Vous êtes sur la page 1sur 54

BAB I

LATAR BELAKANG

Pegagan atau Centella asiatica L. termasuk ke dalam famili tumbuhan umbelliferae


atau apibiaceae. Dikenal sebagai rumput kaki kuda, antanan gede, panegowang atau kisu-
kisu. Pegagan mengandung senyawa Asiaticoside, thankuniside, isothankuniside,
rnadecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol,
centellose, carotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium,
kalsium, besi, vellarine (campuran antara damar dan minyak terbang) dan zat semak dan
tanin. Pegagan dapat digunakan untuk kecantikan dan bisa juga digunakan sebagai anti aging,
hal ini telah di buktikan oleh Bonte dan kawan-kawan dalam penelitian mereka yaitu pada
kultur fibroblast wanita yang berusia 50 tahun. Penggunaan herba pegagan secara empiris
yaitu 10-15g pegagan segar atau 2,0-4,0g pegagan kering yang kemudian ditumbuk dan
direbus sampai kental kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit, dimana kandungannya
yang dapat membuat herba pegagan sebagai antiaging adalah suatu glicosida triterpenoid
yang umumnya dikenal sebagai asiaticoside yang dapat meningkatkan sintesis colagen tipe I
yaitu 25-30% dalam waktu 24 jam dan glicoside madecassoside yang dapat meningkatkan
kolagen tipe III dalam waktu 72 jam.
Emulgel merupakan sediaan dua fase yang terdiri dari molekul organik yang
merupakan fase besar yang berpenetrasi dalam air dan fase kecil emulsi minyak yang dibuat
(1)
dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent) . Emulgel merupakan
pengembangan dari bentuk sediaan gel. Emulgel yang digunakan yaitu gel yang mengandung
emulgator hidrofil yang sangat cocok untuk dipakai pada kulit dengan fungsi kelenjar lemak
(2)
yang berlebihan . Emulgel memiliki daya sebar yang baik pada kulit, mudah dicuci dengan
(1)
air, dan teksturnya lebih lembut . Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel
karena terdapatnya 2 fase minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit,
teksturnya yang lebih lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki
(1)
daya sebar dan stabilitas yang baik .
Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) merupakan polimer turunan selulosa yang
dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna tidak berasa, dan punya retensi
yang baik terhadap serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila
mengering pada kulit.

1
Pada penelitian sebelumnya sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk krim.
Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.)
merupakan suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru dan merupakan pengembangan
dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi
rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang
menggunakan HPMC sebagai gelling agent.
Pola penelitian yang akan dilaksanakan dimulai dari pengumpulan dan penyediaan
bahan penelitian, dimana bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba
pegagan (Centella asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (BALITRO) Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
Proses selanjutnya pemeriksaan rebusan meliputi identifikasi senyawa rebusan dan uji
organoleptis rebusan yang dilanjutkan dengan penyusunan formulasi emulgel. Evaluasi
stabilitas fisik pada sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti pewarnaan,
homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap pemisahan.

2
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

Pegagan adalah bahan alam yang sering digunakan dalam pengobatan secara
tradisional turun temurun sebagai meningkatkan sistim kekebalan tubuh alami. Herba
pegagan secara alami hanya dibuat rebusan atau dikonsumsi langsung (dimakan langsung)
oleh masyarakat. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat,
herba pegagan dapat dibuat berbagai macam bentuk sediaan lain seperti syrup herba pegagan,
tablet atau kapsul dari ekstrak pegagan.
Salah satu aplikasi bentuk lain sedian farmasi dari Herba Pegagan dapat digunakan
untuk kecantikan dan bisa juga digunakan sebagai anti aging, Emulgel merupakan sediaan dua
fase yang terdiri dari molekul organik yang merupakan fase besar yang berpenetrasi dalam air
dan fase kecil emulsi minyak yang dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling
agent). Pada penelitian sebelumnya sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk krim.
Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.)
merupakan suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru dan merupakan pengembangan
dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi
rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang
menggunakan HPMC sebagai gelling agent.

3
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori
(3)
1. Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

Gambar 1. Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)


a. Klasifikasi
Kingdom:Plantae
Ordo: Apiales
Famili: Umbelliferae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urban
b. Sinonim : Hydrocotyle asiatica L., Pes equines Rumph.
c. Nama Daerah
Sumatera : daun kaki kuda, daun penggaga, pegagan, rumput kaki kuda (Melayu).
Jawa : antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggangan, kerok batok,
pentegowang, panigowang, rending, calingan rambut (Jawa), kos-tekosan (Madura).
Sulawesi : pegaga (Makasar), dau tungke-tungke (Bugis). Maluku : kori-kori
(Halmahera), kolotidi menorah (Ternate). Irian : dogauke, gogauke, sandanan.

d. Nama Asing : Ji xue cau (C), Indian pennywort (I), indische waternavel, paardevoet
(B).

e. Nama simplisia : Herba pegagan (Centella herba)

f. Uraian Tumbuhan
4
Pegagan tumbuh liar di padang rumput, tapi selokan, sawah, atau ditanam sebagai
penutup tanah di perkebunan dan di pekarangan sebagai tanaman sayur. Pegagan berasal
dari Asia tropik, menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari, atau agak
terlindung, dapat ditemukan di daerah dataran rendah samapi daerah dengan ketinggian
2.500 m dpl. Terna, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-
stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak
percabangan yang membentuk tumbuhan baru. Daun tunggal, bertangkai panjang,
tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk
ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-7 cm. Bunga
tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar
dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil, bergantung, berbentuk
lonjong pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit. Daunnya dapat
dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat di perbanyak dengan
pemisahan stolon dan biji.
g. Kandungan Kimia
Pegagan mengandung asiaticoside, thankunisde, isothankunisde,
madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid,
hydrocotyline, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam
kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi), zat pahit vallerine dan zat samak. Diduga,
senyawa glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai
aktivitas penyembuhan penyakit.
h. Sifat dan Khasiat
Herba rasanya manis, sifatnya sejuk, berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik,
antirematik, penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretic ringan),
pembersih darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik),
penenang (sedative), mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah
tepi (vasodilator perifer). Khasiat sedative terjadi melalui mekanisme kolinergik di
susunan saraf pusat.

i. Bagian yang Digunakan


Bagian yang digunakan adalah herba (seluruh bagian tanaman, kecuali akar).
j. Pembuatan ekstrak herba pegagan
5
Berdasarkan penelitian sebelumnya, herba pegagan di ekstraksi dengan cara di
rebus. Herba pegagan kering dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, setelah itu
o
direbus dengan 1 liter air sampai mendidih pada suhu 100 C, sambil sesekali diaduk.
Pemanasan dilakukan hingga tersisa 0,5 liter. Kemudian dienap tuangkan, bila perlu
didiamkan hingga dingin dan disaring. Sari diuapkan pada tekanan rendah (72 bar)
o
dengan menggunakan rotavapor pada suhu 50 C dan putaran 50 rpm hingga konsistensi
(16)
yang dikehendaki kemudian didinginkan .

1. Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh. Kira-kira sebesar 17% dari berat tubuh
manusia. Pada umumnya pH kulit manusia berkisar 4,5-6,5. dan memiliki ketebalan kulit
sekitar 3-5mm. Fungsi utama dari kulit adalah untuk melindungi struktur dibawahnya
dari trauma, perbedaan suhu, masuknya benda-benda yang berbahaya ke dalam kulit,
(6)
kelembaban, radiasi, dan invasi mikroorganisme .
Lapisan kulit ada tiga, yaitu epidermis yang mempunyai fungsi utama sebagai
barrier tubuh, dermis yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga tubuh dari luka
mekanis, mendukung dermal appendage dan epidermis, dan jaringan subkutan yang
mempunyai fungsi utama mendukung dermis dan epidermis, dan sebagai tempat
(6,7)
penimbunan lemak .
Absorpsi dan penetrasi dari bahan-bahan yang digunakan secara topikal dapat
terjadi melalui tiga cara, yaitu melalui seluruh permukaan stratum korneum yang utuh
yang merupakan 99,7% dari permukaan kulit (transepidermal resorption), melalui folikel
rambut yang merupakan 0,2% dari permukaan kulit (transfolikular resorption), melalui
(7,8)
saluran kelenjar keringat yang merupakan 0,04% dari permukaan kulit .
Sejumlah bahan-bahan dapat melewati permukaan kulit, karena kulit merupakan
media difusi. Difusi melalui lapisan epidermis berlangsung secara lambat dan pasif,
difusi melalui folikel rambut berlangsung cepat dan aktif, sedangkan peranan kelenjar
(7)
keringat sebagai media difusi sangat kecil .

(13,14)
3. Proses penuaan kulit

6
Perubahan kulit berkaitan dengan faktor lingkungan, genetik, nutrisi, dan faktor
lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor penyebab penuaan kulit
yakni penuaan yang disebabkan oleh gen atau disebut faktor intrinsik (internal) dan faktor
ekstrinsik (eksternal) yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti paparan sinar
matahari.
Penuaan yang disebabkan oleh faktor intrinsik, juga dikenal sebagai proses penuaan
alami, adalah proses penuaan yang biasanya dimulai pada pertengahan usia 20 tahun.
Dalam kulit, produksi kolagen melambat dan berkurangnya kadar elastin. Hal ini ditandai
dengan lambatnya proses regenerasi sel-sel kulit. Kandungan serat elastin dan kolagen
pada kulit akan semakin berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya ketebalan
dermis sebanyak 20%. Hilangnya serat-serat ini berakibat buruk terhadap kelembaban
dan kekencangan kulit sehingga menimbulkan kerut / keriput.
Umumnya faktor ekstrinsik yang dapat mempercepat proses penuaan adalah sinar
matahari, rokok, posisi tidur dan alkohol. Faktor ekstrinsik ini dapat dicegah dengan
penggunaan sunblock, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta perubahan
pada posisi tidur.
(9)
4. Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam
batasan emulsi, fase pendispersi dianggap sebagai fase luar atau fase kontinyu. Emulsi
yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air
M
( /A) sedangkan emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut
A
emulsi air dalam minyak ( /M). Pemilihan tipe emulsi untuk suatu sediaan tergantung dari
sifat zat yang akan dimasukkan ke dalam emulsi dan maksud dari pemakaian. Untuk
mendapatkan sediaan emulsi yang stabil dibutuhkan zat pengemulsi. Zat pengemulsi
(emulgator) harus mempunyai kualitas yang salah satunya dapat bercampur dengan bahan
formula yang lain dan tidak mengganggu atau mempengaruhi kestabilan atau efikasi dari
zat berkhasiat, tidak terurai, tidak toksik dan memiliki bau, warna, rasa yang lemah.
Emulsi farmasi bila disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair bisa dipakai secara oral,
topikal, atau parenteral.

7
Emulsi semisolid digunakan secara topikal. Banyak preparat farmasi yang mungkin
sebenarnya emulsi tetapi tidak digolongkan sebagai sediaan emulsi karena akan lebih
tepat bila digolongkan ke dalam sediaan farmasi lainnya. Misalnya, lotio-lotio tertentu,
liniment, krim, salep dan masih banyak lagi. Sedangkan emulgel merupakan sediaan
emulsi dan sedian gel yang dikembangkan untuk mendapatkan sediaan yang lebih baik
berdasarkan maksud penggunaan.

5. Gel
Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang
(10)
terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh cairan . Jika matriks
yang saling melekat kaya akan cairan, maka produk ini seringkali disebut jelly: contoh,
jelly Efedrin sulfat dan jelly yang biasa dimakan. Jika senyawa makro molekul
terdistribusi merata dalam media cair (batasan fase padat tidak terlihat) disebut dengan
gel satu fase (single-phase gels) dan jika fase massa gel erupa partikel kecil yang berbeda
dengan bentuk yang nyata dalam media pendispersi maka gel ini dikelompokkan sebagai
(9)
sistem dua fase (two phase system) dan sering juga disebut magma atau susu .
Menurut aspek-aspek kimia dan teknologi farmasetika, gel dikelompokkan menjadi
(2)
gel hidrokarbon, lipogel, gel emulsi, gel polietilenglikol dan hidrogel . Berdasarkan sifat
pelarutnya gel dibedakan menjadi hidrogel (pelarut air), organel gel (pelarut bukan
air/pelarut organik) dan xerogel yaitu gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut
yang rendah.
Bahan pengembang (gelling agent) adalah komponen dasar pembentuk sediaan gel.
Gelling agent yang digunakan harus bersifat netral, aman, dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formula. Gelling agent dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Bahan organik yang biasanya membentuk fase tunggal. Gelling agent yang termasuk
bahan organik antara lain: turunan selulosa, natrium alginat, amilum tragakan, PVA
dan PVP.
b. Bahan organik yang biasanya membentuk gel dua fase. Gelling agent yang termasuk
bahan anorganik adalah aerosol dan bentonit.
6. Emulgel
Emulgel adalah merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang berisi fase besar
molekul organik yang terpenetrasi dalam air dan fase kecil dari fase emulsi minyak yang
dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent).

8
Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase
minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih
lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan
(1)
stabilitas yang baik . Formula pada penelitian ini mengacu pada formula seperti pada
tabel I hal 25.
Evaluasi stabilitas fisik pada sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti
pewarnaan, homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap pemisahan. Berdasarkan
emulgator yang digunakan dalam pembuatan emulgel, maka emulgel dapat dibedakan
menjadi :
a. Gel yang mengandung emulgator lipofil
Sifat emulgel dari basis yang mengandung emulgator lipofil adalah tingginya daya
serap terhadap air, maka dinyatakan sebagai basis absorpsi. Dengan adanya air basis
A
tersebut membentuk sistem emulsi jenis /M (krim A/M). Secara terapetik basis absorpsi
berada di antara salap hidrokarbon hidrofob dan salap trigliserida. Oleh karena itu, basis
absorpsi dapat mempunyai efek meminyaki maupun efek penutup kulit. Pernapasan kulit,
hampir tidak dipengaruhinya dibanding dengan basis hidrofob. Sistem mengandung air
memiliki daya sebar yang baik dan mudah dioleskan dan penampilan yang baik.
Sebagai emulgator khususnya digunakan alkohol malam bulu domba yang telah
digunakan sejak lama dalam bentuk malam bulu domba atau campuran alkohol terisolasi
(alkohol malam bulu domba). Basis menyerap air banyak diperoleh dengan
menambahkan komponen tensid sintetis (ester asam lemak sorbiton dan alkohol lemak
rendah teretoksilasi). Khususnya digunakan untuk membuat preparat kosmetik. b. Gel
yang mengandung emulgator hidrofil
M
Basis emulsi hidrofil dapat menghasilkan salap emulsi ( /A) dengan penambahan
air. Oleh karena itu dalam sediaan ini air membentuk fase luar, maka baik sifat maupun
A
prinsip penggunaanya berbeda dengan preparat ( /M). Sediaan semacam ini sangat cocok
untuk dipakai pada kulit dengan fungsi kelenjar keringat yang berlebihan.
Keuntungan dari sediaan ini antara lain :
1) Daya serap pada kulit baik
2) Efek dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit.
3) Tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, khususnya respiratio sensibilis, oleh karena
tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori kulit.

9
4) Mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh yang
berambut.
5) Tampak putih dan bersifat lembut.
6) Tipe basis inilah yang paling umum dipakai dari emulsi farmasi dan emulsi kosmetik
terdiri dari air sebagai salah satu fase dan minyak atau lemak yang sebagai fase
M
lainnya. Basis dengan tipe ( /A) lebih banyak digunakan sebagai obat yang tercuci
dengan air untuk tujuan kosmetik umum.

7. Stabilitas
Sediaan dapat mengalami penguraian yang berdampak pada kualitas, efektifitas,
dan keamanan dari sediaan tersebut. Dalam hal ini kestabilan emulsi dan gel sebagai
komponen penyusun emulgel turut mempengaruhi kestabilan sediaan emulgel. Kestabilan
emulsi ditentukan oleh gaya, yaitu:
a. Gaya tarik-menarik yang menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan mengendap,
b. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh tumpang-tindih lapisan ganda elektrik yang
bermuatan sama.
Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid. selain itu ada beberapa hal yang
mempengaruhi stabilitas emulsi, seperti tegangan antarmuka yang rendah, kekuatan
mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka, tolakkan listrik double layer, relatifitas fase
pendispersi yang kecil, dan tingginya viskositas. Terdapat 3 bentuk ketidakstabilan
emulsi, yaitu:
a. Flokulasi dan Creaming
Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan pada suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang
paling pekat akan berada di atas atau di bawah tergantung dari bobot jenis fase yang
terdispersi. Dalam hal ini, emulsi masih dapat diperbaiki dengan pengocokan karena film
antar permukaan masih ada.
b. Koalesen dan Demulsifikasi
Koalesen adalah penggabungan globul-globul menjadi lebih besar. Demulsifikasi
adalah keadaan dimana kedua fase terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak
tercampur. Dalam hal ini emulsi tidak dapat diperbaiki lagi dengan pengocokan. c.
Inversi Fase (Pengubahan Fase).
Inversi fase merupakan peristiwa berubahnya tipe emulsi (o/w) ke tipe (w/o) atau
sebaliknya. Inversi dihasilkan dengan mengubah perbandingan volume fase. Mekanisme
10
stabilitas gel yakni dengan terbentuknya rantai polimer akibat terbasahinya gelling agent,
rantai polimer tersebut akan sambung silang yang membentuk ruangan untuk menjebak
zat aktif.
Formulasi gel yang tidak stabil di bawah keadaan normal menunjukkan perubahan
irreversible pada sifat rheologinya. Mekanisme ketidakstabilan dalam gel dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Syneresis
Syneresis terjadi apabila suatu gel didiamkan selama beberapa saat, maka gel tersebut
akan mengerut secara alamiah dan cairan pembawa yang terjebak dalam matriks keluar dari
matriks.
b. Swelling
Merupakan keadaan dimana terjadi penyerapan cairan oleh gel yang diikuti peningkatan
volume. Gel juga dapat menyerap sejumlah cairan tanpa peningkatan volume yang dapat
diukur yang disebut imbibisi.

(4,11)
8. Karakteristik Bahan
a. Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC)
Berupa ester selulosa, derivat dari alkali selulosa yang berasal dari reaksi metal klorida
dan propilen oksida. Pemeriannya berupa serbuk hablur berwarna putih, nonionik, berbentuk
larutan kental apabila dikembangkan dalam air. HPMC mudah larut dalam air dingin, agak
sukar larut dalam air panas, larut dalam pelarut polar, tak larut dengan alkohol anhidrat, eter
kloroform. Memiliki bentuk seperti lapisan film dan dapat berubah bentuk secara reversible
dari padatan menjadi cairan bila dipanaskan dan didinginkan konsentrasi yang biasa
digunakan sebagai pengental dan gelling agent 2-10%.
Larutan polimer dalam air, terutama derivat selulosa ditaruh, selama ± 48 jam.
Sesudah dilarutkan untuk mendorong terjadinya hidrasi seluruhnya, viskositas maksimum
(10)
dan agar menjadi jernih .

b. Polysorbat 80
Nama lain : Tween 80
Pemerian : Cairan, kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah
11
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol dalam etil asetal, dalam
metanol dan dioksin, tidak larut dalam minyak mineral.
Kegunaan : Surfaktan
c. Sorbitan monooleat
Nama lain : Span 80
Pemerian : Hablur putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan : Larut atau terdistribusi dalam minyak, larut dalam pelarut
organik, dalam air praktis tidak larut.
Kegunaan : Surfaktan
d. Parafin Liquid
Parafin liquid adalah campuran hidrokarbon yang cair yang diperoleh dari minyak tanah,
dapat mengandung stabilisator yang cocok.
Pemerian : Cairan bening mirip minyak; tidak berwarna; bebas atau praktis bebas
dari flouresensi; jika dingin, tidak berbau dan tidak berasa; jika dipanaskan berbau minyak
tanah lemah.
Kelarutan : Larut dalam minyak atsiridapat bercampur dengan sebagian besar minyak
lemak; kecuali minyak jarak; tidak larut dalam air dan etanol (95%)p. Kegunaan : Perawatan
kulit; pelarut; penambahan viskositas bukan air.
e. Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton dan kloroform, larut dalam
beberapa eter dan minyak essensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Kegunaan : Pelarut, pembasah dan humektan.

f. Metil Paraben
Nama lain : Nipagin
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak

12
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, larut
dalam 3 bagian propilenglikol, dalam 3,5 bagian etanol 95%P dan 3 bagian aseton p, mudah

larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas

dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika larutan didinginkan larutan tetap jernih.

Kegunaan : Pengawet
g. Propil paraben
Nama lain : Nipasol
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna dan tidak berbau
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam
eter, larut dalam 6 bagian propilenglikol, larut dalam 40 bagian gliserin dan larut dalam 40
bagian air mendidih.
Kegunaan : Pengawet
h. Natrium Metabisulfit
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
Kegunaan : Antioksidan

13
B. Kerangka Berfikir
Tanaman herba pegagan (Centella asiatica L. Urban) memiliki banyak khasiat,
diantaranya sebagai antiaging. Herba Pegagan mengandung saponin, asiatikosida, asam
asiatat, dan madekasat. Karenanya, tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan perawatan kulit
muka yang mulai kusam, atau kulit yang mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan.
Emulgel adalah merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang berisi fase besar
molekul organik yang terpenetrasi dalam air dan fase kecil dari fase emulsi minyak yang
dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent).
Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase
minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih
lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan stabilitas
yang baik. Emulgel dibuat dengan cara mencampurkan emulsi dan gel dengan perbandingan
tertentu. Syarat sediaan emulgel sama seperti gel. Sediaan gel untuk penggunaan dermatologi
harus mempunyai syarat sebagai berikut: thiksotropik, berlemak, mempunyai daya sebar yang
(1)
masih melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat tambahan .

Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) berupa ester selulosa, derivat dari alkali


selulosa yang berasal dari reaksi metil klorida dan propilen oksida. Pemeriannya berupa
serbuk hablur berwarna putih, nonionik, berbentuk larutan kental apabila dikembangkan
(11)
dalam air . HPMC merupakan polimer turunan selulosa yang akan membentuk suatu
lapisan film dan tidak memerlukan reaksi netralisasi. HPMC terdispersi masuk ke dalam
rongga yang dibentuk oleh molekul air menyebabkan terjadinya ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil (-OH) dari polimer dengan molekul air. Ikatan hidrogen ini yang berperan dalam
(11)
hidrasi pada proses sweeling dari suatu polimer .

Pembuatan emulgel anti aging dari rebusan Centella asiatica (L.) Urban merupakan
suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru. Emulgel merupakan pengembangan dari
bentuk sediaan gel dan sangat cocok karena emulgel memiliki daya sebar yang baik pada
kulit, mudah dicuci dengan air, teksturnya lebih lembut.
Pada penelitian ini akan dilihat optimasi konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose
(HPMC) pada. Kemungkinan peningkatan konsentrasi HPMC dapat mempengaruhi stabilitas
fisik emulgel tersebut.

C. Hipotesa
14
Peningkatan konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) sebagai gelling agent
dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan emulgel pegagan (Centella asiatica L. Urban).

15
BAB IV

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Aplikasi bentuk sediaan farmasi lain dari rebusan herba pegagan.

2. Untuk mengetahui manfaat (keuntungan) dari aplikasi bentuk sediaan farmasi lain,
dalam hal ini emulgel rebusan herba pegaga.

3. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose


(HPMC) sebagai gelling agent terhadap stabilitas fisik sediaan emulgel rebusan herba
pegagan yang dihasilkan (Centella asiatica L.).

4. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi pengetahuan tentang
mengenai pemanfaatan bahan alam terutama pegagan dalam pembuatan emulgel
BAB V

METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Alat-alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: timbangan analitik, viskometer
Brookfield (tipe RV), pH meter, alat-alat gelas, botol timbang, rotary evaporator, water bath,
oven, lemari pendingin, lumpang, stemper, botol vial, aluminium foil, pot plastic.
2. Bahan penelitian
Rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.), Propilenglikol, Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC), parafin cair, tween 80, span 80, metil paraben, propil paraben,
natrium metabisulfit, dan aquadest.
3. Pola Penelitian
a. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian
b. Pemeriksaan rebusan herba pegagan
c. Penyusunan formula emulgel
d. Pembuatan emulgel
e. Evaluasi sediaan emulgel
4. Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba pegagan (Centella
asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO)
Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan
spesifikasi yang sesuai standar literatur acuan.
b. Determinasi tanaman.
Herba pegagan di determinasi di Herbarium Bogoriense, LBN, LIPI-
Bogor. c. Pemeriksaan rebusan
1) Pembuatan rebusan herba pegagan.
Pegagan kering dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, setelah itu direbus
o
dengan 1 liter air sampai mendidih pada suhu 100 C, sambil sesekali diaduk. Pemanasan
dilakukan hingga tersisa 0,5 liter. Kemudian didiamkan hingga dingin dan disaring. Sari
o
dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator pada suhu 50 C dan putaran 50 rpm
hingga konsistensi yang dikehendaki kemudian didinginkan.
2) Identifikasi rebusan.
a) Saponin.
0,5 gram sample + aqua fervida, dinginkan, saring, filtrat kocok ad buih/busa.
Jika belum stabil ditambahkan HCl 2N 1 tetes, kocok ad busa stabil (± 5-10 menit).
b) Tanin.
1 gram sample + aqua fervida dipanaskan ad 1 jam, angkat, saring, dinginkan.
Filtrat ambil sedikit + FeCl3 ad warna biru.
c) Glikosida.
3 gram sample + labu didih + 9 ml aquadest. + 2 ml etanol 96% di refluk ad
mendidih selama 10 menit, diangkat, saring, dinginkan + Pb asetat 5% 25 ml, diamkan
selama 5 menit, masukkan dalam corong pisah, ekstraksi + kloroform : isopropanol =
3 : 2 sebanyak 3 x 3 ml, lapisan bawah uapkan ad kering + methanol ± 3-4 mlad dapat
dibagi menjadi 3 bagian dalam tabung rx. Tabung 1, 2 dan 3 → uapkan ad kering.
i. tabung 1 + H2SO4 (p) + asam asetat anhidrat ad warna biru (hijau
kehitaman/ungu).
ii. tabung 2 + aquadest. ± 2 ml + molish 1 tetes H2SO4 (p) ad warna ungu (cincin).
iii. tabung 5 + Asam asetat glacial ± 3 ml dipanaskan, angkat, dinginkan + FeCl3
1% 1 tetes dikocok + H2SO4 (p) ad cincin ungu.
3) Uji organoleptis rebusan
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau ekstrak yang
dilihat secara visual.
d. Penyusunan Formula Emulgel
Formula emulgel rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.) dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Formula emulgel
Bahan Kegunaan Jumlah (%)
F1 F2 F3 F4
Rebusan Herba
Pegagan Zat Aktif 3 3 3 3
HPMC Gelling Agent 3,5 4,0 4,5 5,0
Parafin Liquidum Minyak 10 10 10 10
Tween 80 Surfaktan 1,44 1,44 1,44 1,44
Span 80 Surfaktan 0,56 0,56 0,56 0,56
Propilenglikol Humektan 10 10 10 10
Metil Paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2
Natrium Metabisulfit Anti oksidan 0,01 0,01 0,01 0,01
Aqua ad Pelarut 100 100 100 100

d. Pembuatan emulgel
1) Fase emulsi
a) Span 80 dilarutkan dalam parafin liquid aduk hingga homogen (massa 1).
b) Na-metabisulfit dilarutkan dalam aquadest sisa perhitungan kemudian
dicampurkan dengan Tween 80 (massa 2).
c) Metil paraben dan Propil paraben dilarutkan dalam sebagian propilenglikol
masing-masing (1:5) dan (1:4) (massa 3).
d) Fase minyak (massa 1) dan fase air (massa 2, massa 3) dipanaskan terpisah pada
suhu 70-80 ºC, kemudian fase minyak dicampur dengan fase air diaduk hingga
homogen dan diperoleh pada suhu kamar. (massa 4)
2) Fase Gel
Hidroxypropyl Methylcellulose (HPMC) didispersikan sedikit demi sedikit dalam air,
aduk hingga terbentuk gel yang homogen, diamkan sampai terbentuk gel yang jernih.
(massa 5)
3) Fase gabungan
a) Rebusan yang telah dilarutkan dengan propilenglikol sisa ditambah massa 4 (fase
emulsi) dicampur, kemudian aduk hingga homogen. (massa 6)
b) Massa 5 ditambahkan massa 6 sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen.
c) Cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml.
d) Amati sediaan emulgel dari berbagai konsentrasi HPMC.

e. Evaluasi sediaan Emulgel


1) Pemeriksaan organoleptis sediaan emulgel
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau sediaan emulgel
yang dilihat secara visual dan diamati selama 6 minggu pada suhu kamar.
2) Pemeriksaan homogenitas
Emulgel dioleskan pada kaca objek, ditutup dengan cover glass, diamati dengan
penglihatan mata, dilihat apakah homogen dan permukaannya halus atau tidak dan selama
6 minggu pada suhu kamar.

3) Uji viskositas
Uji viskositas ditentukan dengan menggunakan viskometer Brookfield, sediaan
dimasukkan pada wadah, kemudian pada spindle nomor 4 dari viskometer dicelupkan
kedalamnya sampai garis tanda batas yang ada pada spindel lalu dinyalakan sampai spindle
berputar dan diatur kecepatannya dari 30 rpm, 50 rpm, 60 rpm, 100 rpm, dan kembali 60
rpm, 50 rpm, dan 30 rpm. Hasil pembacaan skala dicatat untuk menghitung viskositasnya.
4) Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan pH meter dengan mengkalibrasi pH
meter menggunakan elektroda yang dicelupkan dalam larutan dapar fosfat pH 7,0,
bersihkan kemudian dicelupkan dalam dapar fosfat pH 4,0, bersihkan. Ukur pH sediaan
dengan cara mencelupkan elektroda pada pH meter dalam sediaan, amati dan catat pH
yang tertera pada alat.
5) Uji Pemisahan fase
a) Metode uji sentrifugasi
Sebanyak 4,0 gram sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam secara bertahap dan diamati
terjadi pemisahan setelah pembuatan.
(15)
b) Uji freeze thaw
Siklus pemisahan fase dengan metode freeze thaw pada emulgel dilakukan
o o
penyimpanan pada suhu 4 C dan 45 C, sebanyak masing-masing 4,0 gram dari sediaan
emulgel dimasukkan ke dalam 8 vial, 4 vial untuk kontrol disimpan pada suhu normal dan
4 vial untuk siklus freeze thaw. Kemudian vial ditutup dan disimpan selama 3 hari pada
o o
suhu 4 C diamati perubahan organoleptisnya. Setelah penyimpanan pada suhu 4 C sediaan
o
disimpan pada suhu 45 C selama 3 hari, amati perubahan organoleptisnya. Siklus ini
dilakukan pada 3 siklus penyimpanan.

C. Analisa Data
Data di Analisa berdasarkan data hasil pengamatan uji viskositas yang diperoleh pada
setiap formula menggunakan uji Analisa Varian (ANAVA) satu arah dengan taraf kepercayaan
95% (α = 0,05) dan apabila terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan dengan uji
Tuckey-HSD dan Uji Duncan.
BAB VI

JADWAL PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik dan Laboratorium Kimia Analisa,
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 – Mei 2018

B. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia, Farmakognosi, Patologi
Klinik dan laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Waktu penelitian ini mulai dilakukan pada bulan
Agustus 2017 – Mei 2018.

Tabel 2. Rencana Penelitian


Agustus September Oktober November Desember Januari
Kegiatan
Pengumpulan dan
penyediaan bahan
penelitian
Ekstraksi sampel
Persiapan hewan
Pengujian KLT
Perlakuan uji
Analisa data hasil
penelitian
Penulisan Laporan
Penelitan
BAB VII
PERSONALIA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan oleh Tim Dosen Teknologi dan Farmakologi, Program Studi
Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA,
Jakarta, yang terdiri atas :
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Zainul Islam, M. Farm., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. NIDN/NPD : 0426067902
d. Bidang Ilmu : Farmakologi
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Farmasi dan Sains/Farmasi
g. Waktu Penelitian : 8 jam /minggu
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. NIDN/NPD : 0311048101
d. Bidang Ilmu : Teknologi Farmasi
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Farmasi dan Sains/Farmasi
g. Waktu Penelitian : 8 jam /minggu
BAB VIII

PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN


1. Honor

Waktu
Peneliti Honor/Jam Total
Jam/Minggu Minggu
Ketua Rp 5,000 8 24 Rp 1.000.000
Anggota Rp 5,000 8 24 Rp 1.000.000

Total Rp 2.000.000

2. Alat dan Bahan

Rincian bahan kebutuhan Jumlah satuan harga satuan Total harga


Bahan
Herba pegagan 10 kg Rp 15.000 Rp 150.000
Determinasi Ekstrak di
BALLITRO 1 - Rp1.000.000 Rp 1.000.000
HPMC 1 kg Rp 60.000 Rp 60.000
Parafin Liq 2 Liter Rp 15.000 Rp 30.000
Tween 80 2 Liter Rp 120.000 Rp 240.000
Span 80 2 Liter Rp 90.000 Rp 180.000
Propilenglikol 3 Liter Rp 80.000 Rp 240.000
Metil Paraben 1 kg Rp 60.000 Rp 60.000
Propil Paraben 1 kg Rp 55.000 Rp 55.000
Natrium Metabisulfit 1 kg Rp 42.000 Rp 42.000
Aqua ad 28 Liter Rp 11.000 Rp 308.000
Wadah (Toples tempat Air
Rebusan) 10 pc Rp 10.000 Rp 100.000
Tabung Gas elpiji 3 Kg 2 pc Rp 125.000 Rp 250.000
Kompor gas 1 set rinnai 1 set Rp 425.000 Rp 425.000
Total Alat Rp 3.140.000

Biaya Lainnya
Pembuatan Proposal 8 pc Rp 25.000 Rp 200.000
Pembuatan Laporan Akhir
8 Pc Rp 70.000 Rp 560.000
Laporan+CD
Total Biaya Lainnya Rp 760,000

Total Keseluruhan Rp 3.900.000


3. Perjalanan untuk Publikasi Ilmiah
Justifikasi
Material
pemakaian Kuantitas Harga satuan Total
Transport seminar Pulang pergi 2 orang Rp 600,000 Rp 1,200,000
Transport harian 2 hari 2 orang Rp 350,000 Rp 1,400,000
Total Rp 2,600,000
BAB IX
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Hasil identifikasi dan pemeriksaan rebusan herba pegagan.
a. Hasil identifikasi herba pegagan dapat dilihat pada tabel II.
Tabel 2. Hasil identifikasi ekstrak herba pegagan.
Kandungan
Pereaksi Pengamatan Hasil
kimia
Saponin HCl 2N busa stabil (± 5-10 menit). +
Terbentuk warna biru tua
Tanin FeCl3 +
atau hijau kehitaman
H2SO4 (p) + asam warna biru (hijau
Glikosida +
asetat anhidrat kehitaman /ungu)

b. Hasil pemeriksaan rebusan herba pegagan.


Tabel 3. Hasil pemeriksaan rebusan herba pegagan.
Bentuk Warna Bau pH Rendemen
Cairan kental Coklat Kehitaman Khas 5,05 21,29%

c. Bentuk fisik emulgel rebusan Herba Pegagan


Emulgel Rebusan herba pegagan dibuat dengan variasi konsentrasi Hydroxy
Propyl Methyl Cellulose 3,5%, 4,0%, 4,5% dan 5,0%. Dari masing-masing bentuk
fisik diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut.
Tabel 4. Bentuk fisik emulgel rebusan herba pegagan
FORMULA WARNA BAU HOMOGENNITAS
F1 Coklat tua Khas, Homogen
F2 Coklat muda Khas, Homogen
F3 Coklat muda Khas, Homogen
F4 Coklat muda Khas, Homogen

d. Hasil pengamatan organoleptik emulgel rebusan herba pegagan


Pengamatan organoleptik sediaan emulgel rebusan herba pegagan, pada
penyimpanan selama 6 minggu dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel 5. Hasil pengamatan organoleptis selama 6 minggu


Organoleptis
Waktu
Formula Pertumbuhan Lapisan pada
(minggu) Bau Homogenitas
Jamur permukaan
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
F1 3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - + +
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
F2 3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - + +
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
F3 3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - + +
0 - - - -
1 - - - -
2 - - - -
F4 3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - - -
Keterangan : (+) = Terjadi Perubahan, (-) = Tidak terjadi Perubahan

e. Hasil pengukuran pH sediaan emulgel rebusan herba pegagan, Pengukuran pH


dilakukan setiap minggu selama 6 minggu.
Gambar 2. pH sediaan selama penyimpanan

f. Pemeriksaan viskositas.
Data viskositas rata-rata Viskositas emulgel rebusan herba pegagan pada
50rpm dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kurva viskositas rata-rata.


6. Hasil Uji Pemisahan Fase Emulgel Rebusan Herba Pegagan
a. Uji dengan metode sentrifugasi
Hasil uji stabilitas stabilitas fisik emulgel rebusan herba pegagan dengan metode
sentrifugasi dapat dilihat pada tabel V.
Tabel VI. Pengaruh Sentrifugasi terhadap pemisahan fase

Kecepatan Pemisahan fase


Putaran (rpm) F1 F2 F3 F4
3000 + + - -
Ket : sentrifugasi dilakukan selama 20 menit
(+) = Terjadi Perubahan
(-) = Tidak Terjadi Perubahan

b. Uji dengan metode Freeze thaw


Hasil uji stabilitas fisik emulgel rebusan herba pegagan dengan metode freeze thaw
dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel 7. Hasil pengamatan pada siklus freeze thaw
Formula Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Freeze Thaw freeze thaw Freeze Thaw
1 - - - + + +
2 - - - + - +
3 - - - - - -
4 - - - - - -
Keterangan : (+) = Terjadi Perubahan
(-) = Tidak Terjadi Perubahan

B. Pembahasan
Herba pegagan merupakan salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan
untuk kecantikan dan bisa digunakan sebagai anti penuaan dini. Herba pegagan
mengandung asiaticosida dan glicoside madecassoside yang berguna sebagai anti
penuaan dini. Pemanfaatan herba pegagan belum dilakukan secara optimal karena
belum diformulasikan menjadi bentuk sediaan yang praktis, efisien dan nyaman
digunakan.
Kestabilan fisik emulgel ekstrak herba pegagan diamati dari pengamatn
organoleptis, homogenitas, viskositas, pH dan uji freeze thaw selama 6 minggu.
Pengamatan fisik ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada penyimpanan selama 6
minggu pada suhu kamar dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan pada peningkatan
konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) 3,5%, 4,0%, 4,5%, dan 5,0%.
Hasil pengamatan organoleptik pada warna diperoleh menunjukkan F1 berwarna
coklat tua, sementara pada F2, F3, dan F4 berwarna Coklat muda. Semakin besar
konsentrasi gelling agent yang ditambahkan maka warna coklat semakin lemah dan
baunya pun akan semakin berkurang. Kemudian pada pemeriksaan pertumbuhan jamur
tidak ditemukan.
Hasil pengamatan homogenitas dan lapisan sediaan emulgel rebusan herba
pegagan selama 6 minggu pada suhu kamar menunjukkan bahwa pada sediaan formula
ke-4 tidak terbentuk lapisan pada sediaan homogen selama batas penyimpanan, tetapi
pada formula ke-1, formula ke-2, dan formula ke-3 terbentuk lapisan minyak pada
permukaan sediaan dan sediaan menjadi tidak homogen.

Pemisahaan yang terjadi karena konsentrasi pada HPMC yang rendah. Sehingga
air yang terjerat atau yang terikat pada polimer sedikit dan menyebabkan tidak
terjadinya ikatan yang kuat antara fase gel, fase emulsi dan ekstrak. Selain itu fase
emulsi globul-globul minyak sudah tidak dikelilingi oleh lapisan pengemulsi dan
minyak akan lebih cenderung untuk bergabung. Rusaknya lapisan pengemulsi juga
menjadi penyebab pecahnya pada sediaan formula ke-1, formula ke-2 dan formula ke 3.
Hasil pemeriksaan pH pada sediaan formula 1,2,3 dan 4 menunjukkan terjadi
peningkatan dan penurunan secara penyimpanan.Pada ke empat formula mengalami
penurunan selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antar zat
masing-masing dan kondisi penyimpanan, namun masih berada dalam rentang pH kulit
normal yaitu pada rentang 4,5 hingga 6,5.
Pada uji pemisahaan fase dengan sentrifugasi, terlihat pada formula 1 dan 2 terjadi
pemisahaan ini disebabkan oleh tidak stabilnya ikatan yang berbentuk antara globul
minyak yang terdispersi dengan air karena adanya guncangan yang cepat, berbeda
dengan formula 3 dan 4 tidak tejadi pemisahan karena ikatan antara globul minyak yang
terdispersi pada fase air stabil dan membentuk struktur yang lebih kompak.
Penyimpanan sediaan pada siklus freeze thaw dilakukan untuk melihat pengaruh
suhu terhadap pemisahan fase emulgel selama penyimpanan dengan suhu yang berbeda
yaitu siklus freeze pada suhu 4oC dan siklus thaw pada suhu 45oC. Pengamatan
dilakukan selama 3 siklus hasil pengamatan pada formula 1 dan formula 2 terjadi
perubahan pada thaw, siklus ke-2, dan pada formula 1 mengalami perubahan freeze dan
thaw dan pada formula 2 terjadi perubahan pada thaw, siklus ke-3, sedangkan pada
formula ke-3 dan ke-4 tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena formula pada
konsentrasi gelling agent rendah memiliki konsistensi emulsi yang tinggi, pada emulsi
suhu yang ekstrim dapat menyebabkan emulsi menjadi kasar dan coalensi dimana
terbentuk globul yang besar naik ke permukaan atau turun ke dasar dan membentuk
lapisan yang tebal yang akan diikuti dengan breaking yaitu pemisahaan fase terdispersi
dari fase kontinu, prosesnya irreversible karena lapisan emulgator yang mengelilingi
caoran sudah tidak ada(2).

Penyimpanan pada kondisi freeze menyebabkan rata-rata ukuran globul


meningkat. Akan tetapi pada peningkatan suhu yaitu pada kondisi thaw akan terjadi
menurun ukuran globul. Hal ini terjadi karena pada saat fase air yang disimpan pada
kondisi freeze akan membentuk kristal es sehingga ruang fase air menjadi menyempit
dan akan memaksa fase padat untuk berdekatan sedangkan pada penyimpanan kondisi
thaw kristal es akan mencair membentuk suatu lapisan yang terpisah dari fase padatnya.
Berdasarkan hasil pengukuran viscositas dapat diketahui semakin besar
konsentrasi Hydroxyl propyl Methyl Celullose (HPMC) sebagai Gelling Agent dapat
meningkatkan viskositas sediaan emulgel rebusan herba pegagan. Pada F1, F2, F3, dan
F4 diperoleh nilai viscositas yang pada setiap formulanya memiliki konsistensi
kekentalan yang berbeda, semakin tinggi konsentrasi gelling agent maka semakin
kental.
Berdasarkan pengamatan kenaikan viskositas pada sediaan disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi HPMC. Semakin tinggi konsentrasi HPMC yang digunakan
maka semakin banyak molekul-molekul yang saling berdekatan dan mengakibatkan
daya kohesivitas pun akan semakiin besar dari pada daya adhesivitasnya.
Hasil analisa pengamatan viskositas diperoleh data yang normal dengan nilai
signifikan > 0,05 pada uji Kolmogorv – Smirnov maka Ho diterima atau data-data
tersebut terdistribusi normal dan memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian
parametik, kenudian dilanjutkan pada uji homogenitas diperoleh nilai signifikan yaitu >
0,05 maka data viskositas dinyatakan homogen, dilanjutkan pada ANAVA, diperoleh p
= 0.000 (p<0,05) maka terdapat perbedaan bermakna pada tiap formula, maka dapat
dilanjutkan uji tuckey–HSD untuk melihat perbedaannnya.

BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) sebagai Gelling
Agent dapat meningkatkan stabilitas fisik emulgel ekstrak herba pegagan.( Centella
asiatica L. ).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk dilanjutkan uji
stabilitas kimia dan mikrobiologi terhadap emulgel ekstrak herba pegagan, serta
dilakukan uji iritasi dan uji keamanan emulgel terhadap kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Aging Skin Net. Causes of Aging Skin. www.skincarephysicians.com/


agingskinnet/basicfacts. html. 24 Juni 2011

Anonim. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fourth Edition. Editor: Raymon C.


Rowe, Paul J Sheskey dan Paul J Weller. The Pharmaceutical Press, London. Hal.
89,297,390,521,571.

Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan: F. Ibrahim. Universitas


Indonesia Press. Hal. 357-391.

Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Hal. 149-151.

Dedi A. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentasi Hydroxy Prphyl Methyl Cellulose


(HPMC) Sebagai Gelling Agent Terhadap Viskositas Emulgel Estrak Etanol 70
% Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni Ness ex Bl.). Jurusan Farmasi.
Fakultas MIPA. UHAMKA. Jakarta. Hal. 8-16, 21, 27.

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. Hal. 4, 7,
1002, 1030, 1043, 39, 799.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan obat. Direktorat Jendral POM. Departemen kesehatan RI.
Jakarta. Hal. 5, 10-11.

Lieberman, A.H., Ringer, M., Banker, S.G. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms :
Disperse System, volume I & II. Marcel Dekker. New york: 184, 198-199,289-
290, 310 240, 399-404, 512.

Martin, A. 1993. Farmasi Fisik II. Edisi 3. Terjemahan: Yoshita. UI Press. Jakarta. Hal 923-
972, 1077-1163, 1170, 1256, 1269.

Martini, K. 1997. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Fourth Edition. Prentice Hall,
USA. Hal.148-161.

Mohamed, M I. . Optimization of Chlorpenesin Emulgel Formulation. www.aapsj.org.


27 Juni 20011.

Rieger, M. M. 2000. Harry’s Cosmeticology, Eight Edition. Chemical Publishing Inc., New
York. Hal 3-12

Suratman. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim dan Jelly
terhadap Penyembuhan Luka Bakar. www.kalbe.co.id. 20 september
2011.

U.S National Library. National Institutes of Health. Aging changes in skin.


www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/004014.html. 24 Juni 2011

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan: Soendani Noerono.


UGM. Yogyakarta. Hal. 314, 328, 335, 340, 341, 344-347, 358.

Warieh E. W. 2006. Formulasi Krim Pelembut Ekstrak Herba Pegagan. Fakultas


Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta. Hal. 33-38.

Wasitaatmadja, SM.1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press, Jakarta. Hal 181-188.
Lampiran 1. Biodata Ketua Peneliti

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Zainul Islam, M.Farm., Apt


2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya
5 NIDN 0426067902
6 Tempat, Tanggal Lahir Jakarta, 26 Juni 1979
7 E-mail lama_kera@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 0818730773
Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur,
9 Alamat Kantor
13460
10 Nomor Telepon/Faks
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S1 : 20 orang
12 Nomor Telepon/Faks
1. Farmakologi 1, 2 dan 3
2. Praktek Farmakologi
13 Mata Kuliah yang Diampu
3. Praktek Farmakoterapi
4. Manajemen dan Wirausaha Farmasi

Jakarta, 30 Juli 2018


Ketua Peneliti,

Zainul Islam, M. Farm. Apt.


NIDN. 0426067902
Lampiran 2. Biodata Anggota Peneliti

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.


2 Jenis Kelamin Pria
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya D. 12.0774
5 NIDN 0311048101
6 Tempat, Tanggal Lahir Jakarta, 11 April 1981
7 E-mail zigasspa@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 081318886601
Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur,
9 Alamat Kantor
13460
10 Nomor Telepon/Faks 021-8611070/021-86603233
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 50 orang; S-2 = - orang; S-3 = - orang
12 Nomor Telepon/Faks
5. Kimia Fisika
6. Farmasi Fisika
13 Mata Kuliah yang Diampu
7. Praktikum Farmasi Fisika
8. Stabilitas Obat

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3


Nama Perguruan Tinggi UHAMKA ANDALAS -
Bidang Ilmu Farmasi Farmasi -
Tahun Masuk-Lulus 1999-2005 2008-2011 -
Validasi Penetapan Kadar
Optimasi Formula
Loperamid HCl dalam
Judul Skripsi/ Medium Isopropil ALkohol Biomembran Kitosan dari -
Tesis/Disertasi secara Spektrofotometer Udang Kelong dengan
Penambahan Madu
UV-Vis
1. Drs. Taufik Riadi, 1. DR. Muslim Suardi, M.
Nama M.Si., Apt. Farm., Apt
-
Pembimbing/Promotor 2. Onny Indriani, M. Si., 2. Prof. Dr. Elfi Sahlan
Apt Ben, M. Si., Apt.
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta Rp)
Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Madu Terhadap
Difusi Neomisin Sulfat Pada Sediaan Penutup LEMLIT
1 2015 Rp. 8.500.000
Luka melalui Membran Millipore-Isopropil UHAMKA
Miristat

Pengaruh Penggunaan Gelatin, PVP, dan Metil LEMLIT


2 2016 sellulosa sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat UHAMKA Rp. 9.800.000
Fisik Tablet Kunyah Ekstrak Kering Sambioto

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jml


Sumber* (Juta
Rp)
Sosialisasi GKSO dan Penyuluhan DAGUSIBU (Dapatkan,
1 2017 Gunakan, SImpan dan Buang) Obat dengan Benar. FFS MANDIRI -
UHAMKA. LUSTRUM 1.
Sosialisasi GKSO dan Penyuluhan DAGUSIBU (Dapatkan,
2 2017 Gunakan, SImpan dan Buang) Obat dengan Benar. Perumahan MANDIRI -
Villa Mutiara Gading 3 Rt : 004/012.Babelan Bekasi

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun


1 -
2 -

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat


Ilmiah / Seminar
Seminar “Tantangan Wirausaha Bidang Farmasi Lustrum 1 FFS
1 Kefarmasian : dan Perkembangan Regulasi Kefarmasian UHAMKA. 14-15 April
. Indonesia 2017
Wisma PKBI, 18 – 19
2 RAKERDA IAI RAKERDA IAI DKI JAKARTA Maret 2017
DKI JAKARTA
Jakarta Selatan
Wisma PKBI, 18 – 19
Seminar
3 “APOTEKER BERANI TAMPIL” Maret 2017
Kefarmasian
Jakarta Selatan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan qadapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya

Jakarta, 30 Juli 2018


Anggota Peneliti,

Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.


Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Zainul Islam, M. Farm., Apt.
NIDN : 0426067902
Pangkat / Golongan : III-B
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul: “ Pengaruh
Peningkatan Konsentrasi Hydroxy Propyl Methyl Celulose sebagai Gelling Agent terhadap
Stabilitas Fisik Emulgel Rebusan Herba Pegagan (centella asiatic L) “.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 30 Juli 2018


Yang menyatakan,

Zainul Islam, M. Farm., Apt.


NIDN. 0426067902
Lampiran 4. PH Ekstrak Emulgel Herba Pegagan
Tabel 8. Hasil Perhitungan pH Rata – rata

Formula Waktu pH Rata-rata


(minggu Replika Replika Replika
ke-) 1 2 3
5.
0 75 5.74 5.75 5.75
5.
1 73 5.74 5.72 5.73
5.
2 73 5.72 5.72 5.72
5.
1 3 71 5.70 5.69 5.70
5.
4 69 5.68 5.69 5.69
5.
5 66 5.65 5.66 5.66
5.
6 65 5.63 5.65 5.64
5.
0 77 5.78 5.76 5.77
5.
1 75 5.74 5.75 5.75
5.
2 74 5.74 5.73 5.74
5.
2 3 72 5.70 5.73 5.72
5.
4 71 5.70 5.71 5.71
5.
5 69 5.68 5.68 5.68
5.
6 66 5.67 5.69 5.67
5.
0 83 5.83 5.82 5.83
5.
1 82 5.83 5.80 5.82
5.
2 81 5.82 5.80 5.81
5.
3 3 81 5.81 5.80 5.81
5.
4 80 5.79 5.80 5.80
5.
5 77 5.76 5.77 5.77
6 5. 5.76 5.75
75 5.73
5.
0 95 5.93 5.96 5.95
5.
1 95 5.94 5.94 5.94
5.
2 94 5.98 5.89 5.94
5.
4 3 93 5.93 5.92 5.93
5.
4 91 5.90 5.92 5.91
5.
5 89 5.87 5.89 5.88
5.
6 88 5.86 5.87 5.87

Lampiran 5. Perhitungan HLB

Tween 80 HLB = 15
Span 80 HLB = 4.3
HLB butuh paraffin : 12
Jumlah yang emulgator yang ditambahkan : 2 gram
Cara perhitungan : metode Aligasi
Twee 80 15 7.7
12
Span 80 4.3 3+
HLB campuran 10.7
Jumlah Tween 80 = 7.7/10.7 x 2 gram = 1.44 gram
Span 80 = 3/10.7 x 2 gram = 0.56 gram
Lampiran 6. Evaluasi Uji Viskositas Emulgel Ekstrak Herba Pegagan
Tabel IX Hasil Evaluasi Uji Viskositas emulgel
Ekstrak Herba Pegagan selama 6 minggu

Formula Waktu Viscositas % Viscositas % Viscositas % Rata-rata


(minggu ke-) (cps) Torque (cps) Torque (cps) Torque

0 500 12.5 500 12.5 496 12.4 499

1 504 12.6 504 12.6 500 12.5 503

2 496 12.4 492 12.3 492 12.3 493

1 3 488 12.2 484 12.1 480 12.0 484

4 480 12.0 476 11.9 472 11.8 476

5 472 11.8 464 11.6 460 11.5 465

6 460 11.5 440 11.0 432 10.8 444

0 712 17.8 704 17.6 692 17.3 703

1 716 17.9 692 17.3 692 17.3 700

2 704 17.6 696 17.4 696 17.4 699

2 3 696 17.4 696 17.4 688 17.2 693

4 688 17.2 684 17.1 680 17.0 684

5 680 17.0 676 16.9 668 16.7 675

6 660 16.5 640 16.0 632 15.8 644

0 768 19.2 792 19.8 764 19.1 775

1 760 19.0 764 19.1 760 19.0 761

2 752 18.8 736 18.4 744 18.6 744

3 3 736 18.4 728 18.2 724 18.1 729

4 724 18.1 720 18.0 716 17.9 720

5 716 17.9 708 17.7 704 17.6 709

6 704 17.6 700 17.5 692 17.3 699

0 892 22.3 880 22.0 852 21.3 875

1 880 22.0 892 22.3 840 21.0 871

2 876 21.9 868 21.7 864 21.6 869


4 3 872 21.8 860 21.5 796 19.9
843

4 864 21.6 852 21.3 788 19.7 835

5 856 21.4 844 21.1 780 19.5 827

6 844 21.1 792 19.8 760 19.0 799

Lampiran 7. Hasil Analisa Data Statistik Terhadap Evaluasi Uji Viskositas


Emulgel ekstrak Herba Pegagan

1. Uji Normalitas
Hipotesa uji : Ho: Data viskositas terdistribusi normal
Hi : Data viskositas tidak terdistribusi

normal
Pengambilan keputusan :Signifikan>0.05 maka Ho diterima
Signifikan<0.05 maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

konsentrasi

N 28

Normal Parametersa,,b Mean 4.2500

Std. Deviation .56928

Most Extreme Differences Absolute .170

Positive .170

Negative -.170

Kolmogorov-Smirnov Z .898

Asymp. Sig. (2-tailed) .395

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


Kesimpulannya : Nilai Signifikan > 0,05 maka Ho diterima, berarti data viskositas
terdistribusi normal.

Lampiran 7. (Lanjutan)

2. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah data mempunyai varian yang sama

atau tidak
Hipotesa : Ho = data viscositas mempunyai varian yang sama
H1 = data viscositas mempunyai varian yang berbeda
Ketentuan : Sig > 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Viscositas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.422 3 24 .739
Kesimpulan : nilai 0,739 > 0,05 Ho diterima berarti data viscositas

mempunyai varian yang sama.

Lampiran 7. (Lanjutan)
Pengambilan keputusan : - Signifikan > 0,05 maka Ho diterima
- Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

Viscositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 484554.393 3 161518.131 281.969 .000

Within Groups 13747.714 24 572.821

Total 498302.107 27

Hipotesis uji : - Ho : Data viscositas terdistribusi normal


-H1 : Data viscositas tidak terdistribusi

normal
Pengambilan keputusan : - Signifikan > 0,05 maka Ho diterima
- Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

Kesimpulan : Nilai sig 0,000 < 0,05 Ho ditolak berarti

terdapat perbedaan viskositas pada tiap

formula
Lampiran 7. (Lanjutan)

Multiple Comparisons

Viscositas
Tukey HSD

(I) (J) 95% Confidence Interval


konsent konsent Mean Difference
rasi rasi (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

3.50 4.00 -204.14286* 12.79309 .000 -239.4340 -168.8517

4.50 -251.28571* 12.79309 .000 -286.5769 -215.9946

5.00 -363.28571* 12.79309 .000 -398.5769 -327.9946

4.00 3.50 204.14286* 12.79309 .000 168.8517 239.4340

4.50 -47.14286* 12.79309 .006 -82.4340 -11.8517

5.00 -159.14286* 12.79309 .000 -194.4340 -123.8517

4.50 3.50 251.28571* 12.79309 .000 215.9946 286.5769

4.00 47.14286* 12.79309 .006 11.8517 82.4340

5.00 -112.00000* 12.79309 .000 -147.2911 -76.7089

5.00 3.50 363.28571* 12.79309 .000 327.9946 398.5769

4.00 159.14286* 12.79309 .000 123.8517 194.4340

4.50 112.00000* 12.79309 .000 76.7089 147.2911

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Viscositas

Tukey HSDa

Subset for alpha = 0.05


konsent
rasi N 1 2 3 4

3.50 7 481.1429

4.00 7 685.2857

4.50 7 732.4286

5.00 7 844.4286

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Lampiran 8. Sertifikat of Analisa Hydroxy Propyl Methyl Cellulose

Lampiran 9. Hasil Determinasi Ekstrak Herba Pegagan


Lampiran 10. Evaluasi Uji Viskositas dan Rheologi.

Rumus:
Shearing stress = k x % torque

Dimana:

k : k tabel spindel yang digunakan

% torque : persen yang terbaca pada Viskometer Brookfield.

Cara perhitungan:

Diketahui: k pada spindel 6 = 2,35

% torque = 8,2

Shearing stress = k x % torque

= 2,35 x 8,2

= 19,27 dyne/cm2

Tabel X. Faktor konversi spindel dari viskometer brookfield.

Nomor spindel 1 2 3 4 5 6 7
k 0,035 0,119 0,279 0,539 1,05 2,35 8,4
n = 0,1 1,728 1,431 1,457 1,492 1,544 1,366 1,936
0,2 0,967 0,875 0,882 0,892 0,907 0,851 1,007
0,3 0,705 0,656 0,656 0,658 0,663 0,629 0,681
0,4 0,576 0,535 0,530 0,529 0,528 0,503 0,515
0,5 0,499 0,458 0,449 0,445 0,442 0,421 0,413
kN 0,6 0,449 0,404 0,392 0,387 0,382 0,363 0,346
0,7 0,414 0,365 0,350 0,343 0,338 0,320 0,297
0,8 0,387 0,334 0,317 0,310 0,304 0,286 0,261
0,9 0,367 0,310 0,291 0,283 0,276 0,260 0,232
1,0 0,351 0,291 0,270 0,262 0,254 0,238 0,209
49

Lampiran 10.

(Lanjutan)

Gambar 6. Gambar 8. Gambar 10.


Kurva sifat Kurva sifat Kurva sifat
alir F1 alir F1 alir F1 Minggu
Gambar 4. Minggu 2 Minggu 4 6
Kurva sifat
alir F1
Minggu 0

Gambar 7.
Gambar 9. Gambar 11.
Kurva sifat
Kurva sifat Kurva sifat
alir F1
Gambar 5. alir F1 alir F2 Minggu
Minggu 3
Kurva sifat Minggu 5 0
alir F1
Minggu 1

Lampiran 10.
Lampiran 10.
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Gambar 12. Gambar 14.
Kurva sifat Kurva sifat
alir F2 Minggu alir F2 Minggu Gambar 16. Gambar 18.
1 3 Kurva sifat Kurva sifat
alir F2 Minggu alir F3 Minggu
5 0

Gambar 13. Gambar 15.


Kurva sifat Kurva sifat Gambar 17. Gambar 19.
alir F2 Minggu alir F2 Minggu Kurva sifat Kurva sifat
2 4 alir F2 Minggu alir F3 Minggu
6 1

Lampiran 10.
Lampiran 10.
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Gambar 20. Gambar 22.
Kurva sifat Kurva sifat
Gambar 24. Gambar 26.
alir F3 Minggu alir F3 Minggu
4 Kurva sifat Kurva sifat
2
alir F3 Minggu alir F4 Minggu
6 1

Gambar 21. Gambar 23.


Kurva sifat Kurva sifat
alir F3 Minggu alir F3 Minggu Gambar 27.
Gambar 25.
3 5 Kurva sifat
Kurva sifat
alir F4 Minggu alir F4 Minggu
0 2

Lampiran 10.
Lampiran 10.
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Gambar 28.
Kurva sifat Gambar 30.
alir F4 Minggu Kurva sifat
3 alir F4 Minggu
5

Gambar 29.
Kurva sifat Gambar 31.
alir F4 Minggu Kurva sifat
4 alir F4 Minggu
6
Lampiran 11. Perhitungan Pembuatan Rebusan Herba Pegagan.

Perhitungan untuk Ekstrak Herba Pegagan 3%, sebagai berikut:

Setelah ditimbang 3x, bobot rata-rata = 9,30g

Untuk 1x pakai = 9,30g/ 3 = 3,10g

Untuk 50x pakai = 3,10g x 50 = 155g herba pegagan kering.

155g herba pegagan kering -> infusa 1000ml -> rotavapor 1 jam -> 100ml ekstrak ->

dipanaskan diatas penangas air pada suhu 50C ( 30menit) -> ditimbang 33g (u/ 50x

pakai).

Dosis dalam 100g emulgel = 100g/33g = 3,03g ekstrak  3 ekstrak

% dosis dlm emulgel = 3g x 100% = 3 %.

100g

Rendemen Hasil Rebusan Herba Pegagan = (33 gram / 155 gram) x 100 %

= 21,29%

Lampiran 12. Bahan dan Alat yang digunakan.

Gambar32.Viskometer Brookfield.
Gambar 33. Spindle.

Gambar 34. pH meter.

Gambar 35. Sentrifuge

Gambar 36. Rotary evaporator

Gambar 37. Timbangan analitik.


Gambar 38. Lumpang dan Alu

Vous aimerez peut-être aussi