Vous êtes sur la page 1sur 81

ASKEP PERSALINAN NORMAL DAN KEHAMILAN PEB

KONSEP DASAR
PERSALINAN NORMAL DAN KEHAMILAN PEB

A. PERSALINAN
1. PENGERTIAN
Menurut Wiknjosastro (2002), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
Sedangkan menurut Halminton (2005), persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir (Mochtar, 2005).
2. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2008), penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara
lain oleh faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
saraf dan nutrisi, perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan
progesteron. Teori Oxytocin, jika oxytocin bertambah maka akan timbul kontraksi otot-otot
rahim, keregangan otot-otot dan pengaruh janin. Teori prostalglandin: prostalglandin dalam
sperma akan merangsang kontraksi uterus. Teori penurunan progesterone: akan terjadi kontraksi
jika progesterone turun.
3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Mochtar (2005) adalah:
a. Pasage (Jalan lahir)
Jalan lahir bayi (panggul) terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1) Bagian keras: panggul kecil
2) Bagian lunak: otot-otot dasar panggul (perinium) dan alat reproduksi dalam (serviks)
b. Pasanger (janin)
Dipengaruhi oleh
1) Letak: melintang, kepala diatas, kepala dibawah.
2) Posisi
3) Presentasi: bagian yang paling awal terlihat saat bayi akan lahir, antara lain: presentasi kepala,
bokong, kaki, bahu.
c. Power (kekuatan/his)
Merupakan tenaga utama dari ibu. Ini dipengaruhi oleh hormon progesteron, oksitosin dan
prostalglandin
d. Psyche/kondisi psikologis ibu
Pengeluaran hormon persalinan sangat dipengaruhi kondisi psikologis/emosional seseorang. Jika
terjadi kecemasan pada ibu, hormon untuk berkontraksi tidak ada, sehingga his tidak ada maka
persalinan terganggu.
e. Position (posisi saat melahirkan)
Posisi ibu saat melahirkan sebaiknya yang gravitasinya tinggi sehingga bayi cepat turun/lahir.
Misalnya dengan berdiri, duduk, jongkok. Tetapi gaya ini memiliki kelemahan yaitu sulit
mengontrol cidera pada ibu dan bayi.

4. PATOFISIOLOGI
5. TANDA-TANDA PERSALINAN
Menurut Manuaba (2007), tanda-tanda persalinan adalah:
a. Tanda persalinan sudah dekat (awal persalinan)
1) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke–36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi
sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
a) Kontraksi Braxton hicks
b) Ketegangan dinding perut
c) Ketegangan ligamentum rotandum
d) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
2) Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
a) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
b) Dibagian bawah terasa sesak
c) Terjadi kesulitan saat berjalan
d) Sering miksi (beser kencing)
e) Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan sebagi keluhan karena
dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone,
dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
3) Sifat his permulaan ( palsu )
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasinya pendek
e) Tidak bertambah bila beraktifitas

b. Tanda persalinan
1) Terjadinya his persalinan , his persalinan mempunyai sifat :
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
b) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
6. KOMPLIKASI PADA PERSALINAN
a. Infeksi
b. Retensi plasenta
c. Hematom pada vulva
d. Ruptur uteri
e. Emboli air ketuban
f. Ruptur perineum (Hachermoore, 2001).
7. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
Menurut Winkjosastro (2002), persalinan dibagi dalam 4 tahap/Kala yaitu:
a. Kala I : dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) proses ini
terbagi dalam dua fase yeitu :
1) Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
2) Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering
selama fase aktif
b. Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
c. Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
d. Kala IV : dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum.
8. LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL
a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai 6 cm
peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi
median/mediolateral atau lateral
b. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi sakit. Tujuan episiotomi
adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi robekan
baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi
d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung dibersihkan
dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput
kearah punggung
e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah untuk
melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir
ketiak dikaitr untuk melahirkan sisa badan bayi
f. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir sehingga bayi
dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan
g. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
1) Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah berkembang dengan
sempurna
2) Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang aterm sehingga
peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
3) Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah yang masuk ke
sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern
ikterus
h. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
i. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
1) Kateterisasi kandung kemih
2) Menjahit luka spontan atau luka episiotomi (Saifudin, 2001)
9. DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PERSALINAN
a. Kala I
1) Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi
teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
2) Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan
b) Jika ibu tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan perubahan posisi,
sarankan ia untuk berjalan, dll.
c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air
besar/kecil.
f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara : gunakan kipas
angin/AC, kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi sebelumnya.
g) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum
h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah
selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partograf. Pada setiap
pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
a) Warna cairan amnion
b) Dilatasi serviks
c) Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan . Jika terdapat kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4
jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka
maka wanita tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan maka diagnosanya
adalah persalinan palsu. Pada kala II lakukan pemriksaan dalam setiap jam.
4) Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan Kala I :
a) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I :
a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
b) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif
c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
5) Kemajuan pada kondisi janin
a) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (<100 atau >180 denyut permenit ) curigai
adanya gawat janin
b) Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan
kedalam malposisi atau malpresentasi
c) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama tangani penyebab
tersebut.
6) Kemajuan pada kondisi ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
a) Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan.
Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan analgesia secukupnya.
b) Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
c) Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang segera berikan
dektrose IV.
b. Kala II
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5–6 cm.
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar merasa
nyaman, menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri
c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
e) Mengatur posisi ibu
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong
g) Memberikan cukup minum
3) Posisi saat mengejan
a) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
b) Ibu dibimbing untuk mengejan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas
c) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
mengalami bradikardi (<120 x/menit.

4) Kemajuan persalinan dalam Kala II


Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II:
a) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
b) Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap kedua :
a) Tidak turunnya janin dijalan lahir
b) Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
5) Kelahiran kepala bayi
a) Mintalah ibu mengejan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
b) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
c) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
d) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
e) Periksa tali pusat: Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali pusat
melalui kepala bayi
f) Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara
kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi.
6) Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya
a) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
b) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
c) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
d) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
e) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala
dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
f) Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya
g) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan bayi
h) Jika bayi menangis atau bernafas (dada bayi terlihat naik turun paling sedikit 30x/m)
tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
i) Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan segera mulai resusitasi
bayi
j) Klem dan potong tali pusat
k) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dada si ibu.
l) Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
c. Kala III
1) Manajemen Aktif Kala III
a) Pemberian oksitosin dengan segera
b) Pengendalian tarikan tali pusat
c) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
2) Penanganan
b) Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta :
(1) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
(2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
c) Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
(1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
(2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan vulva.
(3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit)
(4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-menerus dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
(5) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
(6) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali
pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
(7) Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus agar
menimbulkan kontraksi.
(8) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit
berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin
dosis pertama.
(9) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina
atau perbaiki episotomi.
d. Kala IV
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya
baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa–si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan
bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
b) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam I dan
setiap 30 menit selama jam II
c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman
yang disukainya.
d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e) Biarkan ibu beristirahat
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
g) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
i) Ajari ibu atau keluarga tentang :
(1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
(2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

B. KEHAMILAN DENGAN PRE EKLAMSI BERAT (PEB)


1. PENGERTIAN
Menurut Wiknjosastro (2002), preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Sedangkan eklamsi adalah preeklamsi yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan
akibat kelainan neurology.
Preeklamsi adalah penyakit kehamilan yang ditandai dengan adanya trias preeklamsi yaitu
adanya edema, hipertensi, dan protein uri (Mansjoer, et al, 2008).
2. ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi preeklamsi belum diketahui dengan pasti.
3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Menurut Manuaba (2007), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mempengaruhi
terjadinya PEB adalah sebagai berikut:
a. Hidramnion
b. Gemelli
c. Diabetik gestase
d. Usia lebih 35 tahun
e. Obesitas
f. Penyakit trophoblastic
g. Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia kehamilan 24
minggu.
h. Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya meningkat juga
pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %.
i. Penyakit hipertensi kronik.
j. Penyakit ginjal kronik.
k. Cenderung genetik.
l. Memiliki riwayat preeklampsi.
4. PATOFISIOLOGI
Pre eklamsi

Penurunan sirkulasi volume plasma

Hemokonsentrasi, hematokrit ibu hamil

Penurunan perfusi organ (utero plasenta fetal)

Perusakan sel darah merah

Penurunan kapasitas O2 ibu


5. TANDA DAN GEJALA
Menurut Mochtar (2005), tanda dan gejala dari prekelamsi berat dalam kehamilan diantaranya
adalah:
a. Tekana darah > 160/ 110 mmHg
b. Protein urin > 0,5 gr /liter dalam 24jam ( +3/ +4 pada pemeriksaan kualitatif )
c. Oligouria< 400 cc/24 jam
d. Trombosit < 100.000 /mm (trombositopenia)
e. Nyeri epigastrium
f. Perdarahan retina
g. Edema pulmonal
h. Koma
i. Dapat timbul sesak nafas dan timbul cyanosis yang tampak pada ujung jari dan kuku
6. KOMPLIKASI
a. Komplikasi untuk ibu:
1) Atonia uteri
2) Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low platelet count)
3) Ablasi retina
4) DIC ( Diseminata Intravasular Coagulation)
5) Gagal ginjal
6) Perdarahan otak
7) Edema paru
8) Gagal jantung
9) Syok hingga kematian
b. Komplikasi untuk janin:
1) Pertumbuhan janin terhambat
2) Prematuritas
7. PROGNOSIS
Pada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya
gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri epigastrium
hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan,
terutama pada persalinan bahaya ini besar (Manuaba, 2008).
Eklampsia di lndonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar
dari ibu dan bayi. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio
kordis dengan edema paru-paru, kegagalan ginjal, masuknya isi lambung ke dalam jalan
pemapasan sewaktu terjadi kejang, infeksi. Sedang sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia
intrauterin dan prematuritas (Saifuddin, 2002).
8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Menurut Halminton (2005) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada kehamilan dan 37 minggu :
1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake
dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut:
a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler, kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama tidak ada kontra-indikasi).
b) Jika da perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi
selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan (kecuali jika ada kontra-indikasi).
c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan berat badan seperti
pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi gejala.
d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan : induksi partus
atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
Sedangkan penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37 minggu ke atas adalah
sebagai berikut:
1. Penderita di rawat inap
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
c. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr bokong kanan dan 4 g bokong kiri
d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
e. Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+); diurese 100 cc dalam 4 jam yang lalu;
respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsiumg lukonas 10%a mpul 10 cc.
f. Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat
2. Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3x½ tablet sehari.
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung
kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena lasix 1ampul.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau
tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus
tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita dilarang
mengedan
6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan disebabkan atonia uteri.
7. Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam
dalam 24 jampostpartum.
8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.
9. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kala I
• Riwayat ANC
• Status fisik dan enpsi ibu
• Dilatasi serviks
• Membran amnion
• Pola kontraksi
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan laboratonum
• Respon klien dan keluarga terhadap persalinan
2) Kala II
• Vital sign
• Bladder
• Urine
• Hidrasi
• Keadaan umum
• Tenaga mengejan ibu
• Kebutuhanakananalgetik atau anestesi
• Integritas perineum
Penilaian kemajuan kala II meliputi :
a. Keadaan kontraksi uterus
b. Lama persalinan kala II
c. Penunrnan bagian presentasi
d. Kemajuan dari mekanisme persalinan
3) Kala III
• Keadaan kontraksi uterus
• Lama pengeluaran plasenta
4) Kala IV
• Pengkajian pada jam pertama :
a) Fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus
b) Perdarahan per vaginam : jumlah, warna, dan konsistensi
• Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah :
a) Vital sign
b) Perineum
c) Distensi bladder
d) Interaksi keluarga
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
a) Kimia darah
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
Hematologi rutin
b) Urine
Protein urine kualitatif maupun kuantitatif
Reduksi
Bilirubn
Sedimen urin
2) Radiologi
USG
Thorak foto

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,dilatasi/regangan,
tegangan emosional.
2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang.
b. Kala II :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan
jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola
kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forcep.
3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi,
pencetusan kelahiran disproporsi sefalopelvik (CPD).
c. Kala III :
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara
tidak disadari, atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan.
3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi.
d. Kala IV :
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema
jaringan, kelemahan fisik dan psikologis, ansietas.
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan anggota
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M., dkk., 2001,Rencana perawatan maternal bayi, EGC, Jakarta.

Hachermoore. 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, Hypokrates, Jakarta.

Halminton P. M. 2005, Dasar-dasar keperawatan maternitas, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran,


EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter
umum, EGC, Jakarta.

McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-Year
book.Inc, New York.

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta kedokteran,
Media Aesculapius, Jakarta.

Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.

NANDA, 2005-2006, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Wiknjosastro, H. 2002, Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,
USA

Askep Persalinan Normal

Pengertian

Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang
dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.

Pemeriksaan Diagnostik

 Pemerikaaan darah lengkap


o Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
o Golangan darah = A,B,AB & O
o Faktor RH = +/-
o Waktu pembekuan
 Protein Urine

 Urine reduksi

Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan,penggunaan energi berlebihan

2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim & regangan pada jaringan

3. Penurunan cardiak out put berhubungan dengan peningkatan kerja jantung sekunder
penggunaan energi berlebih.

Intervensi

1. Pola napas tidak efektif b.d penggunaan energi berlebihan

Tujuan
Pola napas tidak terganggu/kembali efektif.

Intervensi :
o Observasi TTV selama jalannya persalinan
Rasional : Deteksi dini keadaan klien sehingga dapat dilakukan tindakan secara
tepat & cepat.

o Dampingi klien & berikan dorongan mental selama perslinan


Rasional : Mengurangi kecemasan sehingga klien dapat mengatur pernapasan scr
benar.

o Ajarkan tehnik pernapasan yg benar saat kontraksi


Rasional : Meningkatkan cadangan oksigen & tenaga
o Ajarkan cara mengedan yg benar
Rasional : Agar klien dpt menghemat energi & melahirkan bayinya dng cepat.

2. Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan jaringan

Tujuan
Nyeri berkurang/hilang.

Intervensi :
o Observasi skala nyeri dng skala 1 – 10, intensitas & lokasi
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan klien serta kualitas nyeri

o Ajarkan tehnik relaksasi & menarik napas panjang


Rasional : Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman

o Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri & kapan hilangnya


Rasional : Meningkatkan pengetahuan sehingga mengurangi kecemasan,klien
menjadi kooperatif

o Ajarkan cara mengedan yg benar jika pembeukaan sudah lengkap


Rasional : Mengurangi kelelahan & mempercepat proses persalinan.

o Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri jika tdk sedang kontraksi


Rasional : Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.

3. Penurunan Cardiak output b.d peningkatan kerja jantung

Tujuan
Cardiak out put dalam batas normal, TD= 120/80 mmHg,Nadi=80 x/mnt

Intervensi
o Observasi TTV
Rasional : Mengetahui perkembangan/perubahan yg terjadi pada klien

o Observasi perubahan sensori


Rasional : Mengetahui ketidak adekuatan perfusi cerebral.

o Observasi penggunaan energi & irama jantung


Rasional : Mengetahui tingkat ketergantungan klien.

Daftar Pustaka

Bagian Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. 1993. Obstetri. Elstar. Bandung.


Carpenito,Lynda Juall. 2001 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. ed.8.EGC. Jakarta
Prawiro Harjo. 1995. Bedah Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan dapat:
1. Melakukan pengkajian kemajuan persalinan.
2. Mengidentifikasi masalah pada klien intranatal.
3. Membuat rencana asuhan keperawatan/kebidanan pada klien intranatal.
4. Melakukan manajemen nyeri pada klien intranatal.
5. Melakukan prosedur pertolongan persalinan normal.
6. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan/kebidanan pada klien intranatal.

B. Pokok-Pokok Materi
Untuk mencapai tujuan tersebut, pokok-pokok materi yang harus dipelajari adalah:
1. Anatomi panggul reproduksi wanita.
2. Teori persalinan.
3. Manajemen nyeri persalinan.
4. Tahap-tahap persalinan.
5. Mekanisme persalinan.
6. Tanda-tanda persalinan normal dan proses persalinan.
7. Asuhan keperawatan/kebidanan pada ibu dalam persalinan normal kala I, II, III dan IV.

C. Uraian Materi
Sebelum melaksanakan prosedur tindakan pertolongan persalinan pada ibu intranatal, maka
pertama-tama marilah kita pelajari pengkajian dan masalah dalam pertolongan persalinan.

1. Pengkajian
Pada awal kegiatan, peserta diharapkan memahami tentang kegiatan pengkajian yang berguna
untuk mengidentifikasi keadaan pasien di saat Anda praktik ke lahan praktik. Lingkup
pengkajian meliputi perubahan biofisik, psikologi dan sosial selama intranatal.
a. Kala I : Anamnesa
- Alasan datang.
- Kapan taksiran persalinan.
- Kapan mulai tanda-tanda persalinan.

1). Tanda–tanda persalinan yang benar:


a. Keluarnya darah bercampur sedikit lendir pervagina (bloody show).
b. Timbulnya kontraksi secara teratur mulai dari punggung menyebar ke perut dan meningkat
secara intensif dan disertai rasa sakit.
c. Serviks : Terjadi pendataran dan dilatasi.
2). Riwayat tanda-tanda persalinan:
a. Riwayat tentang selaput ketuban.
b. Kontraksi teratur yang semakin lama semakin sering.
c. Bagaimana status emosi.
d. Ada masalah tentang kehamilan.
e. Kapan terakhir makan/minum.
f. Ada alergi terhadap makanan/minuman.
g. Siapa yang menemani selama persalinan.
3). Pemeriksaan fisik kala I:
a. Tanda-tanda vital : TD, nadi, pernafasan dan suhu.
b. Palpasi Leopod I, II, III dan IV.
c. Ukuran panggul.
d. Dilatasi serviks.
e. Kontraksi/his diperiksa selama 10 menit tiap 30-60 menit.
f. Sekret : merah muda sampai dengan cokelat (bloody show).
g. Selaput ketuban +/-.
h. DJJ terdengar jelas di umbilikus.
i. Perilaku : masih terkontrol, optimis, fatigue.
j. Varises, oedema di kaki dan wajah.

b. Kala II
1). Pengkajian
a. Klien mengeluhkan dorong kuat untuk meneran, merasakan tekanan yang semakin tinggi pada
daerah rektum.
b. Perineum menonjol.
c. Vulva dan anus membuka.
d. Kaki gemetar saat dorongan mengedan.
e. Lelah.
f. Tidak tahu tehnik relaksasi.
g. Respon emosi takut/khawatir, tidak percaya diri, tidak terkontrol.
h. Kontraksi uterus kuat 4-5 x selama 50-70 detik.
i. Dilatasi 10 cm.
j. Darah keluar sedikit, lendir dari vagina meningkat.
k. Peregangan rektum/vagina.
l. Distensi vesika urinaria.
m. Ketuban (+)/terjadi ruptur.
n. Keringat +++
o. Frekuensi pernafasan meningkat.
p. TD meningkat 5-10 mmHg.
q. Janin : bradikardi selama his.
2). Lingkup masalah
a. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut.
b. Pot. Gangguan cardiac output.
c. Gangguan pertukaran O2 (janin).
d. Gangguan integritas kulit.
e. Kurang mampu mengikuti pimpinan persalinan.
f. Potensial infeksi.
g. Potensial trauma pada ibu/janin.
h. Tidak efektif pola nafas.
i. Perubahan konsep diri.
j. Tidak efektif koping individu.
c. Kala III
1). Pengkajian
a. Perilaku gembira dan letih.
b. Tremor kaki menggigil.
c. Perdarahan pervagina.
d. Tali pusat memanjang.
e. Uterus berubah bentuk menjadi bulat dan keras.
f. Kehilangan darah (normal: 250-300 ml.).
g. Jalan lahir : lecet/sobek.
h. Luka episiotomi.
i. Hipotensi pengaruh dari obat/analgesik/anestesi.
j. Nadi lambat.
2). Lingkup masalah
a. Kurang volume cairan.
b. Potensial injury pada ibu.
c. Potensial gangguan proses dalam keluarga.
d. Kurang pengetahuan.
e. Gangguan rasa nyaman, nyeri.

d. Kala IV {Puerperium (setelah kala III s/d 1-2 jam)}


1). Pengkajian
a. Nadi.
b. Uterus.
- Tinggi : antara Symp – umbilikus; 12 jam pertama
c. Lochea : rubra.
e. Perineum : episiotomi, lecet, vulva oedema dan lembut.
f. Rektum : hemorroid.
2). Lingkup masalah
a. Gangguan genito urinaria.
b. Kurang volume cairan.
c. Potensial infeksi.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri.

D. Prosedur Pelaksanaan
Pertolongan persalinan memerlukan persiapan alat secara lengkap dan sistematis untuk agar
pelaksanaan pertolongan persalinan tepat dan lancar.

1. Persiapan Alat:
a. Partus set terdiri dari:
- Duk 2 buah.
- Sarung tangan 2 pasang.
- Benang tali pusat/klip.
- ½ kocher 1 buah.
- Klem tali pusat 2 buah.
- Gunting tali pusat 1 buah.
- Gunting episiotomi 1 buah (kalau diperlukan episiotomi).
- Kateter logam/nelaton 1 buah (kalau diperlukan kateterisasi pada kala III)
- Kasa dan deppers 5-6 buah.
- Kapas kering.
- Duk penahan perineum 1 buah.
b. Heachting set terdiri atas steril:
- Nald folder 1 buah.
- Pinset anatomi 1 buah.
- Pinset chirhugie 1 buah.
- Gunting benang 1 buah.
- Jarum, catgut, cromix, ceide.
- Tampon vagina 1 buah.
- Kassa/deppers 4-5 buah.
- Mangkok kecil, 1 buah.
- Sarung tangan 1 buah.
c. Obat emergensi: oxitocyn dan metehergin serta spuilt.
d. Kapas kering steril.
e. Cairan DDT.
f. On steril:
- Betadin 10%, 2 buah kom kecil berisi cairan klorin.
- Ember untuk alat tenun kotor kotoran.
- Bengkok 2 buah.
g. Piring plasenta dan pot.
h. Alat-alat PI (pencegahan infeksi), cairan klorin dan wash lap atau handuk kecil.
i. Untuk bayi:
- Pengisap lendir.
- Peralatan mandi.
- Pembungkus bayi (handuk).
- Obat mata.
- Peneng/tanda identifikasi.
j. Pakaian ibu, pembalut, celana dalam.
k. Alat pelindung diri penolong (APD):
- Tutup kepala.
- Kacamata.
- Masker.
- Celemek.
- Sepatu bot.
l. Alat-alat untuk PI : cairan DDT 2 kom, washlap, tempat sampah medis dan non medis.

2. Langkah-Langkah Pertolongan Persalinan:


KALA I:
- Mempersiapkan alat sesuai kebutuhan.
- Kejelasan dalam menyampaikan tindakan yang akan dilakukan, tujuan, dan hasil tindakan.
- Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil.
- Mengukur tanda-tanda vital ibu hamil.
- Melakukan pemeriksaan fisik ibu secara keseluruhan.
- Melakukan pemeriksaan Leopold I.
- Mengukur tinggi fundus uteri ibu hamil dengan menggunakan meteran pita.
- Melakukan pemeriksaan Leopold II.
- Melakukan pemeriksaan Leopold III.
- Melakukan pemeriksaan Leopold IV.
- Menilai denyut jantung janin.
- Memasang pengalas di bawah bokong ibu.
- Melakukan vulva hygiene.
- Melakukan pemeriksaan dalam, menilai kondisi servik dan jalan lahir.
- Merapikan alat-alat dan membuka sarung tangan.
- Melakukan pemeriksaan his/kontraksi.
- Melakukan manajemen nyeri.
- Melakukan pencatatan partograph.
- Melibatkan suami untuk mensupport ibu.
- Melakukan pendkes sesuai masalah ibu.
- Memantau kemajuan persalinan.
KALA II:
- Menjelaskan kondisi ibu, tindakan dan tujuan serta hasil tindakan kepada ibu dan keluarga.
- Melakukan persiapan penolong (cuci tangan, memakai topi kepala, sepatu boot, masker, celemek dan
handuk kecil yang diselipkan di pinggang penolong).
- Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
- Mengajarkan kembali cara meneran, bimbing ibu agar dapat meneran dengan benar dan efektif,
perbaiki cara meneran bila salah, anjurkan ibu untuk istirahat diantara waktu his.
- Menyiapkan alat pertolongan persalinan.
- Memasang duk steril.
- Lakukan vulva hygiene dan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, memecahkan
selaput ketuban pada saat his bila pembukaan sudah lengkap.
- Cuci tangan dengan larutan klorin 0,5 % lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik, kemudian cuci
tangan dengan benar.
- Periksa denyut jantung janin saat relaksasi.
- Menyiapkan posisi ibu yang nyaman dan minta keluarga memberikan bantuan yang sesuai. Seperti
membantu dan menyokong ibu pada posisi setengah duduk.
- Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
- Laksanakan bimbingan meneran.
- Memasang handuk diatas perut ibu.
- Letakkan kain steril dengan bentuk segitiga di bawah bokong ibu.
- Buka partus set dan periksa kembali kelengkapan alat.
- Pasang sarung tangan steril.
- Membantu melahirkan kepala: setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva:
a. Lindungi perineum dengan satu tangan dilapisi kain, dengan menggunakan ibu jari tangan kanan
direntangkan dengan jari lain di bawah duk steril yang ditekan ke arah kranial.
b. Tangan kiri menahan kepala bayi untuk menahan posisi refleksi dan membantu lahirnya kepala
perineum.
c. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
- Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan sesuai kondisi : jika tali pusat melilit
secara longgar, lepaskan melalui kepala bayi dan jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
- Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi lurus secara spontan.
- Membersihkan mata, hidung dan mulut, dengan kasa steril.
- Membantu melahirkan bahu:
a. Memegang kepala bayi dengan jari tangan saling merapat secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan perlahan gerakkan kepala ke arah bawah hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.
- Membantu melahirkan badan:
a. Geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku atas.
b. Setelah tubuh bayi lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki).
- Lakukan penilaian APGAR score (bayi menangis kuat, tidak/bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak
aktif/tidak, warna kulit, denyut nadi).
- Letakkan bayi depan vagina ibu dan lakukan klem pertama.
- Meletakkan bayi diatas handuk yang berada di perut ibu, kemudian bayi dikeringkan mulai dari kepala,
dada dengan sedikit tekanan, punggung dan kaki.
- Selimuti bayi dengan bagian handuk yang kering.
- Memotong tali pusat:
a. Mengurut tali pusat ke arah plasenta.
b. Klem kedua dengan jarak 3-4 cm dari klem pertama.
c. Potong tali pusat, dengan memperhatikan keamanan bagi bayi. Dengan tangan kiri melindung potong
diantara kedua klem.
- Melakukan bonding dan attachment:
a. Memberikan bayi ke ibu untuk kontak skin to skin.
b. Memfasilitasi ibu untuk menyusui bayinya.
c. Menginformasikan kondisi bayi secara umum.
KALA III:
- Memeriksa tinggi fundus uteri, kontraksi dan kondisi kandung kemih melakukan rangsangan kontraksi
pada fundus.
- Memeriksa kandung kemih (bila perlu lakukan kateterisasi).
- Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vagina.
- Letakkan satu tangan di atas perut ibu, ditepi atas simpisis dan posisi seperti menggunting, tangan
lainnya meregangkan tali pusat.
- Saat kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lainnya mendorong uterus ke arah
dorso-kranial secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu
hingga kontraksi berikutnya muncul dan ulangi prosedur tadi (pelepasan plasenta dapat dibantu dengan
rangsangan pada puting payudara ibu).
- Bila tanda-tanda plasenta sudah lepas timbul (plasenta ada di introitus vagina), minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, sambil tetap
melakukan dorong dorso-kranial. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem ke depan vulva dan
tangan kiri menampung plasenta dan dengan gerakan memutar searah jarum jam lahirkan plasenta dan
letakkan pada wadah yang telah disiapkan.
- Periksa kelengkapan plasenta: selaput plasenta dan kotiledon dengan membersihkan dengan kasa (bila
ditemukan tidak lengkap atau ada robekan lakukan eksplorasi ke dalam uterus dengan menggunakan
sarung tangan yang steril untuk mengeluarkan bagian yang tertinggal).
- Melakukan massase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi dan teraba keras (lakukan tindakan yang
diperlukan bila uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
memeriksa).
- Memeriksa bila ada perdarahan dan cari sumbernya lihat di vagina dan perineum (bila ada robekan
lakukan penjahitan), siapkan alat heachting.
- Lanjutkan memeriksa plasenta : ukuran, panjang tali pusat, kotiledon, berat plasenta.
KALA IV:
- Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervagina, lakukan pemantauan
kontraksi 2-5 per 15 menit pertama, lakukan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada
jam kedua.
- Bayi tetap melakukan kontak dengan ibu melalui menyusui dini. Biarkan bayi tetap berada di payudara
ibu selama 1 jam walaupun bayi tidak mengisap putting susu ibu.
- Membersihkan vulva, vagina ibu.
- Ajarkan ibu cara melakukan masase.
- Hitung dan perkirakan jumlah perdarahan.
- Lakukan pengukuran tanda vital : tiap 15 menit untuk nadi dan kandung kemih selama 1 jam pertama,
tiap jam untuk suhu dan TD.
- Periksa kembali keadaan bayi untuk memastikan keadaan tanda vital bayi: nadi, pernafasan dan suhu.
- Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin untuk dekontaminasi.
- Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
- Bersihkan badan ibu dengan cairan DDT dari sisa ketuban, lendir dan darah, bantu ibu memakai
pakaian dalam dan pembalut.
- Pastikan ibu dalam keadaan nyaman, bantu ibu dalam memberikan ASI.
- Bersihkan tempat bersalin dengan larutan klorin selama 10 menit.
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
- Dokumentasikan semua data selama proses persalinan dalam partograph dan dokumen lainnya.

http://hesa-andessa.blogspot.com/2011/02/pertolongan-persalinan-normal.html

Askep Persalinan Normal

1. Pengertian :
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
(Prawirohardjo, 2001).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
(Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang
dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
@. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif.
@. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
@. Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
@. Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

2. Penyebab
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas. Terdapat
beberapa teori antara lain : (Rustam Muchtar, 1998).
(1) Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di da;lam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul his.

(2) Teori oxytocin :


Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot
rahim.

(3) Keregangan otot-otot :


Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.

(4) Pengaruh janin :


Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.

(5) Teori Prostaglandin :


Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan.
Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra
vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.
Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan.

Secara skematis dikaitkan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai berikut :
Prostaglandin ¯
¯
Sintesa Prostaglandin di chorio amnion
¯
Kontraksi Uterus
Kadar Oxytocin
¯
Permiabilitas Na dalam Myometrium
¯
Cairan intra sel
¯
Kontraksi Uterus
Fetus cortisol
¯
Aktivasi Hormon Hypofise dan Intra renal
¯
Fetus normal
cukup/hampir cukup bulan
¯
Kontraksi Uterus
Prostaglandin
¯
Prostaglandin
Estroge ¯
¯
Aktivasi phospholipase dalam selaput ketuban
¯
Kontraksi Myometrium
Peregangan otot rahim
¯
Sintesa
¯
Kontraksi Myometrium
¯
Prostaglandin

His : Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat menimbulkan pembukaan servix
pada persalinan
His : Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat menimbulkan pembukaan servix
pada persalinan

Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam
2 fase :
v Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
Ø Ansietas
Ø Kurang pengetahuan
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Koping individu tidak efektif
Ø Infeksi
Ø Cedera (janin)
v Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
selama Fase aktif.
Ø Nyeri
Ø Perubahan eliminasi urin
Resiko tinggi
Ø Cedera (ibu)
Ø Gangguan pertukaran gas
Ø CO ¯
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Kelelahan

Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Ø Nyeri (Akut)
Resiko tinggi
Ø CO ¯
Ø Gangguan pertukaran gas
Ø Kerusakan integritas kulit/jaringan
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Infeksi
Ø Cedera (janin)
Ø Kelelahan

Kala III
Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit.
Resiko tinggi
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Cedera (ibu)
Ø Kurang pengetahuan
Ø Nyeri
Ø Perubahan proses keluarga

Kala IV
Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Resiko tinggi
Ø Kurangnya volume cairan
Ø Cedera (ibu)
Ø Kurang pengetahuan
Ø Nyeri
Ø Perubahan proses keluarga

3. Mekanisme Persalinan (Cunningham, Mac Donald & Gant, 1995)


Mekanisme Persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar pada saat
persalinan.
Gerakan utama pada Mekanisme Persalinan :
1. Engagement
· Diameter biparietal melewati PAP
· Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
· Multipara terjadi permulaan persalinan
· Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-Flexi Ringan.

2. Descent (Turunnya Kepala)


· Turunnya presentasi pada inlet
Disebabkan oleh 4 hal :
a. Tekanan cairan ketuban
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
d. Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
· Synclitismus dan Asynclitismus
§ Synclitismus
q Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat antara symplusis dan promotorium.
q Os Parietal depan dan belakang sama tinggi.
§ Asynclitismus
Jika Sutura sagitalis agak ke depan mendekati symplusis atau agak kebelakang mendekati
promotorium.
q Asynclitismus Posterior
Sutura sagitalis mendekati simplusis, Os parietal belakang lebih rendah dari Os parietal depan.
q Asynclitismus Anterior
Sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga Os parietal depan > Os parietal belakang.

3. Flexion
Majunya kepala ® mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar panggul ® Flexi
(dagu lebih mendekati dada).
Keuntungan : Ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil
(D. SOB = 9,5 cm) ® Outlet.

4. Internal Rotation
· Bagian terrendah memutar ke depan ke bawah symphisis
· Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
(Bidang tengah dan PBP)
· Terjadinya bersama dengan majunya kepala
· Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
5. Extension
· Defleksi kepala
· Karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas
· Dua kekuatan kepala
§
Kekuatan kedepan atasMendesak ke bawah
§ Tahanan dasar panggul menolak ke atas
· Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis sebagai Hypomoclion ® lahir lewat
perinium = occiput, muka dagu.

6. External Rotation
· Setelah kepala lahir ® kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk menghilangkan
torsi leher akibat putaran paksi dalam
· Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP.

7. Expulsi
· Bahu depan di bawah symphisis ® sebagai Hypomoklion ® lahir ® bahu belakang, bahu depan
® badan seluruhnya.
A KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS.
Dalam melaksanakan asuhan keparawatan pada klien dengan persalinan fisiologis, penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan langkah langkah; pengkajian
data,diagnosa , perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.

2.2.1. Pengkajian.
1) Pengumpulan data.
(1) Biodata meliputi:
Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain
agar tidak keliru. Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak. Pendidikan
pemberian informasi yang tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan
sosial ekonomi klien. Pada pesalinan fisiologis biodta didapatkan; Umur dalam kategori usia
subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atauterlalu tua (lebih
dari 35 tahun) merupakan keompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993: 65).
(2) Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang
makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila
buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
(3) Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42 minggu
(Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah
pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah
campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998; 165).
(4) Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin,
pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).
(5) Riwayat penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC,
Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga
memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66).

(6) Riwayat Obstetri.


v Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3), prematur kurang
dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).

v Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan
berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8
jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).

(7) Riwayat psikososialspiritual dan budaya.


Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada trimester
II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada
trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan
kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan
berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).

(8) Pola Kebutuhan sehari-hari.


v Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J Reeder
Et all, 1987: 405).

v Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak,klien
sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192).
v Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila
kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk /
berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala
II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri . (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,195).

v Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan (Chritina”s
Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all, 1987:
406).

v Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan mudah
dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono Prawirohardjo,
1999,160).

v Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285).

(9) Pemeriksaan.
v Pemeriksaan umum meliputi:
· Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong
resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu
dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg. ( Depkes
RI, 19993: 67).

· Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan darah
akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45).

· Suhu badan nadi dan pernafasan.


Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C, bila suhu lebih dari 375C
dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih
dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keadaan nadi biasanya
mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan
karena adanya perdarahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46).
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena kelelahan,
kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45), pernafasan normal
antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan
diperiksa tiap 4 jam.

2) Pemeriksaan fisik.
(1) Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak,
caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar. ( Depkes RI, 19993: 69).

(2) Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila mamae
serta ditemukan adanya kolustrum. ( Depkes RI, 1993: 69).
(3) Perut.
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba / nigra, terdapat striae
gravidarum. ( Depkes RI, 1993: 70).
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur
pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan , letak kepala, sudah
masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat. (Cristina’s
Ibrahim, 1993,: 7).
Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit . (Depkes RI, 1993: 75).

(4) Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium
yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak.
(Cristina’s Ibrahim, 1993,:50).
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan servic, panggul
serta keadaan jalan lahir.(Depkes RI, 1993: 76).

(5) Ekstremitas.
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena pre
eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:47). Ada
varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang
menekan vena abdomen (Sharon J Reeder Et all, 1987: 412).

3) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu pembekuan, hitung
darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis. (Persis Mary Hamilton,
1995: 151).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan.


1) Kala I (Sharon J Reeder Et all, 1987: 476).
(1) Perubahan perfusi jaringan : peredaran darah ke plasenta, secundair terhadap posisi ibu
selama proses persalinan.
(2) Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan intake cairan.
(3) Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pernafasan mulut.
(4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pembatasan intake selama proses
persalinan.
(5) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi uterus .
(6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas selama proses persalinan.
(7) Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan proses persalinan.
(8) Inefektif koping individu berhubungan dengan ketidak mampuan relaksasi atau bernafas
dengan benar.
(9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perubahan peran.
(10) Inefektif koping individu / keluraga berhubungan dengan masuk rumah sakit selama proses
persalinan.
(11) Inefektif koping keluarga berhubungan dengan nyeri yang dirasakan klien.
2) Kala II (Sharon J Reeder Et all, 1987: 478).
(1) Inefektif koping individu berhubungan dengan proses fisik selama proses persalianan.
(2) Takut berhubungan dengan lingkungan baru.
(3) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
3) Kala III dan IV. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 494).
(1) Nyeri berhubungan dengan involusi uterus , episiotomi.
(2) Resiko infeksi (Vagina, perinium) berhubungan dengan infeksi scundair bakteri sampai
proses persalinan, persalinan dan episiotomi.
(3) Perubahan pola istirahat tidur, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(4) Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya pengalaman, kurangnya model peran.
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Laten) :
Kekuranagan volume cairan (resiko terhadap).
Tujuan : Kebutuhan klien selam kala I terpenuhi.
Kriteria Hasil :
· Mukosa bibir tidak kering.
· Klien tidalk merasa haus.
· TTV :
· Tekanan darah : 120 / 80
· Nadi : 80 – 88 x / menit.
· Respirasi rate : 18 – 20 x / menit.
· Suhu 365 – 37 0 C
Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri :
Pantau masukan / haluaran. Perhatikan berat jenis urine. Anjurkan klien untuk mengosongkan
kandung kemih sedikitnya sekali setiap hari – 1,5 – 2 jam.

Pantau suhu setiap 4 jam, lebih sering bila tinggi. Pantau tanda-tanda vital / DJJ sesuai indikasi.
Kaji produksi mukus, jumlah air mata dalam mata, turgor kulit.
Berikan cairan jernih dan es batu sesuai izin.
Kaji praktik budaya mengeni masukan.

Berikan perawatan mulit dan permen keras sesuai izin.


Kolaborasi:
Berikan bolus cairan parentral, sesuai indikasi.

Pantau kadar hematokrit. (Ht).

Masukan dan haluaran harus diperkirakan sama, tergantung pada derjat hidrasi. Konsentrasi
urine meningkat sesuai peningkatan haluaran urin dan waspada terhadap dehidrasi. Penurunan
janin dapat diganggun bila kandung kemin distensi.
Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan suhu, Teknan darah pernafasan dan detak jantung
janin.
Tanda tambahan dari hidrasi akuat atau terjadinya dehidrasi.
Membantu meningkatkan hidrasi dan dapat menyediakan kalori.
Beberapa budaya (mis, beberapa orang Afrika, penduduk bagian seltan Amerika Serikat) minum
the khusus, meyakinkan mereka merangsang kemajuan persalinan secara kontinue,
Menurunkan ketidak nyamanan karena mulut kering.

Mungkin diperlukan bila masukan oral tidak adekuat atau terbatas. Bertindak sebagai oengaman
dalam kejadian dehidrasi atau hemoragi, mengatasi beberapa efek negatif dari anestesia atau
anlgesia.
Ht meningkat sesuai penurunan komponen plasma pada adanya dehidrasi berat.
Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Aktif) :
Nyeri.
Tujuan:
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri pada kala pembukaan .
Kitreria hasil:
· Ibu tampak tenang diantara kontraksi.
· Ibu tidak teriak oleh konstraksi datang.
· Ibu mengatakan nyeri tapi masih bisa mengontrol nyeri.

Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri:
Kaji derajat ketidak nyamanan melalui isyarat verbal dan non verbal; verbal; perhatikan
pengaruh budaya pada respons nyeri

Bantu dalam penggunaan tehnik pernafasan / relaksasi yang tepat dan pada masase abdomen.

Bantu tindakan kenyamanan (mis; gosokan punggung/kaki, tekanan sakral, istirahat punggung,
perawatan mulut, perubahan posisi, perawatan perineal dan pertukaran linen).

Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Palpasi di atas simfisi pubis untuk menentukan
distensi, khususnya setelah blok saraf.

Berikan informasi tenang ketersediaan analgeia, rspons/efek samping biasanya (klien dan janin),
dan durasi efek analgetik pada lampu atau sitiuasi penyerta.

Dukung keputusan klien tentangmenggunakan atau tidak menggunakan obat-obatan dengan cara
yang tidak menghakimi. Lanjutkan dorongan untuk upaya dan penggunaan tehnik relaksasi.
Instruksikan klien dalam menggunakan analgesik yang dikontrol klien, pantau caranya
menggunakan.
Hitung waktu dan catat frkwensi, intensitas, dan durasi pola konstraksi uterus setiap 30 menit.

Kaji sifat dan jumlah tampilan vagina, dilatasi servival, penonjolan, lokasi janin dan penurunn
janin.

Berikan tindakan pengamanan, mis, anjrkan klien untuk bergerak dengn perlahan,
memperthankan penghalang tempat tidur setelah pemberian obat dan sokong kki selama
pemindahan.

Kaji tekanan darah dan nadi setiap 1-2 menit setelah injeksi regional selama 15 menit pertama,
kemudian setiap 10 – 15 menit untuk sis waktu persalinan. Posisikan pada posisi miring kiri
dengan kepala datar dan kaki ditinggikan , atau meninggikan lutut dan mengubah posisi uterus
secara manual ke kiri sesuai indikasi.

Libatkan klien dalam prcakapan untuk mengkaji sensori, pantau pola pernafasan dan nadi.

Kaji terhadap kehangatan, kemerahan pada ibu jari atau bantalan kaki dan distribusi seimabang
dari obat spinal.
Kolaborasi:
Berikan analgesik seperti alfaprodin hidroklorida(Nisentil) atau meperidin hidroklorida
(Demerol) dengan kekuatan tranquilizer dengan IV atau IM yang dalam di antara kontraksi, bila
diindikasikan.

Lakukan atau bantu dengan blok paraservical bila serviks dilatasi 4-5 cm. (anastesi dapat
diberikandalam dosis tunggal atau secara kontinu dengan menggunakan indwelling kateter).
Berikan oksigen dan tingkatkan masukan cairan biasa bila tekanan sistolik turun di bawah 100
mmHg atau turun lebih dari 30 % di bawah tekanan dasar.
Pantau DJJ secara elektrolik, dan catat penurunan variabilitas atau bradicardia. Dapatkan sample
kulit kepala janin bila bradikardia menetap selama 30 menit atau lebih.

Berikan bolus IV 500 – 1000 ml dari larutan Ringer Laktat tepat sebelum pemberian blok
peridural.
Berikan anestesi blok peridural, epidural atau kaudal dengan menggunakan kateter indwelling.

Berikan soksinilkolin klorida dan bantu dengan intubasi bila terjadi kejang.

Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu, memahami
perubahan fisiologis, dan latar belakang budaya.
Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral memlalui respons kondisi dan stimulasi
kutan. Memudahkan kemajuan persalinan normal.
Meningkatkan relaksasi dan higiene; meningkatkan perasaan sejahtera (Catatan posisi miring kiri
menurunkan tekanan uterus pada vena kava, tetapi pengubahan posisi secara periodik mencegah
iskemia jaringan dan / atau kekakuan otot dan meningkatkan kenymanan.
Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat meningkatkan ketidak nyamanan,
mengakibatkan kemungkinan trauma, mempengaruhi penurunan janin, dan meperlama
persalinan. Analgesia epidural atau paraservical dapat mempengaruhi sensasi penuh.
Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang cara pengontrolan nyeri. (Catatan:
Bila tindkan konservatif tidak efektif dan meningkatkan tegangan ototo meghalangi kemajuan
persalinan, penggunaan medikasi yang minimal dapat meningkatkan rlaksasi, memperpendek
persalinan, membatasi keletihan, dan mencegah komplikasi).
Membantu menurunkan perasaan gagal pada klien / pasangan yang telah mengantisipasi
kelahiran yang tidak diobati dan tidak mengikuti rencana tersebut. Meningkatkan rasa kontrol
dan dapat mencegah /menurunkan kebutuhan medikasi.
Memungkinkan klien untuk mengatur kontrol nyerinya sendiri, biasanya dengan sedikit
medikasi.

Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk klien. (catatan: Agens
anastetik dapat mengubah pola kontraksi uterus).
Dilatasi servical seharusnya ,2 cm/jam pada nulipara dan 1,5 cm/jam pada multi para, tampilan
vagina meningkat dengan turunnya janin. Pilihan dan waktu pemberian obat dipengaruhi oleh
drajat dilatasi dan pola kontraksi.
Anestesi blok regional menghasilkan paralisis vasomotor, sehingga gerakan tiba-tiba dapat
mencetuskan hipotensi, Analgetika mengubah persepsi, dan klien dapat jatuh karena mencoba
turun dari tempat tidur.
Hipotensi maternal, efek samping paling umum dari anastesi blok regional, dapat mempengaruhi
oksigenasi janin. Hipotensi telentang dapat terjadi karena posisi litotomi selama pemberian
anestesi paraservical. Posisi miring kiri meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan
sirkulasi plasenta, Kaji variabelitas DJJ. Agens seperti bupivakiain (Macaine) dan Kloroprokain
hidroklorida (Nesacaine) mempunyai efek kecil pada variabilitas DJJ; perubahan harus diselidiki
secara seksama. (Catatan: Risiko berkenaan dengan anestesi kaudal meliputi perforasi kulit
kepala janin, serta rectum ibu).
Respon toksik sistemik dengan perubhan sensori terjadi bila obat diabsorbsi ke dalam sistem
vasculair. Perubahan sensori dapat juga menjadi indikator awal dari terjadinya hipoksia.
Gangguan fungsi pernafasan terjadi bila analgesia terlalu tinggi menimbulkan paralisis
diafragma.
Meyakinkan penempatan kateter yang tepat untuk kontinuitas blok dan kadar yang adkuat dari
agens anestesi.
Rute IV disukai karena menjamin pemberian analgetik lebih cepat dan absorbsi seimbang.
Medikasi diberikan dengan rute IM memerlukan sampai 45 menit untuk mencapai kadar plasma
adekuat, dan ambilan maternal mungkin bervariasi, khususnya bila obat dinjeksikan ke dalam
lemak subcutan sebagai pengganti otot.
Menganastesi pleksus hipogstrik inferior dan ganglia, memberikan kelegaan selama dilatasi
servic. (catatan: Blok paraservical dapat menyebabkan bradikardia janin berat).
Meningkatkan volume cairan sirkulasi, perfusi plasenta, dan ketersediaan oksigen untuk ambilan
janin.

Bradikardia dan penurunan variabilitas janin adalah efek samping yang biasa dari blok
paraservical. Efek samping ini dapat mulai 2 – 10 menit setelah pemberian anatetik dan dapat
berakhir selama 5 – 10 menit.
Peningkatan kadar cairan sirkulasi membantu mencegah efek samping hipotensi berkenaan
dengan blok.
Memberikan kelegaan bila persalinan aktif ditentukan, penguatan melalui kateter memberikan
kenyamanan terus menerus selama melahirkan. Analgesia ini tidak mengganggui aktivitas uterus
dan/ atau refleks Ferguson. Ini merelaksasikan servicks dan mempermudah proses persalinan,
tetapi dapat mengubah rotasi janin internal dan menurunkan kemampuan klien untuk mengejan
bila diperlukan.
Reaksi toksik sistemik pada anastetil epidural dapat mengubah sendorium ataiu menyebabkan
kejang bila obat diabsorbsi ke dalam sistem vasculair.
Dignosa Keperawatan Persalinan Tahap II (Pengeluaran) :
Nyeri akut.
Tujuan : Ibu dapat beradaptasi terhadap nyeri akibat his persalinan.
Kriteria Hasil:
· Ibu dapat mengejan dengan benar,
· Ibu tampak lebih tenang.
· Ibu istirahat diantara kontraksi.
Tindakan / intervensi
Rasional.
Mandiri:
Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
Berikan tindakan kenyamanan seperti perawatan mulut, perawatan . masase perineal, linen dan
pembalut yang bersih dan kering, lingkungan sejuk (680sampai 720 F), kain sejuk lembab untuk
wajah dan leher, atau kompres panas pada perineum, atau punggung sesuai kebutuhan.

Berikan informasi pada klien / pasangan tentang tipe anstesia yang tersedia pada tahab ini
khususnya untuk situasi melahirkan (mis, anestetik lokal, subaraknoid, atau blok pudendal,
penguatan epidural atau kaudal) atau Stimulasi saraf elektrikal Transkutan (TENS). Tinjau ulang
keuntungan / kerugian dengan tepat.

Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.

Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan dengan kemajuan persalinan.

Anjurkan klien/pasangan untuk mengatur upaya untuk mengejan dengan spontan, daripada
dilakukan terus - menerus, mendorong selama kontraksi. Tekankan pentingnya menggunakan
obat abdomen dan merelakskan dasar pelviks.

Pantau penonjolan perienal dan rektal, pembukaan muara vagina dan tempat janin.

Bantu klien dalam memilih posisi optimal untuk mengejan; (Misalnya jongkok atau rekumben
lateral, posisi semifowler (ditinggikan 30 – 60 derajat), atau penggunaan kursi melahirkan. Kaji
keefektifan upaya untuk mengejan; bantu klien untuk merelakskan semua otot dan beristirahat di
antara kontraksi.

Pantau tekanan darah (TD) dan nadi ibu, dan DJJ. Perhatikan reaksi merugikan yang tidak
biasanya terhadap obat-obatan, seperti reaksi antibodi-antigen, paralisis pernafasan, atau blok
spinal. Catat reaksi merugikan seperti mual, muntah, retensi urine, pelambatan depresi
pernafasan dan pruritus pada wajah, mata atau mulut.

Kolaborasi
Kaji kepenuhan kandung kemih. Kateterisasi diantara kontraksi bila distensi terlihat dan klien
tidak mampu menghindari.

Dukung dan posisikan blok sedal atau anestesi spinal, lokal, pudendal sesuai indikasi

Anestesi lokal :
Bantu sesuai kebutuhan pada pemberian anestesi lokal sebelum episiotomi.

Mengklasifikasikan kebutuhan, memungkinkan intervensi yang tepat.

Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisik, memungkinkan klien menfokuskan pada


persalinan dan menurunkan kebutuhan terhadap analgesia atau anastesia.

Meskipun klien yang mengalami stress persalinan dan tingkat ketidaknyamanan dpat
mempengaruhi ketrampilan pembuatan keputusan noemal., ia masih memerlukan kontrol dan
membuat keputusan persetujuan sendiri berkenaan dengan anstesia. (catatan: Pilihan blok radiks
saraf harus dibatasi pada situasi rumah sakit dimana peralatan kedaruratan tersedia).

Memberikan informasi/dokumentasi legal tentang kemajuan kontinu; membantu


mengidentifikasi pola kontraksi abnormal, memungkinkan pengkajian dan intervensi segera.

Pertahankan supaya pasangan tetap mendapatkan informasi tentang perkiraan kelahiran;


menguatkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan itu berarti dan “akhirnya sudah terlihat.”

Anastetik dapat mengganggu kemampuan klien untuk merasakan sensasi berkenaan dengan
kontraksi, mengakibatkan mengejan tidak efektif. Upaya mengejan spontan yang bukan terus –
menerus menghindari efek negatif dari Valsava manuver berkenaan dengan penurunan kadar
oksigen ibu dan janin. Relaksasi dasar pelviks menurunkan tahanan untuk upaya mendorong,
memaksimalkan upaya untuk mengeluarkan janin.
Pemutaran anal ke arah luar dan penonjolan perineal terjadi saat verteks janin turun, menandakan
kebutuhan untuk persiapan kelahiran.

Posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal mengoptimalkan upaya mengejan,
memudahkan kemajuan persalinan, menurunkan ketidaknyamanan dan menurunkan kebutuhan
terhadap penggunaan forsep. Relaksasi komplit di antara kontraksi meningkatkan istirahat dan
membantu membatasi regangan/kelelahan otot.

Hipotensi ibu disebabkan oleh penurunan tahanan perifer saat percabangan vaskuler dilatasi
adalah reaksi merugikan yang utama terhadap blok peridual atau subaraknoid. Hipoksia janin
atau bradikardia mungkinterjadi, karena penurunan sirkulasi dalam bagian plasenta ibu. Reaksi
merugikan yanglain setelah pemberian anastetik spinal atau peridural, khususnya bila morfin
digunakan
Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,dan menurunkan risiko trauma
kandung kemih yang disebabkan oleh bagian presentasi janin.
Posisi yang tepat menjamin penenpatan tepat dari obat-obatan dan membantu mencegah
komplikasi.

Menganestesi jaringan perineal lokal untuk memperbaiki tujuan.


Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap III (Pengeluaran Plasenta) :
Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya model peran.
Tujuan : klien dapat berperan sebagai ibu setelah kelahiran bayinya.
Kriteria Hasil :
Ibu ingin didekatkan dengan bayinya.
Ibu mengatakan ingin merawat anaknya sendiri.
Tindakan / intervensi
Rasional.
Fasilitasi interaki antara klien dan / pasangan dan bayi baruy lahir sesegera mungkin setelah
melahirkan.

Berikan klein dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran
bila kondisi bayi stabil.

Tunda penetesan salep profilaksis mata (mengandung eritomisin atau tetrasiklin) sampai klien /
pasangan dan bayi telah berinteraksi.
Membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di antara angota keluarga. Ibu dan
bayi mempunyai periode yang sangat sensitif pada waktu di mana kemampuan interaktif
ditingkatkan.
Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan. Ayah juga lebih mungkin untuk
berpartisipasi dalam aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan emosi lebih kuat bila mereka
secara aktif terlibat dengan bayi segera setelah kelahiran.
Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orangtua dan secara aktif
berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan oleh obat.

http://wwwlestari.blogspot.com/2009/05/askep-persalinan-normal.html

ASUHAN KEPERAWATAN

SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pelepasan dan pengeluaran placenta dan selaput
janin dari tubuh ibu.

1. TAHAP PERTAMA PERSALINAN


Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan di akhiri dengan dilatasi
serviks lengkap. Perawatan dimulai ketika wanita melaporkan hal-hal berikut :

- awitan kontraksi uterus yang progresif, teratur, yang meningkat kekuatan, frekuensi dan durasi.

- Rabas vagina yang mengandung darah ( bloddy show )

- Rabas cairan dari vagina ( selaput ketuban pecah spontan )

1. PENGKAJIAN

Pengkajian dimulai saat pertamakali kontak dengan klien. Pertama yang dikaji apakah wanita
tersebut sudah mengalami persalinan sejati dan harus masuk ke rumah sakit.

Perbedaan persalinan sejati dan persalinan palsu

Persalinan sejati

kontraksi

 Berlangsung teratur, semakin kuat, lama dan semakin sering


 Intensitas meningkat saat ibu berjalan
 Dirasakan di punggung bawah, menjalar ke bagian bawah abdomen
 Terus berlangsung meskipun berbagai cara dilakukan untuk membuat wanita nyaman

serviks

 Menunjukkan perubahan yang progresif ( melunak, menipis dan dilatasi di tandai dengan
pengeluaran darah yang banyak )
 Semakin bergerak ke posisi anterior, tidak dapat ditentukan tanpa pemeriksaan dalam

janin

 Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam panggul sering disebut janin “ jatuh “ (
lightening ). ini membuat wanita lebih mudah bernapas dan pada saat yang sama,
kandung kemih tertekan akibat tekanan ke bawah oleh bagian presentasi

Persalinan palsu

kontraksi

 Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya untuk sementara


 Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen diatas pusat
 Sering kali berhenti saat ibu berjalan atau mengubah posisi
 Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat wanita menjadi
nyaman
serviks

 Mungkin lunak, tapi tidak ada perubahan signifikan dalam penipisan atau dilatasi atau
tidak ada bukti bloddy show
 Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan dalam

janin

 Bagian presentasi biasanya belum masuk kedalam panggul.

Pengkajian merupakan prioritas utama. Perawat akan mengkaji system secara rinci melalui
wawancara, pengkajian fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status persalinan
wanita.

 Formulir penerimaan

Dapat memberi perawat arahan untuk memperoleh informasi penting dari seorang wanita yang
akan melahirkan. Sumber informasi tambahan dapat diperoleh dari :

1. Catatan prenatal

Perawat yang bertugas di bagian penerimaan meninjau kembali catatan prenatal untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan resiko individual wanita itu. Apabila wanita itu tidak menjalani
perawatan prenatal, gali alasan yang mendasari hal tersebut. Apabila wanita itu merasa tidak
nyaman, perawat sebaiknya mengajukan pertanyaan di antara kontraksi, ketika wanita itu dapat
berkonsentrasi dengan lebih baik.

Apabila ini bukan persalinan dan pengalaman melahirkan pertama, penting bagi wanita itu untuk
mencatat karakteristik pengalaman sebelumnya.

2. Wawancara

Keluhan atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit di tentukan dalam wawancara. Keluhan
utama dapat berupa”kantong airnya” pecah dengan atau tanpa kontraksi.

Wanita di minta untuk mengingat kembali peristiwa pada hari-hari sebelumnya. Ia diperiksa
untuk melihat tanda –tanda prodromal persalinan dan awal terjadinya kontraksi yang teratur. Ia
diminta untuk menjelaskan hal-hal berikut :

- Frekuensi dan lama kontraksi

- Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi (mis., sakit pinggang, rasa tidak
enak pada suprapubis)

- Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring
- Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina

- Status membran amnion, misalnya rembesan cairan apabila diduga cairan amnion telah keluar,
tanyakan tanggal dan jam pertama kali cairan keluar, tanyakan juga warna cairan. Seringkali
pemeriksaan dengan speculum steril dan tes nitrazin ( PH ) atau tes pakis ( fern test ) dapat
memastikan membrane telah pecah atau belum.

Bloddy show dibedakan dari pendarahan karena show berwarna merah muda dan terasa lengket
karena berlendir. Mula-mula show yang keluar sedikit, lama kelamaan bertambah banyak seiring
penipisan dan dilatasi serviks.

Untuk mengetahui status pernapasan wanita perawat menanyakan apakah wanita menderita “
pilek “ atau gejala-gejala yang berkaitan dengan pernapasan, “ hidung tersumbat “ sakit
tenggorok atau batuk. Kaji kembali adanya alergi terhadap obat yang diberikan secara rutin
seperti meperidin ( Demerol ) atau lidokain ( Xylocaine ). Respon alergi dapat menyebabkan
pembengkakan selaput lender pada system pernapasan. Muntah dapat menyebabkan komplikasi
pada suatu persalinan normal.

Perawat juga perlu menyiapkan wanita untuk menghadapi kemungkinan perubahan rencana .
permintaan pada rencana persalinan dapat berupa memilih orang yang akan menemaninya pada
saat bersalin, mengenakan pakaian sendiri, membawa bantal, mendengar musik, membuat video
persalinan dan melahirkan, memilih metode pereda nyari, posisi melahirkan, membiarkan ayah
memotong tali pusat, dan segera menyusui bayi setelah melahirkan ( Myles, 1989 ).

3. Factor-faktor psikososial

Ø Interaksi verbal

Apakah wanita bertanya, meminta apa yang diperlukan, berbicara pada orang-orang yang
mendukungnya, berbicara dengan bebasatau hanya berespon saja.

Ø Bahasa tubuh

Apakah tampak santai, tingkat kecemasan, pendukungnya,posisinya kaku atau berbaring,


keletihannya dan banyak istirahat yang dilakukannya, dimana pasangannya duduk,

Ø Kemampuan persepsi

Apakah ia memahami apa yang perawat katakana ?hambatan dalam bahasa?dapatkah ia


mengulang kembali apa yang disampaikan?dsb.

Ø Tingkat ketidaknyamanan

Sejauh mana wanita itu mengekspresikan apa yang dialami?reaksinya terhadap kontraksi, tanda-
tanda non verbal dari nyeri yang dialami.
§ Stres dalam persalinan

Tanggungjawab perawat terhadap wanita yang sedang bersalin adalah menjawab pertanyaan atau
berupa mencari jawaban untuknya, memberi dukungan , merawat klien bersama dengan orang
yang diinginkan wanita itu menjadi penasihatnya.

4. Faktor budaya

Adalah penting untuk mengetahui latar belakang etnik/ budaya wanita untuk mengantisipasi
intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau duhilangkan dalam rencana
perawatan individu.

§ Wanita yang tidak berbahasa Indonesia dalam persalinan

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang
terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Ini dapat dan sering terjadi pada wanita
yang tidak berbahasa Indonesia ( Bentz, 1980 ). Hal ini menimbulkan stress pada tingkat
tertentu. Masalah pada wanita yang tidak berbahasa Indonesia ini akan semakin berat karena
mereka seringkali merasa sangat bingung untuk mengatasi keadaan mereka. Kadang-kadang
mereka membawa pendukung yang berkomunikasi dalam berbahasa Inggris bersama mereka.

§ Kapan mulai dirawat

Kontraksi yang terasa kuat dan teratur tetapi bukan merupakan kontraksi persalinan sejati karena
tidak menyebabkan dilatasi serviks.akan tetapi, jika wanita itu tinggal jauh dari rumah sakit, ia
dapat masuk ke rumah sakit pada awal persalinan.

5. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan awal menentukan waktu dimulainya persalinan sejati. Hasil pemeriksaan


merupakan dasar pengkajian kemajuan persalinan, pengetahuan tentang kehamilan, pemeriksaan
awal yang cermat, dan pengamatan kemajuan kehamilan merupakan hal-hal yang penting selama
proses persalinan.

Contoh pengkajian minimal pasien bereiko rendah pada tahap pertama persalinan

Pengkajian frekuensi

Tekanan darah setiap 1 jam

Denyut nadi setiap 1 jam

Suhu setiap 4 jam, setiap 2 jam ketika

ketuban pecah
aktivitas rahim setiap 1 jam sampai aktif

setiap 30 menit jika aktif

masukan dan haluaran setiap 8 jam, dipstick urine untuk

protein, keton setiap berkemih

distensi kandung kemih setiap 1 jam

show setiap 1 jam

denyut jantung janin setiap jam pada tahap laten,setiap

30 menit pada tahap aktif,jika

ketuban pecah

periksa dalam jika diperlukan untukmengetahui

kemajuan persalinan

1. untuk memastikan perubahan saat gejala muncul ( mis, kekuatan, durasi, peningkatan jumlah
show, ketuban pecah, wanita merasakan tekanan pada rectum

2. untuk menentukan apakah dilatasi danpenurunan kepala telah cukup supaya klien dapat diberi
analgesi atau anastesi

3. untukmengkaji kembali kemajuan jika persalinan berlangsung lebih lama dari yang
diperkirakan

4. untuk menetukan stasiun bagian presentasi

6. Pengkajian system umum

Pengkajian system secara singkat perlu dilakukan oleh perawat, termasuk pemeriksaan
jantung,paru-paru, dan kulit. Adanya edema di tungkai, di muka, di tangan dan refleks tendon
dalam.

6.1. Perasat leopold (palpasi abdomen)

Setelah berada di tempat tidur, perawat memintanya untuk bernaring telentang sebentar sehingga
perawat dapat melakukan perasat leopold (prosedur 21-1). Perasat ini memberi petunjuk
mengenai (1) jumlah janian, (2) bagian presentasi, letak dan sikap janin, (3) seberapa jauh
penurunan janian kedalam panggul, dan (4) lokasi pmi dan ddj pada abdomen wanita.
6.2 Auskultasi denyut jantung janin

Penting bagi wanita untuk mengerti kaitan lokasi pmi djj dengan presentesi, letak dan posisi
janin. Pengkajian resiko tinggi komplikasi persalinan dapat didiagnosis berdasarkan variasi
factor-faktor ini. Pmi djj adalah tempat abdomen ibu, dimana djj paling keras terdengar. Tempat
ini biasanya dipunggung janin. PMI juga membantu penentuan posisi janin. Pada presentasi
verteks, djj terdengar dibawah umbilicus ibu, baik paa kuadran bawah kiri atau kanan abdomen.
Pada presentasi sunsang, djj terdengar di atas umbilicus ibu. Dengan turunnya janin dan
terjadinya rotasi dalam, djj terdengar pada tempat yang lebih rendah dan lebih dekat ke garis
tengah abdomen ibu.

6.3 Pengkajian kontaksi uterus

Karakteristik umum persalinan yang efektif adalah aktifitas uterus yang teratur. Aktivitas uterus
tidak langsung berkaiatan dengan kemajuan persalinan. Ada beberapa metode yang dipakai
untuk mengkaji kontraksi uterus. Metode-metode itu adalah gambaran subjektif wanita, palpasi
dan pencatatan waktu oleh klinis dan peralatan minitor elektronik.

Setiap kontraksi menunjukkan pola seperti gelombang. Kotraksi dimulai dengan peningkatan
perlahan-lahan (“peningkatan” kontraksi dari sebelumnya), secara bertahap mencapai puncak
(tertinggi), dan kemudian menurun dengan lebih cepat (penurunan, “menurunya” kontraksi).
Kemudian diikuti interval periode istirahat (tekanan intrateurin 8 sampai 15 mmhg), yang
meningkatkan kembali saat kontraksi sebelumnya dimulai.

Karakteristik berikut menjelaskan kontraksi uterus :

Frekuensi seberapa sering kontraksi uterus terjadi; periode waktu antara awal sesuatu

Kontrasi berikutnya atau dari puncak ke puncak.

Intensitas kekuatan kontraksi yang paliang besar.

Durasi periode waktu antara awal dan akhir sesuatu kontraksi

Tonus istirahat ketegangan otot iterus diantara kontraksi

Cara yang paling sering dugunakan untuk mengukur kontraksi uterus adalah palpasi atau
pemantauan aktifitas listrik eksternal dan internal. Apabila seorang wanita masuk kedalam rumah
sakit, biasanya dilakukan pementauan dasar untuk mengkaji kontraksi uterus dan djj selama 20-
30 menit.

Frekuensi dan durasi kontaksi dapat ditentukan dengan menggunakan ketiga metode di atas
dalam memantau aktifitas uterus. Palpasi adalah metode yang kurang akurat dalam menentukan
intensitas kontraksi uterus. Istilah-istilah berikut dipakai untuk menggambarkan hal yang
dirasakan selama palpasi :
Lemah fundus sedikit tegang dan mudah membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung
jari.

Moderat fundus keras dan sulit membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.

Kuat fundus kaku, seperti karton dan hampit tidak mumngkin membentuk lekukan jika ditekan
dengan ujung-ujung jari.

Pemantauan listrik ekternal memberi keterangan tentang kekuatan relative kontraksi.


Pemantauan elektrolik internal adalah metode yang paliang dapat diandalkan dalam pengkajian
kontraksi uterus.

Pembahsan tentang aktivitas uterus harus dikaitkan dengan efek aktifitas uterus itu pada
penipisan dan dilatasi servik dan pada penurunan bagian presentasi. Efek pada janin juga harus
diperhatikan. Kemajuan persalinan dapat dengan efektif dilihat dari grafik, dimana dilatasi servik
dan stasiun (penurunan) digambarkan. Grafik ini membantu untuk secara dini menemukan
penyimpangan pada pola persalinan normal. Akan tetapi, rumah sakit seringkali mempunyai
grafik rancangan sendiri, yang dipakai untuk mencatat hasil pengkajian persalinan. Grafik ini
menjelaskan dilatasi derfik dan penurunannya. Grafik lain mengkin mencatat tanda-tanda vital,
denyut jantung janin, dan aktifitas uterus.

6.4 Periksa Dalam

Pemeriksaan dalam memberi keterangan apakah seseorang wanita sudah memasuki persalian
sejati dan memungkinkan pemeriksa menentukan apak selaput ketuban telah pecah. Persalinan
dimulai dengan pecahnya ketuban secar spontan (SROM) pada hampir 25% wanita hamil aterm.
Ada selang waktu, jarang melebihi 24 jam, yang mendahului awal persalinan.

Pemeriksaan daral terdiri dari beberapa langkah berikut :

Perawat mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, termasuk sarung tangan steril sekali pakai,
larutan atau jeli cair anti septic, dan sumber sinar (lampu).

Perawat mempersiapkan wanita dengan menjelaskan prosedur dan menyelimutinya supaya


terhindar dari udara dingin dan rasa malu. Wanita berada dalam posisi sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi sindrom hipotensi supinasi

Perawat mencuci tangan dan mengenakan sarung tanga steril sesuai teknik aseptic. Perawat
menjelaskan kepada wanita bahwa ia akan merasakan jari telunjuk dan jari tengah perawat
masuk kedalam vaginanya.

yang dikaji adalah hal-hal berikut

- dilatasi dan penipisan serviks


- bagian, posisi, stasiun presentasi, dan apakah presentasi janian adalah verteks, apakah terdapat
molase kepala.

- Keadaan selaput utuh atau pecah

- Tinja dan rectum

6.4.5 wanita dibantu untuk mendapat posisi yang nyaman dan perawat melaporkan serta
mencatat dat-data diatas.

7. Pemeriksaan Laboratorium dan Dignostik

Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan akan memperoleh data menegnai kesehatan wanita.
Prosedur ini mudah dilakukan dan dapat memberi keterangan tentang status hidrasi (berat jenis,
warna , jumlah), status gizi (keton), atau komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya hipertnsi
akibat kehamilan (protein). Hasinya dapat cepat diperoleh dan akan membantu perawat dalam
menentukan intervensi yang tepat.

7.1 Pemeriksaan Darah

Protocol pemeriksaan darah berbeda-beda di setiap rumah sakit dan tergantung pada riwayat
kesehatan pasien. Contoh pemeriksaan minimal adalah pemeriksaan hematokrit, dimana
specimen diproses dengan memakai sentrifus pada unit perinatal. Ini dapat dilakukan pada darah
yang diambil dari ujung jari atau dari kateter yang dipakai pada jalur intravena. Pemeriksaan
darah yang lengkap adalah pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit serta hitung jumlah sel
lengkap.

Apabila golongan darah wanita belum itentukan, darah akan dimabil untuk penentuan golongan
dan factor Rh. Apabila dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemebri jasa kesehatan dapat
memilih untuk mengulang pemeriksaan itu. Apabila terdapat tanda-tanda ketidakcocokan
imuologis yang nyata, pemebri jasa kesehatan dapat meminta supaya dilakukan pemeriksaan
darah diagnostic lain.

7.2 Reptur Ketuban

Selaput ketuban (kantong air) dapat pecah dengan spontan setiap saat selama persalinan. Perawat
bertanggung jawab mementau DJJ selama beberapa menit segera setelah ketuban pecah (ROM),
untuk menentukan kesejateraan janian dan mencatat hasil pengkajian. Pengkajian untuk menilai
KP dibahas dalam prosedur 12-2. Ketuban pecah artificial (AROM) kadang-kadang dilakukan
untuk membantu atau menginduksi persalinan atau untuk menempatkan monitor internal karena
keadaan janin sulit diperhatikan melalui tindakan eksternal. Penilaian cairan amnion
mencangkup tindakan-tindakan rutin berikut.

7.3. Cairan Amnion


Warna. Cairan amnion dalam kondisi normal pucat dan berwrna seperti jerami dan dapat
mengndung serpihan verniks kaseosa. Apabila cairan amnion berwarna coklat kehijauan, janin
biasanya mengalami episode hipoksia yang menyebabkan relaksasi sfingter ani dan keluartnya
produk sampingan pencernaan janin di dalam uterus, yang disebut mekonium. Cairan amnion
yang berwarna kekuningan menunjukkan hipoksia lebih sebelum ketuban pecah, penyakit
hemolisis janian (inkompatibilitas Rh atau ABO), atau infeksi intrateurin. Cairan amnion yang
bercampur mekonium dapat merupakan hal yang normal pada presentasi sunsang akibat tekanan
pada rectum selama proses penurunan. Cairan amnion yang berwarna anggur minuman
(kemerahan) dapat menunjukkan plasenta lepas dini (abrupsio). Cairan amnion yang bercampur
mekonium diperkirakan merupakan penemuan yang buruk, tidak selalu berkaiatan dengan
hipoksia janian dan harus dipandang dalam konteks klinis persalinan secara keseluruhan.

Karakter

Jumlah

Infeksi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan hambatan bahasa asing

- Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik

- Resiko tinggi cidera berhubungan dengan tidak dilakukannya pemeriksaan darah dan urine
urinatal

- nyeri yang berhubungan dengan kontraksi kuat

- Defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya masukan cairan

- Gangguan mobilitas fisik b/d status selaput ketuban

- Gangguan pertukaran gas b.d posisi maternal dan hiperventilasi

- distress spiritual b/d ketidakmampuan mencapai hal yang diharapkan

Perawatan fisik selama proses persalinan

Ambulasi dan pengaturan posisi

Ambulasi sedapat mungkin dianjurkan jika selaput ketuban masih utuh, jika bagian presentasi
janian telah masuk panggul (engaged) setelah ketuban rupture, dan jika wanita belum mendapat
obat pereda nyeri. Duduk atau berdiri selama awal persalinan terbukti lebih nyaman daripada
berbaring (Melzack, Belanger, Lacroix, 1991).
Tempat tidur, wanita dianjurkan mengambil posisi baring miring untuk membantu aliran
uteroplasental dan aliran darah ginjal optimal. Apabila wanita ingin berbaring telentang, perawat
dapat menempatkan bantal di bawah satu sisinya untuk mencapai hasil yang sama. Apabila janin
berada dalam posisi oksiput-posterior, sebaiknya anjurkan wanita berjongkok ayau mengambil
posisi tangan dan lutut selama kontraksi. Posisi ini menambah diameter panggul, memungkinkan
rotasi dari kepala janin kea rah anterior.

Perawatan fisik selama persalinan

KEBUTUHAN TINDAKAN PERAWATAN RASIONAL


HIGIENE UMUM Kaji kemajuan persalinan Tentukan apakah aktivitas
tersebut tepat untuk dilakukan
Mandi/mengelap badan Awasi wanita dengan seksama
sewaktu mandi, jika sudah Mencegah cidera akibat
Vulva terjatuh; persalinan dapat
memasuki persalinan sejati. menjadi lebih cepat
Hygiene oral
Anjurkan mandi air hangat Membantu relaksasi; menambah
Rambut untuk meredakan nyeri rasa nyaman
pinggang.
Cuci tangan Memfasilitasi episiotomy dan
Persiapkan, jika diinstruksikan penjahitannya, tetapi dapat
Muka menambah resiko infeksi
Tawarkan sikat gigi, bekumur,
Pakaian atau mencuci gigi dengan lap Menyegarkan mulut; menmbah
yang dibasahi air es, jika kepercayaan diri; membantu
diperlukan mengatasi rasa kering dan haus

Sisir atau sikat sesuai dengan Menanbah percaya diri


keinginan wanita
Menjaga kebersihan; menembah
Tawarkan lap sebelum dan kepercayaan diri dan rasa
sesudah buang air kecil dan jika nyaman
diperlukan
Menambah kepercayaan diri;
Tawarkan lap dingin mengelap keringat

Ganti, jika perlu; tepuk-tepuk Menambah kepercayaan diri


bantal dan rasa nyaman; kemungkinan
melalui efek hawthore
MASUKANCAIRAN Sesuai perintah pemberi jasa Memenuhi standar perawatan;
kesehatan, tawarkan cairan menjaga hidrasi; mencukupi
Oral jernih, sedikit es bau, permen kebutuhan kalori; diserap
keras atau lollipop dengan cepat dan jarang
IV dimuntahkan;memberi
Memberi dan mempertahankan pengalaman emosi yang positif
Puasa IV sesuai program
Mempertahnkan hidrasi;
Beri tahu keluarga program menyediakan akses untuk
puasa dan rasionalnya memasukkan obat kedalam vena

Lakukan perawatan mulut Merupakan tindakan


kewaspadaan jika anesthesia
kemungkinan diperlukan;
mencegah muntah da gejala sisa
yang mungkin timbul

Menambah rasa nyaman


ELIMINASI Anjurkan berkemih sekurang- Kandung kemih yang penuh
kurangnya setiap dua jam menghambat penurunan bagian
Berkemih presensi; distensi berlebihan
Ijinkan klien berjalan kekamar menyebabkan kandung kemih
Ambulasi mandi sesuai program doker, atoni, cedera, dan sulit
jika: bagian presentasi tlah berkemih pasca partum
Tirah baring masuk kedalam panggul
ketubahn belum pecah Mendorong proses berkemih
Kateterisasi yang normal
Wanita tidak sedang
Eliminasi fekal menggunakan obat Tindakan pencegahan terhadap
prolaps tali pusat
Tawarkan bedpan
Tindakan pencegahan tehadap
Buka kran air; tuang air hangat cedera
diatas vulva; dan beri sugesti
positsif Mencegah bahaya distensi
kandung kemih dan ambulasi
Sediakan tempat tertutup
Mendorong klien untuk
Naikkan kerangka pengaman berkemih
tempat tidur
Menunjukkan rasa hormat
Letakkan tali bel panggil kepada wanita itu
ditempat yang mudah dijangkau
Mencegah cedera akibat jatuh
Tawarkan lap basah untuk
tangan Mempertahankan kebersihan
dan kenyamanan
Bersihkan daerah vulva
Mempertahankan standar
Kateterisasi sesuai program perawatan
pemberi jasa kesehatan atau
Mencegah bahaya distensi
protocol rumah sakit kandung kemih

Masukan kateter diantara Minimalkan rasa tidak nyaman


kontraksi
“Hambatan” dapat disebabkan
Jangan memeksakan insersi penekanan uretra oleh bagian
kateter jika ada hambatan presentasi

Apabila letak bagian persentasi Meminimalkan kemungkinana


rendah, masukkan dua jari cedera dan infeksi pada uretra
tangan yang bebas kedalam
vagina untuk mendorong Menghindari salah persepsi
bagian presentasi keatas tekanan rectum oleh begian
sementara tangan yang lain presentasi sebagai kebutuhan
memasukan kateter untuk buang air besar.

Setelah di periksa dengan teliti,


biarkan wanitaberjalan sendiri
kekamar mandi atau tawarkan
bed pan

Rencana perawatan pasien dengan menggunakan protocol dan standar keperawatan

RENCANA PERAWATAN PASIEN UNTUK BERSALIN

STANDAR HASIL AKHIR

1. pasien mwnunjukkan kemajuan persalinan normal sementara janin mentoleransi proses


persalinan tanpa memeperlihatkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.tanggal
dicapai………………
2. pasien akan berparsitipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatannya sesuai
yang diinginkan. Tanggal dicapai……………….
3. pasien dan pasanganya akan mengungkapkan pengetahuan mereka tentang proses
persalinan dan harapan tentang pengalaman melahirkan . tanggal dicapai…………

DIMULAI MASALAH INTERVENSI DIHENTKAN


KEPERAWATAN
Tanggal/perawat Perubahan dalan Lakukan pemantauan Tanggal/perawat
pertukaran gas janin protocol atau
maternal/janin instruksi pemberi jasa
kesehatan
Resiko yang
berhubungan dengan Beri perawatan sesuai
kemajuan persalinan: dengan petunjuk
prosedur rumah sakit
 perubahan pola
eliminasi urine Lakukan perawatan
persalinan sesuai
 trauma protocol
jaringan
berhubungan Beri tau masalah
dengan kepada pemberi jasa
persalinan kesehatan

Ansietas yang Beri perawatan


berhubunga dengan persalinan pervaginam
status ibu/janin sesuai prosedur rumah
sakit
Deficit pengetahuan
tentang persalinan / Beri perawatan segera
prosedur untuk bayi baru lahir
sesuai petunjuk
Nyeri akibat prosedur rumah sakit
persalinan
Lakukan perawatan
untuk kala persalinan
sesuai protocol

Dorong pasien dan


pasanganya untuk
mengungkapkan
kekhawatiranya

Tetap beri tahu


pasangan kemajuan
persalinan

Libatkan pasien
dengan pengambilan
keputusan
perawatanya

Jelaskan prosedur
dalam istilah yang
dapat dimengerti
pasien

Tingkatkan
penggunaan teknik
relaksasi lakukan
tindakan yang
membantu meredakan
nyeri

Tawarkan obat pereda


nyeri sesuai instruksi

Evaluasi respon
terhadap tindakan
meredakan nyeri

Itervensi kedaruratan

prolaps tali pusat

Prolaps tali pusat terletak dibawah bagian persentasi janin. Prolaps tali puast dapat bersifat okulta
(tersambunya dan tidak terlihat ) selama persalinan, baik selaput ketuban pecah maupun belum.
Prolaps sempurna paling sering secara langsung setelah ketuban pecah, ketika gay ate\arik bumi
mendorong tali pusat kebagian depan dari bagian presentasi. Hal ini terjadi pada satu dari 400
kelahiran. Fakto-faktor yang mempengaruhi adalah tali pusat yang panjang (> 100 cm atau 40
inci ), malpresentasi ( sungsang ), letak lintang, atau bagian presentasi belum masuk panggul.

Faktor-faktor predisposisi lain prolaps tali pusat, yang terkait dengan bagian presentasi yang
tinggi adalah multi para, disproporsi sevalopelvis, dan plasenta previa. Prolaps tali pusat sulit
didiagnosis; tetapi seorang perawat atau pemberi jasa kesehatan yang waspada dapat membuat
diagnosis pada pemeriksaan dalam setelah terjadi aliran cairan yang tiba-tiba. Pengenalan dini
adalah penting karena hipoksia janin akibat kompresi tali pusat yang berkepanjangn (
tersumbatnya aliran darah ked an dari janin lebih deari 5 menit ) biasanya mengakibatkan
kerusakan system saraf pusat (SSP) atau kematian janin.

KEDARURATAN

Intervensi untuk kondisi kedaruratan

TANDA-TANDA INTERVENSI
Denyut jantung janin yang Beri tahu pemberi jasa kesehatan
mengkhawatirkan
Ubah posisi ibu ke posisi baring miring
Bradikardi janin ( DJJ <>2 menit) tambah cairan IV, jika diinfus mulai berikan
IV jika tidak diinfus
Takikardi janin ( jika aterm, DJJ adalah >
160 denyut/menit selam > 2menit) Beri oksigen 10 sampai 12L/menit dengan
masker muka yang ketat
DJJ tidak regular, ritme sinus abnormal pada
monitor intenal Variabilitas DJJ terus
menurun

DJJ tidak ada


Relaksasi uterus tidak adekuat Beri tahu pemberi jasa kesehatan

Tekanan intra uterin > 75 mmHg (oleh Hentikan oksitosin ( pitocin ), jika diinfus
IUPC)
Minta wanita mengambil posisi miring
Kontraksi terus menerus selama > 90 detik
Tingkatkan kecepatan infuse cairan IV
Interval kontraksi <>
Beri oksigen 10 sampai 12L/menit dengan
menggunakan perlindungan muka yang
dipasang ketat

Apa bila belum dipasang, IV, pasang invus


IV sekarang

Palpasi dan evaluasi kontraksi

Beri tokolitik (terbutamin, ritrodrin ) sesuai


program
Perdarahan perVaginam Beri tahu pemberi jasa kesehatan

Perdarahan vagina( merah terang, merah tua, Antisipasi persalinan secara darurat
atau jumlah melebihi darah yang
diperkirakan keluar saat dilatasi serviks
normal )

Perdarahan vagina terus mnerus disertai


perubahan DJJ

Nyeri: mungkin ada, mungkin tidak


Infeksi Beri tahu pemberi jasa kesehatan

Cairan amnion berbau tidak sedap Lakukan upaya untuk menurunkan suhu
wanita yang sedang melahirkan
Temperature ibu >100,4 derajat fhreinheit
(38 derjat celcius) meskipun hidrasi cukup ( Mulai hidrasi IV
urine berwarna jerami)
Kirim specimen urin yang diperoleh
Takikardi janin >160 denyut/menit selama mengunakan kateter kelaboratorium untuk
>2menit diurinalisis dan sampel cairan amnion untuk
di kukltur
Prolaps tali pusat Minta bantuan

Braikardi janin disertai berbagai deselerasi Segera beri tahu jasa kesehatan
selama kontraksi uterus
Kenakan sarung tangan segera dan
Wanita mengatakan bahwa ia merasa ada masukkan dua jari kedalam vagina sampai
tali pusat setelah selaput ketuban pecah serviks. Dengan satu jari pada masing-
masing sisi tali pusat atau kedua jari pada
Tali pusat terlihat atau terasa menonjol dari satu sisi, dorong keatas pada bagian
vagina presentais untuk meredakan tekanan pada
tali pusat, sisipkan gulungan handuk pada
paha kanan wanita.

Tempatkan wanita pada posisi trendelenbrug


yang ekstrem atau posisi sim yang
dimodifikasi atau posisi lutut-dada

Apa bila tali pusat menonjol dari vagina,


bungkus dengan longgar dengan
menggunakan handuk steril yang dibasahi
normal salin steril.

Beri wanita oksigen dengan menggunakan


masker 10 sampai 12L/menit sampai
persalinan selesai.

Mulai beri cairan IV atau tingkatkan


kecepatan infuse.

Terus pantau denyut jantung janin, jika


memungkinkan, dengan menggunakan
elektroda pada kulit kepala janin.

Jelaskan kepada wanita dan pendukungnya


apa yang terjadi dan apa yang sedang
dilakukan

Upaya dukungan

Perawatan untuk wanita bersalin dilakukan dengan

1. Membantu wanita berparsitipasi sejauh yang diinginkannya dalam melahirkan anaknya

2. Memenuhi harapan wanita tersebut akan hasil akhir persalinanya

3. Membatau wanita menghemat tenaga, dan

4. Membatu mengendalikan rasa nyerinya

perawat bertindak sebagai pengarah jika tidak ada pendukung atau sebagai asisten pengarah, jika
ada yang mendukaunga klien. Perawat harus memiliki pengetahuan mendalam tentang teknik
pernafasan dan relaksasi untuk membentu wanita dan pasanganya menghadapi persalinan.
Perawat perlu melakukan tindakan-tindakan yang membantu memberikan rasa nyaman, seperti
memberikan kompres hangat pada punggung bawah, lap dingin pada dahi, dan suhu kamar
disesuaikan dengan kenyamanan wanita yang sedang melahirkan. Efek Hawthorne adalah
“fenomena yang terjadi, jika seseorang, yang merasakan nyeri mulai merasa lebih nyaman
saatperawat berbicara dengan lembut untuk melegakan hati, menepuk-nepuk bantal, dan berjanji
untuk tetap dekat dengannya. Dukungan positif terutama dari seseorang yang berwenang,
menambah kemampuan pasien dalam mengatasi stress”(Jimeenez, 1983).

Kamar bersalin harus terang dan berudara segar, tetapi lampu kepala yang terang perlu
dimatikan, jika tiak diperlukan. Kamar harus cukup luas supaya dapat memuat kursi yang
nyaman untuk pasangan wanita, peralatan monitor dan personil rumah sakit, pasangan
dianjurkan membawa bantal tambahan untuk membatu menciptakan suasana seperti dirumah
sendiri.

Ayah /Pasangan Selama Proses Persalinan

Peran ayah yang dianggap ideal ialah sebagai pemimpin persalinan. Ayah diharapkan untuk
membantu wanita secara aktif dalam menghadapi persalinan. Ayah diharapkan untuk membantu
wanita secara aktif dalam menghadapi persalinan,. Harapan ini mungkin tidak realistis untuk
semua pria, karena sebagian pria jg khawatir akan kemampuan mereka sebagai pelatih (Berry,
1988). Chapman (1992) melaporkan sedikitnya ada tiga peran yang dilakukan persalinan dan
melahirkan, yakni peran sebagai pelatih, teman satu tim, dan saksi.

 · Sebagai pelatih

Ayah secara aktif membantu wanita selam dan sesudah kontraksi persalinan. Seorang pelatih
menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengendalikan diri mereka dan mengontrol persalinan.
Wanita menunjukan keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik dalam persalinan.

 · Sebagai teman satu tim

Ayah akan membatu wanita selam proses persalinan dan melahirkan dengan berespon terhadap
permintan wanita akan dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya. Teman satu tim
biasanya mengambil peran sebagai pengikut atau pembantu dan menunggu wanit atau perawat
memberi tahukan mereka apa yang dapat mereka lakukan.

 · Sebagai saksi

Ayah bertindak sebagai teman dan memeberi dukungan emosional dan moral.

Perawat dapat mendukung ayah/pasangan dengan cara–cara berikut:

1. Tanpa memandang tingkat keterlibatan yang diinginkan, ajak ia berkeliling bangsal kebidanan,
dan orientasikan apa yang ia dapat lakukan di sana ( tidur, menelpon ), toilet, kafetaria, ruangan
tunggu, ruang bayi, waktu kunjungan, dan nama serta fungsi staf yang bersalin dan apa yang ia
dapat lakukan disana ( mis, tidur, menelpon ).

2. Hormati keputusannya atau keputusan pasangannya tentang sejauh mana ia ingin terlibat,
apakah ia ingin berpartisipasi secara aktif di dalam kamar bersalin atau hanya ingin
diinformasikan. Apabila memunkinkan, berikan data agar ia atau mereka dapat membuat
keputusan. Beri kekebasan untuk memilih dan jangan mereka dan bayi mereka.

3. Tunjukkan kepadanya kapan kehadiran akan membantu dan terus tekankan hal ini selam
persalinan.

4. Tawarkan untuk mengajarkan cara-cara meredakan nyeri sejauh yang ingin diketahuinya.
Ingatkan kembali bahwa ia tidak bertanggung jawab mengobservasi dan menangani persalinan
pasanganya, tetapi tanggung jawabnya lebih sebagai pendukukng pasanganya seiring kemjuan
persalinan.

5. Upayakn untuk cukup berkomunikasi denganya tentang kemajuan wanita dan apa yang ia
(pria) butuhkan. Upayakan agar ia terus mengetahui prosedur itu, dan apa yang diharapkan
darinya.

6. Persiapkan ayah untuk menghadapi perubahan – perubahan dalam perilaku wanita dan
penampilan fisik.

7. Ingatkan ia untuk makan, tawarkan makanan ringan dan minuman, jika memungkinkan.

8. Biarkan ia rileks sesuai kebutuhanya.

9. Upayakan untuk memodifikasi atau menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan, seperi
suara rebut, cahaya yang terlalu terang, dan suara percakapan.

Kebudayaan dan Parsitipasi Ayah

Banyak rumah sakit mendorong ayah untuk hadir selama persalinan dan melahirkan. Apabila
ayah tidak dapat hadir, orang yang dekat denganya dapat hadir. Pada beberapa kebudayaan, ayah
mungkin hadir, tetapi kehadirannya disisi pasanganya mungkin dianggap tidak pantas sehingga
ia mungkin menolak untuk terliabat. Perilaku dapat disalah tafsirkan oleh staf perawat sebagai
kurang peduli, kurang perhatian atau kurnag berminat. Lantican dan Corona ( 1992 )
menunjukkan pentingnya ikatan kasih antara wanita amerika-meksiko dan fillipina dan kerabat
wanitanya dalam melakukan aktifitas mengasuh anak.hal ini juga terjadi pada kelompok budaya
lain. Kehadiran wanita lain sanagt diharapkan dalam situasi ini. Pada semua kebudayaan, jika
persalinan terjadi dirumah sakit, setidaknya satu wanita diharapkan hadir untuk membantu.

Dukungan Kakek-Nenek Selama Persalinan


Adalah penting mendukung kakek-nenek dan memperlakukan mereka dengan hormat, terutama
dalam situasi dimana mereka menggatikan suami sebagai pemimpin persalinan. Merka mungkin
memiliki cara untuk meredakan nyeri berdasarkan pengalaman mereka.

Hal lain yang juga merupakan keuntungan dari kehadiran kakek-nenek atau orang lain ialah
mereka dapat menggantikan ayah/pemimpin. Mereka dapat meembantu wanita yang sedang
bersalin berjalan-jalan, khususnya jika tiang infuse perlu didorong atau mambantu wanita saat ia
harus melakukan dua hal secara bersamaan.

Perawat sedapat mungkin menawarkan dukungan emosional kepada kakek-nenek,. Seorang


perawat dapat menunjukan dukungan denga menyediakan minuman, meskipun tidak diminta,
mengajukan pertanyaan terbuka atau melontarkan pertanyaan, seperti “ kadang-kadang sulit
menyaksikan anak perempuan sendiri melahirkan”.

Saudara Kandung Bayi Selama Persalinan

Persiapan untuk meenerima seorang anak baru akan membantu proses ikatan batin. Persiapan
untuk menghadapi kehamilan dan persalinan ibu dan parsitipasi anak didalamnya dapat
membantu anak yang lebih besar menerima pereubahan ini. Anak yang lebih tua menjadi
parsitipan aktif yang penting bagi keluarga (bliss, 1980).

Usia dan tingkat perkaembangan anak mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu, persiapan
harus memenuhi kebutuhan setiap ana. Anak yang berusia kurang dari dua tahun menunjukan
minat kecil terhadap kehamilan dan persalinan. Bagi anak yang lebih tua, pengalaman ini akan
mengurangi rasa takut dan konsep yang salah.

Persiapan Melahirkan

Tahap pertama persalinan berakhir dengan dilatasi lengkap serviks. Bagi banyak wanita
multipara, persalinan biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah dilatasi lengkap, barangkali
hanya dengan satu kali mengedan. Wanita multipara biasanya mengedan selam satu sampai dua
jam sebelum melahirkan. Apabila wanita mendapatkan anastesia epidural, mengedan dapat
berlangsung lebih dari dua jam. Perawat memulai persiapan untuk kelahiran jika seorang wanita
multipara telah berdilatasi enam sampai tujuh sentimeter karena perkembangan dilatasi beberapa
sentimeter terakhir dapat terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Fakto-faktor yang
memepengaruhi proses ini adalah posisi janin ( mis, oksiput posterior ) dan ukuran relative bayi
sebelumnya.

Tempat Bersalin

Survey 1991 melaporkan bahwa lebih dari setengah wanita hamil tidak melahirkan dikamar
bersalin tradisional (American College Of Obstetricians and Gynecologist, 1993). Perubahan
tempat melahirkan yng paling sering aldalah ruang persalinan, melahirkan, pemulihan,
pascapatum (LDRP=labor, delivery, recovery, pascapartum), dimana sang wanita terus berada di
dalam ruangan yang sama selama dirumah sakit.
EVALUASI

Evaluasi kemajuan dan hasil akhir merupakan aktivasi yang terus dilakukan selama tahap
pertama persalinan. Perawat harus dengan teliti mengkaji setiap interaksi dengan calon ibu dan
keluarga dan dengan kritis menilai sejauh mana hasil akhir perawatan yang diharapkan daicapai.
Hasil berikut menceminkan perwatan yang efektif:

§ Wanita menunjukan kemajuan persalinan yang normal sementara DJJ tetap dalam batas normal
tanpa ada tanda-tanda stress janin.

§ Wanita menunjukan rasa puas terhadap bantuan dari pendunkungnya dan staf perawat.

§ Wanita menyatakan keinginanya untuk berparsitipasi dalam perawatannya selam persalinan


dan berparsitipasi sebatas kemampuanya selama persalinan.

RENCANA PERAWATAN

Kebutuhan Selama Persalinan Aktif

Riwayat kasus

Paula jones, usia 24th , gravid dua, para 1-0-0-1 dengan gestasi 39 minggu, masuk kebangsal
kebidanan. Dari data pengkajian diperoleh data; dilatasi serviks 5cm, penipisan 60% , stasium-2.
Kontraksi uterus berlangsung setiap empat sampai lima menit selam 40 sampai 60 detik dengan
kekuatan sedang. Tanda2 vital ibu berada dalam batas normal an janin aktif dengan frekuensi
denyut jantung 132kali /menit. Paula mengatakan ia merasa cemas tentang persalinanya dan
merasa nyeri selama kontraksi.

HASIL YANG IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI


DIHARAPKAN

Diagnosis keperawatan: rasa takut/ansietas yang berhubungan dengan kesejahteraan


ibu/janin selama proses pesalinan

Paula akan mengetahui Membina hubungan Pengungkapan ras takut Paula mengatakan
sumber2 ketakutan dan yang terbuka dan saling dan kekhawatiran akan bahwa ia takut ditinggal
kecemasanya. percaya denga paula membantu paula sendiri selam
mengatasinya. Penting persalianan dan
Paula akan menyatakan Menunjukan sikap untuk mengurangi rasa khawatir jika memakai
kehawatiranya tentang menerima rasa takut takut dan cemas karena obat pereda nyeri, akan
persalinan dan dan kecemasan paula. ini akan menghambat membahayakan
kelahiran. kemajuan persalinan janinnya.
Menganjurkan paula
Paula akan menyatakan untuk membedakan Perawat mengetahui
bahwa rasa cemas dan antara ancaman yang rasa takutnya dan
takutnya berkurang actual dan ancaman menerangkan
terhadap kesejahteraan kepadanya efek pereda
diri dan janinnya, yang nyeri terhadap janin
hanya berupa bayangan yang kemunkinan
terjadinya hal itu.
Perawat juga
meyakinkan paula
bahwaia tidak akan
ditinggal sendiri karena
ia sedang dalam tahap
aktif persalianan.

Paula mengatakan
bahwa rasa takutnya
berkurang setelah
membicarakan dengan
perawat.

Diagnose keperawatan: nyeri berhubungan dengan dengan peningkatan frekuensi dan


intensitas kontraksi.

Paula akan Mengkaji komunikasi Berkurangnya persepsi Paula mengatakan


mengungkapkan nyeri verbal dan non-verbal nyeri meningkatkan merasa lebih baik
yang dirasakan paula. Tingkatkan kemampuan wanita
meningkat penggunaan teknik untuk bertahan dalam Paula mampu
pernapasan terfokus. persalinan. Teknik menerapkan teknik
pernapasan terfokus relaksasi dan tidak
Menawarkan untuk akan mengalihkan meminta obat pereda
diurut dan teknik perhatianya dari rasa nyeri
sentuhan terapeutik nyeri
lain.
Meningkatkan
Melibatkan ia dalam semangat dan rasa
pengambilan keputusan nyaman
tentang tindakan yang
dipilih untuk Pengetahuan dapat
meredakan nyeri. menjadi dasar
pengambilan keputusan
Menjelaskan semua
prosedur dalam bahasa
yang sederhana

Member pilihan cara


pemberian obat yang
diprogramkan

Memberi tahu
kemajuan persalinannya

TAHAP KEDUA PERSALINAN

Tahap kedua persalinan adalah tahap dimana janin dilahirkan. Tahap ini dimulai dari dilatasi
serviks lengkap ( 10 cm ) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Fase pertama dimulai ketika wanita
menuatakan bahwa ia ingin mengedan, biasanya pada puncak kontraksi. Wanita mengeluhkan
nyeri, tetapi diantara waktu kontraksi ia tenang dan sesekali memejamkan mata. Pada fase kedua,
wanita semakin ingin mengedan dan sering kali mengubah posisi untuk mencari posisi mengedan
yang paling nyaman. Usaha mengedan menjadi lebih ritmik. Pada fase ketiga, bagian presentasi
sudah berada oada perineum dan usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan.
Wanita akan lebih banyak mengungkapkan nyeri yang dirasakan secara verbal dengan menjerit
atau memaki dan mungkin bertindak diluar kendali ( Arnold, Roberts, 1991 ).

I. PENGKAJIAN

Tanda objektif yang pasti bahwa tahap kedua persalinan talah dimulai adalah melalui
pemeriksaan dalam, yakni pemeriksaan tidak dapat lagi meraba serviks ( Myles, 1989 ). Tanda –
tanda lain yang menunjukkan tahap kedua ini adalah :

- Muncul keringat tiba – tiba dibibir atas

- Muntah

- Aliran darah meningkat

- Ekstremitas gementar

- Semakin gelisah

- Usaha mengedan yang involunter

KEMAJUAN TAHAP KEDUA PERSALINAN

KRITERIA FASE 1 FASE 2 FASE 3


Kontraksi Periode tenang Sangat kuat sekali 2 Luar biasa kuat
fisiologi untuk semua sampai 2,5 menit ekspulsif 1 sampai 2
Kekuatan ( intensitas) criteria 2 sampai 3 menit
menit Meningkat dan reflles
Frekuensi ferguson menjadi aktif cepat
0 sampai +2
Penurunan +2 sampai +4 +4 sampai lahir kepala
Kecil sampai tidak ada janin terlihat pada
Stasiun kecuali pada puncak Aliran darah merah tuaintroitus; aliran darah
kontraksi terkuat menyertai keluarnya
Show: warna dan
jumlah Tenang Meningkat bermakna kepala

Usaha mengedan Khawatir tentang Rasa mengedan Semakin meningkat


spontan kemajuan semakin tidak
tertahankan Terus bersuara keras
Vokalisasi Merasa lega setelah dan menghembuskan
melalui masa transisi Suara keras atau napas dengan bersuara
Perilaku ibu ketahap kedua menghembuskan nafas ; mungkin menjerit
dengan bersuara; atau memaki
Merasa letih dan memberitahu saat
mengantuk kontraksi muncul Menyatakan bahwa
rasa nyeri sangat luar
Merasa telah Merasa sangat ingin biasa
menyelesaikan sesuatu mengedan
dan optimis, bagian Menyatakan rasa tidak
tersulit telah selesai Mengubah pola berdaya
pernapasan, menahan
Merasa dapat napas 4 sampai 5 detik Menunjukkan
mengendalikan diri dengan bernapas penurunan
secara teratur kemampuan untuk
diantaranya 5 sampai 7mendengar dan
kali setiap kontraksi berkonsentrasi dalam
semua hal, kecuali
Mengeluarkan suara dalam melahirkan
yang keras dan
menghembuskan Menggambarkan
napas dengan bersuara adanya lingkaran api +

Seribg mengubah Sering kali


posisi menunjukkan
kegembiraan luar
biasa dengan
keluarnya kepala

Tanda – tanda ini sering muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap ( Myles, 1989, Scott, dkk
1990 )

DURASI TAHAP KEDUA

Tahap kedua yang berlangsung lebih dari 2 jam pada kehamilan pertama dan 1 ½ jam
padakehamilan berikutnya dianggap abnormal dan harus dilapor pada pemberi jasa kesehatan.
Factor lain yan harus dipertimbangkan adalah pola denyut jantung janin, penurunan bagian
presentasi, kualitas kontraksi uterus,dan ph darah kulit dalam janin (Mahan, Mckay,1984 ).
Berdasarkan friedman, batas dan lama tahap kedua persalinan berbeda – beda, tergantung pada
paritasny
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan mengarah kepada tindakan keperawatan yang diperlukan. Sebelum


menegakkan diagnosis, perawat menganalisa makna pemeriksaan yang dilakukan. Berikut adalah
beberapa diagnosa yang keperawatan yang menunjukkan hal – hal yang penting dipewrhatikan
pada tahap kedua :

Risiko tinggi cedera pada ibu dan janin yang berhubungan dengan :

- Penggunaan manuver valsava secara kontiniu rendah diri situasional yang berhubungan dengan

- kurang pengetahuan tentang efek normal dan efek menguntungkan bersuara ( vokalisasi )
selama mengedan

- ketidak mampuan untuk bertahan dalam proses melahirkan tanpa obat.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan :

- pengarahan persalinan yang berlawanan dengan keinginan fisiologis wanita untuk mengedan

Nyeri yang berhubungan dengan :

- usaha mengedan dan distensi perineum

Ansietas yang berhubungan dengan :

- ketidakmampuan mengendalikan defekasi saat mengedan

Ansietas yang berhubungan dengan deficit pengetahuan dalam hal :

- tidak mengetahui sebab – sebab sensasi pada perineum

Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan :

- posisi tungkai ibu pada penompang kaki tidak tepat

Rendah diri situasional pada ayah yang berhubungan dengan :

- ketidakmampuan mendukung ibu dalam tahap persalinan

III. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan pada wanita yang berbeda dalam tahap kedua persalinan mencakup :

1 berpartisipasi aktif dalam proses persalinan


2 tidak menglami cedera selama persalinan ( begitu juga dengan janin )

3 memperoleh rasa nyaman dan dukungan dari anggota keluarga

PERAWATAN KOLABORATIF

Perawat menerapkan rencana untuk memantau secara kontiniu peristiwa pada tahap kedua dan
mekanisme persalinan, respon fisiologis dan respon emosi ibu pada tahap kedua serta respon
janin terhadap stres pada tahap kedua

Apabila ibu dipindahkan kedaerah lain untuk melahirkan, perawat berusaha memindahkannya
secara dini untuk menghindari ketergesaan. Kamar bersalin juga harus dipersiapkan untuk
melahirkan.

Pertimbangan prenatal

A. suplai , instrument, perlengkapan

Berikut adalah saran untuk menyiapkan persalinan. Peralatan yang tersedia dapat berbeda – beda
pada setip fasilitas kesehatan, oleh karena itu perlu melihat prokol petunjuk prosedur dari masing
– masing fasilitas kesehatan :

1. alat – alat untuk menyikat : sikat untuk menggosok gigi, sikata kuku, bahan pembersih, dan
masker dengan pelidung atau kaca mata pelindung

2. hal – hal berikut telah dilakukan :

- gaun dan sarung tangan steril untuk pemberi jasa kesehatan, selimut dan handuk steril untuk
menyelimuti wanita dan instrument bahan steril lain, ( seperi tabung suntik, benang jahit, dan
larutan anastetik ) disusun diatas meja steril sehingga dengan mudah dapat digunakan.

- wadah dan air steril untuk mencuci tangan selama proses melahirkan disiapkan untuk
digunakan

-bahan untuk membersihkan vulva tersedia ( wadah steril, air steril, larutan pembersih )

- daerah persalinan dihangatkan dan bebas penutup

- bahan untuk mengidentifikasi bayi tersedia

- selimut dan ranjang bayi yang dihangatkan tersedia

3. semua peralatan dan perlengkapan berfungsi dengan baik, meja prsalinan, lampu diatas kepala,
dan cermin
4. perlengkapan kedaruratan, anesthesia, laringoskop, dan bahan tersedia dan berfungsi dengan
baik jika diperlukan dalam keadaan darurat, seperti mengontrol pendarahan ibu, atau mengontrol
distress pernapasan bayi.

5. Bahan tambahan ( anastetik, oksitosik untuk injeksi, dan forsep kebidanan ) tersedia

6. Catatan medis wanita terbaru dan siap dipakai dikamar bersalin

B. Posisi ibu

Wanita mungkin ingin dilakukan posisi seperti jongkok ( Scherer, 1989, Gardosi, Sylvister,
Lynch,1989, Andrews, Chrzanowski, 1990, Mckay, Roberts, 1990 ).untuk posisi ini dibutuhkan
alas keras dan wanita membutuhkan penyangga samping. Pada ranjang bersalin,tersedia palang
untuk membantu wanita untuk berjongkok. Posisi yang lain adalah posisi berbaring miring
dengan tungkai atas dihan oleh perawat atau pemimpin persalinan atau diletakkan diatas bantal.
Sebagian wanita menyukai posisi fowler ( dapat dilakukan dengan menggunakan
bantalpenyangga berbentuk baji atau ditopang oleh ayah / pasangan yang mendukungnya )

C. Ranjang dan kursi bersalin

Ranjang bersalin dapat berubah bentuknya sesuai keinginan ibu. Wanita dapat berjongkok,
berlutut, setengah duduk, atau duduk, mengambil posisi yangnyaman untuknya. Dengan
demikian, ranjang ini juga memungkinkan posisiyang sangat baiak untuk pemeriksaan,
penempatan elektroda, pengambilan sample dari kult kepala janin, dan untuk persalinan.

D. Upaya mengedan

Saat kepala mencapai dasar panggul, kebanyakan wanita akan memiliki keinginan untuk
mengedan. Secara otomatis wanita akan mulai mendorong kebawah dengan mengkontraksi otot
– otot abdomennya, sementara dasar panggulnya berelaksasi. Usaha mengedan merupakan
respon refleks involunter terhadap tekanan bagian presentasipada reseptor regangan otot
panggul. Bunyi pengeluaran nafas yang keras mungkin menyertai dorongan ini (Mckay, Roberts,
1990 ).

Untuk memastikan persalinan kepala janin berjalan lambat, perawat menganjurkan wanita untuk
mengendaklikan keinginannya untuk mengedan. Kaeinginan untuk mendorong dikendalikan
dengan mengarahkan wanita untuk bernapas pendek dan cepat keras atau menghembuskannapas
perlahan – lahan malaui bibir sewaktu bayi muncul. Wanita hanya membutuhkan arahan yang
sederhana dan jelas dari satu orang pemimpin.

E. Denyut jantung janin

Apabila denyut mulai melambat atau jika variabilitas menurun, harus segera dilakukan tindakan.
Wanita dapat diminta untuk berbaring miring untuk mengurangi tekanan vena kava asenden dan
aorta desenden pada uterusdan oksigen dapat diberikan dengan masker pada kecepatan 10
sampai 12 L/menit. Seringkali hanya diperlukan hal ini untuk memulihkan denyut jantung janin
ke kondisi normal.

F.dukungan ayah / pemimpin

Selama tahap kedua, wanita perlu dukungan dan arahan terus menerus. Karena proses
pengarahan dapat secara fisik dan emosional melelhkan ayh atau pemimpin ( Jordan, 1990,
Malestic, 1990, Queenan, 1990 ), perawat dapar menawarkan makanan atau minuman atau
istirahat. Pendukung yang menemani persalinan dalam ruang bersalin harus mentaati peraturan,
seperti mengenakkan gaun atau penuup masker, topi, atau pelindung sepatu. Pasanan biasanya
dianjurkan hadir pada saat kelahiran bayi meraka jika ini sesuai dengan kebudayaan.

MELAHIRKAN DIRUANG BERSALIN ATAU RUANG TEMPAT MELAHIRKAN

Seorang wanita yang harus dipindahkan dari ranjang bersalinkemeja tempat melahirkan akan
memerlukan bantuan. Apabila hal ini dilakukan diantara waktu kontraksi, ibu dapat membantu,
tapi karena ia merasa kikuk, ia tidak diminta untuk bertindak secara cepat. Posisi untuk
melahirkan dapat berupa posisi sims, dorsal, atau posisi litotomi. Posisi litotomi adalah posisi
yang paling sering dipilih oleh budaya barat. Bokong ditempatkan ditepi meja dan tungkai
ditempatkan pada penyangga tungkai. Bantal penyangga harus diperhatikan, angkat dan
tempatkan kedua tungkai secara bersamaan, dan atur penyangga agar betis tungkai disangga.

MEKANISME MELAHIRKAN: PRESENTASI VERTEKS

Umumnya, persalinan ditangni oleh ahli kebidanan atau perawat bidan yang memiliki sertifikat.
Akan tetapi dalam keadaan tertentu seorang perawat terpaksa harus menolong wanita melahirkan
bayinya. Bersama wanita dan pasangan nya perawat menilai tanda – tanda utama persalinan.
Sewaktu serviks telah berdilatasi lengkap, terjadilah penurunan kepala. Verteks akan maju pada
setiap kontraksi dan sedikit naik keatas saat kontraksi berhenti, penurunan berlangsung konstan
dan pada akhir tahap kedua, kepala akan mencapai dasar panggul. Penonjolan perineum terjadi
selama tahap penurunan, yaitu pada bagian presentasi janin meregang perineum, tetapi belum
masih terlihat pada introitus.

Tiga fase kelahiran spontan pada janin dengan presentasi vertek:

1.
1. kelahiran kepala

Pertama – tama muncul verteks, diikuti dahi, muka, dagu dan leher. Kecepatan lahirnya kepala
harus dikendalikan karena kelahiran kepala yang mendadak dapat menimbulkan robekan hebat
sampai ke sfingter ani atau bahkan sampai ke rectum ibu. Pemberi jasa kesehatan mengendalikan
kelahiran kepala dengan cara:

o memberi tekanan kearah rectum, menarik kebawah untuk membantu fleksi kepala sewaktu
kepala bagian belakang berada dibawah simfisis pubis
o memberi tekanan kearah atas dari arah koksigeus

o membntu ibu mengendalikan volunter usaha mengedan dengan memimpin dengan bernapas
cepat dan pendek.

1.
1. kelahiran bahu

Sebelum dapat dilahirkan, bahu harus masuk kedalam pintu atas panggul. Rotasi internal bahu
harus terjadi terlebih dahulu disertai restitusi dan rotasi eksternal kepala, sehingga bahu sekarang
berada pada diameter anteroposterior pintu atas panggul. Bahu sekarang dapat melalui rongga
panggul. Apabila dilakukan penekanan fundus, seorng perawat yang terampil bekerja sama
dengan pemberi jasa untuk melakukan prosedur ini. Penekanan fundus paling sering dilakukan
jika terjadi distosia ringan pada bahu ( Klne – kaye, miller slade, 1990 ).

1.
1. kelahiran tubuh dan anggota gerak

Sewaktu fleksi lateral berlangsung, tangan bawah pemberi jasa kesehatan menahan berat bayi
untuk mencegah trauma perineum.. Sedikit rotasi tubuh kearah kanan atau kiri dapat dilakukan
untuk membantu kelahiran. Waktu kelahiran yang merupakan waktu tepat ketika seluruh bayi
keluar dari tubuh ibu.

SAUDARA KANDUNG BAYI PADA TAHAP KEDUA

Seorang anak kecil dapat merasa takut karena akibat intensitas yang berlangsung pada tahap
kedua. Kondisi – kondisi selaput ketuban pecan dan muncul suara, misalnya erangan, jeritan ibu,
dapat membuat anak resah. Tidk jarang seorang wanita mengatakan sesuatu pada tahap kedua
persalinan, yang sebenarnya tidak ingin ia kataakan. Salah satu alternative kehadiran kakak bayi
pad kelahiran adalah adanya seseorang yang dapat dipercaya untuk tetap bersama dengan anak
itu diruang tunggu sampai kelahiran selesai.

KELAHIRAN DARURAT

Dalam keadaan dimana segala sesuatu telah dipersiapkan sebaik mungkin, masi ada
kemungkinan terjadi keadaan dimana perawat perinatal dibutuhkan untuk membantu kelahiran
bayi tanpa bantuan medis.

EVALUASI

Evaluasi hasil akhir yang diharapkan merupakan aktifitas yang terus menerus dilakukan. Setiap
kali berttemu wanita dan keluarganya selama tahap kedua persalinan, perawta mengevaluasi
sampai dimana hasil akhir yang diharapkan telah tercapai.

TAHAP KETIGA PERSALINAN


Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tujuan penanganan
tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang dicapai dengan cara
yang paling mudah dan paling aman.

Pelepasan plasenta diindikasikan dengan tanda – tanda berikut :

- fundus yang berkontraksi kuat

- perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta
bergerak kearah segmen bagian bawah

- darah berwarna gelap keluar tiba – tiba dari introitus

- tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati introitus

- vagina ( plasenta ) penuh pada pemeriksaan vagina atau retum atau membrane janin terlihat di
introitus

TANDA MASALAH POTENSIAL

Meskipun pemberi jasa telah selesai mengeluarkan plasenta, perawat terus memantau tanda –
tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernapasan. Dengan lepasnya plasenta, ada
kemungkinan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan
baik dan cepat. Insiden komplikasi ini memang kecil, tetapi perawat yang waspada dapat
membantu mengenali komplkasi ini dengan segera serhingga dapat dilakukan penanganan
segera.

HUBUNGAN ORANG TUA DAN ANAK

Reaksi ibu saat melihat bayinya baru lahir dapat berupa tertawa, nangis, berbicara, bahkan ada
yang apatis. Kadang – kadang reaksi ibu dapat berupa sikap marah atau tidak peduli, ibu
membuang muka terhadap bayi, atau mungkin berkonsentrasi pada nyerinya, dan kadang –
kadang memberi komentar yang kejam. Reaksi yang berbeda – beda ini dapat timbul karena
perasaan senang, kelelahan atau kekecewaan yang mendalam. Apapun reaksinya dan sebab yang
menimbulkan nya, ibu perlu tetap diterima, dan didukung oleh staf. Catatan reaksi orang tua
terhadap bayi yang baru lahir dapat ditulis dicatatan pemulihan. Bagaimana sikap orang tua, apa
yang mereka lakukan, dan apa yang mereka katakan.

GANGGUAN INTEGRITAS KULIT TERKAIT PROSES MELAHIRKAN

EPISIOTOMI

Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina.

Pendukung tindakan epiostomi menyatakan bahwa tindakan ini mempunyai manfaat sebagai
berikut :
- mencegah robekan perineum. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang benar akan
lebih cepat sembuh daripada robekan yang teratur.

- Kemungkinan mengurangi regangan otot penyanggakandung kemih atau rectum yang terlalu
kuat dan berkepanjangan, yang dikemudian hari menyebabkan inkontinensia urine atau prolaps
vagina.

Mengurangi lama tahap kedua yang mungkin penting mengingat keadaan ibu atau keadaan janin

- Memperbesar vagina jika diperlukan manipulasi untuk melahirkan bayi

Aplikasi klinis riseto

Episiotomi medial dan resiko laserasi derajat ketiga dan keempat

Para peneliti telah menemukan bahwa episiotomi medial berkaitan dengan robekan perineum dan
rektum. Meskipun telah dilakukan episiotomi mediolateral, robekan rektum masih dapat terjadi.

Para ahli riset menemukan bahwa robekan perineum derajat ketiga dan keempat lebih sering
terjadi jika episiotomi dilakukan, berat bayi lebih dari 3500 gr, atau pada persalinan pervaginam
pertama. Dalam hal ini, 11% wanita menjalani persalinan pervaginam dengan tindakan dan 15%
dilakukan episiotomi .

Jenis episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi

 Episiotomi garis medial

Paling sering dilakukan, episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul
lebih ringan.

 Episiotomi mediolateral

Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kea rah
posterior.

Laserasi

v Laserasi perineum

Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan. Luas robekan didefenisikan berdasarkan
kedalam robekan :

1. derajat pertama. Robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superficial sampai ke otot.

2. derajat kedua. Robekan mencapai otot-otot perineum


3. derajat ketiga. Robekan berlanjut ke otot sfingter ani

4. derajat ke empat. Robekan sampai mencapai dinding rectum anterior.

v Laserasi vagina

Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forsep, penurunan kepala yang cepat, dan
persalinan yang cepat, (wheeler, 1991). Lokasi robekan dan pendarahan yang cepat dan banyak
membuat robekan ini sukar dilihat dan diperbaiki.

v Cedera serviks

Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksternal, kebanyakan
dangkal dan pendarahan minimal.

Persalinan tahap ke empat

Selama 2 jam pertama setelah melahirkan, organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal
terhadap keadaan tidak hamil dan system tubuh mulaimenjadi stabil. Selama beberapa jam bayi
yang baru lahir terus menjalani transisi dari keadaan intrauterine ke ektrauterin. Keterampilan
perawat dapat memberi makna yang besar selama tahap keempat.

Penatalaksaan perawatan

Pengkajian.

Hal yang paling penting adalah keadaan yang dapat menjadi predisposisi pendarahan pada ibu (
seperti persalinan yang cepat, bayi yang besar, grande multipara atau persalinan dengan induksi
), yang merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada persalinan tahap keempat. Selama jam
pertama dalam ruang pemulihan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dengan sering. Semua factor,
kecuali suhu tubuh, diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam. Lingkup dan tujuan pemeriksaan,
metode pengkajian, dan temuan dalam batas normal dibahas dengan singkat.

Tanda masalah potensial

Karena pendarahan merupakan komplikasi potensial yang signifikan, hal ini dibahas dengan
mendalam. Perawat harus selalu siaga terhadap kemungkinan komplikasi yang mencakup
keadaan hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial, dan kehilangan serta
kedukaan.

Diagnosa keperawatan

1. resiko tinggi defisit volume cairan ( pendarahan ) yang berhubungan dengan atoni uterus
setelah melahirkan.
2. retensi urine yang berhubungan dengan efek persalinan / melahirkan pada sensasi saluran
kemih.

3. nyeri yang berhubungan dengan luka akibat proses kelahiran bayi

4. resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan ambulasi dini

5. resiko tinggi perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan nyeri atau keletihan
pascapartum atau kekecewaan terhadap jenis kelamin atau penampilan bayi yang baru lahir.

6. perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan bertambahnya anggota keluarga baru.

7. menyusui bayi yang tidak efektif yang berhubungan dengan kurangnya pengalaman

Hasil akhir yang di harapkan

hasil akhir yang diharapkan dalam persalinan tahap keempat dapat mencakup :

ü wanita akan memerlukan tidak lebih dari satu pembalut setiap jam

ü wanita akan berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari 300 ml dalam waktu 6-8 jam
setelah melahirkan

ü wanita akan mengutarakan penerimaan terhadap proses persalinan setelah mengungkapkan


kekhawatirannya

ü wanita akan menunjukan perilaku ikatan batin dengan bayi

ü wanita akan mengatakan bahwa ia tidak merasa nyeri setelah dilakukan tindakan untuk
meredakan nyeri

Perawatan kolaboratif

selama tahap keempat persalinan, perawat harus mengatur perawatan agar mencakup observasi
tanda-tanda vital, usaha untuk meredakan nyeri, penyuluhan kepada ibu, dan perawatan bayi.

Selama tahap keempat persalinan, perawat memaafkan setiap kesempatan untuk mengajar ibu
baru. Tanpa memandang jumlah paritas, ibu baru tetap dapat menperoleh manfaat dari penjelasan
mengenai berbagai tindakan perawatan selama periode pascapartum. Penyuluhan dikaitkan
dengan tujuan, pengkajian, temuan pengkajian, tindakan keperawatan, dan evaluasi perawatan.

Mencegah pendarahan

pendarahan pascapartum dianggap terjadi jika kehilangan darah mencapai 500 ml atau lebih
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Suhu, denyut nadi, dan tekanan ibu diperiksa dan
dicatat dan harus berada dalam batas-batas normal. Setelah persalinan yang sulit, tekanan darah
sistolik kurang dari 110 mmHg disertai frekuensi nadi lebih dari 100 denyut / menit biasanya
disebabkan oleh pendarahan atau syok.

Uterus harus dipalpasi dengan sering untuk memastikan uterus tidak berisi darah. Pembalut harus
sering diperiksa untuk memastikan darah yang keluar tidak berlebihan. Uterus yang relaksasi
akan mengembang akibat adanya darah dan bekuan darah, sehingga pembuluh darah pada sisi
plasenta tidak terjepit dan ini mengakibatkan terjadinya pendarahan. Uterus menjadi tidak
berfungsi sebagai “jahitan yang hidup “, yang membantu terjadinya kontraksi uterus.

Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah lokia akan bertambah karena
miometrium sedikit banyak berelaksasi. Perawat harus selalu memeriksa daerah di bawah
bokong ibu, demikian pula pembalutnya. Darah dapat mengalir di antara bokong menuju kain di
bawah bokong ibu sementara jumlah yang diserap pembalut sedikit.

Sumber potensial lain perdarahan adalah terbentuknya hematoma di bawah mukosa vagina atau
pada jaringan ikat vulva. Ini dapat terjadi akibat cedera pembuluh darah selama persalinan atau
sewaktu memperbaikan robekan / episiotomi. Perdarahan dapat berlangsung lambat, tetapi terus
– menerus karena darah merembes dari pembuluh darah dan meregang jaringan di sekitarnya.

Hematoma vulva dapat lihat dengan bertambahnya pembengkakan. Biasanya hematoma terjadi
uniteral dan warnanya menjadi keunguan. Hematoma vagina biasanya hanya di temukan melalui
pemeriksaan manual. Perawatan setelah prosedur inimencakup pemantauan seksama daerah
perineum dan kehilangan darah, upaya mempertahankan cairan intravena, pemantauan tanda-
tanda vital dan hasil laboratorium, upaya mempersiapkan kemungkinan perlunya transfusi, dan
memberi antibiotik yang di resepkan sebagai upaya mencegah infeksi.

Apabila perdarahan tampak sebagai tetesan yang terus- menerus atau terlihat memancar, perlu di
curigai adanya laserasi vagina dan serviks atau adanya pembuluh darah yang tidak di ikat pada
episiotomi dan kemungkinan besar perlu dilakukan tindakan bedah untuk memperbaikannya.

Syok hipovolemik

akibat perdarahan dapat terjadi pada tahap keempat persalinan normal. Identifikasi, diagnosis,
dan intervensi yang segera biasanya dapat dengan cepat memulihkan tekanan darah, nadi, dan
tanda-tanda lain. Pemulihan terjadi jika terdapat volume darah sirkulasi yang memadai untuk
tubuh mengompesasi kehilangan darah atau jika diberikan infus intravena.

Tindakan seperti pijatan uterus dan pemberian oksitosin IV dilakukan untuk mencegah
kehilangan darah lebih lanjut. Perawat kemudian mencatat semua intervensi perawatan dan
medis yang telah dikerjakan dan hasilnya ( luegenbiehl, 1991 ). Kotak kedaruratan membuat
referensi cepat tentang tanda dan gejala bahaya serta intervensi untuk syok hipovolemik.

Mencegah distensi dan kandung kemih

Palpasi untuk menentukan jumlah distensi ( peregangan ) kandung kemih. Harus dilakukan
sewaktu melakukan palpasi fundus. Kandung kemih yang penuh akan menekan uterus ke atas
dan ke sebelah kanan garis tengah. Posisi ini akan menyebabkan uterus berelaksasi. Akibatnya,
terjadi perdarahan . distensi kandung kemih dapat terjadi pada atoni dinding kandung kemih.
Atoni menyebabkan retensi urine, yang menciptakan lingkungan yang baik untuk infeksi.

Menjaga keamanan

Ibu dibiarkan beristirahat dengan nyaman di tempat tidur. Wanita yang baru saja melahirkan
perlu terus berada di tempat tidur untuk waktu tertentu agar system tubuhnya dapat beradaptasi
kembali terhadap perubahan volume cairan. Perawat yang merawat wanita akan memutuskan
kapan waktu yang tepat untuk ambulasi awal.

Tekanan intraabdomen yang cepat menurun setelah melahirkan mengakibatkan dilatasi


pembuluh darah yang menyuplai usus, yang di kenal sebagai pembekakan sflangnik, yang
menyebabkan darah terkumpul di visira. Hal ini berperan dalam terjadinya hipotensi ortostatik
yang cendrung terjadi jika wanita yang baru saja melahirkan mengambil posisi berdiri ;
akibatnya ia akan mengalami pingsan atau kepalanya terasa ringan. Wanita yang menerima
anestesia konduksi ( blok epidural ) tetap berada di tempat tidur sampai ia mampu bergerak
sepenuhnya dan sensasi di tungkai nya pulih kembali dan tekanan darah serta nadinya berada
dalam batas normal. Wanita yang menerima analgesia perlu di awasi sampai ia pulih sepenuhnya
dari pengobatan ( yaitu, tanda-tanda vital stabil dalam batas normal, dan ia sadar sepenuhnya ).

Mempertahankan kenyamanan.

Perawat dapat memberi rasa nyaman kepada wanita dengan melakukan hal-hal berikut :

a) menjelaskan fisiologi normal nyeri setelah melahirkan

b) menolong ibu mempertahankan kandung kemihnya kosong

c) menempatkan selimut hangat di atas perut ibu

d) memberi analgesik yang di instruksikan oleh petugas jasa kesehatan

e) anjurkan latihan relaksasi dan pernafasan.

Menjaga kebersihan

Perawatan perineum akan menambah kenyamanan dan keamanan ibu ( pencegahan infeksi ).
Pembalut perineum yang bersih ditempatkan pada tempatnya, bokong dikeringkan, dan pakaian
yang basah diangkat sehingga wanita akan merasa hangat dan nyaman. Perawat harus
mengenakan sarung tangan bersih sebelum menyentuh pakaian ibu, pembalut perineum yang
kotor atau daerah perineum. Wanita dianjurkan mengganti pembalutnya setiap kali ke kamar
mandi.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi.


Pembatasan asupan makanan dan cairan serta kehilangan cairan ( darah, keringat, atau muntah )
selama persalinan dapat membuat wanita tiba-tiba ingin segera makan dan minum setelah
melahirkan. Apabila wanita menerima jenis anestesi lain ahli anestesi akan menentukan kapan
efek anestesi akan hilang dan ia boleh mulai minum. Perdarahan yang banyak dapat menjadi
tanda serpihan plasenta tertinggal, yang membutuhkan anestesi umum untuk membuang serpihan
plasenta dan menghentikan perdarahan. Jadi, biasanya wanita dengan perdarahan banyak di
puasakan sampai perdarahannya terkendali. Jalur IV tetap dibiarkan, dan cairan diganti dengan
cairan yang mengandung dekstros untuk menyuplai kalori sampai wanita dapat makan melalui
mulut. Perawat memantauan jalur IV dan mencatat jenis, jumlah, dan toleransi masukan cairan
melalui mulut pada catatan.

Mendukung kebutuhan psikososial orang tua.

Keadaannya psikososial ibu yang baru dapat berkisar dari euforia dan sejahtera sampai rasa
mengantuk yang di tandai dengan tidak menyadari apa yang terjadi di lingkungannya. Seperti
telah di utarakan sebelumnya, reaksi-reaksi pertama ibu dan ayah yang baru terhadap anak
mereka yang baru lahir sangat bervariasi. Reaksi- reaksi ini akan menjadi petunjuk bagi tim
perinatal dalam membuat rencana perawatan untuk setiap induvidu.

http://hidayat2.wordpress.com/2009/06/11/askep-selama-persalinan-dan-melahirkan/

Asuhan Persalinan Normal


Posted on Juli 17, 2008 by kuliahbidan

Pendahuluan

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak
negara berkembang, yaitu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Eklampsia
3. Sepsis
4. Keguguran
5. Hipotermia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu :
1. Hipotermia
2. Asfiksia

Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :


1. Keluarga berencana
2. Asuhan antenatal terfokus
3. Asuhan pasca keguguran
4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
5. Penatalaksanaan komplikasi
Asuhan antenatal terfokus bertujuan :
1. Mempersiapkan kelahiran
2. Mengetahui tanda-tanda bahaya
3. Memastikan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu fokus
utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah
mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan
mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :


1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atoni uteri.
2. Menjadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.
3. Mencegah terjadinya retensio plasenta.
4. Mencegah partus lama.
5. Mencegah asfiksia bayi baru lahir.

Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :


1. Manipulasi seminimal mungkin.
2. Penatalaksanaan aktif kala III.
3. Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.

Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta
dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.

Upaya mencegah partus lama berupa :


1. Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janinnya serta
kemajuan proses persalinan.
2. Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.

Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu :


1. Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi kepala.
2. Menghisap lendir secara benar.
3. Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat optimal.

Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal meliputi :
1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi
lahir, termasuk penggunaan partograf.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan
dan nifas.
4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.
7. Mengasuh bayi baru lahir.
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Membuat Keputusan Klinik


Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu :
A. Membuat keputusan klinik
B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
C. Pencegahan infeksi
D. Pencatatan (rekam medis)
E. Rujukan

A. Membuat Keputusan Klinik


____________________________

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :


1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi

1. Pengumpulan Data
_____________________

Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif
adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami dan
apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu.
Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap
ibu atau bayi baru lahir.

Cara mengumpulkan data, yaitu :


1. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan
riwayat perjalanan penyakit.
2. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau
terganggu (kesakitan).
3. Melakukan pemeriksaan fisik.
4. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan
laboratorium.

2. Diagnosis
____________

Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan
pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung
secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus).

Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan
dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terus-
menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan
penataksanaan kasus secara tepat.

Untuk membuat diagnosa :


1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis
defenitif dibuat.
3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.

3. Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan


________________________________________

Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan diagnosis
defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu
dan mengacu pada keselamatan klien.

Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :


1. Bukti-bukti klinik
2. Keinginan dan kepercayaan ibu
3. Tempat dan waktu asuhan
4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia
5. Biaya yang diperlukan
6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan
7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan
8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga,
sahabat).

4. Evaluasi
___________
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya.
Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan kebutuhan saat itu atau
kemajuan pengobatan.

Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan
evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.

Asuhan Sayang Ibu dan Bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses
persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :


1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu pada masa post partum :
1. Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2. Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan menganjurkan
pemberian ASI sesuai permintaan.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4. Menganjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayinya.
5. Mengajarkan ibu dang anggota-anggota keluarganya tentang bahaya dan tanda-
tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran.

Pencatatan Rekam Medik


Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat,
dapat dianggap tidak pernah melakukan asuhan tersebut. Pencatatan adalah bagian penting dari
proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus-
menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan
dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosa serta membuat rencana asuhan atau
perawatan bagi ibu dan bayinya. Partograf merupakan bagian terpenting dari proses pencatatan
selama persalinan.

Pencatatan rutin adalah penting karena :


1. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan
mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif, untuk
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat
perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan.
2. Dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses membuat
keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan, informasi ini harus
dapat diberikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainnya.
3. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang
diberikan.
4. Dapat dibagikan diantara para penolong kelahiran. Hal ini penting jika
memerlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong kelahiran memberikan
asuhan pada ibu dan bayi baru lahir.
5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari satu penolong persalinan kepada penolong persalinan lain atau
dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui
pencatatan rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari
setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya.
6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan
daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu / bayi baru lahir.

Aspek-aspek penting dalam pencatatan :


1. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2. Identifikasi penolong persalinan
3. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan
4. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas dan dapat
dibaca
5. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien
6. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis

Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal, dokumen-dokumen rujukan,
dll) beserta panduan yang jelas mengenai :
- Maksud dari dokumen-dokumen tersebut
- Kapan harus dibawa
- Kepada siapa harus diberikan
- Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rrumah atau selama perjalanan ke
tempat rujukan.
Rujukan

Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 % diantaranya
akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke
fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga
kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat
waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi
fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir,
seperti :
- Pembedahan termasuk bedah sesar.
- Transfusi darah.
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam.
- Antibiotik IV.
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir.

Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna
waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak yang ditempuh ke tempat rujukan merupakan hal
penting yang harus diketahui oleh klien dan penolong persalinan. Jika terjadi penyulit, upaya
rujukan melalui alur yang tepat dan waktu yang singkat. Jika ibu dan bayi baru lahir mengalami
penyulit dan dirujuk ke tempat yang tidak sesuai, mereka akan kehilangan banyak waktu yang
berharga dan kesempatan terbaik untuk menyelamatkan jika mereka.

Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu
berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu
hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup waktu untuk
membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat
membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan
bersama suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya
untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan.

Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :


- Siapa yang akan menemani ibu dan bayi barru lahir.
- Tempat-tempat rujukan mana yang lebih dissukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih
dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai
berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).
- Sarana transportasi yang akan digunakan ddan siapa yang akan mengenderainya.
Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
- Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transpusi darah diperlukan.
- Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-
bahan.
- Siapa yang akan tinggal dan menemani anakk-anak yang lain pada saat ibu tidak
di rumah.

Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan keluarganya. Kesempatan
ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal atau pada saat awal
persalinan, jika memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama kehamilannya, penting
untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya pada saat-saat awal
persalinan. Jika kemudian timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum
dibicarakan maka seringkali sulit untuk membuat persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan
tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.

Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :


1. Bidan
2. Alat
3. Keluarga
4. Surat
5. Obat
6. Kendaraan
7. Uang

Bidan
——

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Alat
—–

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir
(tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.

Keluarga
———
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau
bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami
atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.

Surat
——

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau
bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-
obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu
pada saat rujukan.

Obat
—–

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin
akan diperlukan selama perjalanan.

Kendaraan
———-

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup
nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk mencapai tempat
rujukan dalam waktu yang tepat.

Uang
—–

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-
obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau
bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

Update : 3 Januari 2006

Vous aimerez peut-être aussi