Vous êtes sur la page 1sur 13

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TERMODINAMIKA DAN

KESETIMBANGAN

KALORIMETRI TAK LANGSUNG

Oleh :
Dyani Drieska Aulia
652017021

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
I. JUDUL : Kalorimetri Tak Langsung
Nama : Dyani Drieska Aulia
NIM : 652017021
Jadwal : 11 Juli 2018
II. TUJUAN
1. Menentukan kelarutan PbCl2 dalam air dengan suhu berbeda
2. Menentukan tetapan kesetimbangan K sebagai fungsi suhu pada suatu
kesetimbangan
3. Menentukan konsentrasi NaOH dari standarisasi NaOH
III. DASAR TEORI
Kesetimbangan kimia merupakan keadaan stabil dalam suatu reaksi. biasanya
tidak terlihat lagi ada perubahan. Keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke
kanan) sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri). Kesetimbangan dipengaruhi
konsentrasi, suhu, tekanan, volume, dan katalisator. Jika pada sistem
kesetimbangan Sebaliknya jika pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka
kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (kearah
reaksi eksoterm). Jika suhu dinaikkan maka ketimbangan reaksi akan bergeser
kearah yang membutuhkan kalor (kearah reaksi endoterm).
Kesetimbangan K sebagai fungsi suhu untuk kesetimbangan:
PbCl2  Pb2+ (aq) + 2 Cl- (aq) K = [Pb2+] [Cl-]…………(1)
Menurut termodinamika berlaku:
G = R T ln K………………………..………………………..(2)
Dan dari ini dapat diturunkan:
H 0 1 S 0
log K =   ……………………..……………….(3)
19,15 T 19,15
Penentuan entalpi dan entropi reaksi dapat ditentukan melalui nilai baku dari
grafik log K sebagai fungsi 1/T untuk entalpi pelarutan dan entropi pelarutan
PbCl2. Entalpi dan entropi dapat dilakukan tanpa memlalui percobaan
kalorimetrik (pengukuran banyaknnya kalor). Kelarutan ditentukan dengan
mengambil laruatn jenuh PbCl2 dan melekatkan melalui penukaran kation dalam
bentuk asam. Kemudian asam yang dibebaskan diukur secara volumemetrik.
Pemishan dan penukaran ion didasarkan pada perbedaan muatan. Kumpulan
muatan akan terikat secara kovalen pada resin untuk membentuk pertukaran anion
maupun kation. Penukaran dan pemisahan ion dibedakan atas beberapa jenis;
 Penukar ion organik, misalnya: alumina, silikat, alumina silikat, dll.
 Penukar ion anorganik, misalnya: garam-garam zinkunium.
 Dengan rezin, digolongkan atas 4 jenis, yaitu:
o Rezin penukar ion kation bersifat asam kuat mengandung gugus
HSO3- (asam monosulfat)
o Rezin penukar kation bersifat asam lemah mengandung gugus COOH
o Rezin penukar kation bersifat basa kuat mengandung gugus amina
tersier atau kuartener
o Rezin penukar kation bersifat basa lemah mengandung gugus OH-
sehingga gugus labil.
Dalam percobaan ini digunakan resin Amberlite IR-120, yang termasuk
penukar kation bersifat asam kuat.
IV. METODE
A. Alat:
 Buret  Neraca
 Statif  Termometer
 Klem  Sumbat kapas
 Kolom  Erlenmeyer
 Waterbath  Pipet tetes
 Gelas beker  Pipet volume
 Spatula  Pilius
 Kaca arloji
B. Bahan:
 Akuades
 Amberlite IR-120
 Natrium hidroksida (NaOH)
 Asam oksalat (H2C2O4)
 Timbal (II) klorida (PbCl2)
C. Cara kerja
Persiapan Larutan Jenuh PbCl2 pada Suhu-suhu yang Berbeda
1. PbCl2 dilarutkan sebanyak 4 gram dalam 50 ml akuades
2. Larutan tersebut ditempatkan dalam waterbath dengan suhu 80℃
3. Larutan didiamkan sampai keadaan setimbang tercapai (minimal 1 jam)
4. Dimenit awal, larutan diaduk beberapa kali supaya kesetimbangan termal
akan cepat tercapai
5. Diukur masing-masing larutan tiap 15 menit selama praktikum, untuk
mengetahui atau memperkirakan besarnya fluktuasi dalam nilai tersebut

Persiapan Penukaran Ion


1. Ditimbang amberlite IR-120 kira-kira 6 gram dalam bentuk asam
2. Didekantasi penukaran ion beberapa kali dalam air, sampai tidak bereaksi
asam lagi dengan indikator metil jingga
3. Dimasukkan 10 ml air ke dalam tabung penukar ion dan kemudian
didalamnya dimampatkan sumbat kapas kecil. Diusahakan aliran air satu
tetes per detik
4. Dituangkan suspensi penukar ion diatasnya dan selalu ditambahkan air ke
dalam kolom agar amberlite IR-120 tetap basah

Penentuan konsentrasi PbCl2


1. PbCl2 dipipet sebanyak 10 ml
2. Dipindahkan seluruh larutan ke dalam kolom dan dialirkan larutan ke
dalam erlenmeyer
3. Dibilas beberapa kali dengan 50 ml air sampai yang keluar tidak asam lagi
terhadap metil jingga
4. Dititrasi semua larutan yang keluar dari penukar ion dengan NaOH dengan
indikator metil merah
5. Dicatat volume NaOH yang ditambahkan pada setiap volume
V. HASIL PENGAMATAN
A. Pembuatan Larutan Jenuh PbCl2
Waktu / Suhu 82℃ 60℃ 45℃ 25℃ 19℃
15 menit 80℃ 54℃ 41℃ 25℃ 8℃
30 menit 80℃ 53℃ 44℃ 25℃ 6℃
45 menit 80℃ 53℃ 46℃ 25℃ 1℃
60 menit 80℃ 53℃ 45℃ 25℃ 0℃
Rata-rata 80℃ 52,25℃ 44℃ 25℃ 3,75℃

B. Persiapan Penukar ion


6 gram amberlite IR-120 + indikator metil orange 2 tetes + akuades
C. Penentuan Konsentrasi PbCl2
Metil orange yang ditambahkan 2 tetes
V NaOH
19℃ 25℃ 45℃ 60℃ 80℃
(ml)

13,2 0 0 0 0
Awal

29 16,9 17,2 16,5 29,5


Akhir

15,8 16,9 17,2 16,5 29,5


Rata-rata

D. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat


Voulume NaOH (ml) I II

0 2,3
Awal

18,1 20,3
Akhir

18,1 18,0
Ditambahkan

18,05
Rata-rata
Vol. Rata-rata = 18,05 ml
0,1
Mol asam oksalat = = 7,93 . 10-4 mol
126
Mol NaOH = 2  mol Asam Oksalat
= 2  7,93 . 10-4 mol = 1,58 . 10-3
n
M =
V
1,58 .10 -3 mol
= = 0,0875 M
18,05.10 -3 L
VI. JAWAB PERTANYAAN
1. Turunkan persamaan (3) dari persamaan (2)!
G = R T ln K
H - T . S = R T ln K
  S
ln K = RT
  S
log K =  (2,303) R T
 S

log K = - (2,303) R T (2,303) R
 1 S
 
log K = - (2,303  8,314) T (2,303  8,314)
H 0 1 S 0
log k = -  
19,15 T 19,15
2. a. Hitunglah untuk masing-masing suhu, berdasar hasil dari seluruh kelompok :
(i) nilai rata-rata volume NaOH yang digunakan dan ralat dalam nilai ini!
V NaOH
19℃ 25℃ 45℃ 60℃ 80℃
(ml)

13,2 0 0 0 0
Awal

29 16,9 17,2 16,5 29,5


Akhir

15,8 16,9 17,2 16,5 29,5


Rata-rata
Ralat pembacaan buret:
 Untuk suhu 19℃ = (15,8  0,1) ml
 Untuk suhu 25℃ = (16,9 0,1) ml
 Untuk suhu 45C= (17,2 0,1) ml
 Untuk suhu 60C= (16,5  0,1) ml
 Untuk suhu 80℃ = (29,5  0,1) ml
(ii) Nilai rata-rata kelarutan PbCl2 dan ralat dalam nilai ini!
 Suhu 19℃
½ . MNaOH . VNaOH = MPbCl . VPbCl
½ . 15,8 ml  0,0875 M = MPbCl  10 ml
1,3825
MPbCl = ½ . = 0,0691 M
10
 Suhu 25℃
½ . MNaOH . VNaOH = MPbCl . VPbCl
½ . 16,9 ml  0,0875 M = MPbCl  10 ml
1,1715
MPbCl = ½ . = 0,0857 M
10
 Suhu 45℃
½ . MNaOH . VNaOH = MPbCl . VPbCl
½ . 17,2 ml  0,078 M = MPbCl  10 ml
0,7525
MPbCl = = 0,07525 M
10
 Suhu 60℃
½ . MNaOH . VNaOH = MPbCl . VPbCl
½ . 16,5 ml  0,0875 M = MPbCl  10 ml
0,72187
MPbCl = = 0,07218 M
10
 Suhu 80℃
½ . MNaOH . VNaOH = MPbCl . VPbCl
½ . 29,5 ml  0,0875 M = MPbCl  10 ml
1,2906
MPbCl = = 0,12906 M
10
0,0691  0,12906
Nilai ralat untuk nilai ini: (0,0691) - = 0,0567 M
2
(iii) Dari hasil di atas, hitung nilai log K dan ralat dalam nilai ini!
 suhu 19C
M.V
0,0875 x 15,8
[OH-] = 10 ml = = 0,1382 M
10
PbCl2 (s)  Pb 2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
[Pb2+] = 0,0691 M
K = [Pb2+] [OH-]2
= 0,0691  (0,1382)2
= 1,3197. 10-3
log K = -2,8795
 suhu 25C
M.V
0,0875 x 16,9
[OH-] = 10 ml = = 0,1478 M
10
PbCl2 (s)  Pb 2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
[Pb2+] = 0,0857 M
K = [Pb2+] [OH-]2
= 0,0857  (0,1478)2
=1,8721. 10-3
log K= - 2,7276
 suhu 45C
M.V
0,0875 x 17,2
[OH-] = 10 ml = = 0,1505 M
10
PbCl2 (s)  Pb 2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
[Pb2+] = 0,0857 M
K = [Pb2+] [OH-]2
= 0,0857  (0,1505)2
=1,9411. 10-3
log K= - 2,7119
 suhu 60C
M.V
0,0875 x 16,5
[OH-] = 10 ml = = 0,14437 M
10
PbCl2 (s)  Pb 2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
[Pb2+] = 0,07218 M
K = [Pb2+] [OH-]2
= 0,07218  (0,14437)2
=4,8083.10-3
log K= - 2,3180
 suhu 80C
M.V
0,0875 x 29,5
[OH-] = 10 ml = = 0,2581 M
10
PbCl2 (s)  Pb 2+ (aq) + 2 Cl- (aq)
[Pb2+] = 0,12906 M
K = [Pb2+] [OH-]2
= 0,12906  (0,2581)2
= 8,5974.10-3
log K= - 2,065

b. Nilai Fluktuasi dalam T dan 1/T tidak dapat ditentukan dikarenakan suhu yang
diamati tiap 15 menit menunjukan hasil yang berbeda-beda, namun masih tidak
jauh berbeda. Sehingga suhu dianggap sama dan digunakan suhu rata-rata untuk
menentukan fluktuasi dalam T dan 1/T. Sedangkan nilai ralatnya diambil dari
ralat termometer dengan ketelitian 0,1C.
 Untuk T:  Untuk 1/T:
1. Untuk suhu 19C = 292,15 K 1. Untuk suhu 19C = 292,15 K
Ralat = (292,15  0,1) K 1/T = 3,42 (1  0,1) . 10-3 /K
2. Untuk suhu 25C = 298,15 K 2. Untuk suhu 25C = 298,15 K
Ralat = (298,15  0,1) K 1/T = 3,35 (1  0,1) . 10-3 /K
2. Untuk suhu 45C = 318,15 K 3. Untuk suhu 45C = 318,15 K
Ralat = (318,15  0,1) K 1/T = 3,14 (1  0,1) . 10-3 /K
3. Untuk suhu 60C = 333,15 K 4. Untuk suhu 60C = 333,15 K
Ralat = (333,15  0,1) K 1/T=3,001 (1  0,1) . 10-3 /K
4. Untuk suhu 80C = 353,15 K 5. Untuk suhu 80C = 353,15 K
Ralat = (353,15  0,1) K 1/T = 2,83 (1  0,1) . 10-3 /K
c. Kumpulkan dalam sebuah tabel mulai untuk kelarutan PbCl2, log K, dan ralat
dalam nilai log K serta nilai untuk T, 1/T, dan fluktuasi dalam 1/T!
Kelarutan
Log K Log K T (K) 1/T (1/K)
PbCl2 (mol/L)
0,0691 -2,8795 (-3,79 1,55) (292,15  0,1) 3,42 (1  0,1) . 10-3
0,0857 - 2,7276 (-3,20 1,55) (298,15  0,1) 3,35 (1  0,1) . 10-3
0,0752 - 2,7119 (-2.82 1,55) (318,15  0,1) 3,14 (1  0,1) . 10-3
0,0721 -2,3180 (-2,48 1,55) (333,15  0,1) 3,001 (1  0,1) . 10-3
0,1290 -2,065 (-0,70 1,55) (353,15  0,1) 2,83 (1  0,1) . 10-3

3. a. Gambarkan sebuah grafik dari log K sebagai fungsi 1/T (gunakan skala
yang cocok). Untuk semua titik tunjukan juga persegi panjang ralat!

Grafik log K sebagai Fungsi 1/T


0

-0.5

-1
Axis Title

-1.5

-2 y = 0.2039x - 3.152
R² = 0.9136
-2.5

-3

-3.5
3.42 3.35 3.14 3.001 2.83
Log K -2.8795 -2.7276 -2.7119 -2.318 -2.065

b. tentukan dari grafik ini :


(i) nilai rata-rata dari ∆H⁰ dan ∆S⁰!
0,06915 - (-2,878)
 Hmax = . 19,15 = 139,46 kJ/mol
(3,66 - 2,83) . 10-3

0,12911 - (-2,366)
-3
Hmin = (3,66 - 2,83) .10 . 19,15 = 225,29kJ/mol
139,46  225,29
Hrata-rata = 2 = 182,38 kJ/mol
H 0 min S 0 max

 log K min = - 19,15 T 19,15  Smax
H 0 min
= (log K min + 19,15 T )  19,15
225290
Smax = (- 3,79 + 19,15 (274,45) )  19,15 = 748,34 J/K mol
H 0 max
Smin = (log K max+ 19,15 T )  19,15
139460
Smin = (- 0,70 + 19,15 (358,15) )  19,15 = 375,91 J/K mol
748,34  375,91
Srata-rata = 2 = 562,13 J/K mol

(ii) ralat dalam nilai-nilai ini!


 Ralat nilai H = (139,46–182,38 ) = -42,92 kJ/mol
Hrata-rata = (182,38  42,92) kJ/mol
 Ralat nilai S = (375,91– 562,13) = -186,22 J/K mol
Srata-rata = (562,13 186,22) J/K mol

4. Yang dapat disimpulkan tentang reaksi (1) dari nilai H, G dan S adalah:
 H  0, menyatakan reaksi tersebut adalah reaksi endoterm (reaksi yang
menyerap kalor).
 S  0, menyatakan bahwa entropi/derajat ketidakteratuan sistem bertambah
karena adanya reaksi yang berlangsung spontan pada pelarutan PbCl2.
 G = - R T ln K, karena ln K bernilai negatif maka G bernilai positif.
G 0, berarti reaksi cenderung bergeser ke kiri. Pada keadaan baku, pelarutan
PbCl2 merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk melarutkan PbCl2 diperlukan
usaha yang lebih. Pada reaksi ini, jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke
kiri, tetapi pada suhu tinggi reaksi akan cenderung berlangsung secara spontan

5. PbCl2 : Hf = - 359,2 kJ/mol


S = 136 J/K mol (Barrow, 1988)
Nilai yang didapat dari percobaan jauh berbeda dengan yang ada di literatur.
Kemungkinan yang menyebabkan perbedaan ini adalah kurang telitinya saat
melakukan percobaan sehingga didapatkan data yang berbeda dengan nilai literatur.
6. Nilai H pada reaksi (1) tidak mungkin ditentukan secara kalometri. Hal ini
dikarena kelarutan PbCl2 yang nilainya terlalu kecil. Selain itu H = U + PV
dimana saat U dihitung, maka Q dan W akan diketahui pula (U = Q +W) hal ini
menyebabkan kesulitan dalam pengukuran.
7. Hasil dari percobaan untuk volume NaOH yang didapat oleh kelompok kami tidak
dapat dibandingkan dengan kelompok lain karena setiap kelompok melakukan
percobaan pada suhu yang berbeda sehingga hasil kelompok yang satu digunakan
untuk melengkapi kelompok lain. Sehingga pada akhir percobaan didapat data yang
sama pada setiap kelompok. Dan data tersebut digunakan bersama-sama oleh semua
kelompok.
VII. PEMBAHASAN
Menurut asas Le Chatelier “Jika sutu sistem kesetimbangan diberikan aksi-
aksi tertentu, maka sistem akan mengadakan reaksi yang cenderung
menghilangkan pengaruh aksi yang diberikan”. Cara sistem bereaksi adalah
dengan melakukan pergeseran, baik ke kanan maupun ke kiri. Sesuai dengan asas
Le Chatelier yaitu jika suhu suatu sistem dinaikkan, maka sistem akan bereaksi
dengan menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke bagian reaksi yang
menyerap kalor atau dikenal dengan reaksi endoterm. Begitupun sebaliknya, jika
suhu diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke bagian yang melepaskan
kalor atau disebut dengan reaksi eksoterm.
Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi
yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan gugus fungsionalnya,
resin penukar ion terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin
penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat
dipertukarkan. sedang resin penukar anion, mengandung anion yang dapat yang
dapat dipertukarkan.
Awalnya ditimbang 4 gr amberlite IR-20 dalam bentuk asam. Amberlite IR-
120 yang merupakan penukar kation berupa asam kuat yang mengandung HSO3-
sehingga harus didekantasi beberapa kali sebelum digunakan untuk
menghilangkan keasamannya. Dekantasi penukaran ion dilakukan beberapa kali
dalam air,sampai tidak bereaksi asam lagi dengan indicator metil orange. Warna
yang dihasilkan ketika sudah tidak bereaksi dengan asam adalah ketika warna
amberlite saat ditetes dengan MO sama dengan akuades yang yang telah di tetes
oleh MO.
Standarisasi NaOH yang merupakan larutan baku sekunder, dengan cara
menitrasi NaOH dengan asam oksalat yang merupakan larutan baku primer.
Titrasi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya konsentrasi NaOH yang
digunakan. Dari percobaan didapat bahwa volume rata-rata NaOH yang
digunakan untuk menitrasi adalah 18,05 ml sedangkan konsentrasi NaOH yang
digunakan adalah 0,0875 M.
Percobaan selanjutnya adalah penukar ion Pb2+ dalam larutan PbCl2 jenuh.
Titrasi dengan NaOH bertujuan untuk menentukan konsentrasi OH- sehingga
konsentrasi Pb2+ dapat diketahui. Hasil titrasi dalam penentuan konsentrasi PbCl2
yang dititrasi dengan NaOH dapat dilihat bahwa volume NaOH yang digunakan
untuk menitrasi semakin banyak sebanding dengan peningkatan suhu dari larutan
yang menunjukkan bahwa kelarutan yang juga semakin besar. Suhu sangat
mempengaruhi jumlah volume NaOH yang dibutuhkan, karena semakin besar
suhu maka kelarutan PbCl2 semakin besar dan ion Pb2+ semakin banyak sehingga
membutuhkan NaOH yang banyak pula untuk megikat OH-.
Pengukuran suhu PbCl2 akan diukur kelarutan PbCl2 dengan suhu yang
berbeda-beda. Dari nilai ini dapat dihitung nilai suatu tetapan kesetimbangan K
sebagai fungsi suhu untuk kesetimbangan. Nilai H dapat ditentukan dengan
melihat kemiringan grafik log K sebagai fungsi 1/T . Nilai dari Hdan S  0,
sehingga reaksi berlangsung spontan pada suhu tinggi.
VIII. KESIMPULAN
1. Kelarutan PbCl2 sebanding dengan kenaikan suhu, semakin tinggi suhu maka
semakin tinggi pula kelarutan dari PbCl2.
2. H  0 merupakan endoterm (reaksi yang menyerap kalor). S  0,
merupakan entropi sistem bertambah karena ada reaksi yang berlangsung
spontan pada pelarutan PbCl2. Maka dari itu, dapat disimpulkan H dan S
 0, sehingga reaksi berlangsung spontan pada suhu tinggi.
3. 0,0875 M
DAFTAR PUSTAKA

Barrow, Gordon. M. 1988. Physical Chermistry. New York: Mc. Grow Hill. Inc
Atkins, 1994. Kimia Fisika jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Smith, Henk. 2000. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 1, Suliyono, Salatiga: UKSW
LAMPIRAN
- Tugas awal
- Laporan Sementara

Vous aimerez peut-être aussi