Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana adalah suatu sistem untuk mengatur dan
merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan dalam
sebuah pernikahan. Hal ini sangat dianjurkan dan memang banyak manfaat
yang dirasakan, kuantitas sedikit tapi lebih bermutu itu lebih baik dari pada
kuantitas banyak tapi mutunya kurang. Penggunaan KB dapat memplaning
masa depan anak dan juga tentang gizi anak tentunya lebih terjamin karena
sudah ada perencanaannya.
Coitus Interuptus (senggama terputus) merupakan salah satu usaha
kontrasepsi yang paling tua. Cara ini banyak digunakan di Benua Eropa
pada abad ke-18 dan memegang peranan penting dalam pembatasan
penduduk. Kira-kira 50 % dari suami istri mempergunakan pada waktu itu.
Pada pertengahan abad ini masih juga dipergunakan di Jamaika 60%,
Puerto Rico 54% dan Ungaria 67%.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan akseptor KB
Alamiah metode kalender yang meliputi tentang pengertian metode
kalender 67,6 % dikategorikan baik, pemahaman masa subur 64,6 %
dikategorikan kurang, pengetahuan tentang keuntungan metode kalender 60
% dikategorikan baik, pengetahuan tentang kerugian metode kalender 67,6
% dikategorikan kurang, pengetahuan tentang pelaksanaan metode kalender
76,9 % dikategorikan kurang. Kesimpulan dari hasil penelitian secara
keseluruhan tentang gambaran pengetahuan akseptor KB alamiah metode
kalender secara umum termasuk kategori kurang (57,1%).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian senggama terputus?
2. Apa saja efek samping dari senggama terputus?
3. Apa saja indikasi dan kontra indikasi senggama terputus?
4. Apa saja komplikasi dari senggama terputus?
1
5. Apa saja pemecahan masalah dan rujukan KB yang bermasalah?
6. Apa saja pengertian metode pantang berkala?
7. Apa saja efek samping metode pantang berkala?
8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi metode pantang berkala?
9. Apa saja komplikasi metode pantang berkala?
10. Apa saja pemecahan masalah dan rujukan KB yang bermasalah?
C. Tujuan Penulisan
1. Apa pengertian senggama terputus
2. Apa saja efek samping dari senggama terputus
3. Apa saja indikasi dan kontra indikasi senggama terputus
4. Apa saja komplikasi dari senggama terputus
5. Apa saja pemecahan masalah dan rujukan KB yang bermasalah
6. Apa saja pengertian metode pantang berkala
7. Apa saja efek samping metode pantang berkala
8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi metode pantang berkala
9. Apa saja komplikasi metode pantang berkala
10. Apa saja pemecahan masalah dan rujukan KB yang bermasalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Senggama Terputus
1. Pengertian Senggama Terputus
3
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan
penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender
akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah
14 per 100 wanita per tahun.
2. Efek Samping Senggama Terputus
Efek dari senggama terputus adalah kurangnya/terputusnya
rasa puas atau nikmat dari hubungan suami istri saat orgasme.
4
4) Suami sulit untuk bekerjasama
5) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
4. Komplikasi Senggama Terputus
Dalam metode senggama terputus tidak ada komplikasi yang
memberatkan bagi suami ataupun istri, hanya saja terdapat
ketidakpuasan saat orgasme.
5. Pemecahan Masalah dan Rujukan KB yang bermasalah
Dalam senggama terputus masalah yang paling sering dialami
suami ataupun istri adalah ketidakpuasan saat orgasme, maka dari itu
pemecahan masalah nya adalah dengan membuat komunikasi yang
baik antara suami dengan istri .
B. Metode Pantang Berkala/Metode Kalender
1. Pengertian Metode Kalender
5
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.
Syarat-syarat :
a. Perbedaan siklus terpanjang dan terpendek harus kurang dari 10
hari.
b. Tidak ada keadaan-keadaan yang mengubah keteraturan siklus,
misalnya
1. gangguan emosional,
2. beberapa tahun post menarrhoe,
3. beberapa tahun pra menopause,
4. beberapa bulan post partum/abortus.
Angka kegagalan :
1. Teoritis : 15 kehamilan/HWY
2. Sebenarnya : 25 - 40/STW.
Sebab-sebab kegagalan :
1. Kurang pengetahuan.
2. Taking a chance (mengambil resiko).
3. Kemampuan membuahi dari spermatozoa melebihi 2 x 24 jam.
4. Ovulasi tidak teratur (wanita muda sering ovulasi lebih cepat,yaitu
kurang dari 14 hari).
5. Ovulasi 2 kali (pada fase hyperthermic dari satu siklus).
6
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu yang tepat
dari ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14 ±2
hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan
demikian pada wanita dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi
ovulasi, sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan. Selain
itu, ada kemungkinan bahwa pada wanita dengan haid teratur oleh
salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada
saat semestinya.
7
b. Kontraindikasi
Yang seharusnya tidak menggunakan/kontak indikasi
1. Perempuan yang dari segi umur, paritas ata umasalah
kesehatannyamembuat kehamilan menjadi suatu kondisi
resiko tinggi
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera
setelah(abortus), kecuali MOB
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja
sama(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus
haid.
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah
genitalianya
4. Komplikasi Metode Kalender
Dalam penggunaan metode kalender tidak ada komplikasi yang
ditimbulkan.
5. Pemecahan Masalah dan Rujukan KB yang bermasalah
Dalam KB kalender pemecahan masalah hanya pada penguatan
kerja sama antara suami dan istri untuk menjalin hubungan yang sesuai
dengan metode kalender yang dijadwalkan.
6. Rujukan KB yang bermasalah
Bertujuan untuk :
a. Terwujudnya suatu jaringan pelayanan MKET yang terpadu
disetiap tingkat wilayah, sehingga setiap unit pelayanan
memberikan pelayanan secara berhasil guna dan berdaya guna
maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing
b. Peningkatan dukungan terhadap arah dan pendekatan gerakan KB
Nasional dalam hal perluasan jangkauan dan pembinaan peserta
KB dengan pelayanan yang makin bemutu tinggi serta
pengayoman penuh kepada masyarakat
8
Jenis Rujukan :
Rujukan MKET dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu sebagai berikut:
a. Pelimpahan Kasus
1) Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih
sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengan
maksud memperoleh pelayanan yang lebih baik dan sempurna
2) Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih
mampu ke unit pelayanan yang lebih sederhana dengan maksud
memberikan pelayanan selanjutnya atas kasus tersebut
3) Pelimpahan kasus ke unit pelayanan MKET dengan tingkat
kemampuan sama dengan pertimbangan geografis, ekonomi
dan efisiensi kerja.
b. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat
dilakukan dengan :
1) Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang
lebih mampu ke unit pelayanan MKET yang lebih
sederhana dengan maksud memberikan latihan praktis
2) Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang
lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih
mampu dengan maksud memberikan latihan praktis
9
3) Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan MKET dengan
tingkat kemampuan sama dengan maksud tukar-
menukar pengalaman
c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
1) Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan
MKET yang lebih mampu dengn maksud menegakkan
diagnose yang lebih tepat
2) Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud untuk
dicobakan atau sebagai informasi
3) Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit
pelayanan dengan tingkat kemampuan sama dengan maksud
sebagai informasi atau untuk dicobakan
Sasaran Rujukan MKET
a. Sasaran obyektif
1) PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET
2) Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
3) Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan
4) Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan
pemakaian MKET
5) Pengetahuan dan keterampilan MKET
6) Bahan-bahan penunjang diagnostic
b. Sasaran subyektif
1) Petugas-petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah
2) Tata Laksana Rujukan
3) Internal antar petugas di satu Puskesmas
4) Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
5) Antara masyarakat dan Puskesmas
6) Antara satu Puskesmas dan Puskesmas yang lain
7) Antara Puskesmas dan Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas
pelayanan kesehatan yang lain
10
8) Internal antara bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
9) Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain
dan Rumah Sakit, Laboratorium atau fasilitas pelayanan yang
lain.
10) Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan
menyerahkan klien-klien ke fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan
pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu
melalui upaya rujukan.
11) Untuk itu, dalam melaksanakan rujukan harus telah pula
diberikan:
12) Konseling tentang kondisi klien-klien yang menyebabkan perlu
dirujuk
13) Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat
rujukan
14) Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan
yang dituju
15) Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju
mengenai kondisi klien saat ini, riwayat kesehatan sebelumnya,
serta upaya/tindakan yang telah diberikan
16) Bila perlu diberikan upaya mempertahankan keadaan umum
klien
17) Bila perlu, kartena kondisi klien, dalam perjalanan menuju
tempat rujukan harus didampingi perawat/bidan
18) Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar
memungkinkan segera menerima rujukan klien.
19) Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah
memberikan upaya penanggulangan dan kondisi klien telah
memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ke tempat
fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu
memberikan:
11
20) Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi
upaya penanggulangan
21) Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan
penggunaan kontrasepsi
22) Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk
mengenai kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang
telah diberikan serta saran-saran upaya pelayanan lanjutan yang
harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi.
C. Program KIE Dan Pelayanan KIE
12
b. Kie Kelompok
c. Kie Perorangan
a. Radio
b. Televisi
c. Mobil Unit Penerangan
d. Penerbitan/ Publikasi
e. Pers/ Surat Kabar
f. Film
g. Kegiatan Promosi
3. Prinsip Kie
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :
a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu ( status
pendidikan, social ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.
c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami.
d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh
dari kehidupan sehari – hari.
e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang
dimiliki ibu.
D. Konseling Keluarga Berencana
13
1. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi
yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada
saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi
yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif
sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya
yang ada.
2. Tujuan Konseling
Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain :
a. Meningkatkan penerimaan.
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara
mendengarkan, berbicara dan komunikasi non verbal
meningkatkan penerimaan KB kondom/diafragma oleh klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan
memilih cara yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan
kondisi klien
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif.
Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui
bagaimana menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana
mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang cara tersebut
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.
Kelangsungan pemakain cara KB akan lebih baik bila klien
ikut memilih cara tersebut,mengetahui bagaimana cara kerjanya
dan bagaimana mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan
pemakainan juga lebih baik bila ia mengetahui bahwa ia dapat
berkunjung kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien
hanya ingin tahu kapan ia harus kembali untuk memperoleh
pelayanan
3. Jenis Konseling KB
14
Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga
tahap. Konseling awal pada saat menerima klien, konseling khusus
tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut.
a. Konseling Awal
Konseling awal bertujuan untuk memutuskan metode apa
yang akan dipakai, didalamnya termasuk mengenalkan pada klien
semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik,
kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya
itu. Bila dilakukan dengan objektif, konseling awal membantu
klien untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat konseling
awal antara lain menanyakan pada klien cara apa yang disukainya,
dan apa yang dia ketahui mengenai cara tersebut, menguraikan
secara ringkas cara kerja, kelebihan dan kekurangannya.
b. Konseling Khusus
Konseling khusus mengenai metoda KB memberi
kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan tentang cara
KB tertentu dan membicarakan pengalamannya, mendapatkan
informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin
dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang
cocok serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana
menggunakan metoda tersebut dengan aman, efektif dan
memuaskan.
c. Konseling Tindak Lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau
pemeriksaan ulang maka penting untuk berpijak pada konseling
yang dulu. Konseling pada kunjungan ulang lebih bervariasi dari
pada konseling awal. Pemberi pelayanan perlu mengetahui apa
yang harus dikerjakan pada setiap situasi. Pemberi pelayanan harus
dapat membedakan antara masalah yang serius yang memerlukan
rujukan dan masalah ynag ringan yang dapat diatasi di tempat.
4. Langkah Konseling
15
a. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier
Gallen dan Leitenmaier memberikan satu akronim yang
dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan
konseling. Akronim tersebut adalahGATHER yang merupakan
singkatan dari :
G : Greet
T : Tell
H : Help
E : Explain
16
R : Refer dan Return visit
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah
suatu metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi
ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.
Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus
interuptus, hendaknya pasangan memperhatikan indikasi dan kontra
indikasi dari metode ini. Klien atau akseptor yang menggunakan metode
kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau
pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan
maupun tertulis.
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi
maupun non kontrasepsi. Metode coitus interuptus ini mempunyai
keterbatasan namun akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
KB sistem kalender adalah usaha untuk mengatur kehamilan
dengan menghindari hubungan badan selama masa subur seorang wanita.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini agar pembaca dapat
memahami tentang senggama terputus dan metode pantang berkala
18
DAFTAR PUSTAKA
19