Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BATU STAGHORN
I. DEFINSI
Batu staghorn adalah batu ginjal yang bercabang yang menempati lebih dari
satu collecting system, yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks.
Istilah batu cetak/ staghorn parsial digunakan jika batu menempati sebagian cabang
collecting system, sedangkan istilah batu cetak/staghorn komplit digunakan batu jika
menempati seluruh collecting system (Wein, et al, 2007).
Menurut Fabiansyah, et al (2012), batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn atau batu cetak
ginjal.
Batu saluran kemih merupakan proses terbentuknya batu yang disebabkan
oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Smeltzer
& Bare, 2002). Berdasarkan lokasi, batu saluran kemih dapat dibagi menjadi batu
saluran kemih bagian atas yaitu batu berada dalam ginjal atau ureter, dan batu saluran
kemih bagian bawah yaitu batu berada dalam kandung kemih dan uretra. Pada
umumnya batu saluran kemih bagian atas ini merupakan batu ginjal (Bahdarsyam,
2003).
II. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya batu cetak ginjal secara teoritis batu dapat terjadi atau
terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering
mengalami hambatan aliran urin (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis),
divertikel, obstruksi intravesika kronik, seperti hipertrofi prostat benigna, strikture,
dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu (Wein, et al, 2007). Namun ada beberapa pendapat lain yang
membedakan faktor penyebab terjadinya batu ginjal melalui beberapa teori:
1) Teori nukleasi
Menurut teori ini, batu saluran kemih berasal dari kristal atau benda asing yang
terdapat dalam supersaturasi urine. Tahap terjadinya batu adalah berawal dari
adanya inti batu kemudian tumbuh karena dipengaruhi oleh substansi-subtansi
lain yaitu matriks protein, kristal, benda asing dan partikel lainnya selanjutnya
batu tersebut beragregasi.
2) Teori matriks
Menurut teori ini, batu saluran kemih terdiri dari komponen matriks yang berasal
dari protein (albumin, globulin dan mukoprotein) dengan sedikit hexose dan
hexosamine yang merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3) Teori inhibitor kristal
Menurut teori ini, diduga batu saluran kemih terjadi akibat tidak ada atau
berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) batu seperti magnesium, sitrat,
pyrophosfat, asam glikoprotein.
Selain ketiga teori tersebut ada faktor lain yang mempengaruhinya yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya batu
ginjal adalah adanya infeksi, statis urin, periode mobilisasi (lambatnya drainase
renal dan gangguan metabolisme kalsium), hiperkalsemia dan hiperkalsiuria
(penyebabnya: hiperparatiroid, asidosis tubulus renal, intake vitamin D yang
berlebihan, intake susu dan alkali yang berlebih, inflamasi usus, penggunaan obat
dalam jangka waktu lama). Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah keadaan
sosial ekonomi yang mayoritas di daerah industri, pola diet, jenis pekerjaan
dengan aktivitas fisik yang minimal, iklim yang cenderung panas, riwayat
keluarga (Tim perawat bedah RSCM, 2008).
V. KOMPLIKASI
Batu staghorn ini dapat memenuhi seleruh pelvis renalis sehingga dapat
menyebabkan obstruksi total pada ginjal. Pada tahap ini pasien mengalami retensi
urin sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika
terus berlanjut maka dapat menyebabkan gagal ginjal yang akan menunjukkan gejala-
gejala gagal ginjal seperti sesak, hipertensi, dan anemia (Bahdarsyam, 2003).
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis batu saluran kencing dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan fisik,
laboratorium dan radiologis yaitu ( Tim perawat bedah RSCM, 2008) :
a. Pemeriksaan fisik
Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardi, keringatan, mual dan demam.
Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat
batu melewati ureter menuju kandung kemih.
b. Laboratorium
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrat dalam urine. Selain itu, niali pH urie harus diuji
krena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0,
sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih
dari 7,2.
c. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung krmih. Dimana dapat
menunjukkan ukuran, bentuk,posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi
batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukkan jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat, sedangkan dengan desintas rendah menunjukkan jenis
batu stuvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tiak dapat membedakan batu
di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
d. Intavenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan meniali anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kems akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
e. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukkan ukuran, bentuk , posisi batu dan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien
yag alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah
kesulitan untuk menunjukkan batu ureter dan tidak dapat membedakan
klasifikai batu.
f. Computed Tomographic (CT) scan
Pemidaian CT akan mnghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
VII. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan medis adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infksi dan
mengurangi obstrksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa
operasi dan pembedahan terbuka ( Tim perawat bedah RSCM, 2008)..
a. Medikamentosa
Terapi medikamnetosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yatu
dengan diameter < 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempermudah keenceran urine dan diet
makanan tertentu yang dapat mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien harus minum palng
sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan
Anlgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu
dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau oabat antiinflamasi nonsterois seperti ketorolak dan
naproxen dapat diberikan terganung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat
digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila
terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeki sekunder. Setelah batu dikeluarkan untuk mencegah atau meghamba
pembentkan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non invasif dan tanpa pebiusan. Pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untu
memecah batu. Alat ESWL adalah emecah batu yang diperkenalkan pertama
kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemis. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap
di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu yang terdiri atas memecah abtu dam kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran
kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada
kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi adalah :
- PNL (Percutaneous Nephro Litholapoxy) adalah usaha mengeluarkan batu
yang berada didalam slauran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudia
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
- Litotrpsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memeasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
- Uretroskopi atau uretro-renoskop adalah dengan memsaskkan alat
uretroskopi pre-uretrum. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam uretre maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan uretroskopi ini.
- Ekstra dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
memalui alat keranjang dormia.
e. Tindakan operasi
Penanganan batu saluran kencing baisanya terlebih dahulu diusakhakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan
bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan
lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, anmun dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, seperti
nefrolitotomi, ureterolitotomi, vesikolitomi dll.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
b. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi colecting system.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nutrisi inadekuat.
Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Classification Nursing Intervention Classification
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 Pain Management(1400) :
dengan agen cedera biologis . x 24 jam, nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil 1. Lakukan pengkajian yang komperhensif pada nyeri, termasuk
Pain Level (2102) : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor pencetus nyeri.
Indikator 1 2 3 4 5 2. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
1 Melaporkan terhadap ketidaknyamanan, seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
nyeri X √
berkurang kegaduhan.
3. Ajarkan pasien teknik distrasksi (nonfarmakologi), seperti bernapas
2 Menyatakan lambat dan berirama.
rasa nyaman
X √ Analgesik Management :
setelah nyeri
berkurang 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
Keterangan :
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
OUTCOME Saat Ini X Target √ 3. Cek riwayat alergi.
1 Penyimpangan sangat berat
4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri;
2 Penyimpangan berat
3 Penyimpangan sedang 5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
4 Penyimpangan ringan pertama kali.
5 Tidak ada penyimpangan
6. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
7. Evaluasi dan catat efektivitas analgesik dan efeksamping.
Konsentrasi filtrate
meningkat sehingga
Hiperstatik & spasme terjadi supersaturasi
↓ Efek retensi urin
otot untuk mendorong
Pembentukan kristal- ↓
batu
kristal Refluksi urin
↓
↓ ↓
Mengaktifkan proses
Kristal-krstal saling Hidronefrosis
inflamasi (pelepasan
mengadakan agregasi Hidronefrosis ↓
mediator oleh mast
& menarik bahan- ↓ Mendesak lambung
cell : bradikinin,
bahan lain Nefron mengalami ↓
histamin, &
↓ kerusakan Merangsang saraf
prostaglandin)
Agregasi kristal ↓ pusat pencernaan
↓
menempel pada >1 Eritropoetin menurun ↓
Menstimulus
collecting sistem ↓ Mual & muntah
nosiceptor oleh
↓ Anemia ↓
serabut C melalui
Batu Staghorn ↓ MK :
aferen
↓ Gangguan suplai O2 ketidakseimbangan
↓
Obstruksi ke jaringan nutrisi kurang dari
Mekanisme nyeri
sebagian/seluruh ↓ kebutuhan tubuh
(transduksi, transmisi,
modulasi dan collecting sistem Kadar O2 ke paru
persepsi) ↓ menurun
↓ Terjadi sumbatan ↓
MK : Nyeri akut aliran urin Sesak napas
↓ ↓
Gangguan fungsi MK : Gangguan pola
tubulus untuk napas
memekatkan urin
↓
Oliguria / poliuria
↓
MK : Gangguan
eliminasi urin
DAFTAR PUSTAKA