Vous êtes sur la page 1sur 22

TUBERCULOSIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu :
Vitri Dyah S.kep,Ns.M.kep
Di Susun Oleh :
Iis Astutik (A21)
Miftahul Jannah (A21)
Nur Baitsah R. (A21)
Khatarina Qintan T (A21).
Eko Julianingsih (A21)
Yoga Hasnendra A. (A21)
Rindi Suryo L. (A21)
Siti Aisyah (A22)
Siti Arifah (A22)
Riska (A22)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2017/2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri mikrobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya, dan miskin
serta dimana saja. Di Indonesia khususnya , penyakit ini terus berkembang setiap
tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000
menyebabkan “KEMATIAN”. Bahkan Indonesia menduduki Negara terbesar ke-3
di dunia dalam masalah penyakit TBC ini. Maka dari itu, hal demikian yang
mendorong kami untuk membuat makalah ini, agar kita bisa mengenal lebih jauh
mengenai penyakit tuberculosis dan tetap waspada terhadap penyakit ini, karena
telah banyak korban dari penyakit tersebut “WASPADA TUBERCULOSIS”.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud penyakit TUBERCULOSIS ?
 Bagaimana cara penularan penyakit TUBERCULOSIS ?
 Apa saja tanda dan gejala penyakit TUBERCULOSIS ?
 Tindakan keperawatan apakah yang tepat dan pengobatan bagi penderita
penyakit TUBERCULOSIS ?

C. Tujuan penulisan
 Mengetahui lebih jauh mengenai penyakit TUBERCULOSIS
 Mengetahui cara penularan penyakit TUBERCULOSIS
 Mengetahui tanda dan gejala penyakit TUBERCULOSIS
 Mengetahui Tindakan keperawatan pengobatan yang tepat pada penderita
penyakit TUBERCULOSIS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan
oleh bakteri mikobakterium tuberkolosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini
lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibanding bagian lain tubuh manusia.
Menurut :
 Dep Kes, 2003 : TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.
 Suriadi, 2001 : TB Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam. Kuman TB
berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
 Asih, 2004 : TB Paru adalah yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara.

Tuberkolosis (TBC) adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawa yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi pericikan ludah (droplet), orang ke orang,
dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ketubuh
melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar dipasteurisasin TB, atau
melalui lesi kulit.

3
B. ETIOLOGI
Penyebab TB paru adalah Mycobacterium Tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm, tebal 0,3-0,6 mm sebagian
kuman terdiri dari asam lemak / lipid. Ini membuat kuman lebih tahan terhadap
asam. Sifat kuman ini adalah aerob dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Ada
beberapa jenis kuman ini yang patogenik. TBC adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). TBC lebih sering
manyerang paru-paru namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti
selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh lainnya.
Faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis :
 Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi, kemungkinan diturunkan
secara genetic
 Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
 Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
 Pada masa puber dan remaja dimana masa tumbuh sangat cepat, kemungkinan
infeksi cukup tinggi karena diit yang adekuat.
 Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang nutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik).
 Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
 Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah.
 Nutrisi : status nutrisi kurang
 Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.

4
 Tidak mematuhi aturan pengobatan.

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman
akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari
cabang trakea bronchial bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini
memakan waktu 3-8 minggu.
Secara umum, penyakit ini tidak di anggap menular pada anak-anak, yang
biasanya terinpeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi ( waktu yang
diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular ) bervariasi antara
mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya,
apakah primer, progresif, atau reaktivasi.

5
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik TB mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul apabila tidak terjadi infeksi aktif. Apabila
timbul infeksi aktif pasien biasanya memperlihatkan:

o Gejala
o Sesak napas dan nyeri dada,
o Kesulitan tidur pada malam,
o Deman pada malam hari, menggigil, berkeringat meskipun
tidak melakukan kegiatan,
o Kurang nafsu makan dan berat badan menurun.
o Tanda
o Kelelahan otot, nyeri dan sesak
o Batuk dengan intensitas tinggi
o Bagi penderita yang sudah parah terdapat darah pada produksi
air liur, dan dahak
o Sering ketakutan dan mudah terangsang

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Lab.
o Anemia bila penyakit berjalan menahun
o Lekukosit ringan dengan predominasi limfosit
o LED meningkat terutama pada fase umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan
o GDA = normal tergantung lokasi.
2. Pemeriksaan Bakteriologik (sputum)

6
o Kultur Sputum = positif mikrobakterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit.
o Test mantox reaksi intradermal antigen menunjukan infeksi masa lalu
ban adanya antibody tetapi tidak secara klinik sakit berarti menunjukan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit
berarti TB aktif tidak dapat di tularkan/di sebabkan mikrobakterium
o Pemeriksaan histologik atau kultur jaringan termaksud pembersihan
gaster, urin menurun, cairan serebrospinal biosy kulit (+) untuk
bacterium tubersculosis.
3. Pemeriksaan radiologi
o Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukkan
lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
4. Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu : kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim / fibrosis, kehilangan jaringan
paru dan penyakit pleural.

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena
basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat bermutasi apabila
terpajang antibiotik yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien dengan
infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling kurang sembilan
bulan dan biasanya lebih lama apabila pasien tidak berespons terhadap obat-obatan
tersebut, maka obat dan protokol pengobatan lain akan di coba.
Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah sebelumnya
negatif biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk membantu respons
imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.
Pengobatan tuberculosis terjadi menjadi 2 fase yaitu :

7
1. Fase Intensif (2-3 bulan)
2. Fase lanjutan (4-7 bulan)
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Sedankan jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoxilin ditambah
dengan asam Klavulanat, Derivat rifampisin / INH
Biasanya dokter menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan
pengobatan TBC, terutama jika:
o penderita adalah anak kecil
o adanya reaksi obat yang parah
o adanya penyakit lain selain TB
Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC dapat
melakukan rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC biasanya
berupa pengobatan oral. Pada beberapa kasus ada tiga atau empat jenis obat yang
di resepkan. Rangkaian pengobatan harus dijalani dengan lengkap agar TBC dapat
disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu beberapa bulan. Obat yang
digunakan merupakan kombinasi antibiotic, tergantung dari resistensi bakteri
terhadap obat tuang yang umum digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan
dengan departemen kesehatan setempat dan / atau ahli penyakit menular pada
anak.
Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan
pengobatan, biasanya berupa isoniazid (INH) selama sembilan bulan. Jika infeksi
TBC yang di derita ternyata resisten terhadap isoniazid, maka dibutuhkan rifampin
selam enam bulan. Obat lain yang biasa digunakan adalah pyrazinamide. Etabutol
atau streptomycin dapat digunakan untuk bakteri TBC yang resisten pada beberapa
obat. Pengobatan untuk penyakit TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi
pada tulang atau persedian) biasanya berlangsung selama 9-12 bulan dengan
menggunakan 3 hingga 4 jenis obat.

8
Kebanyakan penderita TBC harus mengikuti terapi observasi langsung
(directly observed therapy, DOT), dimana pengobatan di awasi oleh pekerja
kesehatan, baik secara langsung maupun menggunakan video.
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit.
Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal
berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan 3 kali pemeriksaan ulang dahak
untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir
pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir
pengobatan.

G. KOMPLIKASI
1. Batuk darah
2. Pneumothorax
3. Luluh paru
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Efusi pleura

H. PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan cara;
o Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
o Terapi pencegahan
o Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk
mencegah penularan.

9
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk
yang lebih dari 3 minggu.
- Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai
peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan
tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. Daya tahan tubuh
yang menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
- Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
- Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
- Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
- Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
d. Riwayat Sosial Ekonomi:
- Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.

10
- Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
- Riwayat lingkungan.
- Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
- Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
f. Pemeriksaan Diagnostik:
- Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir
penyakit.
- Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
- Poto torak:
o Infiltnasi lesi awal pada area paru atas
o Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas
o Pada kavitas bayangan, berupa cincin
o Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi
- Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru
karena TB paru.
- Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
- Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

11
3. Data dasar pengkajian
a. Pola aktivitas dan istirahat
Data subjektif Data objektif
 Rasa lemah cepat lelah  Takikardia
 Aktivitas berat timbul  takipnea/dispnea saat kerja
 sesak (nafas pendek)  sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
 sulit tidur radang sampai setengah paru)
 demam  demam subfebris (40 -410C)
 menggigil hilang timbul.
 berkeringat pada malam hari.

b. Pola nutrisi

Data subjektif Data objektif


 Anoreksia  Turgor kulit jelek
 Mual  kulit kering/bersisik
 tidak enak diperut  kehilangan lemak sub kutan.
 penurunan berat badan.

c. Respirasi

Data subjektif Data objektif


 Batuk produktif/non produktif  Mulai batuk kering sampai
sesak napas batuk dengan sputum
 sakit dada. hijau/purulent
 mukoid kuning atau bercak
darah

12
 pembengkakan kelenjar limfe
 terdengar bunyi ronkhi basah
 kasar di daerah apeks paru
 sesak napas
 pengembangan pernapasan
tidak simetris (effusi pleura.)
 perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural)

d. Rasa nyaman/nyeri

Data subjektif Data objektif


 Nyeri dada meningkat karena  Berhati-hati pada area yang
batuk berulang sakit
 prilaku distraksi
 Gelisah
 nyeri bisa timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego

Data subjektif Data objektif


 Faktor stress lama  Menyangkal (selama tahap dini)
 masalah keuangan  Ansietas
 perasaan tak berdaya/tak ada  Ketakutan
harapan.  mudah tersinggung.

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis
paru adalah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau
sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang
kental, Edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan
tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan
jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh
lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia,
Penurunan kemampuan finansial.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang
didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan:
 Mempertahankan jalan napas pasien
 Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
 Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas
 Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi

14
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, Penurunan bunyi napas indikasi
kecepatan, imma, kedalaman dan atelektasis, ronki indikasi akumulasi
penggunaan otot aksesori secret/ketidakmampuan membersihkan
jalan napas sehingga otot aksesori
digunakan dan kerja pernapasan
meningkat.
2. Catat kemampuan untuk Pengeluaran sulit bila sekret tebal,
mengeluarkan secret atau batuk sputum berdarah akibat kerusakan paru
efektif, catat karakter, jumlah sputum, atau luka bronchial yang memerlukan
adanya hemoptisis. evaluasi/intervensi lanjut.

3. Berikan pasien posisi semi atau Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi


Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif maksimal membuka area atelektasis dan
dan latihan napas dalam. peningkatan gerakan sekret agar mudah
dikeluarkan
4. Bersihkan sekret dari mulut dan Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction
trakea, suction bila perlu. dilakukan bila pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
5. Pertahankan intake cairan minimal Membantu mengencerkan secret
2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. sehingga mudah dikeluarkan

6. Pertahankan intake cairan minimal Mencegah pengeringan membran


2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. mukosa

2. Gangguan pertukaran gas


Tujuan:
 Melaporkan tidak terjadi dispnea.

15
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal.
 Bebas dari gejala distress pernapasan.

Intervensi Rasional
1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan
pernapasan abnormal. Peningkatan meluasnya jangkauan dalam paru-pani
upaya respirasi, keterbatasan ekspansi yang berasal dari bronkopneumonia
dada dan kelemahan. yang meluas menjadi inflamasi,
nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-
gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, Akumulasi secret dapat menggangp
catat tanda-tanda sianosis dan oksigenasi di organ vital dan jaringan.
perubahan warna kulit, membran
mukosa, dan warna kuku.

3. Demonstrasikan/anjurkan untuk Meningkatnya resistensi aliran udara


mengeluarkan napas dengan bibir untuk mencegah kolapsnya jalan
disiutkan, terutama pada pasien dengan napas.
fibrosis atau kerusakan parenkim.

4. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan Mengurangi konsumsi oksigen pada


bantu aktivitas sesuai kebutuhan. periode respirasi.

5. Monitor GDA. Menurunnya saturasi oksigen (PaO2)


atau meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya penanganan
yang lebih. adekuat atau perubahan

16
terapi.
6. Berikan oksigen sesuai indikasi. Membantu mengoreksi hipoksemia
yang terjadi sekunder hipoventilasi
dan penurunan permukaan alveolar
paru.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi


Tujuan:
 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup
untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.

Intervensi Rasional
1. Review patologi penyakit fase Membantu pasien agar mau mengerti
aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi dan menerima terapi yang diberikan
melalui bronkus pada jaringan untuk mencegah komplikasi.
sekitarnya atau aliran darah atau
sistem limfe dan resiko infeksi
melalui batuk, bersin, meludah,
tertawa., ciuman atau menyanyi.

2. Identifikasi orang-orang yang Orang-orang yang beresiko perlu


beresiko terkena infeksi seperti program terapi obat untuk mencegah
anggota keluarga, teman, orang penyebaran infeksi.
dalam satu perkumpulan.

3. Anjurkan pasien menutup mulut dan Kebiasaan ini untuk mencegah


membuang dahak di tempat terjadinya penularan infeksi.
penampungan yang tertutup jika

17
batuk.

4. Gunakan masker setiap melakukan Mengurangi risiko penyebaran infeksi


tindakan.

5. Identifikasi individu yang berisiko Pengetahuan tentang faktor-faktor ini


tinggi untuk terinfeksi ulang membantu pasien untuk mengubah gaya
Tuberkulosis paru, seperti: hidup dan menghindari/mengurangi
alkoholisme, malnutrisi, operasi keadaan yang lebih buruk.
bypass intestinal, menggunakan obat
penekan imun/ kortikosteroid, adanya
diabetes melitus, kanker.

6. Tekankan untuk tidak menghentikan Periode menular dapat terjadi hanya 2-3
terapi yang dijalani. hari setelah permulaan kemoterapi jika
sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan:
 Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
 Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi Rasional
1. Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, berguna dalam mendefinisikan derajat
timbang berat badan, integritas masalah dan intervensi yang tepat.
mukosa mulut, kemampuan menelan,

18
riwayat mual/muntah atau diare.

2. Kaji pola diet pasien yang Membantu intervensi kebutuhan yang


disukai/tidak disukai. spesifik, meningkatkan intake diet
pasien.
3. Monitor intake dan output secara Mengukur keefektifan nutrisi dan
periodik. cairan.

4. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, Dapat menentukan jenis diet dan
dan tetapkan jika ada hubungannya mengidentifikasi pemecahan masalah
dengan medikasi. Awasi frekuensi, untuk meningkatkan intake nutrisi.
volume, konsistensi Buang Air Besar.

5. Anjurkan bedrest. Membantu menghemat energi khusus


saat demam terjadi peningkatan
metabolik.
6. Anjurkan makan sedikit dan sering Memaksimalkan intake nutrisi dan
dengan makanan tinggi protein dan menurunkan iritasi gaster.
karbohidrat.

7. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan Memberikan bantuan dalarn perencaaan


komposisi diet. diet dengan nutrisi adekuat unruk
kebutuhan metabolik dan diet.
8. Konsul dengan tim medis untuk Membantu menurunkan insiden mual
jadwal pengobatan 1-2 jam dan muntah karena efek samping obat.
sebelum/setelah makan.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.


Tujuan:

19
 Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
 Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki
kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis
paru.

Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan belajar pasien Kemampuan belajar berkaitan dengan
misalnya: tingkat kecemasan, keadaan emosi dan kesiapan fisik.
perhatian, kelelahan, tingkat Keberhasilan tergantung pada
partisipasi, lingkungan belajar, tingkat kemarnpuan pasien.
pengetahuan, media, orang dipercaya.

2. Identifikasi tanda-tanda yang dapat Indikasi perkembangan penyakit atau


dilaporkan pada dokter misalnya: efek samping obat yang membutuhkan
nyeri dada, demam, kesulitan evaluasi secepatnya.
bernafas, kehilangan pendengaran.

3. Berikan Informasi yang spesifik dalam Informasi tertulis dapat membantu


bentuk tulisan misalnya: jadwal mengingatkan pasien.
minum obat.

4. Dorong pasien dan keluarga untuk Menurunkan kecemasan. Penyangkalan


mengungkapkan kecemasan. Jangan dapat memperburuk mekanisme
menyangkal. koping.

5. Berikan gambaran tentang pekerjaan Debu silikon beresiko keracunan


yang berisiko terhadap penyakitnya silikon yang mengganggu fungsi
misalnya: bekerja di pengecoran paru/bronkus.

20
logam, pertambangan, pengecatan.

6. Anjurkan untuk berhenti merokok. Merokok tidak menstimulasi


kambuhnya Tuberkulosis; tapi
gangguan pernapasan/ bronchitis

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka
dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksi
yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain,
terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
B. Saran
Agar seluruh orang tahu bahwa penyakit tuberculosis sangat
berbahaya dan mempelajari apa sebenarnya penyakit tuberkulosis itu

22

Vous aimerez peut-être aussi