’xxx Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian

23 Akuntansi untuk Pembeli Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah
dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian
piutang. Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx Cr. Aset istishna’ dalam penyelesaian
xxx Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya
perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. Dr. Aset
istishna’ dlm penyelesaian (nilai wajar)xxx Dr. Kerugian xxx Cr.Aset istishna’dlm
penyelesaian (biaya perolehan)xxx

24 Akuntansi untuk Pembeli Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal
sebagai berikut: a. Hutang ishtisna' sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum
dilunasi. b. Aset istishna' dalam penyelesaian sebesar: (i) persentase penyelesaian dari nilai
kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna' paralel; atau (ii) kapitalisasi biaya
perolehan, jika istishna'. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam
laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: a. rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah
dan jangka waktu; b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah.

AKAD IJARAH’ Oleh: Sri Nurhayati / Wasilah

Pengertian Ijarah Bahasa :“al Ajru”= al ‘Iwadhu (ganti/kompensasi) Terminologi :


akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi Ijarah dimaksudkan untuk mengambil
manfaat atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan
penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah tertentu).

KeteranganIJARAHLEASING 1ObyekManfaat barang dan jasaManfaat barang saja


2Metode Pembayaran Tergantung atau Tidak Tergantung pada kondisi barang/jasa
yang disewa Tidak Tergantung pada kondisi barang yang disewa 3Perpindahan
Kepemilikan a.Ijarah: Tidak ada perpindahan kepemilikan a.IMBT: Janji untuk
menjual/ menghibahkan di awal akad. a.Sewa guna operasi: tidak ada transfer
kepemilikan b.Sewa Guna dengan opsi : memiliki opsi membeli atau tidak membeli di
akhir masa sewa, 4Jenis Leasing Lainnya a. Lease Purchase: Tidak dibolehkan karena
akadnya gharar, yakni antara sewa dan beli b. Sale and lease back: Dibolehkan a.
Lease Purchase: Dibolehkan b. Sale and lease back: Dibolehkan Perbedaan Ijarah
dengan Leasing

Jenis Ijarah Berdasarkan obyek yang disewakan : Manfaat atas aset; aset dapat berupa
aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil, motor,
pakaian dan sebagainya. Manfaat atas jasa; berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan
seseorang.
Jenis Ijarah Berdasarkan ED PSAK: 1. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu aset atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah
sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas aset itu sendiri.
2.Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan Ijarah dengan wa’ad (janji) dari
pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan obyek Ijarah pada saat tertentu. 3.Jual
dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual dan ijarah: terjadi di mana
seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset tersebut.
Transaksi jual-dan-Ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantung (ta’alluq )

Pembelian objek Perjanjian secara tunai Ijarah atau IMBT Jual - Beli objek ( Ijarah)
atau ( IMBT) Pemberi Sewa OBJE K IJARA H Penyewa OBJE K IJARA H
SUPPLIER atau PENJUAL/PEMA SOK SKEMA IJARAH

Dasar Syari’ah

Al Qur’an

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-Mu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan yang lain. Dan rahmat Tuhan-Mu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (QS.43:32) “dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu
kepada Allah dan ketauhilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS.2:233) “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada
kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (QS 28:26 )

Dasar Syari’ah

“berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.”
(HR.Bukhari dan Muslim). “berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR.Ibnu
Majah) “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR ‘Abd ar-
Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri) “dahulu kami menyewa tanah dengan
(jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan
memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak.” (HR.Nasa’i) “Allah
Ta’ala berfirman: Ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh
mereka: (pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia
curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan
(ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan
tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberinya upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no:
1489 dan Fathul Bari IV: 417 no: 2227) “Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus
dalam satu obyek” (HR Ahmad dari Ibnu Mas’ud)
Rukun Ijarah

1. Pelaku Ijarah: Baligh, Cakap Hukum

2. Obyek akad Ijarah, yaitu: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.

3.Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyata an dari kedua belah pihak yang berkontrak,
baik secara verbal atau dalam bentuk lain. kedua belah pihak harus saling rela, tidak terpaksa
dalam melakukan akad.

Ketentuan Syariah Obyek akad Ijarah:Manfaat Asset/jasa: a. Harus bisa dinilai dan dapat
dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa komputer, maka komputer itu harus dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, dan tidak rusak. b. Harus yang bersifat dibolehkan secara
syari’ah (tidak diharamkan); maka Ijarah atas obyek sewa yang melanggar perintah Allah
tidak sah. Misalnya mengupah seseorang untuk membunuh, menyewakan rumah untuk
tempat main judi atau menjual khamar dan lain sebagainya. c.Dapat dialihkan secara syari’ah,
d.Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang
dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk mengetahui
kejelasan manfaat dari suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik. e. Jangka waktu
penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas,

Ketentuan Syariah Sewa dan Upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau
pengguna jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat
asset atau jasa yang digunakannya. a.Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak
yang berakad. b.Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa
dengan obyek akad. c. Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu,
tempat dan jarak dan lainnya yang berbeda. Begitu disepakati maka harga sewa akan
mengikat selama masa akad

12 Ketentuan Syariah Ijarah Muntahia bit-Tamlik: Pihak yang melakukan Ijarah Muntahia bit
Tamlik harus melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai. Janji
pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah adalah wa'ad, yang hukumnya
tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan
kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai.

13 Berakhirnya akad Ijarah Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak
masih dapat berlaku walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan
Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad
Ijarah. Terjadi kerusakan aset Lessee tidak dapat membayar sewa. Salah satu pihak
meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad karena
memberatkannya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap berlangsung.
Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang menyusui meninggal
maka akadnya menjadi batal.
Akuntansi Pemilik (Mu'jir)

Jurnal untuk mencatat perolehan aset ijarah:

Dr. Aset Ijarah xxx

Cr. Kas/Utang xxx

Jurnal untuk pencatatannya penyusutan:

Dr. Biaya Penyusutan xxx

Cr. Akumulasi Penyusutan xxx

Jurnal untuk pencatatannya pendapatan sewa:

Dr. Kas/ Piutang Sewa xxx

Cr. Pendapatan Sewa xxx

Biaya Perbaikan Obyek Ijarah: adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya


dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas
persetujuan pemilik.

a. Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik
maka diakui sebagai beban pemilik.

Dr. Biaya Perbaikan xxx

Cr. Utang xxx

b. Jika perbaikan tidak rutin atas obyek Ijarah yang dilakukan oleh penyewa
diakui pada saat terjadinya. Dicatat penyewa

c. Dalam Ijarah muntahiya bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya


perbaikan obyek Ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung
pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-
masing atas obyek Ijarah.

Dr. Biaya Perbaikan xxx

Cr. Kas/utang/Perlengkapan xxx

Perpindahan kepemilikan objek Ijarah dalam Ijarah mutahiyah bittamlik dengan cara:
(a) hibah, maka jumlah tercatat objek Ijarah diakui sebagai beban;

Dr. Beban Ijarah xxx

Dr. Akumulasi Penyusutan xxx


Cr. Aset Ijarah xxx

(b) penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah
yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek Ijarah
diakui sebagai keuntungan atau kerugian;

Dr. Kas xxx

Dr. Akumulasi Penyusutan xxx

Dr. Kerugian* xxx

Cr. Keuntungan ** xxx

Cr. Asset Ijarah xxx *

jika nilai buku lebih besar dari harga jual ** jika nilai buku lebih kecil dari harga jual

17 Akuntansi Pemilik (Mu'jir) (c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara
harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; Dr. Kas
xxx Dr. Kerugian* xxx Dr. Akumulasi Penyusutan xxx Cr. Keuntungan** xxx Cr. Asset
Ijarah xxx * jika nilai buku lebih besar dari harga jual ** jika nilai buku lebih kecil dari harga
jual

18 Akuntansi Pemilik (Mu'jir) (d) penjualan objek ijarah secara bertahap, maka: (i) selisih
antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai
keuntungan atau kerugian; Dr. Kas xxx Dr. Kerugian * xxx Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Keuntungan ** xxx Cr. Aset Ijarah xxx * jika nilai buku lebih besar dari harga jual **
jika nilai buku lebih kecil dari harga jual (ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa
diakui sebagai asset tidak lancar atau asset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset
tersebut. Dr. Aset Lancar/tidak lancar xxx Dr. Akumulasi Penyusutan xxx Cr. Aset Ijarah xxx

19 Akuntansi Pemilik (Mu'jir) Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah
dikurangi beban-beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan
perbaikan, dan sebagainya Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan
terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a.penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada: (i)
keberadaan wa’ad/pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada); (ii)
pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut; (iii) agunan yang digunakan (jika ada);
b.nilai perolehan &akumulasi penyusutan setiap kelompok asset ijarah; c. keberadaan
transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).

Akuntansi Penyewa (Musta'jir)

Beban sewa : diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asset telah diterima.

Dr. Beban Sewa xxx

Cr.Kas/Utang xxx
Untuk pengakuan sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang
telah diterima.

Biaya pemeliharaan obyek Ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan
penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Jika perbaikan tidak rutin atas
obyek Ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat terjadinya.

Jurnal:

Dr. Beban Pemeliharaan Ijarah xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

Dalam Ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek Ijarah secara bertahap,
biaya pemeliharaan obyek Ijarah yang menjadi beban penyewa akan meningkat
sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek Ijarah.

Dr. Beban Pemeliharaan Ijarah xxx

Cr. Kas/utang/perlengkapan xxx

Jurnal atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa

Dr Piutang xxx

Cr kas/ utang/perlengkapan xxx

Perpindahan Kepemilikan: dalam Ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:

(a)hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek
Ijarah yang diterima;

Dr. Asset Non Kas (Eks Ijarah) xxx

Cr. Keuntungan xxx

(b) pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar
pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati;

Dr. Asset Non Kas (Eks Ijarah) xxx

Cr. Kas xxx

23 Akuntansi Penyewa (Musta'jir) (c) pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa
mengakui asset sebesar pembayaran yang disepakati; Dr. Asset Non Kas (Eks Ijarah) xxx Cr.
Kas xxx pembelian objek Ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset sebesar
biaya perolehan objek Ijarah yang diterima. Dr. Asset Non Kas (Eks Ijarah) xxx Cr. Kas
/Utang xxx
24 Akuntansi Penyewa (Musta'jir) Pengungkapan, penyewa mengungkapkan dalam laporan
keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a.penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada: (i) total
pembayaran; (ii) keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme
yang digunakan (jika ada) (iii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut; (iv) agunan
yang digunakan (jika ada); dan b. keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau
kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah).

AKAD SALAM
Akuntansi Salam 1.Akad Salam merupakan salah satu akan Jual beli di mana dalam kondisi tertentu
pembeli membayar terlebih dahulu (Uang Muka) atas barang yang akan dibeli. 2.Sehingga
membantu penjual (produsen) untuk penyediaan modal dan pembeli mendapatkan jaminan
mendapatkan barang yang diinginkan. Contoh: Pembelian produk hasil pertanian. PENDAHULUAN

PENGERTIAN DASAR AKUNTANSI SALAM Terminologi: Para fuqaha menamainya al


mahawi’ij (barang barang mendesak). Akad Salam adalah sejenis jual beli yang mendesak
walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat dari sisi pembeli ia sangat
membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara si penjual sangat membutuhkan
uang tersebut. Salam berasal dari kata “As salaf” yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. PENGERTIAN SALAM Salam adalah akad jual beli
barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam
illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu. DEFINISI AKAD SALAM (PSAK 103)

3 Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan. Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan
atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan
cara salam maka hal ini disebut SALAM PARALLEL. KARAKTERISTIK AKAD SALAM
Parallel Komitmen Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan
memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan
harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana
untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Hikmah

4 Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan. Harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu
penyerahan aset yang dipesan sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi. Unsur
Kesepakatan Komitmen Jika barang pesanan salah / cacat, maka penjual harus
bertanggungjawab atas kelalaiannya. Tanggungjawab Alat pembayaran harus diketahui
jumlah dan bentuk, baik berupa kas, barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada
saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau
penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. KARAKTERISTIK AKAD SALAM (1)
Pelunasan
5 Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang dalam
jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di
awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas
produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Transaksi salam dilakukan karena
pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual
(produsen) memproduksi barangnya, barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau
pembeli ingin mendapatkan kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat
penjual menyerahkan barang kepada pembeli. KARAKTERISTIK AKAD SALAM (2)
Motivasi Hikmah

6 a.Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu
transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah bertindak sebagai penjual kemudian
memesan dari pihak lain, hal ini disebut SALAM PARALLEL. b.Jadi Salam paralel, artinya
melaksanakan dua transaksi bai’ salam yaitu antara pemesan dan penjual dan antara penjual
dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan. JENIS SALAM Salam
Parallel Salam, merupakan transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan
barang baru dilakukan di kemudian hari. Salam

7 Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat: a)Akad antara lembaga keuangan syariah
(pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad antara lembaga keuangan syariah
(penjual) dan pembeli akhir; dan b)Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq).
PANDANGAN DAN KRITERIA SALAM PARALLEL Syarat Beberapa ulama
kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan transaksi itu
dilakukan terus menerus. Hal demikian dapat menjurus kepada riba. Paralel salam dibolehkan
asalkan eksekusi kontrak salam kedua tidak tergantung pada eksekusi kontrak yang pertama.
Pandangan

8 Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat: a)Akad antara lembaga keuangan syariah
(pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad antara lembaga keuangan syariah
(penjual) dan pembeli akhir; dan b)Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq).
PANDANGAN DAN KRITERIA SALAM PARALLEL Syarat Beberapa ulama
kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan transaksi itu
dilakukan terus menerus. Hal demikian dapat menjurus kepada riba. Paralel salam dibolehkan
asalkan eksekusi kontrak salam kedua tidak tergantung pada eksekusi kontrak yang pertama.
Pandangan

9 SKEMA SALAM Keterangan: 1.Pembeli dan penjual menyepakati akad salam. 2.Pembeli
membayar kepada penjual. 3.Penjual menyerahkan barang. Barang yang diperjualbelikan
belum ada ketika transaksi. Tetapi penjual akan menyerahkannya dikemudian hari setelah
pembeli melakukan pembayaran di muka.

10 SKEMA SALAM PARALLEL Keterangan: 1.Pembeli dan penjual menyepakati akad


salam. 2.Pembeli membayar kepada penjual. 3.Penjual menyerahkan barang. Syarat: a.Salam
Parallel terjadi karena penjual tidak memiliki barang sehingga harus membeli dari suplier.
b.Akad salam pertama (a) terpisah atau tidak tergantung dengan akad salam pertama.

11 DASAR SYARIAH – Al Qur’an “hai orang-orang yang beriman, apabila kamu


bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu
menuliskannya dengan benar....” (QS:al-Baqarah:282). ”Hai orang orang yang beriman
penuhilah akad akad itu...” (QS 5:1) DASAR SYARIAH – As Sunnah Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah) “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR.Bukhari
Muslim).

12 1. PELAKU 2. OBYEK AKAD 3. IJAB KABUL RUKUN SALAM Pembeli dan penjual
barang yang akan diserahkan dan modal salam yang berbentuk harga

13 1. PELAKU2. OBYEK AKAD 3. IJAB KABUL KETENTUAN SALAM a.Ijab kabul


dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. b.Komunikasi bisa dengan cara modern. a.Ada
penjual dan pembeli. b.Cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan). A. Modal B. Barang
(lihat keterangan berikutnya) a)Jenis dan Jumlah Modal harus diketahui. b)Berbentuk tunai.
Para ulama berbeda pendapat soal pembayaran berbentuk aset perdagangan. Beberapa ulama
menganggapnya boleh. c)Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang
atau sebagai pelunasan utang. Hal ini untuk mencegah praktek riba melalui mekanisme
salam.

14 BARANG SALAM (1)  Barang harus dapat dibedakan/ diidentifikasi punya spesifikasi
dan karakteristik yang jelas, seperti; kualitas, jenis, ukuran dll., sehingga tidak ada gharar. 
Barang bisa dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.  Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak
harus tanggal tertentu boleh juga dalam kurun waktu tertentu. Hal ini diperlukan untuk
mencegah gharar (ketidakpastihan) yaitu harus ada pada waktu yang ditentukan.  Barang
tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan.  Apabila
barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak dan
pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau
membatalkan akad sehingga penjual harus mengembalikan dana yang telah diterima 
Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad,
maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak. Kalau
pilihannya menolak maka si penjual memiliki (utang yang dapat......)

15 BARANG SALAM (2)  Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui
oleh kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan,
dan tidak boleh menuntut penambahan harga.  Penjualan kembali barang yang dipesan
sebelum barang tersebut diterima tidak dibolehkan secara syari’ah.  Penggantian barang
yang dipesan dengan barang lain. Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan
dengan barang lainnya. Bila barang tersebut diganti dengan barang yang memiliki spesifikasi
utang yang dapat diselesaikan dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang
sesuai dengan akad.  Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan
kepuasan pelanggan.  Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh
memilih menolaknya atau menerima. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak boleh
meminta kembali sebagian uangnya atau (diskon). (dan kualitas yang......)

16 BARANG SALAM (3) dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda, para ulama
membolehkannya,  Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
Namun sebaiknya dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan maka harus dikirim ke
tempat yang menjadi kebiasaan. HAL YANG BISA MEMBATALKAN KONTRAK 1.
Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, 2. Barang yang dikirim cacat
atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, 3. Barang yang dikirim kualitasnya
lebih rendah dan pembeli membatalkan.

17 SAMPAI DI SINI 20050923150928.pdf D:\DATA BUDI\Mata Kuliah\Akuntansi


Syariah\Tugas Refreshing Ak Syariah\a. Bahan URL:
http://www.staff.ui.ac.id/internal/0600500046/material/11AkadIstishna.ppthttp://www.staff.u
i.ac.id/internal/0600500046/material/11AkadIstishna.ppt Keyword: definisi salam akuntansi
syariah Sri Nurhayati Wasilah ppt

18 1. PELAKU2. OBYEK JUAL BELI 3. IJAB KABUL RUKUN DAN KETENTUAN


MURABAHAH a.Barang harus dapat diambil manfaatnya. b.Barang dimiliki oleh penjual.
c.Barang dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu dimasa depan. d.Barang
dapat diketahui kuantitasnya. e.Barang dapat diketahui kualitasnya. f.Harga barang tersebut
jelas. g.Barang secara fisik ada ditangan penjual a.Ijab kabul dapat dilakukan secara lisan
atau tertulis. b.Saling ridha/rela antara penjual dan pembeli terhadap barang & harga barang.
Jadi tidak ada unsur terpaksa (ikrah), penipuan (tadlis) dan ketidaksesuaian (gharar), karena
jual beli bisa TIDAK SAH. c.Dalam hal terjadi ketidaksesuaian obyek akad, pelaku boleh
memilih untuk membatalkan akad atau melanjutkannya. Dalam hal terjadi paksaan apabila
bertujuan untuk kepentingan umum dibolehkan. a.Ada penjual dan pembeli. b.Cakap hukum.
c.Akad anak kecil dianggap sah, jika seizin walinya.

19 Akuntansi Untuk Penjual Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan Dr. Aset Murabahah xxx Cr. Kas xxx Jika terjadi penurunan nilai
untuk murabahah pesanan mengikat, akan ditanggung penjual Dr. Beban xxx Cr. Aset
Murabahah xxx Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat Dr.
Kerugian xxx Cr. Aset Murabahah xxx PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH

20 Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka: (a) Akan menjadi
pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah, Jurnal: Dr.
Aset Murabahah (net) xxx Cr. Kas xxx (b) menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi
setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli; Dr. Kas xxx
Cr. Utang xxx (c) menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan seusai akad menjadi hak penjual. Dr. Kas xxx Cr. Keuntungan Murabahah
xxx (d) pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan
dalam akad Dr. Kas xxx Cr. Pendapatan Operasional lain xxx Akuntansi Untuk Penjual

21 Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan tereliminasi
pada saat : (a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal: Dr. Utang xxx Cr. Kas xxx (b)
akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh
penjual : Dr. Utang xxx Cr. Kas xxx Dr. Dana kebajikan – kas xxx Cr. Dana Kebajikan -
Pendapatan denda xxx Akuntansi Untuk Penjual

22 Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (sama dengan akuntansi konvensional). Dr. Beban
Piutang tak tertagih xxx Cr. Penyisihan piutang tak tertagih xxx Akuntansi Untuk Penjual

23 Keuntungan murabahah diakui: (a). Pada saat terjadinya akad murabahah jika dilakukan
secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu
periode laporan keuangan dapat langsung diakui. Jurnal: Dr. Kas xxx Dr. Piutang Murabahah
xxx Cr. Aset Murabahah xxx Cr. Keuntungan xxx Akuntansi Untuk Penjual

24 (b). namun apabila lebih dari satu periode, maka: (1). Keuntungan diakui saat penyerahan
aset murabahah dengan syarat apabila risiko penagihannya kecil, jurnal sama dengan butir a.
(2). Diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang
murabahah, jurnal: Pada saat penjualan kredit dilakukan: Dr. Piutang Murabahah xxx Cr.
Aset Murabahah xxx Cr. Keuntungan tangguhan xxx Pada saat penerimaan angsuran : Dr.
Kas xxx Cr. Piutang Murabahah xxx Dr. Keuntungan tangguhan xxx Cr. Keuntungan
Murabahah xxx (3)keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih,
dicatat dengan cara yang sama pada point (2) hanya saja jurnal pengakuan keuntungan saat
penerimaan angsuran dibuat saat seluruh piutang telah selesai ditagih. Akuntansi Untuk
Penjual

25 Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan cara: (a) Diberikan pada saat
pelunasan, jurnal: Dr. Kas xxx Dr. Keuntungan Ditangguhkan xxx Cr. Piutang Murabahah
xxx Cr. Keuntungan murabahah xxx (net setelah dikurangi potongan pelunasan) (b)
memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan membayarkan potongan
kepada pembeli). Jurnal: Pada saat penerimaan piutang dari pembeli: Dr. Kas xxx Dr.
Keuntungan Ditangguhkan xxx Cr. Piutang Murabahah xxx Cr. Keuntungan murabahah xxx
Pada saat pengembalian kepada pembeli: Dr. Keuntungan murabahah xxx Cr. Kas xxx
Akuntansi Untuk Penjual

26 Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran pembeli


diakui sebagai beban. Dr. Kas xxx Dr. Keuntungan Ditangguhkan xxx Dr Beban xxx Cr.
Piutang Murabahah xxx Cr. Keuntungan Murabahah xxx Akuntansi Untuk Penjual

27 Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda yang
diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx Cr. Dana
Kebajikan- Pendapatan denda xxx Akuntansi Untuk Penjual

28 Pengakuan dan pengukuran uang muka : - uang muka diakui sebagai uang muka
pembelian sebesar jumlah yang diterima; - pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka
uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok) - Jika barang batal
dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Jurnal yang terkait dengan
penerimaan uang muka: a. Penerimaan uang muka dari pembeli: Dr. Kas xxx Cr. Utang lain-
uang muka murabahah xxx b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan Dr. Utang lain-uang
muka murabahah xxx Cr. Piutang Murabahah xxx Sehingga untuk penentuan marjin
keuntungan diberdasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi
uang muka). Akuntansi Untuk Penjual

29 Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih besar
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan
calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli. Dr. Utang lain-uang muka
murabahah xxx Cr Pendapatan operasional xxx Cr. Kas /Utang xxx Pesanan dibatalkan, jika
uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil daripada biaya yang telah
dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli, maka penjual
dapat meminta pembeli untuk membayarkan kekurangannya kekurangannya Dr. Kas/Piutang
xxx Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx Cr. Pendapatan operasional xxx Pesanan
dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang muka sama dengan beban
yang dikeluarkan: Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx Cr. Pendapatan operasional xxx
Akuntansi Untuk Penjual

30 Penyajian Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan:
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada: (a) harga perolehan aset murabahah (b) janji pemesanan dalam murabahah
berdasarkanpesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan (c) pengungkapan yang diperlukan
sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah Akuntansi Untuk
Penjual

31 Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai. Dr. Aset xxx Cr. Kas xxx Utang yang timbul dari transaksi murabahah
tangguh diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang
wajib dibayarkan), aset dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli
yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
Dr. Aset xxx Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx Cr. Utang murabahah xxx Akuntansi
Untuk Pembeli

32 Jika ada uang muka Dr. Uang muka xxx Cr. Kas xxx Dr. Aset xxx Dr. Beban Murabahah
Tangguhan xxx Cr. Uang Muka xxx Cr Utang Murabahah xxx Potongan uang muka akibat
pembeli batal membeli barang diakui sebagai kerugian. Dr. Kas xxx Dr. Kerugian xxx Cr.
Uang Muka xxx Akuntansi Untuk Pembeli

33 Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi


pelunasan utang murabahah. Dr. Utang murabahah xxx Cr. Kas xxx Dr. Beban xxx Cr. Beban
Murabahah Tangguhan xxx Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah,
diperlakukan sebagai pengurang beban murabahah tangguhan. Jurnal Diskon pembelian yg
diterima setelah akad Murabahah Dr. Kas xxx Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx Jurnal
potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah: Dr. Utang Murabahah xxx Dr. Beban
xxx (alokasi BMT- potongan) Cr. Kas xxx Cr. Beban Murabahah Tangguhan xxx Akuntansi
Untuk Pembeli

34 Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian. Dr. Kerugian xxx Cr. Kas/Utang xxx Akuntansi Untuk Pembeli

35 Penyajian Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)


utang murabahah. Pengungkapan Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: (a) nilai tunai aset yang diperoleh dari
transaksi murabahah; (b) jangka waktu murabahah tangguh (c) pengungkapan yang
diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah. Akuntansi Untuk Pembeli

36 STANDAR AKUNTANSI MURABAHAH DALAM PSAK NO. 59 TENTANG


AKUNTANSI BANK SYARIAH PSAK No. 100 : Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian laporan Keuangan Syariah. PSAK No. 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah
PSAK No. 102 : Akuntansi Murabahah PSAK No. 103 : Akuntansi Salam PSAK No. 104 :
Akuntansi Istishna PSAK No. 105 : Akuntansi Murabahah PSAK No. 106 : Akuntansi
Musyarakah PSAK No. 107 : Akuntansi Ijarah PSAK No. 108 : Akuntansi untuk Penyelesai
Utang piutang Lembaga keuangan bank syariah menggunakan PSAK 59. Standar baru yang
melampaui batas-batas negara menjadi hal yang wajar digunakan. Lembaga Keuangan Bukan
Bank atau Lembaga Keuangan Syariah, IAI menerbitkan PSAK Syariah No. 100 s/d 107.

37 SAMPAI DI SINI

38 KETENTUAN DALAM AKUNTANSI MURABAHAH Standar baru yang melampaui


batas-batas negara menjadi hal yang wajar digunakan. Kompetisi global mendorong
akuntansi internasional berperan penting. Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti
(iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syari’ah).

39 AKUNTANSI BANK SYARIAH Standar baru yang melampaui batas-batas negara


menjadi hal yang wajar digunakan. Kompetisi global mendorong akuntansi internasional
berperan penting.

AKAD LAIN’ Oleh: Sri Nurhayati / Wasilah

2 Sharf’

3 Pengertian Akad Sharf Bahasa: penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual
beli. Terminologi: transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli
atau pertukaran mata uang, dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun
yang tidak sejenis.

4 Skema Sharf PenjualPembeli Valuta Akad sharf Valuta

5 Sumber Hukum ”Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan
dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama
takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan
gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, korma dengan korma harus sama takaran, timbangan dan tangan ke
tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan garam harus sama takaran, timbangan
dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, “ (HR Muslim) ”Juallah emas dengan
emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai.
Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai ” (HR Muslim)
”Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai)” (HR
Muslim) ”Umar bin Khattab mendengar seseorang menukarkan emas sambil berkata ketika
menerima tukarannya: ”Tunggulah penjagaku pulang dari hutan,” lalu Umar berkata, ”Demi
Allah, janganlah engkau berpisah dengannya sehingga terjadi proses pertukarannya.” ”Aku
mendengar Rasulullah bersabda, Tukar menukar emas dengan emas itu adalah riba, kecuali
dilakukan kontan dengan kontan. Gandum dengan gandum juga adalah riba, kecuali
dilakukan dengan kontan. Kurma dengan kurma juga adalah riba, kecuali kontan dengan
kontan.” (HR Bukhari)
6 Fungsi Uang dalam Islam Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan komoditas.
Tanpa didayagunakan, uang tidak dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan
dirinya sendiri. Apabila uang dapat ”bertambah” tanpa didayagunakan, maka tambahan itu
adalah riba. Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan apabila
didayagunakan atau diinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya.

7 Jenis Transaksi Valas Transaksi ”Spot” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan
penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari.
Transaksi ini dibolehkan secara syari’ah. Transaksi ”Forward” yaitu transaksi pembelian dan
penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syari’ah (ada unsur
ketidakpastian/gharar) Transaksi ”Swap” yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas
dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama
dengan harga forward. Hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir. Transaksi
”option”, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau hak
untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga
dan jangka waktu atau tanggal tertentu. Hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

8 Transaksi Valas sesuai Syariah dilakukan secara tunai tidak digunakan untuk tujuan
spekulasi boleh menyimpan valas untuk kebutuhan transaksi dikemudian hari

9 Rukun Sharf’ Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual, harus cakap hukum dan baligh
Obyek Akad berupa mata uang Ijab kabul/ serah terima

10 Ketentuan Syariah Obyek Akad, Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh
kedua belah pihak. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun
oleh penjual, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan bisa berbentuk material maupun
hukum. Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang penukaran
berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya batal karena syarat penguasaan
terhadap obyek transaksi sharf itu tidak terpenuhi. Apabila mata uang atau valuta yang
diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam
kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang itu berbeda. Tidak boleh ada hak khiyar
syarat bagi pembeli. Tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang
saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan obyek akad dilakukan
secara tunai atau dalam kurun waktu 2 X 24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak
boleh diutang) dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua
belah pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.

11 Akuntansi Sharf’ Saat membeli valuta asing : Dr. Kas (Dollar)xxx Cr. Kas (Rp)xxx Saat
dijual : Dr. Kas (Rp)xxx Dr. Kerugian* xxx Cr. Keuntungan**xxx Cr. Kas (Dollar)xxx *jika
harga beli valas lebih besar dari pada harga jual **jika harga beli valas lebih kecil dari pada
harga jual

12 Akuntansi Sharf’ Untuk tujuan laporan keuangan diakhir periode, aset moneter (piutang
dan utang) dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan
menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal
penyesuaian : Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal trasaksi: Dr.
Kerugianxxx Cr. Piutang (valas)xxx Dr. utang (valas)xxx Cr. Keuntunganxxx Jika nilai kurs
tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi: Dr. Piutang (valas)xxx Cr.
Keuntunganxxx Dr. Kerugianxxx Cr. utang (valas)xxx

13 Wadiah

14 Pengertian Akad Wadiah simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan pemiliknya, untuk tujuan keamanan. adalah akad penitipan dari pihak yang
mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun
titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan
tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan.

15 Jenis Akad Wadiah Wadi’ah al amanah, yaitu wadi’ah dimana uang/barang yang
dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak
bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal
ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan
tersebut. Wadi’ah yadhamanah, yaitu wadi’ah dimana si penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, si pemilik menghendakinya. Hasil
dari pemanfaatan barang tidak wajib dibagihasilkan dengan pemberi titipan. Namun penerima
titipan boleh saja memberikan bonus dan tidak boleh diperjanjikan sebelumnya kepada
pemilik barang.

16 Skema Wadiah Al Amanah Mustawda’Muwaddi ’ Penyerahan barang Akad wadi’ah


Pengembalian barang saat diminta

17 Skema Wadiah Yadhamanah Muwaddi’ Mustawda’ dunia usaha Pengembalia n barang


Memperoleh manfaat barang/uang Akad wadi’ah Mustawda’ Memberi bonus
Penyerahanbarang

18 Sumber Hukum Al Qur’an : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya..... (QS 4: 58) ”......Maka, jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...” (QS 2:283) As Sunnah
”Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepada mu dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (HR Abu Dawud dan Al Tirmidzi)

19 Rukun Wadiah –Pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta
memelihara barang titipan. –Obyek Wadi’ah: benda yang dititipkan tersebut jelas dan
diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan. –Ijab qabul/serah terima, Adalah
pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
moderen.

20 Akuntansi bagi Pemilik Barang Pada saat menyerahkan barang (menerima tanda terima
penitipan barang) dan membayar biaya penitipan (menerima tanda terima pembayaran): Dr.
Beban Wadiah xxx Cr. Kasxxx Jika biaya penitipan belum dibayar Dr. Beban Wadiahxxx Cr.
Utangxxx Pada saat mengambil barang: dan membayar kekurangan biaya penitipan Dr.
Utang xxx Cr. Kasxxx
21 Akuntansi Bagi Penyimpan Barang Pada saat menerima barang (mengeluarkan tanda
terima barang) dan penerimaan pendapatan penitipan (membuat tanda terima pembayaran):
Dr. Kasxxx Cr. Pendapatan Wadiahxxx Jika biaya penitipan belum dibayar Dr. Piutangxxx
Cr. Pendapatan Wadiahxxx Pada saat menyerahkan barang dan menerima pembayaran
kekurangan pendapatan penitipan Dr. Kasxxx Cr. Piutangxxx

22 Wakalah

23 Pengertian Akad Wakalah Bahasa : At Tahwidh: penyerahan, pendelegasian atau


pemberian mandat. akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-
hal yang boleh diwakilkan. Agen (Wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak
menerima komisi (hanya mengharap ridho Allah/ tolong menolong). Tetapi bila ada komisi
atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa.

24 Skema Wakalah Pemberi kuasa penerima kuasa Obyek yang dikuasakan Akad wakalah
Pelaksanaa n wakalah

25 Sumber Hukum Al Qur’an : “...maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu itu....”(QS.18:19) ”jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman” (QS
12:55) ”...Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungjawabannya.” (QS 17:34) As Sunnah Diriwayatkan dari Busr bin ibn Sa’diy al
Maliki berkata: Umar mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai
dan sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, memerintahkan agar saya diberi imbalan
(fee). Saya berkata: saya bekerja hanya karena Allah. Umar menjawab: ”Ambillah apa yang
kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku
imbalan; sayapun berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian rasul bersabda kepada
saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta; makanlah (terimalah) dan
bersedekahlah. (HR Bukhori Muslim)

26 Rukun Wakalah Pelaku a. pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan: - Pemilik
sah yang dapat bertindak atas yang diwakilkan - Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam
batastertentu, b. pihak penerima kuasa (wakil): - Cakap hukum - Dapat mengerjakan tugas
yang diwakilkan kepadanya Obyek yang dikuasakan/diwakilkan/taukil : - Diketahui dengan
jelas oleh orang yang mewakili - Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam - Dapat
diwakilkan menurut syari’ah Islam. - Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai - Kontrak
dapat dilaksanakan. Ijab qabul: pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi moderen.

27 Berakhirnya Akad Wakalah Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal,
karena jika ini terjadi salah satu syarat wakalah tidak terpenuhi Pekerjaan yang diwakilkan
sudah selesai Pemutusan oleh orang yang mewakilkan Wakil mengundurkan diri Orang yang
mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan.

28 Akuntansi bagi Pihak Mewakili Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan
jangka waktu) Dr. Kasxxx Cr. Pendapatan Wakalahxxx Pada saat membayar beban Dr. beban
wakalahxxx Cr. Kasxxx Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun dimuka
Dr. Kasxxx Cr. Pendapatan wakalah diterima dimukaxxx Pada saat mengakui pendapatan
wakalah akhir periode Dr. Pendapatan wakalah diterima dimuka xxx Cr. Pendapatan
wakalahxxx

29 Akuntansi Bagi Pihak yang Diwakilkan Pada saat membayar ujr/komisi Dr. Beban
Wakalahxxx Cr. Kasxxx

30 Kafalah

31 Pengertian Akad Kafalah Bahasa :dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah
(tanggungan).. perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il)
kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang
ditanggung (makful anhu/ashil). salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling
tolong menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan.
Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara
sepihak.

32 Skema Kafalah Kaafil/ penanggung Makful ‘alaih/Pihak yg ditanggung Makful/pihak ke 3


Akad kafalah

33 Sumber Hukum Al Qur’an : ”Dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjamin nya”
(Maryam) (QS :3:37) ”Dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.” (QS 12:72) As
Sunnah ”Penjamin adalah orang yang berkewajiban mesti membayar (HR Abu Dawud, At
Tirmidzi) Telah dihadapkan kepada Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk dishalatkan)...
Rasulullah bertanya ”Apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab ”Tidak”,
Rasulullah bertanya lagi, ” Apakah dia mempunyai utang?” Para sahabat menjawab ”Ya,
sejumlah tiga dinar”’ Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi
beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, ”saya menjamin utangnya ya rasulullah”.
Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR Bukhari)

34 Rukun Kafalah Pelaku 1. Pihak Penjamin (Kafiil): - Baligh (dewasa) dan berakal sehat. -
Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (ridha)
dengan tanggungan kafalah tersebut. 2. Pihak Orang yang berhutang (Ashiil, Makful ‘anhu) -
Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) - Dikenal oleh penjamin. 3. Pihak Orang yang
Berpiutang (Makful Lahu) - Diketahui identitasnya. - Dapat hadir pada waktu akad atau
memberikan kuasa. - Berakal sehat

35 Rukun Kafalah Obyek Penjaminan (Makful Bihi) - Merupakan tanggungan pihak/orang


yang berhutang, baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan. - Bisa dilaksanakan oleh
penjamin. - Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan. - Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya. -Tidak bertentangan
dengan syari’ah Ijab kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi moderen

36 Berakhirnya Akad Kafalah Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang
atau oleh penjamin. Atau jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada
orang yang berutang. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada
penjamin. Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika
kreditor melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas
dari utang tersebut. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah). Dalam
kasus ini baik orang terutang ataupun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut Ketika
penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor. Kreditor
dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya

37 Akuntansi bagi Pihak Penjamin Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan
jangka waktu) Dr. Kasxxx Cr. Pendapatan kafalahxxx Pada saat membayar beban Dr. Beban
Kafalahxxx Cr. Kasxxx

38 Akuntansi Bagi Pihak yang Dijamin Pada saat membayar beban Dr. Beban Kafalahxxx
Cr. kasxxx

39 Qardul Hasan

40 Pengertian Akad Qard Hasan pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar
sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syari’ah
(tidak ada riba). bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak
memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan sosial atau untuk kemanusiaan. Biaya
administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk dibebankan kepada
peminjam.

41 Skema Qard Hasan Pemberi pinjaman Peminjam Dunia Usaha Akad Qardhul Hasan Laba
Modal Modal 100% skill Modal 100%

42 Sumber Hukum Al Qur’an : ”Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan,
berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS 2:280) As Sunnah ”Orang yang
melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya
di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong
saudara Nya” (HR Muslim) Dari Abu Qatadah: ”Wahal rasulullah, bagaimanakah jika aku
berjihad dengan jiwa dan hartaku, aku bertempur penuh sabar demi mengharap pahala Allah
dan maju terus pantang mundur, apakah aku masuk surga?” Rasulullah menjawab: ”ya”
Beliau mengatakan sebanyak tiga kali, kemudian ia bersabda :”kecuali jika kamu mati dan
kamu punya utang serta kamu tidak membayarnya...”(HR Muslim) Telah dihadapkan kepada
Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk dishalatkan)... Rasulullah bertanya ”Apakah dia
mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab ”Tidak”, Rasulullah bertanya lagi, ” Apakah
dia mempunyai utang?” Para sahabat menjawab ”Ya, sejumlah tiga dinar”’ Rasulullah pun
menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu
berkata, ”saya menjamin utangnya ya rasulullah”. Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat
tersebut. (HR Bukhari)

43 Rukun Qard Hasan Pelaku : cakap hukum dan baligh Obyek akad: - Jelas nilai
pinjamannya dan waktu pelunasannya - Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman
pada waktu yang telah disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas pokok
pinjamannya. Namun peminjam dibolehkan memberikan sumbangan secara sukarela. -
Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu peminjaman dapat
diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya. Namun jika peminjam
lalai maka dapat dikenakan denda. Ijab Kabul : Adalah pernyataan dan ekspresi saling
ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.
44 Akuntansi bagi Pemberi Pinjaman Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal
Dr. Dana Kebajikan - Kasxxx Cr. Dana kebajikan – Infaq/sedekah/hasil wakaf xxx Untuk
penerimaan dana berasal dari denda dan pendapatan non halal Dr. Dana Kebajikan- Kasxxx
Cr. Dana kebajikan –Denda/Pendapatan Non Halal xxx Untuk pengeluaran untuk
pengalokasian dana Qardh hasan Dr. Dana Kebajikan – Dana kebajikan produktifxxx Cr.
Dana Kebajikan - Kas xxx Untuk penerimaan saat pengembalian pinjaman Qardh hasan Dr.
Dana Kebajikan -Kas xxx Cr. Dana Kebajikan- Dana Kebajikan Produktif xxx

45 Akuntansi Bagi Peminjam Saat menerima uang pinjaman, dicatat: Dr. Kasxxx Cr.
Utangxxx Saat pelunasan, dicatat: Dr. Utang xxx Cr. Kasxxx

46 Hiwalah

47 Pengertian Akad Hiwalah Bahasa : pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau
memikul sesuatu di atas pundak. akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada
pihak lain yang wajib menanggung (membayar) utangnya. akad pengalihan piutang dari satu
pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban menagih piutangnya.

48 Jenis Hiwalah – Obyek Hiwalah Al Haqq (pemindahan hak/anjak piutang) adalah hiwalah
yang merupakan hak untuk menagih piutang. Yang mengambil alih piutang harus berhati-hati
pada kredibilitas dan kemampuan pihak yang berutang selain harus melihat keabsahan
transaksinya. Hiwalah Ad Dain (pemindahan utang) adalah hiwalah dimana yang
dipindahkan adalah kewajiban untuk membayar utang. Pihak yang mengambil alih utang
harus yakin pihak yang diambil alih utangnya dapat memenuhi kewajibannya di kemudian
hari.

49 Skema Hiwalah PenyuplaiPembeli Pengambil alih 1. Suplai barang 3.bayar 2.invoice


5.bayar 4.tagih Jual Beli

50 Jenis Hiwalah – Persyaratan Hiwalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) adalah


pemindahan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.
Hiwalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) adalah pemindahan utang yang tidak ditegaskan
sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.

51 Sumber Hukum ” menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman. Dan
jika salah seorang kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu,
maka turutlah (menerima pengalihan tersebut).”(HR. Bukhari Muslim ))

52 Rukun Hiwalah Pelaku: - Baligh (dewasa) dan berakal sehat. - Berhak penuh untuk
melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (ridha) dengan pengalihan utang
piutang tersebut. - Diketahui identitasnya. Obyek Penjaminan (Makful Bihi) - Bisa
dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang. - Harus merupakan
utang/piutang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan. -
Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya. - Tidak bertentangan dengan syari’ah Ijab kabul,
pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
moderen.
53 Akuntansi bagi Pihak PengambilAlih Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan
dengan jangka waktu) Dr. Kasxxx Cr. Pendapatan Hiwalahxxx Pada saat membayar beban
Dr. Beban Hiwalahxxx Cr. Kasxxx

54 Akuntansi Bagi Pihak Diambilalih Pada saat membayar imbalan tunai Dr. Beban
Hiwalahxxx Cr. Kasxxx

55 Rahn

56 Pengertian Akad Rahn Bahasa : tetap, kekal, dan jaminan Terminologi : menahan barang
sebagai jaminan atas utang perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan melakukan
penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
gadaian baru dapat diserahkan kembali pada pihak yang berutang apabila utangnya sudah
lunas

57 Pengertian Akad Rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang
berutang. Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian adalah kewajiban pihak yang
menggadaikan (Rahin), namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang
gadaian (murtahin) dan biayanya harus ditanggung rahin. Besarnya biaya ini tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

58 Pengertian Akad Rahn barang gadaian tetap milik orang yang berutang. ia tidak dapat
melunasinya maka barang gadaian dijual kemudian hasil penjualan bersih digunakan untuk
melunasi utang dan biaya pemeliharaan yang terutang. Apabila ada kelebihan antara harga
jual barang gadaian dengan besarnya utang maka selisihnya diserahkan kepada yang berutang
tapi apabila ada kekurangan maka yang berutang tetap harus membayar sisa utangnya
tersebut. Yang melakukan penjualan adalah pemilik.

59 Skema Rahn Marhun bih (utang) marhun Pemberi barang/peminjam/r aahin Penerima
barang/ murtahin 2. pemberi hutang 1.Akad rahn 3.penyerahan marhun

60 Sumber Hukum Al Qur’an ”jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara
tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang.” (QS.2:283) As Sunnah ”Dari Aisyah ra
bahwa Rasulullah pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi dan Nabi
menggadaikan sebuah baju besi kepadanya (HR.Bukhari, Nasa’i& Ibnu Majah) ”Tidak
terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh
manfaat dan menanggung resikonya (HR Al Syafi’i, Al Daraquthni & ibnu majah )”
”Tunggangan(kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan
binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Orang
yang menggunakan kendaraan dan memerah susu tersebut wajib menanggung biaya
perawatan dan pemeliharaan.”(HR Bukhari)

61 Rukun Rahn Pelaku : cakap hukum, baligh Obyek yang digadaikan (marhun) –Dapat
dijual dan nilainya seimbang, –Harus bernilai dan dapat dimanfaatkan, –Harus jelas dan dapat
ditentukan secara spesifik, –Tidak terkait dengan orang lain, merupakan harta yang utuh dan
agunan harus dapat diserahkan kepada pihak lain baik materinya maupun manfaatnya
(Penerima gadai dapat mengambil manfaat). –Hutang (marhun bih), Nilai utang harus jelas
demikian juga tanggal jatuh temponya Ijab Kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela
diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen

62 Akuntansi bagi Pihak Penerima Gadai Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal
tetapi membuat tanda terima atas barang. Pada saat menyerahkan uang pinjaman Dr.
Piutangxxx Cr. Kasxxx Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan
penyimpanan Dr. Kasxxx Cr. Pendapatanxxx Pada saat mengeluarkan biaya untuk
pemeliharaan dan penyimpanan Dr. Bebanxxx Cr. Kasxxx

63 Akuntansi bagi Pihak Penerima Gadai Pada saat pelunasan uang pinjaman: Pada saat ini
barang gadai dikembalikan dengan membuat tanda terima barang. Dr. Kasxxx Cr. Piutang
xxx Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang gadai dijual
oleh pihak yang menggadai kan, jurnal: Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan
piutang. Dr. Kas xxx Cr. Piutangxxx Jika kurang, maka berarti piutangnya masih tersisa
sejumlah selisih antara nilai penjualan dengan saldo piutang.

64 Akuntansi Bagi Pihak yg Menggadaikan Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi
menerima tanda terima atas penyerahan aset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi
atas barang yang digadaikan. Pada saat menerima uang pinjaman Dr. Kasxxx Cr. Utangxxx
Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan Dr. Bebanxxx Cr. Kasxxx

65 Akuntansi Bagi Pihak yg Menggadaikan Ketika dilakukan pelunasan atas utang: Dr.
Utangxxx Cr. Kasxxx Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang
gadai dijual Pada saat penjualan barang gadai: Dr. Kas xxx Dr. Akumulasi penyusutan
(apabila aset tetap) xxx Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx Cr. Keuntungan (apabila untung)xxx
Cr. Asetxxx Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai Dr. Utangxxx
Cr. Kasxxx Jika masih ada kekurangan pembayaran utang setelah penjualan barang gadai
tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki saldo utang kepada pihak
yang menerima gadai.

AKAD ISTISHNA’ Oleh: Sri Nurhayati / Wasilah

2 Pengertian Istishna’ akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Shani’ akan menyiapkan barang yang
dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri
atau melalui pihak lain (istishna’ parallel).

3 Karakteristik Akad Istishna’ barang pesanan harus memenuhi kriteria: a. memerlukan


proses pembuatan setelah akad disepakati; b. sesuai dengan spesifikasi pemesan
(customized), bukan produk massal; dan c. harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

4 subyeksalamIstishna’’Aturan dan keterangan Pokok kontrak Muslam fihiMashnu’Barang


ditangguhkan, dengan spesifikasi HargaDibayar saat kontrak Boleh saat kontrak, boleh
diangsur, boleh kemudian hari Cara penyelesaian pembayaran merupakan perbedaan utama
antara salam dan istishna’ Sifat kontrak Mengikat secara asli (thabi’i) Mengikat secara ikutan
(thaba’i) Salam mengikat semua pihak sejak semula, sementara istishna’ dianggap mengikat
berdasarkan pandangan para fuqaha demi kemashlahatan, serta tidak bertentangan dengan
aturan syariah Kontrak paralel Salam paralelIstishna’ paralelBaik salam paralel maupun
istishna’ paralel sah asalkan: kedua kontrak secara hukum adalah terpisah. Perbandingan
salam dengan istishna’

5 Jenis Akad Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani’). Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk
akad istishna’’ antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (sub kontraktor) yang dapat
memenuhi aset yang dipesan pembeli. Syaratnya akad istishna’ pertama tidak bergantung
pada istishna’ kedua. Selain itu penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama
konstruksi.

6 Nasabah Konsumen (pembeli) 9p penjual Istishna’ Skema istishna’

7 Skema istishna’ Paralel Nasabah Konsumen (pembeli) Produsen/ Pembuat/ sub kontraktor
penjual (3) jual (1) pesan (2) beli

8 Dasar Syariah –masyarakat telah mempraktekkan istishna’ secara luas dan terus menerus
tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sebagai kasus ijma’ atau
konsensus umum. –keberadaan istishna’ didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak
orang seringkali memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar, sehingga mereka cenderung
melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka. –istishna’ sah sesuai
dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash
atau aturan syariah.

9 Rukun & Ketentuan Syariah –Pelaku terdiri dari pemesan (pembeli/ mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’). Harus Cakap Hukum dan Baligh –Obyek akad berupa barang yang
akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga –ijab kabul/serah terima
Ketentuan syariah untuk akad salam juga berlaku untuk akad istisna

10 Ketentuan tentang Pembayaran Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat; demikian juga dengan cara pembayarannya Harga yang
telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat
perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang

11 Ketentuan tentang barang Harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu), sehingga tidak
ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari. Penyerahannya dilakukan kemudian Waktu
dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Pembeli tidak boleh
menjual barang sebelum menerimanya Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang
sejenis sesuai kesepakatan Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah
menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.
12 Berakhirnya istishna’ kondisi-kondisi berikut: dipenuhinya kewajiban secara normal oleh
kedua belah pihak persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut
pembatalannya

13 Akuntansi untuk Penjual Biaya perolehan istishna’ terdiri dari: a. Biaya langsung yaitu:
bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan, atau tagihan
produsen/kontraktor pada entitas untuk istishna’ paralel. b. Biaya tidak langsung adalah biaya
overhead termasuk biaya akad dan praakad. c. Khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya
akibat produsen/ kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada. Biaya
perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari
produsen/kontraktor diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian, jurnal melakukan
pengeluaran untuk akad istishna’ Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaianxxx Cr. Persediaan,
kas, utang, dll xxx Untuk akun yang dikredit akan tergantung apa yang digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut.

14 Akuntansi untuk Penjual Beban praakad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka
biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan. Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat: Dr.
Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx Cr. Kasxxx Jika Akad disepakati, maka dicatat: Dr. Beban
Istishna’xxx Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkanxxx Jika Akad tidak disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban xxx Cr. Biaya Pra Akad Ditangguhkanxxx

15 Akuntansi untuk Penjual Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh
tempo dan penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang
pendapatan istishna’. Pengakuan Pendapatan dapat diakui dengan 2 metode: 1. Metode
persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan seiring dengan
proses penyelesaian berdasarkan akad istishna’. 2. Metode akad selesai adalah sistem
pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.

16 Akuntansi untuk Penjual Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan


dilakukan sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan.
Pendapatan diakui: berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya
menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yang dilakukan dibandingkan dengan total
biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad. Margin Keuntungan juga
diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan. Persentase penyelesaian = Biaya
yang telah dikeluarkan Total biaya untuk penyelesaian Pengakuan Pendapatan = Persentase
penyelesaian x Nilai Akad Pengakuan Margin = Persentase penyelesaian x Nilai Margin
Dimana nilai margin tersebut adalah: Nilai Akad – Total Biaya Untuk pengakuan pendapatan
di tahun-tahun berikutnya (jika >1 tahun) Pendapatan Tahun Berjalan = Pendapatan diakui
s/d saat ini – Pendapatan yang telah diakui

17 Akuntansi untuk Penjual bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian. Jurnal untuk pengakuan
pendapatan dan margin keuntungan adalah: Dr aset istishna’ dlm penyelesaian (margin
keuntungan) xxx Dr. Beban istishna’( biaya yang telah dikeluarkan) xxx Cr. Pendapatan
Istishna’ xxx (pendapatan yg hrs diakui diperiode berjalan ) Untuk metode persentase
penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang
telah dikeluarkan sampai periode tersebut. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan
pendapatan, harga pokok dan keuntungan sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga
pendapatan diakui pada periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan. Jika besar
kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi pendapatan
istishna’ maka taksiran kerugian harus segera diakui.

18 Akuntansi untuk Penjual Pada saat penagihan (metode persentase penyelesaian& akad
selesai): Dr. Piutang Istishna’(sebesar nilai tunai) xxx Cr. Termin Istishna’ xxx Termin
istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun Aset Istishna’ dalam
penyelesaian. Pada saat penerimaan tagihan, jurnal:: Dr. Kas (sebesar uang yang diterima )
xxx Cr. Piutang Usaha xxx

19 Akuntansi untuk Penjual Jika akad Istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi 2 bagian: margin keuntungan pembuatan barang
pesanan yang dihitung apabila istishna’ dilakukan tunai, akan diakui sesuai persentase
penyelesaian. Dr. Aset istishna’ dlm penyelesaian (margin keuntungan) xxx Dr. Beban
istishna’ (biaya yang dikeluarkan) xxx Cr. Pendapatan Istishna’ xxx (pendapatan yg hrs
diakui di periode berjalan ) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan
diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dgn pembayaran. - pada saat
penandatanganan akad: Dr. Piutang Istishna’(selisih Nilai Tunai&Nilai Akad) xxx Cr.
Pendapatan Istishna’ Tangguh xxx - Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih
nilai: Dr. Pendapatan Istishna’ Tangguh (secara proporsional) xxx Cr. Pendapatan Akad
Istishna’ xxx Dr. Piutang Istishna’(kas yang diterima) xxx Cr. Kas xxx

20 Akuntansi untuk Penjual Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal
sebagai berikut: a. Piutang istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir. b. Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna'
sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir. Pengungkapan, penjual
mengungkapkan transaksi istishna' dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: a.
metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna'; b. metode
yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan; c.
rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang; d.
pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.

21 Akuntansi untuk Pembeli Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar
jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada
penjual. Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaianxxx Cr. Utang kepada Penjual xxx Aset
istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih dari
satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati
dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna’
tangguh. Dr. Aset istishna’ dlm penyelesaian (nilai tunai)xxx Dr. Beban istishna’ tangguh
(selisih nilai tunai &harga beli) xxx Cr. Utang kepada Penjual xxx

22 Akuntansi untuk Pembeli Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional


sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’ Dr. Beban istishna’ xxx Cr. Beban istishna’
tangguh xxx Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan
penjual, mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi,
maka selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan
dibentuk penyisihan kerugian piutang. Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjualxxx Cr.
Kerugian aset istishna’xxx Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian

23 Akuntansi untuk Pembeli Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah
dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian
piutang. Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx Cr. Aset istishna’ dalam penyelesaian
xxx Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya
perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. Dr. Aset
istishna’ dlm penyelesaian (nilai wajar)xxx Dr. Kerugian xxx Cr.Aset istishna’dlm
penyelesaian (biaya perolehan)xxx

24 Akuntansi untuk Pembeli Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal
sebagai berikut: a. Hutang ishtisna' sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum
dilunasi. b. Aset istishna' dalam penyelesaian sebesar: (i) persentase penyelesaian dari nilai
kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna' paralel; atau (ii) kapitalisasi biaya
perolehan, jika istishna'. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam
laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: a. rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah
dan jangka waktu; b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah.

Vous aimerez peut-être aussi