Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
1
Pada penelitian sebelumnya sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk krim.
Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.)
merupakan suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru dan merupakan pengembangan
dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi
rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang
menggunakan HPMC sebagai gelling agent.
Pola penelitian yang akan dilaksanakan dimulai dari pengumpulan dan penyediaan
bahan penelitian, dimana bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba
pegagan (Centella asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (BALITRO) Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
Proses selanjutnya pemeriksaan rebusan meliputi identifikasi senyawa rebusan dan uji
organoleptis rebusan yang dilanjutkan dengan penyusunan formulasi emulgel. Evaluasi
stabilitas fisik pada sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti pewarnaan,
homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap pemisahan.
2
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
Pegagan adalah bahan alam yang sering digunakan dalam pengobatan secara
tradisional turun temurun sebagai meningkatkan sistim kekebalan tubuh alami. Herba
pegagan secara alami hanya dibuat rebusan atau dikonsumsi langsung (dimakan langsung)
oleh masyarakat. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat,
herba pegagan dapat dibuat berbagai macam bentuk sediaan lain seperti syrup herba pegagan,
tablet atau kapsul dari ekstrak pegagan.
Salah satu aplikasi bentuk lain sedian farmasi dari Herba Pegagan dapat digunakan
untuk kecantikan dan bisa juga digunakan sebagai anti aging, Emulgel merupakan sediaan dua
fase yang terdiri dari molekul organik yang merupakan fase besar yang berpenetrasi dalam air
dan fase kecil emulsi minyak yang dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling
agent). Pada penelitian sebelumnya sediaan yang dibuat adalah dalam bentuk krim.
Pembuatan sediaan emulgel anti aging dari rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.)
merupakan suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru dan merupakan pengembangan
dari bentuk krim. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi
rebusan herba pegagan terhadap sifat fisik dan kimia sediaan emulgel yang dihasilkan yang
menggunakan HPMC sebagai gelling agent.
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
(3)
1. Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
d. Nama Asing : Ji xue cau (C), Indian pennywort (I), indische waternavel, paardevoet
(B).
f. Uraian Tumbuhan
4
Pegagan tumbuh liar di padang rumput, tapi selokan, sawah, atau ditanam sebagai
penutup tanah di perkebunan dan di pekarangan sebagai tanaman sayur. Pegagan berasal
dari Asia tropik, menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari, atau agak
terlindung, dapat ditemukan di daerah dataran rendah samapi daerah dengan ketinggian
2.500 m dpl. Terna, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-
stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak
percabangan yang membentuk tumbuhan baru. Daun tunggal, bertangkai panjang,
tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk
ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-7 cm. Bunga
tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar
dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil, bergantung, berbentuk
lonjong pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit. Daunnya dapat
dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat di perbanyak dengan
pemisahan stolon dan biji.
g. Kandungan Kimia
Pegagan mengandung asiaticoside, thankunisde, isothankunisde,
madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid,
hydrocotyline, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam
kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi), zat pahit vallerine dan zat samak. Diduga,
senyawa glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai
aktivitas penyembuhan penyakit.
h. Sifat dan Khasiat
Herba rasanya manis, sifatnya sejuk, berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik,
antirematik, penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretic ringan),
pembersih darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik),
penenang (sedative), mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah
tepi (vasodilator perifer). Khasiat sedative terjadi melalui mekanisme kolinergik di
susunan saraf pusat.
1. Kulit
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh. Kira-kira sebesar 17% dari berat tubuh
manusia. Pada umumnya pH kulit manusia berkisar 4,5-6,5. dan memiliki ketebalan kulit
sekitar 3-5mm. Fungsi utama dari kulit adalah untuk melindungi struktur dibawahnya
dari trauma, perbedaan suhu, masuknya benda-benda yang berbahaya ke dalam kulit,
(6)
kelembaban, radiasi, dan invasi mikroorganisme .
Lapisan kulit ada tiga, yaitu epidermis yang mempunyai fungsi utama sebagai
barrier tubuh, dermis yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga tubuh dari luka
mekanis, mendukung dermal appendage dan epidermis, dan jaringan subkutan yang
mempunyai fungsi utama mendukung dermis dan epidermis, dan sebagai tempat
(6,7)
penimbunan lemak .
Absorpsi dan penetrasi dari bahan-bahan yang digunakan secara topikal dapat
terjadi melalui tiga cara, yaitu melalui seluruh permukaan stratum korneum yang utuh
yang merupakan 99,7% dari permukaan kulit (transepidermal resorption), melalui folikel
rambut yang merupakan 0,2% dari permukaan kulit (transfolikular resorption), melalui
(7,8)
saluran kelenjar keringat yang merupakan 0,04% dari permukaan kulit .
Sejumlah bahan-bahan dapat melewati permukaan kulit, karena kulit merupakan
media difusi. Difusi melalui lapisan epidermis berlangsung secara lambat dan pasif,
difusi melalui folikel rambut berlangsung cepat dan aktif, sedangkan peranan kelenjar
(7)
keringat sebagai media difusi sangat kecil .
(13,14)
3. Proses penuaan kulit
6
Perubahan kulit berkaitan dengan faktor lingkungan, genetik, nutrisi, dan faktor
lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor penyebab penuaan kulit
yakni penuaan yang disebabkan oleh gen atau disebut faktor intrinsik (internal) dan faktor
ekstrinsik (eksternal) yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti paparan sinar
matahari.
Penuaan yang disebabkan oleh faktor intrinsik, juga dikenal sebagai proses penuaan
alami, adalah proses penuaan yang biasanya dimulai pada pertengahan usia 20 tahun.
Dalam kulit, produksi kolagen melambat dan berkurangnya kadar elastin. Hal ini ditandai
dengan lambatnya proses regenerasi sel-sel kulit. Kandungan serat elastin dan kolagen
pada kulit akan semakin berkurang sehingga menyebabkan berkurangnya ketebalan
dermis sebanyak 20%. Hilangnya serat-serat ini berakibat buruk terhadap kelembaban
dan kekencangan kulit sehingga menimbulkan kerut / keriput.
Umumnya faktor ekstrinsik yang dapat mempercepat proses penuaan adalah sinar
matahari, rokok, posisi tidur dan alkohol. Faktor ekstrinsik ini dapat dicegah dengan
penggunaan sunblock, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta perubahan
pada posisi tidur.
(9)
4. Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam
batasan emulsi, fase pendispersi dianggap sebagai fase luar atau fase kontinyu. Emulsi
yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air
M
( /A) sedangkan emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut
A
emulsi air dalam minyak ( /M). Pemilihan tipe emulsi untuk suatu sediaan tergantung dari
sifat zat yang akan dimasukkan ke dalam emulsi dan maksud dari pemakaian. Untuk
mendapatkan sediaan emulsi yang stabil dibutuhkan zat pengemulsi. Zat pengemulsi
(emulgator) harus mempunyai kualitas yang salah satunya dapat bercampur dengan bahan
formula yang lain dan tidak mengganggu atau mempengaruhi kestabilan atau efikasi dari
zat berkhasiat, tidak terurai, tidak toksik dan memiliki bau, warna, rasa yang lemah.
Emulsi farmasi bila disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair bisa dipakai secara oral,
topikal, atau parenteral.
7
Emulsi semisolid digunakan secara topikal. Banyak preparat farmasi yang mungkin
sebenarnya emulsi tetapi tidak digolongkan sebagai sediaan emulsi karena akan lebih
tepat bila digolongkan ke dalam sediaan farmasi lainnya. Misalnya, lotio-lotio tertentu,
liniment, krim, salep dan masih banyak lagi. Sedangkan emulgel merupakan sediaan
emulsi dan sedian gel yang dikembangkan untuk mendapatkan sediaan yang lebih baik
berdasarkan maksud penggunaan.
5. Gel
Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang
(10)
terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh cairan . Jika matriks
yang saling melekat kaya akan cairan, maka produk ini seringkali disebut jelly: contoh,
jelly Efedrin sulfat dan jelly yang biasa dimakan. Jika senyawa makro molekul
terdistribusi merata dalam media cair (batasan fase padat tidak terlihat) disebut dengan
gel satu fase (single-phase gels) dan jika fase massa gel erupa partikel kecil yang berbeda
dengan bentuk yang nyata dalam media pendispersi maka gel ini dikelompokkan sebagai
(9)
sistem dua fase (two phase system) dan sering juga disebut magma atau susu .
Menurut aspek-aspek kimia dan teknologi farmasetika, gel dikelompokkan menjadi
(2)
gel hidrokarbon, lipogel, gel emulsi, gel polietilenglikol dan hidrogel . Berdasarkan sifat
pelarutnya gel dibedakan menjadi hidrogel (pelarut air), organel gel (pelarut bukan
air/pelarut organik) dan xerogel yaitu gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut
yang rendah.
Bahan pengembang (gelling agent) adalah komponen dasar pembentuk sediaan gel.
Gelling agent yang digunakan harus bersifat netral, aman, dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formula. Gelling agent dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Bahan organik yang biasanya membentuk fase tunggal. Gelling agent yang termasuk
bahan organik antara lain: turunan selulosa, natrium alginat, amilum tragakan, PVA
dan PVP.
b. Bahan organik yang biasanya membentuk gel dua fase. Gelling agent yang termasuk
bahan anorganik adalah aerosol dan bentonit.
6. Emulgel
Emulgel adalah merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang berisi fase besar
molekul organik yang terpenetrasi dalam air dan fase kecil dari fase emulsi minyak yang
dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent).
8
Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase
minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih
lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan
(1)
stabilitas yang baik . Formula pada penelitian ini mengacu pada formula seperti pada
tabel I hal 25.
Evaluasi stabilitas fisik pada sediaan emulgel bisa dilakukan secara visual seperti
pewarnaan, homogenitas, konsistensi daya sebarnya, dan tahap pemisahan. Berdasarkan
emulgator yang digunakan dalam pembuatan emulgel, maka emulgel dapat dibedakan
menjadi :
a. Gel yang mengandung emulgator lipofil
Sifat emulgel dari basis yang mengandung emulgator lipofil adalah tingginya daya
serap terhadap air, maka dinyatakan sebagai basis absorpsi. Dengan adanya air basis
A
tersebut membentuk sistem emulsi jenis /M (krim A/M). Secara terapetik basis absorpsi
berada di antara salap hidrokarbon hidrofob dan salap trigliserida. Oleh karena itu, basis
absorpsi dapat mempunyai efek meminyaki maupun efek penutup kulit. Pernapasan kulit,
hampir tidak dipengaruhinya dibanding dengan basis hidrofob. Sistem mengandung air
memiliki daya sebar yang baik dan mudah dioleskan dan penampilan yang baik.
Sebagai emulgator khususnya digunakan alkohol malam bulu domba yang telah
digunakan sejak lama dalam bentuk malam bulu domba atau campuran alkohol terisolasi
(alkohol malam bulu domba). Basis menyerap air banyak diperoleh dengan
menambahkan komponen tensid sintetis (ester asam lemak sorbiton dan alkohol lemak
rendah teretoksilasi). Khususnya digunakan untuk membuat preparat kosmetik. b. Gel
yang mengandung emulgator hidrofil
M
Basis emulsi hidrofil dapat menghasilkan salap emulsi ( /A) dengan penambahan
air. Oleh karena itu dalam sediaan ini air membentuk fase luar, maka baik sifat maupun
A
prinsip penggunaanya berbeda dengan preparat ( /M). Sediaan semacam ini sangat cocok
untuk dipakai pada kulit dengan fungsi kelenjar keringat yang berlebihan.
Keuntungan dari sediaan ini antara lain :
1) Daya serap pada kulit baik
2) Efek dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit.
3) Tidak menghambat fungsi fisiologis kulit, khususnya respiratio sensibilis, oleh karena
tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori kulit.
9
4) Mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh yang
berambut.
5) Tampak putih dan bersifat lembut.
6) Tipe basis inilah yang paling umum dipakai dari emulsi farmasi dan emulsi kosmetik
terdiri dari air sebagai salah satu fase dan minyak atau lemak yang sebagai fase
M
lainnya. Basis dengan tipe ( /A) lebih banyak digunakan sebagai obat yang tercuci
dengan air untuk tujuan kosmetik umum.
7. Stabilitas
Sediaan dapat mengalami penguraian yang berdampak pada kualitas, efektifitas,
dan keamanan dari sediaan tersebut. Dalam hal ini kestabilan emulsi dan gel sebagai
komponen penyusun emulgel turut mempengaruhi kestabilan sediaan emulgel. Kestabilan
emulsi ditentukan oleh gaya, yaitu:
a. Gaya tarik-menarik yang menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan mengendap,
b. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh tumpang-tindih lapisan ganda elektrik yang
bermuatan sama.
Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid. selain itu ada beberapa hal yang
mempengaruhi stabilitas emulsi, seperti tegangan antarmuka yang rendah, kekuatan
mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka, tolakkan listrik double layer, relatifitas fase
pendispersi yang kecil, dan tingginya viskositas. Terdapat 3 bentuk ketidakstabilan
emulsi, yaitu:
a. Flokulasi dan Creaming
Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan pada suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang
paling pekat akan berada di atas atau di bawah tergantung dari bobot jenis fase yang
terdispersi. Dalam hal ini, emulsi masih dapat diperbaiki dengan pengocokan karena film
antar permukaan masih ada.
b. Koalesen dan Demulsifikasi
Koalesen adalah penggabungan globul-globul menjadi lebih besar. Demulsifikasi
adalah keadaan dimana kedua fase terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak
tercampur. Dalam hal ini emulsi tidak dapat diperbaiki lagi dengan pengocokan. c.
Inversi Fase (Pengubahan Fase).
Inversi fase merupakan peristiwa berubahnya tipe emulsi (o/w) ke tipe (w/o) atau
sebaliknya. Inversi dihasilkan dengan mengubah perbandingan volume fase. Mekanisme
10
stabilitas gel yakni dengan terbentuknya rantai polimer akibat terbasahinya gelling agent,
rantai polimer tersebut akan sambung silang yang membentuk ruangan untuk menjebak
zat aktif.
Formulasi gel yang tidak stabil di bawah keadaan normal menunjukkan perubahan
irreversible pada sifat rheologinya. Mekanisme ketidakstabilan dalam gel dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Syneresis
Syneresis terjadi apabila suatu gel didiamkan selama beberapa saat, maka gel tersebut
akan mengerut secara alamiah dan cairan pembawa yang terjebak dalam matriks keluar dari
matriks.
b. Swelling
Merupakan keadaan dimana terjadi penyerapan cairan oleh gel yang diikuti peningkatan
volume. Gel juga dapat menyerap sejumlah cairan tanpa peningkatan volume yang dapat
diukur yang disebut imbibisi.
(4,11)
8. Karakteristik Bahan
a. Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC)
Berupa ester selulosa, derivat dari alkali selulosa yang berasal dari reaksi metal klorida
dan propilen oksida. Pemeriannya berupa serbuk hablur berwarna putih, nonionik, berbentuk
larutan kental apabila dikembangkan dalam air. HPMC mudah larut dalam air dingin, agak
sukar larut dalam air panas, larut dalam pelarut polar, tak larut dengan alkohol anhidrat, eter
kloroform. Memiliki bentuk seperti lapisan film dan dapat berubah bentuk secara reversible
dari padatan menjadi cairan bila dipanaskan dan didinginkan konsentrasi yang biasa
digunakan sebagai pengental dan gelling agent 2-10%.
Larutan polimer dalam air, terutama derivat selulosa ditaruh, selama ± 48 jam.
Sesudah dilarutkan untuk mendorong terjadinya hidrasi seluruhnya, viskositas maksimum
(10)
dan agar menjadi jernih .
b. Polysorbat 80
Nama lain : Tween 80
Pemerian : Cairan, kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah
11
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol dalam etil asetal, dalam
metanol dan dioksin, tidak larut dalam minyak mineral.
Kegunaan : Surfaktan
c. Sorbitan monooleat
Nama lain : Span 80
Pemerian : Hablur putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan : Larut atau terdistribusi dalam minyak, larut dalam pelarut
organik, dalam air praktis tidak larut.
Kegunaan : Surfaktan
d. Parafin Liquid
Parafin liquid adalah campuran hidrokarbon yang cair yang diperoleh dari minyak tanah,
dapat mengandung stabilisator yang cocok.
Pemerian : Cairan bening mirip minyak; tidak berwarna; bebas atau praktis bebas
dari flouresensi; jika dingin, tidak berbau dan tidak berasa; jika dipanaskan berbau minyak
tanah lemah.
Kelarutan : Larut dalam minyak atsiridapat bercampur dengan sebagian besar minyak
lemak; kecuali minyak jarak; tidak larut dalam air dan etanol (95%)p. Kegunaan : Perawatan
kulit; pelarut; penambahan viskositas bukan air.
e. Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton dan kloroform, larut dalam
beberapa eter dan minyak essensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Kegunaan : Pelarut, pembasah dan humektan.
f. Metil Paraben
Nama lain : Nipagin
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
12
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, larut
dalam 3 bagian propilenglikol, dalam 3,5 bagian etanol 95%P dan 3 bagian aseton p, mudah
larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas
dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika larutan didinginkan larutan tetap jernih.
Kegunaan : Pengawet
g. Propil paraben
Nama lain : Nipasol
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna dan tidak berbau
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam
eter, larut dalam 6 bagian propilenglikol, larut dalam 40 bagian gliserin dan larut dalam 40
bagian air mendidih.
Kegunaan : Pengawet
h. Natrium Metabisulfit
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
Kegunaan : Antioksidan
13
B. Kerangka Berfikir
Tanaman herba pegagan (Centella asiatica L. Urban) memiliki banyak khasiat,
diantaranya sebagai antiaging. Herba Pegagan mengandung saponin, asiatikosida, asam
asiatat, dan madekasat. Karenanya, tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan perawatan kulit
muka yang mulai kusam, atau kulit yang mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan.
Emulgel adalah merupakan sediaan yang terdiri dari dua fase yang berisi fase besar
molekul organik yang terpenetrasi dalam air dan fase kecil dari fase emulsi minyak yang
dibuat dengan penambahan bahan pengembang (gelling agent).
Emulgel memiliki keunggulan dibandingkan sediaan gel karena terdapatnya 2 fase
minyak didalamnya maka obat akan melekat cukup lama di kulit, teksturnya yang lebih
lembut, merupakan sediaan yang mudah dicuci dengan air, memiliki daya sebar dan stabilitas
yang baik. Emulgel dibuat dengan cara mencampurkan emulsi dan gel dengan perbandingan
tertentu. Syarat sediaan emulgel sama seperti gel. Sediaan gel untuk penggunaan dermatologi
harus mempunyai syarat sebagai berikut: thiksotropik, berlemak, mempunyai daya sebar yang
(1)
masih melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat tambahan .
Pembuatan emulgel anti aging dari rebusan Centella asiatica (L.) Urban merupakan
suatu upaya dalam menemukan sediaan yang baru. Emulgel merupakan pengembangan dari
bentuk sediaan gel dan sangat cocok karena emulgel memiliki daya sebar yang baik pada
kulit, mudah dicuci dengan air, teksturnya lebih lembut.
Pada penelitian ini akan dilihat optimasi konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose
(HPMC) pada. Kemungkinan peningkatan konsentrasi HPMC dapat mempengaruhi stabilitas
fisik emulgel tersebut.
C. Hipotesa
14
Peningkatan konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) sebagai gelling agent
dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan emulgel pegagan (Centella asiatica L. Urban).
15
BAB IV
TUJUAN PENELITIAN
2. Untuk mengetahui manfaat (keuntungan) dari aplikasi bentuk sediaan farmasi lain,
dalam hal ini emulgel rebusan herba pegaga.
4. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi pengetahuan tentang
mengenai pemanfaatan bahan alam terutama pegagan dalam pembuatan emulgel
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Alat-alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: timbangan analitik, viskometer
Brookfield (tipe RV), pH meter, alat-alat gelas, botol timbang, rotary evaporator, water bath,
oven, lemari pendingin, lumpang, stemper, botol vial, aluminium foil, pot plastic.
2. Bahan penelitian
Rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.), Propilenglikol, Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC), parafin cair, tween 80, span 80, metil paraben, propil paraben,
natrium metabisulfit, dan aquadest.
3. Pola Penelitian
a. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian
b. Pemeriksaan rebusan herba pegagan
c. Penyusunan formula emulgel
d. Pembuatan emulgel
e. Evaluasi sediaan emulgel
4. Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan herba pegagan (Centella
asiatica L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO)
Bogor, bahan pembuat emulgel diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan
spesifikasi yang sesuai standar literatur acuan.
b. Determinasi tanaman.
Herba pegagan di determinasi di Herbarium Bogoriense, LBN, LIPI-
Bogor. c. Pemeriksaan rebusan
1) Pembuatan rebusan herba pegagan.
Pegagan kering dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil, setelah itu direbus
o
dengan 1 liter air sampai mendidih pada suhu 100 C, sambil sesekali diaduk. Pemanasan
dilakukan hingga tersisa 0,5 liter. Kemudian didiamkan hingga dingin dan disaring. Sari
o
dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator pada suhu 50 C dan putaran 50 rpm
hingga konsistensi yang dikehendaki kemudian didinginkan.
2) Identifikasi rebusan.
a) Saponin.
0,5 gram sample + aqua fervida, dinginkan, saring, filtrat kocok ad buih/busa.
Jika belum stabil ditambahkan HCl 2N 1 tetes, kocok ad busa stabil (± 5-10 menit).
b) Tanin.
1 gram sample + aqua fervida dipanaskan ad 1 jam, angkat, saring, dinginkan.
Filtrat ambil sedikit + FeCl3 ad warna biru.
c) Glikosida.
3 gram sample + labu didih + 9 ml aquadest. + 2 ml etanol 96% di refluk ad
mendidih selama 10 menit, diangkat, saring, dinginkan + Pb asetat 5% 25 ml, diamkan
selama 5 menit, masukkan dalam corong pisah, ekstraksi + kloroform : isopropanol =
3 : 2 sebanyak 3 x 3 ml, lapisan bawah uapkan ad kering + methanol ± 3-4 mlad dapat
dibagi menjadi 3 bagian dalam tabung rx. Tabung 1, 2 dan 3 → uapkan ad kering.
i. tabung 1 + H2SO4 (p) + asam asetat anhidrat ad warna biru (hijau
kehitaman/ungu).
ii. tabung 2 + aquadest. ± 2 ml + molish 1 tetes H2SO4 (p) ad warna ungu (cincin).
iii. tabung 5 + Asam asetat glacial ± 3 ml dipanaskan, angkat, dinginkan + FeCl3
1% 1 tetes dikocok + H2SO4 (p) ad cincin ungu.
3) Uji organoleptis rebusan
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau ekstrak yang
dilihat secara visual.
d. Penyusunan Formula Emulgel
Formula emulgel rebusan herba pegagan (Centella asiatica L.) dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Formula emulgel
Bahan Kegunaan Jumlah (%)
F1 F2 F3 F4
Rebusan Herba
Pegagan Zat Aktif 3 3 3 3
HPMC Gelling Agent 3,5 4,0 4,5 5,0
Parafin Liquidum Minyak 10 10 10 10
Tween 80 Surfaktan 1,44 1,44 1,44 1,44
Span 80 Surfaktan 0,56 0,56 0,56 0,56
Propilenglikol Humektan 10 10 10 10
Metil Paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2
Natrium Metabisulfit Anti oksidan 0,01 0,01 0,01 0,01
Aqua ad Pelarut 100 100 100 100
d. Pembuatan emulgel
1) Fase emulsi
a) Span 80 dilarutkan dalam parafin liquid aduk hingga homogen (massa 1).
b) Na-metabisulfit dilarutkan dalam aquadest sisa perhitungan kemudian
dicampurkan dengan Tween 80 (massa 2).
c) Metil paraben dan Propil paraben dilarutkan dalam sebagian propilenglikol
masing-masing (1:5) dan (1:4) (massa 3).
d) Fase minyak (massa 1) dan fase air (massa 2, massa 3) dipanaskan terpisah pada
suhu 70-80 ºC, kemudian fase minyak dicampur dengan fase air diaduk hingga
homogen dan diperoleh pada suhu kamar. (massa 4)
2) Fase Gel
Hidroxypropyl Methylcellulose (HPMC) didispersikan sedikit demi sedikit dalam air,
aduk hingga terbentuk gel yang homogen, diamkan sampai terbentuk gel yang jernih.
(massa 5)
3) Fase gabungan
a) Rebusan yang telah dilarutkan dengan propilenglikol sisa ditambah massa 4 (fase
emulsi) dicampur, kemudian aduk hingga homogen. (massa 6)
b) Massa 5 ditambahkan massa 6 sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen.
c) Cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml.
d) Amati sediaan emulgel dari berbagai konsentrasi HPMC.
3) Uji viskositas
Uji viskositas ditentukan dengan menggunakan viskometer Brookfield, sediaan
dimasukkan pada wadah, kemudian pada spindle nomor 4 dari viskometer dicelupkan
kedalamnya sampai garis tanda batas yang ada pada spindel lalu dinyalakan sampai spindle
berputar dan diatur kecepatannya dari 30 rpm, 50 rpm, 60 rpm, 100 rpm, dan kembali 60
rpm, 50 rpm, dan 30 rpm. Hasil pembacaan skala dicatat untuk menghitung viskositasnya.
4) Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan pH meter dengan mengkalibrasi pH
meter menggunakan elektroda yang dicelupkan dalam larutan dapar fosfat pH 7,0,
bersihkan kemudian dicelupkan dalam dapar fosfat pH 4,0, bersihkan. Ukur pH sediaan
dengan cara mencelupkan elektroda pada pH meter dalam sediaan, amati dan catat pH
yang tertera pada alat.
5) Uji Pemisahan fase
a) Metode uji sentrifugasi
Sebanyak 4,0 gram sediaan ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam secara bertahap dan diamati
terjadi pemisahan setelah pembuatan.
(15)
b) Uji freeze thaw
Siklus pemisahan fase dengan metode freeze thaw pada emulgel dilakukan
o o
penyimpanan pada suhu 4 C dan 45 C, sebanyak masing-masing 4,0 gram dari sediaan
emulgel dimasukkan ke dalam 8 vial, 4 vial untuk kontrol disimpan pada suhu normal dan
4 vial untuk siklus freeze thaw. Kemudian vial ditutup dan disimpan selama 3 hari pada
o o
suhu 4 C diamati perubahan organoleptisnya. Setelah penyimpanan pada suhu 4 C sediaan
o
disimpan pada suhu 45 C selama 3 hari, amati perubahan organoleptisnya. Siklus ini
dilakukan pada 3 siklus penyimpanan.
C. Analisa Data
Data di Analisa berdasarkan data hasil pengamatan uji viskositas yang diperoleh pada
setiap formula menggunakan uji Analisa Varian (ANAVA) satu arah dengan taraf kepercayaan
95% (α = 0,05) dan apabila terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan dengan uji
Tuckey-HSD dan Uji Duncan.
BAB VI
JADWAL PENELITIAN
B. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia, Farmakognosi, Patologi
Klinik dan laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Waktu penelitian ini mulai dilakukan pada bulan
Agustus 2017 – Mei 2018.
Penelitian ini dilakukan oleh Tim Dosen Teknologi dan Farmakologi, Program Studi
Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA,
Jakarta, yang terdiri atas :
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Zainul Islam, M. Farm., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. NIDN/NPD : 0426067902
d. Bidang Ilmu : Farmakologi
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Farmasi dan Sains/Farmasi
g. Waktu Penelitian : 8 jam /minggu
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Fahjar Prisiska, M. Farm., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. NIDN/NPD : 0311048101
d. Bidang Ilmu : Teknologi Farmasi
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Jurusan : Farmasi dan Sains/Farmasi
g. Waktu Penelitian : 8 jam /minggu
BAB VIII
Waktu
Peneliti Honor/Jam Total
Jam/Minggu Minggu
Ketua Rp 5,000 8 24 Rp 1.000.000
Anggota Rp 5,000 8 24 Rp 1.000.000
Total Rp 2.000.000
Biaya Lainnya
Pembuatan Proposal 8 pc Rp 25.000 Rp 200.000
Pembuatan Laporan Akhir
8 Pc Rp 70.000 Rp 560.000
Laporan+CD
Total Biaya Lainnya Rp 760,000
A. Hasil Penelitian
1. Hasil identifikasi dan pemeriksaan rebusan herba pegagan.
a. Hasil identifikasi herba pegagan dapat dilihat pada tabel II.
Tabel 2. Hasil identifikasi ekstrak herba pegagan.
Kandungan
Pereaksi Pengamatan Hasil
kimia
Saponin HCl 2N busa stabil (± 5-10 menit). +
Terbentuk warna biru tua
Tanin FeCl3 +
atau hijau kehitaman
H2SO4 (p) + asam warna biru (hijau
Glikosida +
asetat anhidrat kehitaman /ungu)
f. Pemeriksaan viskositas.
Data viskositas rata-rata Viskositas emulgel rebusan herba pegagan pada
50rpm dapat dilihat pada gambar 3.
B. Pembahasan
Herba pegagan merupakan salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan
untuk kecantikan dan bisa digunakan sebagai anti penuaan dini. Herba pegagan
mengandung asiaticosida dan glicoside madecassoside yang berguna sebagai anti
penuaan dini. Pemanfaatan herba pegagan belum dilakukan secara optimal karena
belum diformulasikan menjadi bentuk sediaan yang praktis, efisien dan nyaman
digunakan.
Kestabilan fisik emulgel ekstrak herba pegagan diamati dari pengamatn
organoleptis, homogenitas, viskositas, pH dan uji freeze thaw selama 6 minggu.
Pengamatan fisik ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada penyimpanan selama 6
minggu pada suhu kamar dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan pada peningkatan
konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) 3,5%, 4,0%, 4,5%, dan 5,0%.
Hasil pengamatan organoleptik pada warna diperoleh menunjukkan F1 berwarna
coklat tua, sementara pada F2, F3, dan F4 berwarna Coklat muda. Semakin besar
konsentrasi gelling agent yang ditambahkan maka warna coklat semakin lemah dan
baunya pun akan semakin berkurang. Kemudian pada pemeriksaan pertumbuhan jamur
tidak ditemukan.
Hasil pengamatan homogenitas dan lapisan sediaan emulgel rebusan herba
pegagan selama 6 minggu pada suhu kamar menunjukkan bahwa pada sediaan formula
ke-4 tidak terbentuk lapisan pada sediaan homogen selama batas penyimpanan, tetapi
pada formula ke-1, formula ke-2, dan formula ke-3 terbentuk lapisan minyak pada
permukaan sediaan dan sediaan menjadi tidak homogen.
Pemisahaan yang terjadi karena konsentrasi pada HPMC yang rendah. Sehingga
air yang terjerat atau yang terikat pada polimer sedikit dan menyebabkan tidak
terjadinya ikatan yang kuat antara fase gel, fase emulsi dan ekstrak. Selain itu fase
emulsi globul-globul minyak sudah tidak dikelilingi oleh lapisan pengemulsi dan
minyak akan lebih cenderung untuk bergabung. Rusaknya lapisan pengemulsi juga
menjadi penyebab pecahnya pada sediaan formula ke-1, formula ke-2 dan formula ke 3.
Hasil pemeriksaan pH pada sediaan formula 1,2,3 dan 4 menunjukkan terjadi
peningkatan dan penurunan secara penyimpanan.Pada ke empat formula mengalami
penurunan selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antar zat
masing-masing dan kondisi penyimpanan, namun masih berada dalam rentang pH kulit
normal yaitu pada rentang 4,5 hingga 6,5.
Pada uji pemisahaan fase dengan sentrifugasi, terlihat pada formula 1 dan 2 terjadi
pemisahaan ini disebabkan oleh tidak stabilnya ikatan yang berbentuk antara globul
minyak yang terdispersi dengan air karena adanya guncangan yang cepat, berbeda
dengan formula 3 dan 4 tidak tejadi pemisahan karena ikatan antara globul minyak yang
terdispersi pada fase air stabil dan membentuk struktur yang lebih kompak.
Penyimpanan sediaan pada siklus freeze thaw dilakukan untuk melihat pengaruh
suhu terhadap pemisahan fase emulgel selama penyimpanan dengan suhu yang berbeda
yaitu siklus freeze pada suhu 4oC dan siklus thaw pada suhu 45oC. Pengamatan
dilakukan selama 3 siklus hasil pengamatan pada formula 1 dan formula 2 terjadi
perubahan pada thaw, siklus ke-2, dan pada formula 1 mengalami perubahan freeze dan
thaw dan pada formula 2 terjadi perubahan pada thaw, siklus ke-3, sedangkan pada
formula ke-3 dan ke-4 tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena formula pada
konsentrasi gelling agent rendah memiliki konsistensi emulsi yang tinggi, pada emulsi
suhu yang ekstrim dapat menyebabkan emulsi menjadi kasar dan coalensi dimana
terbentuk globul yang besar naik ke permukaan atau turun ke dasar dan membentuk
lapisan yang tebal yang akan diikuti dengan breaking yaitu pemisahaan fase terdispersi
dari fase kontinu, prosesnya irreversible karena lapisan emulgator yang mengelilingi
caoran sudah tidak ada(2).
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) sebagai Gelling
Agent dapat meningkatkan stabilitas fisik emulgel ekstrak herba pegagan.( Centella
asiatica L. ).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk dilanjutkan uji
stabilitas kimia dan mikrobiologi terhadap emulgel ekstrak herba pegagan, serta
dilakukan uji iritasi dan uji keamanan emulgel terhadap kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. Hal. 4, 7,
1002, 1030, 1043, 39, 799.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan obat. Direktorat Jendral POM. Departemen kesehatan RI.
Jakarta. Hal. 5, 10-11.
Lieberman, A.H., Ringer, M., Banker, S.G. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms :
Disperse System, volume I & II. Marcel Dekker. New york: 184, 198-199,289-
290, 310 240, 399-404, 512.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisik II. Edisi 3. Terjemahan: Yoshita. UI Press. Jakarta. Hal 923-
972, 1077-1163, 1170, 1256, 1269.
Martini, K. 1997. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Fourth Edition. Prentice Hall,
USA. Hal.148-161.
Rieger, M. M. 2000. Harry’s Cosmeticology, Eight Edition. Chemical Publishing Inc., New
York. Hal 3-12
Suratman. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim dan Jelly
terhadap Penyembuhan Luka Bakar. www.kalbe.co.id. 20 september
2011.
Wasitaatmadja, SM.1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press, Jakarta. Hal 181-188.
Lampiran 1. Biodata Ketua Peneliti
B. Riwayat Pendidikan
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta Rp)
Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Madu Terhadap
Difusi Neomisin Sulfat Pada Sediaan Penutup LEMLIT
1 2015 Rp. 8.500.000
Luka melalui Membran Millipore-Isopropil UHAMKA
Miristat
Pendanaan
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul: “ Pengaruh
Peningkatan Konsentrasi Hydroxy Propyl Methyl Celulose sebagai Gelling Agent terhadap
Stabilitas Fisik Emulgel Rebusan Herba Pegagan (centella asiatic L) “.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima.
Tween 80 HLB = 15
Span 80 HLB = 4.3
HLB butuh paraffin : 12
Jumlah yang emulgator yang ditambahkan : 2 gram
Cara perhitungan : metode Aligasi
Twee 80 15 7.7
12
Span 80 4.3 3+
HLB campuran 10.7
Jumlah Tween 80 = 7.7/10.7 x 2 gram = 1.44 gram
Span 80 = 3/10.7 x 2 gram = 0.56 gram
Lampiran 6. Evaluasi Uji Viskositas Emulgel Ekstrak Herba Pegagan
Tabel IX Hasil Evaluasi Uji Viskositas emulgel
Ekstrak Herba Pegagan selama 6 minggu
1. Uji Normalitas
Hipotesa uji : Ho: Data viskositas terdistribusi normal
Hi : Data viskositas tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan :Signifikan>0.05 maka Ho diterima
Signifikan<0.05 maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
konsentrasi
N 28
Positive .170
Negative -.170
Kolmogorov-Smirnov Z .898
Lampiran 7. (Lanjutan)
2. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah data mempunyai varian yang sama
atau tidak
Hipotesa : Ho = data viscositas mempunyai varian yang sama
H1 = data viscositas mempunyai varian yang berbeda
Ketentuan : Sig > 0,05 maka Ho diterima
Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Viscositas
.422 3 24 .739
Kesimpulan : nilai 0,739 > 0,05 Ho diterima berarti data viscositas
Lampiran 7. (Lanjutan)
Pengambilan keputusan : - Signifikan > 0,05 maka Ho diterima
- Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak
ANOVA
Viscositas
Total 498302.107 27
normal
Pengambilan keputusan : - Signifikan > 0,05 maka Ho diterima
- Signifikan < 0,05 maka Ho ditolak
formula
Lampiran 7. (Lanjutan)
Multiple Comparisons
Viscositas
Tukey HSD
Viscositas
Tukey HSDa
3.50 7 481.1429
4.00 7 685.2857
4.50 7 732.4286
5.00 7 844.4286
Rumus:
Shearing stress = k x % torque
Dimana:
Cara perhitungan:
% torque = 8,2
= 2,35 x 8,2
= 19,27 dyne/cm2
Nomor spindel 1 2 3 4 5 6 7
k 0,035 0,119 0,279 0,539 1,05 2,35 8,4
n = 0,1 1,728 1,431 1,457 1,492 1,544 1,366 1,936
0,2 0,967 0,875 0,882 0,892 0,907 0,851 1,007
0,3 0,705 0,656 0,656 0,658 0,663 0,629 0,681
0,4 0,576 0,535 0,530 0,529 0,528 0,503 0,515
0,5 0,499 0,458 0,449 0,445 0,442 0,421 0,413
kN 0,6 0,449 0,404 0,392 0,387 0,382 0,363 0,346
0,7 0,414 0,365 0,350 0,343 0,338 0,320 0,297
0,8 0,387 0,334 0,317 0,310 0,304 0,286 0,261
0,9 0,367 0,310 0,291 0,283 0,276 0,260 0,232
1,0 0,351 0,291 0,270 0,262 0,254 0,238 0,209
49
Lampiran 10.
(Lanjutan)
Gambar 7.
Gambar 9. Gambar 11.
Kurva sifat
Kurva sifat Kurva sifat
alir F1
Gambar 5. alir F1 alir F2 Minggu
Minggu 3
Kurva sifat Minggu 5 0
alir F1
Minggu 1
Lampiran 10.
Lampiran 10.
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Gambar 12. Gambar 14.
Kurva sifat Kurva sifat
alir F2 Minggu alir F2 Minggu Gambar 16. Gambar 18.
1 3 Kurva sifat Kurva sifat
alir F2 Minggu alir F3 Minggu
5 0
Lampiran 10.
Lampiran 10.
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Gambar 20. Gambar 22.
Kurva sifat Kurva sifat
Gambar 24. Gambar 26.
alir F3 Minggu alir F3 Minggu
4 Kurva sifat Kurva sifat
2
alir F3 Minggu alir F4 Minggu
6 1
Lampiran 10.
Lampiran 10.
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Gambar 28.
Kurva sifat Gambar 30.
alir F4 Minggu Kurva sifat
3 alir F4 Minggu
5
Gambar 29.
Kurva sifat Gambar 31.
alir F4 Minggu Kurva sifat
4 alir F4 Minggu
6
Lampiran 11. Perhitungan Pembuatan Rebusan Herba Pegagan.
155g herba pegagan kering -> infusa 1000ml -> rotavapor 1 jam -> 100ml ekstrak ->
dipanaskan diatas penangas air pada suhu 50C ( 30menit) -> ditimbang 33g (u/ 50x
pakai).
100g
Rendemen Hasil Rebusan Herba Pegagan = (33 gram / 155 gram) x 100 %
= 21,29%
Gambar32.Viskometer Brookfield.
Gambar 33. Spindle.