Vous êtes sur la page 1sur 8

LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

GEOREFERENCING

Ridho Aditya Dwi Putra


F44140082

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
2017
Pendahuluan
Teknologi dan ilu pengetahuan merupakan hal yang semakin berkembang.
Kedua hal tersebut merupakan hal yang dapat diperoleh melalui informasi, oleh
karena itu kebutuhan manusia terhadap informasi semakin meningkat. Peningkatan
kebutuhan informasi menuntut adanya sistem informasi yang terpadu untuk
memudahkan manusia dalam memperoleh data dan menafsirkannya. Jenis
informasi yang dibutuhkan sangat bervariasi, seperti data matematis, antropologis,
dan spasial.
Informasi data spasial adalah salah satu contoh informasi yang memiliki
peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Data spasial adalah data yang
memiliki referensi ruang kebumian (georeference) dimana data atribut terletak
dalam bentuk unit spasial, informasi yang tercakup di dalamnya adalah informasi
mengenai posisi. Informasi data spasial ini biasanya dinyatakan dalam bentuk peta.
Pengertian peta secara umum adalah gambaran sebagian atau seluruh wilayah di
permukaan bumi dengan berbagai kenampakannya pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu, sedangkan dalam penyusuan
informasi data spasial diperlukan beberapa metode yang salah satunya proses
pegukuran
Pengukuran Global Positioning System (GPS) dapat diaplikasikan dalam
bidang survey dan pemetaan, terutama untuk menentukan penentuan posisi titik di
permukaan bumi yang nantinya akan berguna dalam penyusunan informasi data
spasial. GPS adalah suatu sistem navigasi yang berbasis pada satelit pada satelit
yang tersusun pada suatu jaringan yang terletak pada garis edar bumi yang
dilakukan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Abidin 2007). Penentuan
posisi dengan menggunakan GPS dapat memberikan koordinat titik-titik horizontal
maupun vertikal dalam satu pengukuran. Proses pengamatan dan pengukuran
sendiri perlu diperhatikan alat dan metodenya agar hasil yang didapatkan sesuai
dengan kebutuhannya. Pekerjaan pengukuran juga berkembang dengan data yang
direkam tanpa menyentuk objeknya, yang disebut pengideraan jauh atau biasa
disebut dengan remote sensing. Termasuk di dalamnya adalah pemotretan dari
stasiun di atas tanah atau yang disebut dengan fotogrametri terestris maupun
fotogrametri jarak dekat. Kemudian ada pun pemotretan dari pesawat yang
diterbangkan yatu disebut fotogrametri udara, serta penginderaan dengan
menggunakan satelit (Rochmadi 1993).
Pengukuran menggunakan GPS dan fotogrametri udara merupakan salah satu
metode yang dilakukan untuk mendapatkan informasi data dalam hal perencanaan.
Adapun data yang akan didapat salah satunya adalah titik koordinat data spasial.
Titik koordinat tersebut didapatkan dari pengukuran melalui GPS pada ground
control point (GCP) yang diplotkan pada hasil data fotogrametri udara yaitu drone
dan Google Earth. Oleh karena, itu perlu dilakukan pengolahan data untuk
membandingkan hasil plotting data GPS pada data drone dan data Google Earth
yang dibantu dengan software arcMap.
Metode
Penelitian mengenai Aplikasi Sitem Informasi Geografis mengenai
georeferencing dilakukan pada 7 September 2014 di Lab. Komputer Teknik Sipil
dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Praktikum dimulai dengan
mempersiapkan alat dan bahan seperti GPS handheld, alat tulis, laptop, berikut
dengan penjelasan dari asisten praktikum. Setelah alat dan bahan sudah siap maka
selanjutnya mengambil koordinat dari empat titik yang telah ditentukan yaitu di
persimpangan PITP, persimpangan parkiran SIL, segitigas SIL, dan AMN dengan
menggunakan GPS handheld. Setelah pengambilan koordinat dari empat titik telah
dilakukan maka selanjutnya yaitu dengan mengolah data dan memasukkan ke
dalam aplikasi Microsoft Excel untuk diolah dengan memasukkan nilai koordinat
longitude dan latitude yang ditampilkan oleh GPS ketika berada di titiknya. Lalu
selanjutnya buka aplikasi arcmap pada aplikasi GIS dan selanjutnya ikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
Prosedur atau langkah-langkah dalam mengenai georeferencing secara lebih
ringkas disajikan pada Gambar 1.

Mulai

Persiapkan alat dan bahan untuk penelitian

Pengambilan koordinat dari empat titik yang telah ditentukan yaitu di


persimpangan PITP, persimpangan parkiran SIL, segitigas SIL, dan AMN
dengan menggunakan GPS.

Olah data dan memasukkan ke dalam aplikasi Microsoft Excel dengan


memasukkan nilai koordinat longitude dan latitude yang ditunjukkan pada GPS

Buka arcmap

Add data gambar empat titik melalu drone yang telah diberikan

Pada bagian georeferencing terdapat control point kemudian di klik

Klik titik 1 yaitu persimpangan PITP dan masukkan titik x dengan koordinat
longitude dan titik y dengan koordinat latitude pada data di Excel. Lakukan
seperti itu untuk ketiga titik yang lain
Setelah semuanya di masukkan koordinatnya, klik georeferencing lalu update
georeferencing

Update georeferencing

Buka arc catalog

Cari file foto udara yang sudah di georeferencing lalu klik kanan Properties

Kemudian ubah spatial reference menjadi Geographic Coordinate System


WGS1984, kemudian klik ok

Buka kembali file foto udara di arcmap. Apabila satuan yang ada di bagian
kanan bawah sudah menjadi decimal degrees berarti foto udara sudah ter
georefensi

Kemudian klik insert, data frame

Add data, dan masukkan data hasil screenshots google earth di lokasi yang
sama. Gambar hasil screenshot dari google earth memilki referensi spasial
system geografis, kemudian akan diubah menjadi UTM projected system

Kemudian gambar yang foto udara drone diubah menjadi UTM pada coordinate
system.

Kemudian klik data management tool, lalu klik projection and transformation
lalu klik raster dan klik project raster
Raster yang diinput yaitu file foto udara dengan coordinate system
GCS_WGS1984 dan output coordinate systemnya WGS_1984_UTM_Zone_48s
lalu klik ok

Apabila project raster berhasil maka akan muncul produk dengan nama
fotoudaradrone_project raster.

Kemudian pindahkan fotoudaradrone_project raster ke data frame yang sudah


ada gambar geo2. Karena satuan pada kedua gambar sudah sama-sama meter
jadi kedua gambar tersebut sudah dalam satu sistem koordinat dan dapat
dibandingkan hasil pengukuran secara langsung dengan hasil dari google earth.

Selesai

Gambar 1 diagram alir proses georeferencing

Pembahasan
Secara umum, perlu dilakukan beberapa pengolahan untuk data citra yang ada
seperti image enhancement, mosaicking, dan koreksi geometric. Tujuan koreksi
geometric yaitu untuk melakukan rektifikasi (pembetulan) atau retorasi (
pemulihan) citra agar koordinat sesuai dengan koordinar geografis (Puwadhi 2001).
Proses rektifikasi membutuhkan koordinat GCP sebagai data input. Titik kontrol
tanah atau GCP (Ground Control Point) memiliki peran penting untuk mengoreksi
data dan memperbaiki data keseluruhan citra. Tingkat akurasi titik kontrol tanah
sangat bergantung pada jenis GPS yang digunakan dan jumlah sampel titik terhadap
lokasi dan waktu pengambilan (Hasyim 2009).
Ortorektifikasi merupakan proses memposisikan kembali objek-objek pada
citra sesuai dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Dalam proses ortorektifikasi
diperlukan GCP yang tersebar secara merata pada daerah pemetaan. Sebaran GCP
tergantung pada desain jaringan yang dibuat pada proses pengadaan GCP. Desain
GCP yang ideal pada setiap scene citra adalah dengan memperhitungkan faktor di
atas yaitu tersebarnya GCP secara merata pada cakupan areal pemetaan (setiap
scene citra) yang akan digunakan dalam proses ortorektifikasi citra. Syarat
penentuan sebaran titik kontrol tanah yaitu:
a. Pada sisi perimeter area citra
b. Pada tengah area/scene
c. Pada wilayah perbatasan/overlap scene citra
d. Tersebar secara merata dalam area citra
e. Menyesuaikan kondisi terrain
Sebaran uji ketelitian geometri menggunakan aturan distribusi titik uji, area yang
akan diuji dibagi menjadi empaat kuadran dengan distribusi ideal titik uji di setiap
kuadran setidaknya sejumlah 20% dari keseluruham jumlah titik uji (n). Jarak antar
titik uji dengan interval minimal 10% dari jarak diagonal (C) kumpulan data.

Gambar 2 Distribusi dan jarak ideal antar GCP


Penentuan klasifikasi rupa bumi dapat divisualisasikaan dalam dua sistem
koordinat, yaitu koordinat geografis dan koordinat UTM (Universal Transverse
Mercator). Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di
Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang yaitu garis vertikal
yang mengukur sudut antara suatu titik dengan garis katulistiwa. Titik di utara garis
katulistiwa dinamakan Lintang Utara sedangkan titik di selatan katulistiwa
dinamakan Lintang Selatan.Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur sudut
antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich diLondon Britania
Raya yang merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional.
Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0°
dinamakan Bujur Timur.
Sistem Proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) adalah
rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana bumi dibagi menjadi
60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat bujur (longitude) dan memiliki
meridian tengah tersendiri. Berbeda dengan koordinat geografi yang satuan unitnya
adalah derajat, koordinat UTM menggunakan satuan unit meter. Setiap zona
memiliki panjang x sebesar 500.000 meter dan panjang y sebesar 10.000.000 meter.
Proyeksi ini menjadi dasar koordinat sistem global yang pada awalnya
dikembangkan untuk keperluan militer, namun sekarang sudah dipakai lebih luas.
Sehingga, zona 1 pada koordinat UTM dimulai dari 18° BB-174° BB, kemudian
dilanjutkan dengan zona 2 yang dimulai dari 174° BB-168° BB, zona 3 dimulai dari
168° BB-162° BB, dst sedangkan untuk batas lintang dibagi berdasarkan nilai 8
derajat. Untuk Indonesia yang berada pada posisi 90° BT – 144° BT dan 110 LS –
60 LU terbagi ke dalam 9 zona UTM yaitu zona 46 – 54.
Hasil georeferencing menggunakan GPS handheld yang di input pada data
citra drone mempunyai perbedaan dengan menggunakan input data yang diperoleh
dari google earth. Perbedaan titik ini dikaerenakan ketelitian GPS hanheld sebesar
±10 m. Ketelitian juga dipengaruhi oleh gangguan yang disebut dengan multipath.
Kesalahan ini terjadi akibat sinyal yang ditangkap oleh antenna GPS terpantulkan
terlebih dahulu ke objek sekeliling GPS semisal gedung maupun pohon. Artinya
posisi yang terekam oleh antenna GPS sebenarnya adalah posisi geung atau pohon
yang memantulkan sinyal tersebut. Oleh karena iu, disarankan untuk pada saat
merekam koordinat titik memilih lokasi yang relative terbuka. Solusi juga dapat
dilakukan dengan beberapa kali perekaman dalam satu titik, hal tersebut bertujuan
untuk memperkecil kesalahan akibat kualitas satelit yang selalu berubah.

Gambar 3 Hasil georeferencing

Simpulan
Tujuan koreksi geometric yaitu untuk melakukan rektifikasi (pembetulan)
atau retorasi ( pemulihan) citra agar koordinat sesuai dengan koordinar geografis.
Titik kontrol tanah atau GCP (Ground Control Point) memiliki peran penting untuk
mengoreksi data dan memperbaiki data keseluruhan citra. Tingkat akurasi titik
kontrol tanah sangat bergantung pada jenis GPS yang digunakan dan jumlah sampel
titik terhadap lokasi dan waktu pengambilan. Hasil georeferencing menggunakan
GPS handheld yang di input pada data citra drone mempunyai perbedaan dengan
menggunakan input data yang diperoleh dari google earth. Perbedaan titik ini
dikaerenakan ketelitian GPS hanheld sebesar ±10 m. Ketelitian juga dipengaruhi
oleh gangguan yang disebut dengan multipath.

Daftar Pustaka
Abidin H. Z. 2007. Penentuan posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta (ID):
PT Pradnya Paramita.
Hasyim A W. 2009. Menentukan Titik Kontrol Tanah dengan menggunakan Teknik
GPS dan Citra Satelit untuk Perencanaan Perkotaan.
Kurniawan A et al. 2015 Pengaruh Jumlah dan Sebaran GCP pada Proses
Rektifikasi Citra Worldview II (Studi Kasus: Kota Kediri, Jawa Timur). J.
Geoid. Vol 11(1): 67-74.
Purwadhi F. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta (ID): Grasindo.
Rochmadi S. 1993. Perkembangan Teknologi Pemetaan dan Kaitannya dalam
Pendidikan. Cakrawala Pendidikan. Vol 3(1): 39-51
Rudianto B. 2011. Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap
Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi. J. Rekayasa. Vol
25(1): 11-18.

Vous aimerez peut-être aussi