Vous êtes sur la page 1sur 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun Dan Menyelesaikan tugas Masalah Kesehatan Pada
Anak Usia Prasekolah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Asuhan Keperawatan anak

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik
itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Pontianak, 18 Maret 2018

Penyusun
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
MASALAH KESEHATAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Pembimbing

Ns. Lintang Sari, M.Kep

Disusun Oleh;

KELOMPOK 1

Joko Ilham Wibowo ( 841161019 )


Rio Topandika
Ratin Suhartin
Toni Karsa

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai anak (yang termasuk bayi dan balita) tidak dapat
dilepaskan dari tumbuh kembang anak. Proses tumbuh kembang anak merupakan
proses yang berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Ini berarti bahwa
tumbuh kembang anak merupakan sesuatu tahapan proses yang harus dilalui oleh setiap
anak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal, sesuai
dengan anak lain seusianya dan sesuai dengan parameter baku perkembangan anak.
psikologi perkembangan usia pre school,anak. Seorang ahli psikologi, Elizabeth B.
Hurlock mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the
golden age). Karenanya di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan
mental, dengan berbagai karakteristik.
Pelayanan kesehatan jiwa dilakukan untuk mempertahankan kesehatan individu
sepanjang hayat sejak masa konsepsi sampai lansia, dilakukan sesuai tingkat tumbuh
kembang dari bayi sampai lansia. Perkembangan individu dimulai sejak dalam
kandungan kemudian dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5–3
tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), sekolah (6-12 tahun), remaja (12-
18 tahun), dewasa muda ( 18-35 tahun),dewasa tengah (35-65) tahun, dan tahap terakhir
yaitu dewasa akhir (>65 tahun), Erik Erikson dalam (Wongdkk, 2009).
Dalam tahapan perkembangan tersebut terdapat periode penting yaitu periode
pra sekolah. Menurut Depkes dalam (Utami, 2012) masa pra sekolah disebut masa
keemasan (Golden period), jendela kesempatan (window of opportunity), dan masa
kritis (critical period), Sedangkan menurut Bloom dalam (Musarafoh, 2011) anak yang
berada dalam rentang usia 0-4 tahun perkembangan kecerdasan meningkat sekitar 50%,
dan usia 4-8 tahun berkembang menjadi 80%.
Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan
menentukan kualitas dimasa depan. Dimasa pra sekolah terdapat berbagai tugas
perkembangan yang harus dikuasai anak sebelum dia mencapai tahap perkembangan
selanjutnya, adanya hambatan dalam mencapai tugas perkembangan tersebut akan
menghambat perkembangan selanjutnya.
Tekanan yang berlebihan ataupun pengharapan yang terlalu tinggi melampaui kapasitas
kemampuan anak membuat anak memilih untuk berbohong atau berbuat curang agar
dapat diterima oleh kelompok sosialnya (Utami, 2012)
Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak semakin meningkat apabila
dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun lalu. Pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah gizi yang baik.
Pesatnya perkembangan seorang anak dapat dilihat dengan aktifnya anak bergerak serta
mudahnya anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Hal ini menimbulkan ketakutan tersendiri dalam diri orang tua. Anak yang
semakin aktif bergerak tentu akan memiliki resiko cedera lebih besar apabila
dibandingkan dengan anak yang cenderung pasif. Anak yang aktif bergerak akan
diiringi dengan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga anak tersebut akan menyentuh
semua alat atau barang yang ia pikir menarik untuk dipelajari, tanpa anak tersebut sadari
bahwa barang tersebut berbahaya untuk disentuh. Kejadian yang tidak dalam
pengawasan orang tua akan menimbulkan kecelakaan pada anak, untuk itu dibutuhkan
anticipatory guidance bagi keluarga sebagai pedoman untuk menghindari kecelakaan
pada anak.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu konsep tumbuh kembang usia prasekolah ?
b. Apa itu masalah kesehatan pada usia prasekolah?
c. Apa itu bimbingan antisipasi (anticipatory guidance ) pada usia prasekolah ?
d. Apa itu asuhan perawatan pada usia prasekolah?

3. Tujuan
e. Makalah ini buat untuk menambah wawasan kebidanan dan masyarakat yang
nantinya dimengerti dan dilakukan sebagai peran dan fungsi asuhan ini. Kita
berharap sebagai seorang perawat dan masyarakat dapat memahami konsep konsep
tumbuh kembang usia prasekolah, masalah kesehatan pada usia prasekolah,
bimbingan antisipasi (anticipatory guidance ) pada usia prasekolah, asuhan
perawatan pada usia prasekolah?
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK PRA SEKOLAH


A. Pengertian
Menurut (Anik Maryunani. 2010) Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan
pertambahan jumlah dan ukuran sel secara kuantitatif, dimana sel-sel tersebut
mensintesis protein baru yang nantinya akan menunjukkan pertambahan seperti
umur, tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan gigi.
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan keahlian (kualitas)
dan merupakan aspek tingkah laku pertumbuhan. Contohnya : Kemampuan
berjalan, berbicara dan berlari. (Marni dan Kukuh Rahardjo.2012) Istilah tumbuh
kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi aiing berkatan dan
sulit untuk dipisahkan, yaitu petumbuuh dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar,
jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ mauun individu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan
panjang (cm,m), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium, dan
nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (devolepment) adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
meyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
B. Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia pra sekolah
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000),
anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg. Penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun
sebelumnya. BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai
dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi
sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-
rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi
yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent sudah dapat terjadi. Sementara tidak
jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak
mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun, diantaranya
adalah Aspek motorik.
a. Tahun ketiga
Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga
dengan kaki bergantian, dan turun dengan dua kaki untuk melangkah, melompat
panjang. Anak mampu menyusun balok menara 9-10 kotak, membangun
jembatan dengan 3 kotak, mampu memasukkan biji-bijian kedalam kotak
berleher sempit dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru
lingkaran dana silangan serta menyebutkannya.
b. Tahun keempat
Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki, menangkap bola
dengan tepat, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian, anak sudah
mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti
garis, dapat memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya .
c. Tahun kelima
Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan meloncat
pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik. Anak
sudah mampu menggunakan gunting dan alat sederhana seperti pensil dengan
sangat baik, mampu mengikat tali sepatu, anak juga sudah mampu mencetak
beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan.
C. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia pra sekolah
a. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata, menginjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih
dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, mengunakan 6
sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih, dapat menggambar dengan banyak
komentar serta menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu
dan bulan, anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
b. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan
sendiri, rentang perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri,
dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai
berbagi. Tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau
tidak sabar, agresif secara fisik dan verbal, mendapat kebanggaan dalam
pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. Pada akhir usia prasekolah
anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih
bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih
baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
c. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan
konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang
berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih
baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka
patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami
hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu
memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum
memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
D. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital
dan masa estetik.
1) Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud
menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral,
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa
saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan
sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk
melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999). Pada tahun
kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar
menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan
selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi
pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini,
anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang
datang dari dalam dirinya (umpamanya buang air kecil dan air besar)
(Elizabeth B. Hurlock, 1999).
2) Masa Estetik Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa
keindahan. Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan
anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Pada masa ini, panca
indera masih peka karena itu Montessori menciptakan bermacam – macam alat
permainan untuk melatih panca inderanya (Yusuf, 2001: 69).
a. Pertumbuhan Fisik
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah mudah dibedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau
kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat
yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus
beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol
terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil,
belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya
koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak
masih lunak (soft)
b. Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf
membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus
membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan
imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia
prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga,
melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat
sambil melempar bola.
c. Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak
dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati
sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah
mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan
dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang
lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar.
Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan
otoritasnya.
Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini
merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya. Kelak, sejalan
dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan
dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa
juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab,
bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan
tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang
mungkin menjadi kebiasaan.
d. Perkembangan Emosi
satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi.
Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk
anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan
mengajari anak mengungkapkan emosinya. Jadi, anak prasekolah dapat
diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus
merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan
pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo
kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa
membahayakan siapa pun.
e. Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang
dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang
berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda
pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah
lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di
usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim
karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada
anak mereka di usia prasekolah. (Santi Hartono, 2010).
f. Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
g. Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
a) Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
b) Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
c) Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti
satu separuh dengan cara membagikan kue.
d) Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga
e) Aplikasi permainan anak untuk edukasi untuk menstimulasi tumbuh
kembang anak usia pra sekolah.
E. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Faktor Herediter/Genetik
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras,
dan jenis kelamin (Marlow, 1998 dalam suprtini, 2004). Anak laki-laki setelah
lahir cenderung lebih besar dn tingi daripada anak perempuan, hal ini akan
nampak saat anak sudah mengalami pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia
memeiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang eropa atau suku Asmat
dari Irian berkulit hitam. (Marni dan Kukuh Raharjo.)
Faktor genetika atau herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan
sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh-kembang anak. Yang
termasuk faktor genetik antara lain:
 Faktor bawaan yang normal atau patologis, seperti kelainan kromosom
(Sindrom Down), kelainan Kranio-fasial (celah bibir)
 Jenis kelamin
a) Pada umur tertentu laki-laki dan perempuan sangat berbeda dalam ukuran
besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lain.
b) Anak dengan jenis kelamin laki-laki pertumbuhannya cenderung lebih
cepat daripada anak perempuan.
c) Namun dari segi kedewasaan, perempuan menjadi dewasa lebih dini, yaitu
mulai adolesensi (remaja) pada umur 10 tahun, sedangkan laki-laki mulai
umur 12 tahun.
 Keluarga : banyak dijumpai dalam satu keluarga ada yang tinggi dan
ada yang pendek.
 Ras : Beberapa ahli antropologi menyatakan ras kuning cenderung
lebih pendek dibanding dengan ras kulit putih. Suku Asmat di Papua
berkulit hitam, sementara itu suku Dayak di Kalimantan berkulit
putih.
 Bangsa : Bangsa Asaia cenderung bertubuh pendek dan kecil,
sementara itu bangsa Amerika cenderung tinggi dan besar.
 Umur : Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa
fetus, masa bayi dan masa adolesensi (remaja). (Anik Maryunani.
2010)
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat menggangupertumbuhan dan pekembangan janin antar lain
gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupun gizi yang baik,
gangguan endokrin pada ibu (diabetes militus), ibu yang mendapat
terapi sitostatika atau mengaami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis
dan herpes. Faktor lingngan yang lain adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada organn otak janin.
2) Lingkungan pos-natal Lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perembangan setelah bayi lahir adalah :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah atau komonen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Apabila
kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpnuhi maka dpat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi
yang berlebihan juga berdaampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu
terajadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam swl atau
jarinngan bahkan pada pembulu darah. Penyebab status nutrisi
kurang pada anak :
 Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif
 Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang
 Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan
nutrisi
 Stress emosi yang dapat menyebabkan menruunya nafsu makan
atau absorbsi makanan tidak adekuat
b) Budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan memahami
kesehatan dan perilaku hisup sehat. Pola perilaku ibu hamil
diengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan untuk
makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibuthkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk
melahirkan di dukun bernak dari pada d tenaga kesehatan. Setelah
anak lahir dibesarkan di lingkungn atau berdasrkan lingkungan
budaya mayarakat setempat.
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan dikeluarga yang berekonomi tinggi untuk
pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi dengan dengan baik
dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang. Demikiain dengan status
pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih
menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan anak, penggunana fasilias kesehatan dan lain-lain
dbandingkan dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan
rendah.
d) Iklim atau cuaca Iklim
tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya
musim penghujan dapat menimbulkan banjir sehingga
menebabkakn transportasi untuk mendapatkan makanan, timbul
penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi
dan anak-anak. Anak yang tingga di daerah endemik misalnya
endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca wabah
demam berdarah akan meningkat.
e) Olahraga atau latihan fisik Manfaat olah raga atau latihan fisik yang
teratur akan meningkatkan sirkulai darah sehingga meningkatkan
suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktifitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot jaringan sel.
f) Posisi anak dalam keluarga Posisi anak sebagai anak tunggal, anak
sulung, anak tengah atau anak anak bungsu akan mempengaruhi
pola perkembangan anak tersebut di asuh dan dididik dalam
keluarga.
g) Status kesehatan Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat
apabila anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan
pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan
dengan anak dalam kondisi sakit.
h) Faktor hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah somatotropon yang
berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon
tiroid dengan menstimulasi metabolisme tubuh, glukokotiroid yang
berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari tetis untuk
memproduksi testosterondan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks
baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran
hormonya.
c. Faktor Internal (Anik Maryunani. 2010)
Disamping faktor genetik dan lingkungan, faktor internal dalam diri anak
berikut ini juga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Kecerdasan (IQ)
 Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan
 Anak dengan kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi
yang cemerlang walaupun telah diberikan stimulus yang tinggi
 Anak dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus
lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
2) Pengaruh hormonal Terdapat tiga hormon utama yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak, yaitu :
 Hormon Somatotropin (Growth Hormon) Atau hormon
pertumbuhan, merupakan hormon yang berpengaruh pada
pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi terjadinya
proliferasi sel, kartilago dan skeletal. Kelebihan hormon ini dapat
menyebabkan gigantisme (pertumbuhan yang besar ), sementara itu
kekurangan hormon ini menyebabkan dwarftisme (kerdil).
 Hormon Tiroid, Dimana hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh
kembang anak, karena mempunyai fungsi menstimulasi
metabolisme fungsi tubuh, yaitu metabolisme protein, karbohidrat
dan lemak. Kekurangan hormon ini (disebut hipotiroidisme) dapat
menyebabkan retardasi fisik dan mental bila berlangsung terlalu
lama. Sebaliknya, kelebihan hormon ini (disebut hipertiroidisme)
dapat mengakibatkan gangguan pada kardiovaskular , metabolisme,
otak, mata, seksual dan lain-lain.
 Hormon Gonadotropin (hormon Seks) Dimana hormon ini terutama
mempunyai peranan penting dalam fertilisasi dan reproduksi.
Hormon ini menstimulisasi pertumbuhan interstisial dari tertis
untuk memproduksi testostron dan ovarium untuk memproduksi
ovum
2. BIMBINGAN ANTISIPASI ( ANTICIPATORY GUIDANCE ) PADA USIA
PRASEKOLAH
A. Pengertian Anticipatory Guidance
Telah dikemukakan bahwa perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk membantu orang tua memahami tumbuh kembang anak dan melakukan
berbagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan anak.
Bimbingan antisipasi atau anticipatory guidance adalah bantuan perawat terhadap
orang tua dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui upaya
pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan, dan supervisi kesehatan.
Anak mempunyai karakteristik yang khas yang memerlukan kecermatan orang tua
untuk mengenalinya sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang
potensial dialami anak (Yupi, 2004).
Anticipatory guidance adalah upaya bimbingan kepada orang tua tentang
tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak. Kecelakaan merupakan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Kepribadian adalah faktor
pendukung terjadinya kecelakaan. Orang tua bertanggungjawab terhadap
kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan
waspada terhadap faktorfaktor lingkungan yang mengancam keamanan anak (Yupi,
2004).
Dengan demikian, dalam upaya memberikan bimbingan dan arahan pada
masalahmasalah yang kemungkinan timbul pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan anak, ada petunjuk-petunjuk yang perlu dipahami oleh orang tua.
Dengan demikian, orang tua dapat membantu untuk mengatasi masalah anak pada
setiap fase pertumbuhan dan perkembangan dengan cara yang benar dan wajar
(Nursalam dkk, 2008).
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan
Faktor pertama yang menyebabkan kecelakaan pada anak adalah jenis kelamin,
biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di rumah. Faktor kedua yaitu
usia, pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin tahu mana
yang berbahaya. Faktor ketiga adalah lingkungan, adanya penjaga atau pengasuh
cenderung dapat mengurangi angka kejadian kecelakaan pada anak (Yupi, 2004).
C. Panduan Antisipasi
a. Bayi (Nursalam dkk, 2008)
Jenis kecelakaan: Aspirasi benda, jatuh, luka bakar, keracunan, kurang
oksigen. Pencegahan a. Aspirasi: posisikan kepala bayi lebih tinggi saat
menyusui b. Kurang oksigen: ibu jangan menyusui bayi dengan posisi tidur,
sebaiknya saat menyusui posisi ibu duduk c. Jatuh: tempat tidur ditutup,
pengaman (restrain), jangan meletakkan bayi di kursi atau tempat yang terlalu
tinggi d. Luka bakar: cek air mandi sebelum dipakai e. Keracunan: simpan
bahan beracun dilemari atau jauh dari jangkauan.
Antisipasi 6 Bulan Pertama
a) Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal dalam memenuhi
kebutuhan bayi
b) Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi
dari lingkungan
c) Support kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan
perkembangan bayinya misalnya respon tertawa
d) Menyiapkan orang tua untuk kebutuhan keamanan bayi
e) Menyiapkan orang tua untuk imunisasi bayi
f) Menyiapkan orang tua untuk mulai memberi makanan padat pada bayi.
Antisipasi 6 Bulan Kedua
a) Menyiapkan orang tua akan adanya “Stranger Anxiety”
b) Menganjurkan orang tua agar anak dekat kepadanya hindari perpisahan
yang lama
c) Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin sehubungan dengan
meningkatnya mobilitas bayi
d) Menganjurkan orang tua menggunakan “kontak mata” dari pada hukuman
badan sebagai suatu disiplin
e) Menganjurkan orang tua untuk lebih banyak memberikan perhatian ketika
bayi berkelakuan baik daripada ketika ia menangis.
b. Balita (1-3 Tahun)
Pada usia balita atau masa prasekolah awal, ada dua masalah penting yang
terjadi yaitu “latihan pipis dan buang air besar (toilet training)” dan “persaingan
dengan saudara kandung (sibling rivalry)”. Oleh karena itu, sebeblum
membahas mengenai petunjuk bimbingan yang diperlukan, akan dijelaskan
terlebih dahulu mengenai toilet training dan sibling rivalry agar dapat membantu
orang tua memahami permasalahan anaknya mengenai fungsi eliminasi
(Nursalam dkk, 2008).
a) Toilet Training adalah latihan atau upaya yang harus dicapai oleh anak
dalam mengenali dorongan untuk melepaskan atau menahan BAB dan
BAK, serta mampu mengkomunikasikan kepada ibunya. Pada waktu ini,
anak sudah menguasai kemampuan motorik utama yaitu berkomunikasi
dengan jelas, memiliki lebih sedikit konflik antara tuntutan diri sendiri
dengan negativisik, dan menyadari kemampuannya untuk mengendalikan
diri (Nursalam dkk, 2008).
b) Sibling Rivalry atau persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan
cemburu yang biasanya dialami oleh seorang anak terhadap kehadiran
saudara kandungnya. Perasaan tersebut timbul bukan karena benci terhadap
saudara barunya, akan tetapi lebih pada perubahan situasi dan kondisi. Anak
harus berpisah dengan ibu semenjak masa kehamilan ibu, oleh karena itu
orang tua harus menjelaskan kepada anak tentang hadirnya saudara baru
serta mengikutsertakan anak dalam memenuhi keperluan saudaranya yang
akan segera lahir (Nursalam dkk, 2008).
c) Bimbingan kepada orang tua selama balita dikelompokkan berdasarkan
kelompok usia sebagai berikut (Nursalam dkk, 2008):
1) Umur 12-18 Bulan (1-1,5 Tahun) Mengkaji kebiasaan makan serta
meningkatkan pemasukan makanan padat
 Menyediakan makanan kecil antara 2 waktu makan dengan rasa
yang disukai, serta adanya jadwal makan yang rutin
 Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum malam
memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang
 Menyiapkan orang tua untuk mencegah bahaya potensial yang
terjadi dirumah seperti jatuh
 Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik
halus, motorik kasar, bahasa, pengetahuan, dan keterampilan
sosial.
2) Umur 18-24 Bulan (1,5 - 2 Tahun) 1) Menggali kebutuhan untuk
menyiapkan saudara kandung dan menekankan pentingnya persiapan
anak terhadap kehadiran bayi baru 2) Menekankan kebutuhan akan
pengawasan terhadap gigi, serta kebiasaan makan yang menyebabkan
gigi berlubang 3) Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan toilet training
4) Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti saat gelap dan
saat timbul suara keras 5) Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah
sesaat dengan mudah dari orang tuanya di bawah asuhan keluarga
d) Umur 24-36 Bulan (2-3 Tahun)
 Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak dalam meniru dan
dilibatkan dalam kegiatan
 Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training, dan
sikap orang tua dalam menghadapi keadaan-keadaan seperti
mengompol atau buang air besar di celana
 Menekankan keunikan proses berpikir balita, terutama bahasa
yang digunakan, serta pemahaman terhadap waktu
 Menekankan disiplin dengn tetap terstruktur secara benar dan
nyata, ajukan alasan yang rasional, serta hindari kebingungan dan
salah pengertian
 Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan
anak pada siang hari (play group)
e) Prasekolah (3-6 Tahun) Kecelakaan pada anak usia prasekolah sering
kali mengakibatkan kondisi yang fatal pada anak, yaitu kematian.
Kondisi yang dimaksud, diantaranya tertabrak motor atau mobil, luka
bakar, keracunan, jatuh, dan tenggelam. Kondisi tersebut sebenarnya
tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, khususnya usia prasekolah. Pemahaman tentang
tingkat perkembangan anak tentunya perlu diikuti dengan pemahaman
tentang pentingya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul karena
aktivitas gerak yang khas dari anak usia prasekolah, yaitu tidak bisa diam
dan bergerak terus (Yupi, 2004).
Oleh karena itu, orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat
terjadi pada anak. Tidak hanya orang tua, anakpun perlu diberikan pemahaman
tentang cara melindungi diri dari kecelakaan, dan hubungan sebab akibat dari
perbuatan berisiko untuk terjadi kecelakaan. Tentu saja cara penyampaian
informasi harus menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti
anak. Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak usia prasekolah
dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut (Yupi, 2004):
a) Anak usia prasekolah sedang mengembangkan keterampilan motorik
kasarnya yang membuat mereka bergerak terus, berlari, berjinjit, naik
turun tangga, pagar, atau mainan, serta sepedanya.
b) Anak usia prasekolah mengalami peningkatan kemampuan motorik halus
ketika mereka semakin terampil menggenggam sesuatu, membuka dan
menutup botol, membuka dan menutup lemari yang tidak dikunci, jendela,
dan pintu, serta genggaman dan melempar benda-benda kecil. Dengan
demikian, mereka mencoba terus kemampuan benda-benda kecil. Dengan
demikian, mereka mencoba terus kemampuan motorik halusnya dengan
benda-benda yang ada di sekelilingnya, sementara mereka belum
mengetahui bahaya yang mengancam akibat mengeksplorasi benda
disekelilingnya.
c) Anak prasekolah mempunyai rasa ingin tahu yang besar dibanding dengan
anak pada usia lainnya dan senang mencoba melakukan sesuatu yang
belum dikenalnya, padahal ia belum dapat membaca sehingga belum tahu
hal-hal yang membahayakannya. Ia tertarik untuk selalu mencoba.
d) Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami kecelakaan
daripada anak perempuan karena lebih ektif bergerak.
e) Anak yang tidak dijaga sewaktu bermain saat orang tuanya sedang
bekerja, sibuk dengan kegiatan lain, terlalu letih, atau merasa ada orang
lain yang telah menjaganya, menyebabkan anak berisiko untuk
mengalami kecelakaan.
f) Risiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar dan lelah karena
pada saat itu keampuan tenaga menurun dan mungkin anak merasa lemah
atau lesu.
g) Anak merasa asing dengan lingkungan atau orang yang menjaganya
karena tidak mengenalnya dengan baik.
h) Anak belum tahu dan belum berpengalaman dalam upaya melindungi diri
dari bahaya kecelakaan.
Penyebab dan tipe cidera sangat bergantung pada tahapan tumbuh kembang
anak. Seperti disebutkan di atas, anak yang lebih kecil belum tahu dan kurang
berpengalaman dalam melindungi dirinya darinya dari kecelakaan. Misalnya, bayi
yang tidur ditinggal sendirian di tempat tidur orang dewasa, anak yang belum dapat
membaca dan tidak mengetahui bahaya obat atau zat berbahaya yang ditemuinya
dalam kemasan botol atau bentuk lainnya (Yupi, 2004).
Untuk itu, upaya yang dapat dialakukan oleh orang tua di rumah adalah sebagai
berikut:
a. Anak Usia 3 Tahun (Yupi, 2004)
1) Benda tajam untuk memasak atau berkebun dapat disimpan di dalam laci
yang dapat dikunci sehingga tidak dapat dibuka anak.
2) Benda-benda kecil, seperti manik-manik, perhiasan, jarum, mainan kecil,
alat tulis seperti penghapus, harus disimpan dalam laci yang tertutup rapat
dan terkunci.
3) Zat yang berbahaya, seperti obat-obatan, cairan pembersih lantai, pestisida,
lem, dan lainnya agar disimpan dalam lemari terkunci. Khusus untuk obat-
obatan, dapat dibuat lemari khusus yang ditempel di dinding yang tidak
dapat dijangkau anak.
4) Amankan kompor dan berikan penutup yang aman. Bila ada, gunakan jenis
kompor yang cukup tinggu dengan penutup. Akan tetapi, apabila
menggunakan kompor minyak tanah dan desain dapur cukup tinggi, berikan
pengaman pada sekeliling kompor dengan bahan yang terbuat dari kayu
atau ditembok sekelilingnya dengan ketinggian yang cukup bagi orang
dewasa.
5) Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering. Jaga anak apabila lantai baru
atau sedang dipel dan segera dilap jika ada air atau cairan lain tumpah.
6) Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah atau atas tangga dan jaga
anak apabila akan naik atau turun tangga. Larangan anak untuk naik tangga
tidak dianjurkan karena anak harus belajar menaikinya, yang terpenting ada
yang menjaga dibelakang anak.
7) Sekring listrik harus tertutup dan atur kabel supaya tidak terlalu panjang
sehingga tidak terjutai ke bawah dan dapat dijangkau anak.
8) Apabila ada parit di samping atau depan rumah, tutup dengan papan atau
disemen.
9) Bagi yang letak rumahnya dipinggir jalan raya, sebaiknya memiliki pintu
pagar yang harus selalu dikunci rapat.
b. Usia 4 tahun (Nursalam dkk, 2008)
1) Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa
2) Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
3) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah lakunya.
4) Mendiskusikan tentang kedisiplinan
5) Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, di
mana anak mengikuti kata hatinya, dan kemahiran anak dalam permainan
yang membutuhkan imajinasi.
c. Usia 5 tahun (Nursalam dkk, 2008) 1) Menyiapkan anak memasuki lingkungan
sekolah. 2) Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada
anak 3) Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
d. Usia Sekolah (Nursalam dkk, 2008) Bimbingan pada orang tua pada usia
sekolah:
e. Usia 6 tahun
1) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi
dengan temannya.
2) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
3) Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan keluar rumah. Dorong
orang tua untuk peduli terhadap kebutuhan anak akan privasi dan
menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
f. Usia 7 - 10 tahun
1) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
2) Interes beraktivitas di luar rumah.
3) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki pra pubertas.
g. Usia 11 – 12 tahun
1) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat
pubertas.
2) Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
3) Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat.
h. Remaja (Yupi, 2004)
1) Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat: fraktur, luka pada kepala.
Kecelakaan karena olah raga.
2) Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor sebelumnya ada
negosiasi antara orang tua dengan remaja.
3) Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
4) Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga.
3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRASEKOLAH
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya).
Anak pra sekolah adalah anak dengan usia 3 – 5 tahun.
a. Ciri fisik anak pra sekolah
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak
yang berada dalam tahapan sebelumya :
a) Anak prasekolah umumnya aktif
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat
yang cukup, sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus
beristirahat cukup.
c) Otot – otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control
terhadap jari dan tangan. Olehy karma itu biasanya anak belum terampil,
belum biasa melakukan kegiatan yang rumit misalnya mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada objek – objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya
koordinasi tangan masih belum sempurna.
e) Walaupun tubuh anak lentur tapi tengkorak kepala yang melindungi otak
masih lunak.
f) Walaupun anak laki – laki lebih besar, anak perempuan lebih terampil
dalam tugas yang bersifat praktis, khusubya dalam tugas motorik halus.
b. Ciri sosial anak prasekolah
a) Umumnya anak oada tahap ini memiliki sati atau dua sahabat, sahabat yang
dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang
sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tida terorganisasi dengan baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
besar.
c. Ciri emosional pada anak prasekolah
a) Anak prasekolah cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka., sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru.
d. Ciri kognitif anak prasekolah
a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari
merekla senang berbicara khususnya dalam klelompoknya.
b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat, kesempatan,
interaksi, mengagumi dan kasih sayang.
B. Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah
a. Membantu anak untuk bersosialisasi
b. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain
(tua) juga harus dipenuhi.
c. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
d. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
e. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
f. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
C. Masalah-Masalah Pada Anak Usia Prasekolah
a. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare,
cacar air, difteri, dan campak.
b. Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran
anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang
tua sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang
tua.
c. Bahaya fisik
d. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
keterampilan tertentu
e. Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
f. Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi.
Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah,
mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya
mengompol dan menghisap jempol.
g. Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid
eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan
benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara
terperinci. Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal,
dan satu-satunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah
menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal
dan bisa menunjukkan masalah psikis.
h. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak
berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur
3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang
air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan
mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai
pakaian dalamnya sendiri.Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10%
anak berusia 6 tahun masih mengompol pada malam hari.Cara terbaik untuk
menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan
mengenali kesiapan anak.
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
a. Identitas
1) Nama pasien
2) Umur
3) Agama dan suku bangsa
4) Pendidikan
5) Komposisi keluarga
6) Tipe keluarga
7) Pekerjaan
8) Alamat
9) Aktivitas rekreasi keluarga
10) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti.
d) Riwayat keluarga sebelumnya.
11) Lingkungan
a) Karakteristik rumah.
b) Karakteristik lingkungan.
c) Mobilitas keluarga.
d) Hubungan keluarga dengan lingkungan.
e) Sistem sosisl yang mendukung.
12) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi.
b) Pengambilan keputusan.
c) Peran anggota keluarga.
d) Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
e) Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
(identitas anak, riwayat kehamilan sampai kelahiran, riwayat
kesehatan bayi sampai saat ini, kebiasaan saat ini, tumbang saat
ini, pemeriksaan fisik)

Pengkajian data fokus meliputi:

a. Bagaimana karakteristik teman bermain.


b. Bagaimana lingkungan bermain.
c. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
d. Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang
dimiliki.
e. Bagaimana temperamen anak saat ini.
f. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.
g. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
h. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
i. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
j. Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
k. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat
bermain.
l. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
m. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
n. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.
o. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dengan masalah-masalah yang sering ditemui pada keluarga
dengan anak usia pra sekolah, diagnose yang mungkin muncul diantaranya :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Resiko Cidera
c. Resiko Trauma
d. Resiko Keracunan
e. Resiko Infeksi
f. Gangguan Penanganan Pemeliharaan Rumah / Penatalaksanaan Rumah
g. Gangguan Pemenuhan Nutrisi
h. Perubahan Menjadi Orang Tua
i. Perubahan / Gangguan Tumbuh Kembang
j. Gangguan Komunikasi Verbal
k. Gangguan Proses Keluarga
l. Isolasi Sosial
3. Perencanaan
Perencanaan / intervensi pada asuhan keperawatan ditetapkan berdasarkan
dengan diagnosa yang telah diperoleh dari hasil pengkajian dan analisa data, serta
sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan oleh perawat dan
pasien. Dalam menetapkan intervensi, sebagai perawat hendaknya mengacu pada
peran perawat dalam lingkup perawatan keluarga dengan anak usia pra sekolah,
yaitu :
a. Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi
b. Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan
c. Koordinator dg layanan pediatri
d. Penyedia dan pelaksana imunisasi
e. Konselor pada nutrisi dan latihan
f. Pendidik dalam isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan
g. Pendidik tentang higiene perawatan gigi
h. Konselor pada keamanan lingkungan di rumah
i. Fasilitator dalam hubungan interpersonal
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan mulai
dari lahir sampai dewasa. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang
optimal sesuai dengan parameter baku perkembangan anak. Dalam Pertumbuhan dan
Perkembangan anak usia pra sekolah di pengaruhi oleh 3 Aspek yaitu Aspek Bahasa,
Aspek Sosial dan Aspek Kognitif.
Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah Pada masa usia pra sekolah
ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital (Pada masa ini, individu
menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya)
dan masa estetik (Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.
Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama
adalah fungsi panca inderanya.).
Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan genetik dan
eksternal. Petunjuk bimbingan merupakan upaya untuk membantu orang tua dalam
membimbing anak melewati setiap tahapan perkembangannya dengan mengatasi
masalah yang mungkin timbul. Petunjuk antisipasi ini penting untuk dipahami oleh
petugas kesehatan dan orang tua. Dengan petunjuk yang lebih dulu dipahami, orang tua
dapat memberikan bimbingan dan arahan yang bijaksana terhadap anak, sehingga anak
dapat melewati setiap tahapan tumbuh kembangnya secara wajar tanpa ada hambatan
yang dapat menggangu tumbuh kembang selanjutnya.
Pada masa bayi, orang tua berperan untuk merawat kesehatan bayi. Orang tua
dapat sesekali meninggalkannya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan perlu
memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Pada masa balita, perlu
diperhatikan masalah yang umunya muncul, seperti cemburu, pada saudara
kandungnya dan latihan kebersihan. Orang tua perlu memahami jika anak mulai
menolak untuk dibantu dalam setiap kebutuhannya. Penerapan disiplin sesuai dengan
pemahaman anak perlu mulai ditanamkan. Anak memerlukan aktivitas bermain dengan
alat-alat permainannya.
Pada masa prasekolah tersebut, orang tua juga perlu memahami bahwa anak
belum mampu membedakan antara dunia nyata dan dunia imajinasi, sehingga sering
timbul anggapan bahwa anak berdusta. Penerapan disiplin perlu ditegakkan secara
konsisten dan anak mulai dipersiapkan untuk memasuki dunia sekolah. Pada masa
remaja, para orang tua harus lebih memperhatikan anak karena pada masa ini anak
sedang berada dalam masa peralihan menuju dewasa, memerlukan bimbingan untuk
memilih apa yang baik dan apa yang tidak baik.
Asuhan keperawatan keluarga pada anak prasekolah adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diberikan kepada keluarga dengan anak usia prasekolah. Dimana, pada
anak usia inilah yang rentan dan memiliki masalah tertentu dalam menghadapi proses
tumbuh kembangnya.
Asuhan keperawatan keluarga pada anak usia prasekolah lebih mengkhususkan
pengkajian pada anak usia prasekolah. Anak usia prasekolah adalah usia yang rentan
berbagai macam penyakit. Untuk itu pengawasan pada anak usia prasekolah sangat
penting agar anak tidak terkena penyakit atau masalah kesehatan.
2. SARAN
a. Bagi mahasiswa, diharapkan sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu
ini atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan
baik dan benar.
b. Para orang tua agar menambah pengetahuan dengan membaca berbagai referensi,
sehingga menambah pengetahuan mengenai konsep tumbuh kembang pada anak,
masalah kesehatan usia prasekolah, anticipatory guidance, asuhan keperawatan
pada anak prasekolah.
c. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya mengenai anticipatory
guidance, asuhan keperawatan anak prasekolah, sehingga dapat dikembangkan di
tatanan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Boediman, Dradjat. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta : CV. Sangung Seto.

Delima, Rosa, Nevi Kurnia Arianti, and Brasmati Pramudyawardani. "Identifikasi


Kebutuhan Pengguna Untuk Aplikasi Permainan Edukasi Bagi Anak Usia 4 sampai 6
Tahun." Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi 1.1 (2015).

Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media.

Marni dan Kukuh rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra sekolah.
Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Purwitasari, Desi. Dwi Maryanti. 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi Yogyakarta : Nuha
medika

Nursalam dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika

Shonkoff, Jack P dan Samuels J Meisels. 2003. Handbook of Early Childhood Intervention.
USA: Cambridge University

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto

Vous aimerez peut-être aussi