Vous êtes sur la page 1sur 9

TUGAS

AIK III

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

2012
Disusun oleh :

1. Dedy Irawan 201110420311048


2. Restyan Puspa N. 201110420311063
3. Moh. Rifa’I 201110420311066
4. Putri Suci R. 201110420311068
5. Andini Elok R. 201110420311069
6. Ajeng Widya S. 201110420311071
7. Dewi Purwani W. 201110420311072
8. Winda Yulianti 201110420311075
9. Benny Anggara 201110420311076
10. Endah Yunikasari 201110420311081
A. Asal Muasal Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktifitasnya dalam


bentuk mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren dengan memasukkan kurikulum
pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-
sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan kemuhammadiyahan.
Lembaga pendidikan yang didirikan di atas dikelola dalam bentuk amal usaha dengan
penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah, secara vertikal mulai dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang.
Pendirian pendidikan Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan dengan
pemikirannya bahwa pendidikan Muhammadiyah didirikan dan dilandasi atas motivasi
teologis bahwa manusia akan mampu mencapai derajat keiamanan dan ketaqwaan yang
sempurna apabila mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Motivasi teologis inilah
menurut Mu’ti, yang mendorong KH. Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendidikan di
emperan rumahnya dan memberikan pelajaran agama ekstra kurikuler di OSVIA dan
kweekschoool. Pada aspek yang berbeda, Muhammad Azhar melihat pendidikan yang
diselenggarakan oleh Muhammadiyah pada aspek burhani yakni sebuah lembaga
pendidikan lebih banyak melahirkan output ketimbang outcome, aspek irfani yakni
pendidikan Muhammadiyah yang bercirikan rasionalitas dan materialitas-birokratik, aspek
bayani, yakni pendidikan Muhammadiyah yang model pengajarannya menjadi terasa
kering, mengingat paradigma pergerakan Muhammadiyah yang modernistik.
Majelis Dikdasmen yang diserahi tugas sebagai penyelenggaran amal usaha di
bidang pendidikan, dalam melaksanakan program mengacu kepada Tanfidz Keputusan
Muktamar, Tanfidz Keputusan Musywil dan Tanfidz Keputusan Musda. Agar
penyelenggaraan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah mempunyai acuan dan aturan
yang jelas, Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mentanfidzkan
Keputusan Rapat Kerja Nasional Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah
seluruh Indonesia.
Sebagai bagian dari persyarikatan Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen mempunyai
tugas pokok adalah menyelenggarakan, membina, mengawasi dan mengembangkan
penyelenggaraan amal usaha di bidang pendidikan dasar dan menengah. Dalam
melaksanakan tugas pokok di atas, majelis pendidikan dasar dan menengah
Muhammadiyah harus mengacu kepada visi, misi, asas dan tujuan pendidikan
Muhammadiyah. Amal usaha pendidikan yang dikelola dan diselenggarakan oleh Majelis
Dikdasmen tersebut adalah SD, MI, SMP, MTs, SMA, SMK, MA dan Pondok Pesantren.

1. Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Dunia pendidikan kita ternyata masih jauh dari harapan. Baik media pendidikan,
kualitas pendidikan, pengajar dan pelajar serta fasilitas belajar mengajar yang belum saling
mendukung. Orientasi dunia belajar mengajar belum memberikan efek yang positif bagi
prilaku, budaya ilmiah, baik itu membaca dan menulis serta sederetan aktivitas keilmuan
lainnya. Akhirnya, berita tawuran, berita seks bebas serta penyalahgunaan narkoba
menjadi berita yang tidak asing di dunia pendidikan kita.
Pertanyaan sederhananya, apa tujuan menyekolahkan anak secara formal? Hal ini
setidaknya akan melanjutkan fase ontologisnya pencarian hakikat tujuan bersekolah.
Sebab tingginya jenjang pendidikan yang dijalani tidak atau belum menjamin kualitas diri
kemanusiaan orang tersebut. Bagusnya kualitas sebuah sekolah yang dimasuki ternyata
juga tidak menjamin keberhasilan seseorang tersebut. Meski ukuran keberhasilan akan
sangat relative.
Tidak salah jika dikatakan bahwa "budaya mengikat keberlangsungan sesuatu pada
masanya" artinya, berlangsungnya kehidupan masyarakat akan mengikuti nilai budaya
yang sedang berkembang pada masa itu. Oleh karenanya, tidak akan representative jika
dilakukan perbandingan kualitas pendidikan pada masa lalu dengan masa sekarang serta
ramalan pendidikan masa akan datang. Sebab, budaya yang mengikat masa lalu, kini dan
akan datang pasti akan berbeda.
Jika kita mendengar cerita orang orang yang bersekolah di era tahun 60 hingga 70-
an, akan tergambar secara umum tentang keseriusan, keinginan bersekolah yang sangat
antusias dari masyarakat ketika itu. Terlebih ketika bercerita tentang persaingan antara
sekolah yang berada di bawah naungan Belanda pada tahun 50-an dengan sekolah pribumi
yang hanya mengandalkan guru guru lokal. Tetap akan ada usaha untuk merasa seimbang
tanpa melihat kasta tersebut. Nilai yang terbudaya di era 60 hingga 70 an menggambarkan
suasana pendidikan formal yang jauh dari nuansa glamour dan pendidikan yang terkesan
"formalitas". Itu dulu, pendidikan Indonesia saat ini tentunya telah jauh mengalami
perkembangan.
Meski informasi yang didapat Pak Farid menyebutkan bahwa Indonesia masih
berada diurutan ke 40 dari 40 negara dalam hal matematika dan IPA. Namun, beberapa
dari pelajar Indonesia telah menunjukkan hasil positif dengan meraih juara di tingkat
internasional. Sebuah prestasi yang harus menjadi kebanggaan dan motivasi untuk
meningkatkannya terus. Namun, ada hal yang perlu di evaluasi bersama tentang
pendidikan yang terbudaya terhadap pelajar dan proses belajar mengajar kita di Indonesia
ini. Hal ini yang akhirnya mengikat nilai pendidikan kita sesuai dengan masanya. Sesuatu
yang terbudaya tersebut antara lain budaya glamour, budaya hura hura, budaya rutinitas
yang tak berpendidikan serta budaya " formalitas " yang sekarang sering disandingkan di
beberapa fasilitas pendidikan di Indonesia. Kastaisasi pendidikan saat ini juga seolah mulai
terbudaya. Bahkan ada kesan ini sekolah untuk kelas menengah keatas, dan ini pendidikan
untuk sekolah menengah kebawah. Pendidikan yang terbudaya seiring waktu dan masa
yang berlaku. Jika ini menjadi sebuah kepatutan, maka jangan salahkan ada pendidikan
yang berkualitas dan tidak berkualitas. Maka tidak heran jika tuntutan anak anak saat ini
bukan lagi pada hal yang sifatnya menambah kualitas pendidikan, namun tuntutan fasilitas
pendidikan. Mulai dari handphone yang saat ini semua kalangan bebas umur memakai alat
komunikasi tersebut.
Dari handphone tersebutlah sekarang justru banyak menyebar virus yang tidak
mendidik. Gambar porno,video porno, dan segala macam yang memang jauh dari nilai nilai
pendidikan. Tuntutan kenderaan, baik roda dua maupun empat. Maka tidak jarang dilihat
seorang pelajar SMP dan SMU sudah mengendarai motor dan mobil. Tuntutan uang saku
yang berlebih untuk biaya nongkrong dengan teman teman juga menjadi sebuah
pendidikan yang terbudayakan di tengah tengah dunia pendidikan kita.
Siapa yang disalahkan untuk kasus ini. Budaya, sekolah pengajar, pelajar atau orang
tua dan pemerintah juga ikut bertanggung jawab atas pendidikan yang terbudaya tersebut.
Para pelajar baik di tingkat menengah atas dan bahkan di tingkat perguruan tinggi saat ini
seakan sudah memiliki rutinitas dan aktivitas sendiri dalam membangun paradigm tentang
sebuah sekolah. Sekolah seakan tidak lagi sebagai tempat belajar, menuntut ilmu
pembenahan prilaku, pembenahan spiritual. Namun sekolah tempat berteman,
bergaul, mencari popularitas dan bahkan sekolah sudah ada menjadi tempat transaksi
narkoba dan seks bebas. Istilah ayam kampus justru lahir di tengah tengah kampus. Ini
menandakan pendidikan yang terbudaya melalui budaya yang berkembang selama ini.

2. Bentuk Keterlibatan Muhammadiyah Dalam Dunia Kependidikan

Pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah merupakan salah satu dari


bentuk dan jenis Amal Usaha Persyarikatan, yang struktur kelembagaannya bersifat formal,
berjenjang dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Adapun bentuk, jenis,
dan tingkat pendidikan Muhammadiyah itu pada hakikatnya merupakan perwujudan dari
pengem-bangan misi Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan, yang terkait
secara substansial dengan pendidikan Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah
sebagaimana menjadi paham agama dalam Muhammadiyah, maupun secara kesejahteraan
terkait pula dengan gagasan-gagasan dasar K.H. Ahmad Dahlan dalam merintis dan
membangun pendidikan Muhammadiyah.
Pendidikan Muhammadiyah memiliki keterkaitan dengan keprihatinan pendiri
Muhammadiyah yang berkaitan dengan
1) ajaran Islam dilaksanakan tidak secara murni bersumber pada Al-Quran dan
Sunnah, bahkan tercampur dengan praktik-praktik syirik, bid’ah, dan khurafat;
2) lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak lagi dapat memenuhi tuntutan jaman
akibat dari pengaruh luar dan,
3) keadaan umat Islam yang sangat menyedihkan dalam bidang sosial, ekonomi,
politik, kultural, sebagai akibat dari penjajahan.
Sehingga Muhammadiyah memiliki komitmen untuk
1) mengembalikan amal dan perjuangan umat Islam pada sumber Al-Quran dan
Hadits yang shahih, serta bersih dari syirik, bid’ah, dan khurafat;
2) menafsirkan ajaran-ajaran Islam dengan alam pikiran modern;
3) mempengaruhi sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan kehendak
dan kemajukan zaman; dan,
4) membebaskan umat dari ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatifisme, sikap
taklid, dan formalisme yang membelenggu kehidupan umat (Wahid, dalam Rais
1985:13)
K.H. Ahmad Dahlan merintis usaha pengembangan sistem pendidikan Islam modern
yang kemudian menjadi alam pikiran umat Islam di belakang hari, karena melihat dualisme
pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada masa kolonial. Di satu fihak terdapat sistem
pendidikan pondok pesantren di lingkungan umat Islam yang tradisional dan terisolasi dari
perkembangan jaman, di pihak lain terdapat sistem pendidikan Barat yang
diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda yang sekuler yang sejak tahun 1817
melarang agama diajarkan di sekolah-sekolah pemerintah kolonial.
Dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah perlu mengembangkan
pendidikan Islam yang dapat melahirkan
1) manusia yang alim dalam ilmu agama,
2) yang berpandangan luas, dengan memiliki ilmu pengetahuan umum,
3) siap berjuang mengabdi untuk kegiatan Muhammadiyah dalam menyantuni nilai-
nilai keutamaan pada masyarakat (Rosyidi, 1984:49).
Sejak itu terus dikembangkan pendidikan Muhammadiyah, dan secara konsepsional
pada tahun 1975 dirumuskan tujuan pendidikan Muhammadiyah sebagai berikut:
1) terwujudnya pada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya, dan
2) memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk
pembangunan masyarakat dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan Pendidikan Muhammadiyah tersebut kemudian disempurnakan rumusan
redaksionalnya yang disesuaikan dengan adanya perubahan rumusan tujuan
Muhammadiyah pada tahun 1985.
Gerakan Pasyarikatan Muhammadiyah tepat hari ini telah berusia 100 tahun atau 1
abad tepatnya , usia yang sungguh sangat tua dan sebuah organisasi yang hebat karena
mampu bertahan di tengah gejolak perubahan zaman. Muhammadiyah yang lahir sebagai
organisasi amar ma’ruf nahi mungkar menyeru kepada yang baik dan mencegah kepada
yang mungkar . Dan juga tujuan utama Muhammadiyah didirikan untuk pemurnian agama
islam , karena banyaknya penyimpangan yang membuat ajaran islam bercampur baur
dengan kebiasaan dan adat istiadat didaerah tertentu .
Dalam satu abad gerkan ini telah begitu banyak prestasi dan keberhasilan yang
diukir oleh gerakan ini. Dengan tidak menyombongkan, Muhammadiyah telah berhasil
membangun peradaban di Indonesia ini. Muhammadiyah tidak hanya dikenal sebagai
organisasi dakwah islam saja ,namun gerakan Muhammadiyah ini juga membawa
pembaruan dan perubahan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan Kesejahtraan Sosial
demi terwujudnya masyarakat yang rahmatan lil alamin. Di bidang Pendidikan tidak bisa
kita pungkiri telah banyak sekolah dibangun oleh Muhammadiyah mulai dari TK,SD,
SMP/MtSN, SMA/MAN dan Universitas.Di bidang Kesehatan ada begitu banyak juga rumah
sakit Muhammadiyah dan Balai pengobatan Muhammadiyah . Dalam bidang sosial juga ada
panti asuhan Muhammadiyah ,dan begitu banyak lagi amal usaha dari Muhammadiyah
yang kesemua itu menunjukkan bukti nyata kepada masyarakat bahwa misi gerakan
Muhammadiyah yang amaliah untuk kemajuan dan pencerahan yang membawa pada
kemaslahatan masyarakat yang seluas-luasnya.

3. Tujuan Sumbangan Muhammadiyah/ Model Pendidikan

Indonesia secara umum mengenal dua model system pendidikan, pertama model
pendidikan nasional dan dua model pendidikan local. Model pendidikan nasional
artinya system pendidikan yang kurikulum, penilaian, pengawasan dan untuk
mengukur taraf pendidikan bangsa dikelola, diawasi oleh Negara. Sedangkan
pendidikan local merupakan pendidikan yang dikembangkan oleh individu-individu
masyarakat baik kurikulum, system penilaian bahkan evaluasinya. Dalam kaitan dengan
pengertian ini, maka tulisan ini igin melihat potret umum kedua pendidikan terutama
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Negara dan pendidikan non formal yang
diselenggarakan oleh pesantren.
Ditilik dari perjalanannya maka pendidikan pesantren sebenarnya jauh telah ada
sebelum Negara Indonesia lahir, sedangkan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh
Negara baru berkembang pesat pada kira-kira tahun 70-an. Pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat masa itu mengalami kejayaannya baik dari sisi jumlah
murid maupun kualitasnya, tetapi semenjak dibukanya secara besar-besaran program
sekolah negeri dan pendanaan yang dicurahkan untuk sekolah negeri termasuk model
sekolah inpres maka lambat laun sekolah masyarakt ini banyak yang tenggalam dan nota
bene merupakan sekolah-sekolah Islam.

Kedua model pendidikan ini memberikan memberikan sumbangan dalam


pengembangan pendidikan masyarakat Indonesia. Barang kali yang membedakan adalah
dalam masalah bidang studi yang digeluti. Secara umum system pendidikan nasional
cenderung menempatkan ilmu-ilmu praktis yang berkaitan dengan pengelolaan dunia
sedangkan pendidikan local lebih mengedepankan ilmu-ilmu keagamaan baik untuk
pedoman praktis beragama bekal life skill untuk menghadapi tuntutan hidup dunia.

Vous aimerez peut-être aussi