Vous êtes sur la page 1sur 14

Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik berdasarkan pedometer terhadap

Kebugaran Fisik Dinilai dengan Vo2 Max Mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas Sriwijaya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama paruh terakhir abad ke-20, aktivitas fisik diakui sebagai perilaku
yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan. Namun, tren aktivitas fisik global
saat ini menunjukkan bahwa lebih dari 30% orang dewasa secara fisik tidak aktif
(Hallal et al 2012). Dengan demikian, mempromosikan aktivitas fisik telah
menjadi prioritas kesehatan masyarakat di seluruh dunia (WHO 2010), dan
banyak panduan aktivitas fisik telah diterbitkan oleh badan pemerintah,
organisasi profesi, dan asosiasi untuk memberikan informasi dan panduan
mengenai jenis dan jumlah aktivitas fisik yang cukup untuk ditawarkan manfaat
kesehatan yang substansial (Haskell et al 2007; WHO 2010; Tremblay et al 2011).

Menurut Riskesdas 2013, kriteria aktivitas fisik aktif adalah individu yang
melakukan aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya, sedangkan criteria
kurang aktif (sedentari) adalah individu yang tidak melakukan aktivitas fisik
sedang ataupun berat. Pada data proporsi penduduk umur ≥10 tahun sesuai jenis
aktivitas fisik menurut provinsi Riskesdas tahun 2013, proporsi aktivitas fisik
tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1 persen. Terdapat 22 provinsi
dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada diatas rata-rata
Indonesia. Lima tertinggi adalah provinsi penduduk DKI Jakarta (44,2%), Papua
(38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan Aceh (masing-masing
37,2%). Pada Provinsi Sumatera Selatan, 26,7 % dari populasi penduduk umur
≥10 tahun tergolong kurang aktif.
Meskipun angka populasi tergolong kurang aktif cukup tinggi di
masyarakat, namun untuk saat ini penelitian yang telah dilakukan mengenai
dampak dari kurang aktifitas fisik secara umum. Penelitian yang mencoba
mengidentifikasi akibat ketidakaktifan fisik secara khusus terhadap kebugaran
tubuh masih terbatas. Hingga saat ini di Indonesia belum ada penelitian yang
2

mengidentifikasi akibat ketidakaktifan fisik secara khusus terhadap kebugaran


tubuh. Maka dari itu perlu dilakukan lebih banyak lagi penelitian mengenai
dampak apa saja yang terkait secara spesifik dengan ketidakaktifan fisik.
Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui manfaat kesehatan dari aktifitas
fisik pada para mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Overweight sudah menjadi masalah yang serius dan mendunia. Jumlah
orang dengan kondisi tubuh overweight saat ini sekitar sepertiga populasi dunia,
dan jumlah ini meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah pada
tahun 1980 (Ng dkk, 2014). Trend peningkatan ini sejalan dengan peningkatan
angka asupan kalori dan penurunan jumlah aktifitas fisik penduduk dunia,
mengingat faktor utama dari overweight adalah asupan kalori dan penggunaan
kalori (WHO, 2015).
Salah satu terapi non farmakologis baik untuk penderita overweight adalah
aktifitas fisik, seperti yang sudah direkomendasikan WHO. Orang dewasa
disarankan untuk melakukan aktifitas fisik berat setiap minggunya selama 75
menit untuk mencegah terjadinya overweight (WHO. 2013).
Sangatlah penting untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh aktifitas
fisik terhadap kondisi tubuh orang overweight mengingat aktifitas fisik
merupakan terapi yang efektif dan terapi pencegah untuk orang overweight. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi perubahan VO2 Max
pada orang overweight dan normal saat melakukan aktifitas fisik serta bagaimana
perbedaannya pada kedua indeks massa tubuh tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat perbedaan perubahan VO2 Max setelah melakukan
aktifitas fisik pada mahasiswa dengan tubuh overweight dan mahasiswa dengan
tubuh normal?
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan VO2 Max
setelah melakukan aktifitas fisik pada mahasiswa dengan tubuh overweight dan
mahasiswa dengan tubuh normal.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:
a. mengukur VO2 Max pada mahasiswa dengan tubuh normal sebelum dan
sesudah melakukan aktifitas fisik.
b. mengukur VO2 Max pada mahasiswa dengan tubuh overweight sebelum dan
sesudah melakukan aktifitas fisik.
c. mengukur VO2 Max pada mahasiswa dengan tubuh normal dan mahasiswa
dengan tubuh overweight sesudah melakukan aktifitas fisik.
d. menganalisis perbedaan VO2 Max setelah melakukan aktifitas fisik antara
mahasiswa dengan tubuh overweight dan mahasiswa dengan tubuh normal.

1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan perubahan rerata tekanan arteri setelah melakukan
aktifitas fisik pada mahasiswa dengan tubuh overweight dan mahasiswa dengan
tubuh normal.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Praktis
a. Mengukur tingkat kebugaran pada mahasiswa dengan tubuh overweight
melalui Daya tahan aerobik saat melakukan aktifitas fisik.
b. Memberikan gambaran kondisi fisiologis Sistem cardiorespirasi mahasiswa
dengan tubuh overweight saat melakukan aktifitas fisik.
1.5.2 Manfaat Akademis
a. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang daya tahan aerobik dan
overweight saat aktifitas fisik.
4

b. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang daya tahan aerobik


orang dengan tubuh overweight setelah aktifitas fisik.
c. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya profil daya tahan aerobik
dengan tubuh overweight dan mahasiswa dengan tubuh normal setelah
melakukan aktifitas fisik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Kebugaran Fisik


2.1.2 Definisi
Kebugaran Fisik adalah seperangkat atribut yang dimiliki atau Dicapai
seseorang. Menjadi sehat secara fisik telah didefinisikan sebagai Kemampuan
untuk melakukan tugas sehari-hari dengan semangat dan Kewaspadaan, tanpa
kelelahan yang tidak semestinya dengan cukup Energi untuk menikmati waktu
senggang dan menghadapi Keadaan darurat yang tak terduga (Caspersen, 1985).

2.2 Aktifitas Fisik


2.2.1 Definisi
Aktifitas fisik adalah segala gerakan tubuh yang diperbuat oleh otot rangka
yang memerlukan penggunaan energi, termasuk segala aktifitas yang dilakukan
ketika bekerja, bermain, pekerjaan rumah tangga, berpergian, dan kegiatan
rekresional (WHO, 2010). Aktifitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan
terutama di bidang kardiovaskuler dan muskuloskeletal. Kurangnya aktifitas fisik
pun berhubungan erat dengan kejadian kanker. Kurangnya aktifias fisik
merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia (WHO, 2015). Aktifitas fisik
berbeda dengan latihan fisik dan olahraga. Dimana aktifitas fisik merupakan
segala gerakan tubuh menggunakan energi, latihan fisik merupakan aktifitas fisik
yang secara spesifik terencana, terstruktur, dan repetitif seperti senam dan latihan
kebugaran. Olahraga juga merupakan latihan fisik dan aktifitas fisik, akan tetapi
5

olahraga memiliki aturan atau target dan unggul di kemampuan atletik yang
spesifik (Zourikian, Jarock, dan Mulder, 2012).

2.2.2 Fisiologi saat Aktifitas Fisik


Saat aktifitas fisik, jumlah kebutuhan oksigen dan energi tubuh meningkat.
Tubuh merombak glikogen untuk dijadikan energi. Selain glikogen, lemak dalam
sel adiposa juga dipecah untuk membantu pengumpulan energi. Ventilasi dan
curah jantung meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan.
Metabolisme yang meningkat dalam tubuh meningkatkan temperatur tubuh. Saat
aktifitas fisik, terjadi peningkatan kontraksi otot rangka yang meningkatkan arus
darah di vena. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah aliran balik vena
sehingga meningkatkan volume pukul jantung. Saat otot mulai kekurangan
oksigen, maka ritme pernapasan akan meningkat. Peningkatan ritme ini dilakukan
oleh otot-otot inspirasi yang membantu memompa darah vena sehingga
meningkatkan darah balik vena dan meningkatkan volume pukul jantung. Di sisi
lain arteriol otot rangka akan berdilatasi dan arteriol viscera berkonstriksi,
sehingga sistem kardiovaskuler bisa memfokuskan aliran darah ke otot rangka.
Kurangnya oksigen jaringan meningkatkan rangsangan simpatis jantung sehingga
denyut jantung meningkat. Peningkatan denyut jantung dan volume pukul jantung
ini meningkatkan curah jantung (Rivera-Brown dan Frontera, 2012).

2.2.3 Besaran dan Intensitas Aktifitas Fisik


Aktifitas fisik dibedakan berdasarkan jumlah energi yang dikonsumsi dan
jumlah konsumsi oksigen. Aktifitas fisik dikategorikan berdasarkan satuan
Metabolic Equivalent (MET). 1 MET sama dengan pengkonsumsian 3,5 ml/kg per
menit oksigen dan jumlah tersebut setara dengan penggunaan energi 1 kcal/kgjam
(Ainsworth dkk, 2011). Sebagai contoh, aktifitas berlari menghabiskan 6-23
MET, tergantung dari kecepatan saat berlari. Berarti, berlari menghabiskan 6-23
kcal setiap kg berat badan setiap jam. Menurut CDC, aktifitas fisik sedang
tergolong antara 3 sampai 6 MET dan sedangkan aktifitas fisik berat tergolong di
atas 6 MET.
6

Cara lain untuk mengukur intensitas aktifitas aktifitas fisik adalah dengan
cara menghitung denyut nadi. Sebelumya, perlu diketahui terlebih dahulu denyut
nadi maksimum seseorang dengan cara mengurangi 220 dengan usia orang
tersebut. Intensitas aktifitas fisik merupakan persentase dari denyut nadi
maksimum orang tersebut. Aktifitas fisik sedang berkisar antara 50% – 70% dari
denyut nadi maksimum sedangkan aktifitas fisik berat berkisar antara 70% – 85%
dari denyut nadi maksimum (CDC, 2015).

2.2.4 Manfaat Aktifitas Fisik


WHO menyarankan aktifitas fisik sebagai pencegah dan sebagai terapi non-
farmakologis pada penderrita hipertensi. Aktifitas fisik pun terbukti mampu
menurunkan tekanan darah (Millar dkk, 2013). Penelitian García-Hermoso,
Saavedra, dan Escalante membuktikan bahwa aktifitas fisik mampu menurunkan
titik tekanan darah di beberapa literatur dalam studi meta analisisnya. (García-
Hermoso, Saavedra, dan Escalante, 2013). Reiner dkk menyebutkan bahwa
aktifitas fisik tidak memiliki hubungan dengan kejadian penyakit jantung, diabetes
melitus tipe 2, alzheimer, dan dementia (Reiner dkk, 2013). Aktifitas fisik pun
mampu mengurangi resiko kematian pada penderita hipertensi (Rossi dkk, 2012)

2.3 Hubungan KebugaranFisik dan Aktivitas Fisik


2.4 Kerangka Teori

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


7

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan


kelompok kontrol tes sebelum dan tes sesudah (pre-test and post-test control
group design).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sampai November tahun 2017 di
FK Unsri Madang dan FK Unsri Bukit.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar dalam
Program Studi Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
tahun 2017 yang memiliki indeks massa tubuh normal dan overweight.

3.3.2. Sampel
3.3.2.1. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus besar sampel
untuk eksperimen grup tunggal berdasarkan artikel Dell, Holleran, dan
Ramakrishnan:
log 𝛽
𝑛=
log 𝑝
dimana n adalah besar sampel minimal, β adalah besar kuasa, p adalah proporsi
yang tidak menderita overweight.
Pada penelitian ini, besar kuasa yang ditetapkan adalah 0,05 untuk tingkat
kepercayaan 95% dan proporsi yang menderita overweight diperkirakan 10% dari
populasi. Berdasarkan rumus ini, diperoleh jumlah unit sampel minimal sebanyak
28,43. Untuk menghindari pengurangan jumlah unit sampel akibat drop out saat
perlakuan, maka jumlah unit sampel masing-masing untuk kelompok indeks
massa tubuh normal dan indeks massa tubuh overweight ditetapkan sebanyak 40
orang.
8

3.3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel secara skematik dapat dilihat pada gambar
berikut:

Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya tahun 2016

Populasi

Berat Normal Overweight

40 Orang 40 Orang

Data berat badan dan tinggi badan seluruh mahasiswa Program Studi
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2016 akan
diukur dengan menggunakan timbangan digital dan pita ukur. Dari data tersebut,
mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh normal dan overweight merupakan
populasi penelitian dan sisanya tidak termasuk dalam populasi penelitian (non-
populasi). Populasi dalam penelitian akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok dengan indeks massa tubuh normal dan kelompok dengan indeks massa
tubuh overweight. Pengundian acak kemudian dilakukan untuk memilih 40 orang
dari masing-masing kelompok untuk dijadikan sampel penelitian.

3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.3.3.1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang:
a. terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Kedokteran Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2016
b. bersedia untuk ikut dalam penelitian
3.3.3.2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang:
9

3.4. Variabel Penelitian


3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah Cooper test dan indeks massa
tubuh.
3.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah VO2 Max.

3.5. Definisi Operasional


3.5.1. VO2 Max
a. Definisi

b. Alat Ukur
Stopwatch digunakan untuk waktu tempuh lari jarak lintasan 400m dalam
12 menit.
c. Cara Ukur
d. Hasil Ukur
3.5.2. Cooper Test
a. Definisi
b. Alat Ukur
c. Cara Ukur
d. Hasil Ukur

3.5.3. Indeks Massa Tubuh


a. Definisi
Indeks massa tubuh pada masing-masing responden yang diperoleh melalui
data berat badan dan tinggi badan responden. Data berat badan dan tinggi badan
diperoleh saat tahap penentuan populasi. Indeks massa tubuh pada penelitian ini
diklasifikasikan menurut kategori indeks massa tubuh untuk orang Asia menurut
10

panduan keluaran WHO, IASO, dan IOTF. Pada penelitian ini, kategori indeks
massa tubuh yang digunakan adalah kategori normal dan kategori overweight.
b. Alat Ukur
Tinggi badan akan diukur menggunakan pita ukur dan berat badan akan
diukur menggunakan timbangan digital. Untuk kategori indeks massa tubuh, akan
digunakan tabel ketegori indeks massa tubuh untuk orang Asia menurut panduan
WHO, IASO dan IOTF sebagai penentu kategori responden.
c. Cara Ukur
Untuk menghitung indeks massa tubuh digunakan rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚)2
Hasil perhitungan akan dibagi berdasarkan kategori pada tabel 2.
11

Tabel 2. Klasifikasi Berat Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa Asia

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5-22,9

Overweight >23

Beresiko 23-24,9

Obesitas I 25-29,9

Obesitas II >30
Sumber: WHO, IASO, dan IOTF, 2000

d. Hasil Ukur
Hasil ukur indeks massa tubuh berupa data numerik dengan skala rasio dan
dengan satuan kg/m2.

3.6. Cara Pengumpulan Data


Data pada penelitian ini merupakan data primer. Data tinggi badan dan berat
badan diperoleh melalui pengukuran pada tahap penetapan populasi. Kepada
anggota dari kedua kelompok populasi akan diberikan kuesioner untuk
mengumpulkan data kriteria eksklusi. Anggota dari kedua kelompok populasi
yang menolak untuk berpartisipasi lebih lanjut dan/atau masuk dalam kriteria
eksklusi akan dikeluarkan dari penelitian. Sebanyak 40 orang akan dipilih dari
masing-masing kelompok populasi normal dan overweight melalui pengundian
acak untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel yang terpilih akan diberi
perlakuan untuk mendapatkan data tekanan darah sistol dan diastol. Pengambilan
tekanan darah sistol dan diastol pada saat perlakuan akan mengikuti panduan
pengukuran tekanan darah oleh Frese, Fick, dan Sadowsky serta Sharman dan
LaGerche. Rerata tekanan arteri masing-masing sampel kemudian akan dihitung
dengan menggunakan rumus rerata tekanan arteri pada definisi operasional.
12

3.7. Teknis Perlakuan

3.8. Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu perubahan Vo2 Max sebagai
variabel terikat dan indeks massa tubuh sebagai variabel bebas. Variabel
perubahan Vo2 Max dihitung dari perbedaan Vo2 Max selama melakukan
aktifitas fisik.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik menggunakan program
SPSS versi 24. Analisis deskriptif dilakukan guna mengatahui VO2 Max
mahasiswa dengan indeks masssa tubuh normal dan indeks massa tubuh
overweight baik Selama melakukan aktifitas fisik. Secara analitik, uji hipotesis
akan dilakukan guna mengetahui signifikansi perbedaan VO2 Max aktifitas fisik
pada mahasiswa dengan tubuh nomal dan tubuh overweight menggunakan uji
statistik Independent t-Test.
13

3.9. Kerangka Operasional

Pengumpulan data berat badan dan tinggi badan Mahasiswa Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2016

Menghitung IMT dan membaginya


berdasarkan kategori IMT

IMT normal IMT overweight Non-populasi

Pemberian kuesioner kriteria eksklusi

Pengundian acak sampel 40 orang IMT Non-sampel (Eksklusi)


normal dan 40 IMT overweight

Unit sampel terpilih

Pengukuran perbedaan Vo2 max pada mahasiswa yang overweight


dan Normal

Uji normalitas perubahan rerata tekanan arteri pada mahasiswa IMT


normal dan overweight menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

Uji T hipotesis dengan independent t-test


14

3.10. Rencana Kegiatan


No Jenis Juli Agustus September Oktober November Desember
Kegiatan
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Penyajian
proposal
3 Justifikasi
etik
4 Pengumpulan
data
5 Pengolahan
data
6 Penyusunan
laporan hasil
penelitian
7 Penyajian
laporan

3.11. Rencana Anggaran


No Jumlah Harga
1 Biaya proposal
Kertas HVS A4 70gr 1 rim Rp. 80.000,-
Tinta printer hitam 1 pack Rp. 20.000,-
Tinta printer warna 1 pack Rp. 50.000,-
Fotocopy 6 jilid Rp. 100.000,-
Jilid 6 jilid Rp. 30.000,-
2 Biaya penelitian
Kertas HVS A4 80gr 1 rim Rp. 90.000,-
Fotocopy 6 jilid Rp. 100.000,-
Jilid 6 jilid Rp. 30.000,-
Hadiah sampel Rp. 1.000.000,-
3 Biaya tak terduga Rp. 1.500.000,-
Total Rp. 3.000.000,-

Vous aimerez peut-être aussi