Vous êtes sur la page 1sur 26

LAPORAN KASUS

“G5P4A0 36 Tahun Hamil 18 minggu dengan Mola Hidatidosa Parsial”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr. A Hardianto, Sp.OG

Disusun Oleh :

Bima Bayu Putra H2A013003P

Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang


2018
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Laporan Kasus

“G5P4A0 36 Tahun Hamil 18 minggu dengan Mola Hidatidosa Parsial”


Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:

Bima Bayu Putra

H2A013003P

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Tanggal : ...........................................

Pembimbing Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. A Hardianto, Sp.OG


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal ditandai dengan vili korialis yang
mengalami perubahan hidrofobik membentuk kelompok-kelompok menyerupai buah
anggur.Mola Hidatidosa (MH) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas
gestasional (Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel
yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta pada masa kehamilan,
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel trofoblas yang diklasifikasikan
World Health Organization sebagai mola hidatidosa parsial (PartialMola Hydatid,
PMH), mola hidatidosa lengkap atau sempurna (Complete Mola Hydatid, CMH),
koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors.
Molahidatidosa adalah tipe GTD tersering ditemukan dan merupakan
neoplasma jinak dari sel trofoblas.Mola dianggap sebagai lesi prakanker karena 15-
20%dari mola hidatidosa lengkap atau sempurna (CMH) dan 1% dari mola hidatidosa
parsial (PMH)mengalami transformasi maligna.
Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan latin
jika dibandingkan dengan insidensi di Amerika Serikat, Australia dan negara-negara
di Eropa. Angka kejadian mola hidatidosa di Amerika Serikat ialah 1 kejadian
kehamilan mola dari 1.000 - 1500 kehamilan. Insidensi mola di Asia dilaporkan
terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan.Kehamilan mola dapat terjadi
di semua umur wanita hamil, angka kejadian tersering adalah pada
wanita hamil berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 sampai 50
tahun.Persangkaan terhadap pasien GTD didasarkan adanya gejala klinis berupa
perdarahan pervaginam, pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
disertai peningkatan kadar serum human chorionic gonadotrophyn (hCG). Simptom
kehamilan mola seperti pembesaran uterus, perdarahan pervaginam, hipertensi
yangdiinduksi kehamilan, hiperemesis, anemia dan ketiadaan denyut jantung janin
tidaklah spesifik dan masih mungkin tidak muncul sebelum kehamilan trimester
kedua. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan modalitas pilihan dalam
penegakan diagnosis serta adanya peningkatan kadar serum hCG. Gambaran klasik
pemeriksaan USG kasus kehamilan mola sempurna menampilkan gambaran
“snowstorm”.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. M
Tanggal Lahir : 28 – 06 – 1981
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Diploma
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Kumudasmoro Tengah IV RT.01/VIII Bongsari, Semarang, Kota
Semarang
Masuk RS : 09 April 2018
No. RM : 264980

Nama Suami : Tn. A


Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kumudasmoro Tengah IV RT.01/VIII Bongsari, Semarang, Kota
Semarang
Pekerjaan : Swasta
B. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 9 April 2018 Pukul 11.30 WIB.
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar darah berwarna merah segar dari jalan lahir sejak 3
hari yang lalu. Banyaknya perdarahan sekitar 2-3 kali ganti pembalut per hari. Awalnya,
keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan dan ada seperti busa, kemudian perdarahan
semakin lama dirasakan semakin sering dan lama kelamaan terus-menerus keluar seperti
sedang haid. Tidak ada faktor memperingan maupun faktor memperberat yang
mempengaruhi keluarnya darah dari jalan lahir, keluhan ini tidak disertai nyeri perut.
HPHT tanggal 28 November 2017 dan usia kehamilan 18 minggu. Mual muntah
juga dirasakan pasien saat awal usia kehamilan tetapi mual muntah dirasakan terus
menerus tidak seperti hamil sebelumnya. Pasien merasakan janin tidak bergerak. Tidak
ada keluhan nyeri kepala, tidak ada gangguan pada BAK ataupun BAB.
Karena perdarahan semakin banyak kemudian pasien memeriksakan diri ke poli
kandungan RSUD Tugurejo dan kemudian mendapatkan anjuran untuk mondok.

Riwayat Menstruasi sebelum keluhan:


Menarche : 13 tahun
Dismenorrhea : (-)
Amenorrhea : (+)
Leukorrhea : (-)
Menopause : (-)
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 28 November 2017
HPPL : 15 Agustus 2018

Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali selama 11 tahun.
Riwayat KB : Pasien tidak menggunakan KB.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Anak Tahun Tempat Umur Jenis Penolong penyulit Berat lahir
ke Kehamilan Persalinan (gram)

1 2007 Bidan 39 minggu Spontan Bidan - 2700 gram

2 2009 Bidan 40 minggu Spontan Bidan - 2900 gram

3 2011 Bidan 38 minggu Spontan Bidan - 2500 gram

4 2014 Bidan 40 Minggu Spontan Bidan - 2800 gram


5 Hamil - - - - - -
Ini

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
 Riwayat Kuretase : disangkal
 Riwayat penyakit kronis
 Hipertensi : disangkal
 kencing manis (DM) : disangkal
 Asma : disangkal
 Penyakit Jantung dan atau paru : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Hipertensi : disangkal
 kencing manis (DM) : disangkal
 Asma : disangkal
 Penyakit Jantung dan atau paru : disangkal

Riwayat Pribadi
 Alkohol : disangkal
 Merokok : (-) disangkal

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 55kg
TB : 155cm
IMT : 22,9 kg/m2 (normoweight)
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-)
Kepala
Normocephali, Rambut hitam
Mata
Pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
sekret (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, sianosis (-)
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, penggunaan otot bantu nafas (-)
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis
Palpasi : sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea
Midclavicularis sinistra
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi : tampak agak cembung
Palpasi : Hati tidak teraba
Limpa tidak teraba
Auskultasi : bising usus (+)
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

D. Pemeriksaan Ginekologi:
1. Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
- Perut membuncit, membujur
- Warna kulit sama dengan warna sekitar
- Striae gravidarum (-)
- Jaringan parut horizontal bekas SC (-)
- Bundle ring (-)
- SCAR (-)

Genitalia Eksterna :
- Lendir (-)
- Air Ketuban (-)
- Keluar darah dari jalan lahir (+)

Palpasi :
- Teraba tinggi fundus uteri di umbilical
- Balotement (-)
- Janin sulit dinilai
- Nyeri tekan (-)
- Leopold 2,3,4 tidak dapat dinilai

2. Pemeriksaan Dalam: Tidak dilakukan

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : 9 April 2018


Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin
Leukosit 7,84 103/uL 3.6 – 11
Eritrosit 3,44 L 106/uL 3.8 – 5.2

Hemoglobin 9,80 L g/dL 11.7 – 15.5

Hematokrit 29,50 L % 35 – 47
MCV 85,80 fL 80-100
MCH 28,50 Pg 26-34
MCHC 33,20 g/dL 32 – 36
Trombosit 209 103/uL 150 – 440
RDW 13,40 % 11.5 – 14.5
PLCR 20,4 %
Diff Count

Eosinofil Absolute 0.05 103/uL 0.045 – 0.44

Basofil Absolute 0.02 103/uL 0 – 0.2

Netrofil Absolute 6.30 103/uL 1.8 – 8

Limfosit Absolute 2.54 103/uL 0.9 – 5.2

Monosit Absolute 0.59 103/uL 0.16 – 1

Eosinofil 0.50 % 2–4


Basofil 0.20 % 0–1
Netrofil 66.40 % 50 – 70
Limfosit 26.70 % 25 – 40
Monosit 3.50 % 2–8
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 104 mg/dL <125

SGOT 12 Detik 2’-5’

SGPT 7 Detik 5-10

Kalium 3,60 Mmol/L 3,5 – 5,0

Natrium 140,6 Mmol/L 135 - 145

Sero – Imun

HbsAg Non reaktif (-) Non reaktif (-) Non reaktif (-)
Pemeriksaan USG (9 April 2018)

Kesan :
- Gambaran seperti mola hidatinosa (snow flake pattern)
- 1 janin intrauterine
- FM (-), FHM (-)
- AUG 17 W 1D
- EFW 189 gram

Kuretase :
1. Pasien berbaring dengan posisi litotomi, dengan spinal anestesi
2. Desinfeksi dengan antiseptik povidon iodine pada vulva, vagina, dan
sekitarnya
3. Memasang duk steril di bawah bokong pasien
4. Memasang spekulum sims dan meminta asisten untuk menahan spekulum
pada posisinya dengan tangan kanan dan menahan fundus uteri pasien dengan
tangan kiri
5. Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi jam 11
6. Lakukan sondase  9 cm, antefleksi
7. Bersihkan jaringan yang tertahan pada kanalis serviks dan kavum uteri dengan
abortus tang
8. Masukkan sendok kuret tumpul sampai ada tahanan pada fundus uteri,
kemudian kerok dengan menarik sendok kuret tumpul ke arah ostium
9. Dilakukan kuretase : keluar jaringan mola ± 30 cc
10. Lepaskan jepitan tenakulum dan bersihkan sisa darah pada vulva dan
sekitarnya
11. Jaringan dikirim untuk pemeriksaan PA

F. Resume
Pasien mengeluhkan keluar darah berwarna merah segar dari jalan lahir sejak
3 hari yang lalu. Banyaknya perdarahan sekitar 2-3 kali ganti pembalut per hari.
Awalnya, keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan, kemudian perdarahan semakin
lama dirasakan semakin sering dan lama kelamaan terus-menerus keluar seperti
sedang haid. Tidak ada faktor memperingan maupun faktor memperberat yang
mempengaruhi keluarnya darah dari jalan lahir, keluhan ini tidak disertai nyeri perut.
HPHT tanggal 28 November 2017 dan usia kehamilan 18 minggu. Mual
muntah juga dirasakan pasien saat awal usia kehamilan tetapi mual muntah dirasakan
terus menerus tidak seperti hamil sebelumnya. Pasien merasakan janin tidak bergerak.
Tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada gangguan pada BAK ataupun BAB.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan keluar darah dari jalan lahir (+), teraba
tinggi fundus uteri di umbilical
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan eritrosit, hemoglobin,
hematokrit rendah. Pada pemeriksaan USG tampak gambaran snow flake pattern.

G. Diagnosis
G5P4A0 36 Tahun Hamil 18 minggu dengan Mola Hidatidosa Parsial

H. Initial Plan Terapi


1. Medikamentosa
a. Infus RL 20tpm
b. misoprostol 25mg tab pervaginam
c. PO : Asam folat tab 60mg/24jam (90 Hari)

2. Non Medikamentosa
a. Pro kuretase

Initial Plan Monitor


a. Pengawasan KU , tanda-tanda vital , ppv

Initial Plan Edukasi


1. Memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan penyakit pasien
2. Menjelaskan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan – pemeriksaan yang akan
dilakuakan guna menunjang diagnosis dan tindakan yang akan diberikan
3. Post Kuretase , dianjurkan kepada pasien untuk rutin memeriksakan kadar β-hCG dan
menunda kehamilan paling tidak 1 tahun

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Lembar Follow up :
Waktu Observasi
12/04/2018 S : Tidak ada keluhan
O:
Tekanan darah : 110/80 mmHg
PPV: Flek-flek
A:
P4A1 36 tahun
Mola Hidatidosa post kuret
P :
Infus RL 20 tpm
Cefadroxil 500 mg/ 12 jam
Asam Mefenamat 500 mg/ 8 jam
Metergin 3x 1 tablet
Bila baik boleh pulang
13/04/2018 S : tidak ada keluhan (+)
O:
Tekanan darah : 110/70 mmHg;
nadi 66 x/menit;
nafas 18 x/menit
A :
P4A1 36 tahun
Mola Hidatidosa post kuret
P : a. Cefadroxil 2x500 mg tab
a. Asam mefenamat 3x500 mg tab
b. Metergin 3x1 tab
c. BC/C/SF 1x1 tab
Pasien boleh pulang , pasien kontrol dengan dr. Diana H, Sp.OG
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma
vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel
trofoblas.

B. Insiden

Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika


Serikat dan Eropa. Walaupun di negara-negara lain dilaporkan lebih sering, terutama
di beberapa negara Asia, sebagian informasi ini berasal dari penelitian di rumah sakit.
Usia. Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau
usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih
dari 45 tahun, dengan frekuensi lesi relatif lebih dari 10 kali lipat dibandingkan pada
usia 20-40 tahun. Banyak dijumpai kasus mola hidatidosa yang terbukti pada wanita
berusia 60 tahun atau lebih.
Riwayat Mola.Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus.
Dalam suatu ulasan tentang mola hidatidosa berulang tapi dari pasangan berbeda,
Tuncer dkk. (1999) menyimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah “oosit primer”.
Faktor Lain. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen,
kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblas gestasional
masih belum jelas.
C. Klasifikasi
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembungberisi cairan jernih
merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri.
Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan
bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan
yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai
dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.
Mola hidatidosa dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran
vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa cm dan
sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan
histologiknya ditandai oleh :
1) Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus.
2) Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak.
3) Proliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi.
4) Tidak adanya janin dan amnion.

2. Mola Hidatidosa Parsial


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan
mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantong amnion,
keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial. Terjadi
pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang
biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin-plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih
bersifat fokal daripada generalisata.

D. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan antara lain:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

E. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:
Teori Missed Abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5minggu (missed abortion), karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairandalam jaringan
mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.

Teori Neoplasma
Menurut Park, yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai
fungsi abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsicairan yang berlebihan
kedalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan
peredaran darah dan kematian mudigah.

F. Gambaran Klinis
Beberapa gejala klinis dari molahidatidosa:
1. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan
2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat, merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa terus menerus
atauintermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi. Biasanya terjadi mulai usia kehamilan
12 minggu.
3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
4. Tidak dirasakan bagian-bagian janin dan adanya gerakan janin maupun
balotemen walaupun uterus sudah membesar sampai setinggi pusat atau lebih.
5. Hiperemesis.Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
6. Preklampsia dan eklampsia sebelum usia kehamilan 24 minggu.
7. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti.
G. Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea,
perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak
ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak. Untuk
memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioasay, immunoasay,
maupun radioimmunoasay. Peninggian hCG, terutama dari hari ke-100, sangat
sugestif. Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk diagnosis
maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. Human chorionic
gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta yang
memiliki aktivitas biologis mirip LH. Sebagian besar hCG diproduksi di plasenta,
tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Begitu pula ada jaringan janin lain
yang membentuk baik molekul hCG maupun molekul total hCG. Molekul hCG
memiliki 2 rantai asam amino yakni α hCG terdiri atas 92 asam amino dan rantai β
hCG terdiri atas 145 asam amino yang satu sama lain berikatan secara nonkovalen.
Ikatan antara kedua rantai adalah dengan gaya elektrostatik dan hidrofobik dan vitro
ikatan itu dapat dipisahkan.
Pada kehamilan normal pemeriksaan terhadap β hCG dengan pereaksi yang
menggunakan antibodi monoklonal terhadap β hCG cukup dilakukan secara kualitatif
dengan menggunakan urin sebagai spesimen. Pemeriksaan hCG serum secara
kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan kadar hCG menunjukkan kadar hCG
mencapai puncaknya pada trimester pertama kehamilan, yakni pada hari ke 60-70
kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola hidatidosa dan tumor trofoblas
gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi daripada kadar puncak hCG pada
kehamilan normal.Pada penderita penyakit trofoblas gestasional pemeriksaan hCG
serum harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan pemeriksaan radio
immunoassay maupun enzyme immunoassay. Pemilihan pereaksi untuk pemeriksaan
hCG secara kuantitatif pada penyakit trofoblas gestasional harus spesifik terhadap β
hCG , karena rantai α hCG mirip dengan rantai α dari FSH, LH dan TSH yang
merupakan hormon-hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis
seperti sehinga dapat mengakibatkan terjadinya reaksi silang dengan hormone
hipofisis tersebut, dan mengakibatkan kadar yang diperoleh bukan kadar HCG saja
(false positive).
Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, di mana kasus mola
menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau
gambaran seperti sarang lebah (honey comb).
Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung mola.
Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat
karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan
keadaan umum pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum
keluar.
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga
seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus
inkompletus, atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa
umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-
bagian anekoik vesikular berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat
dibayangkan seperti gambaran sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow
storm). Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di daerah
adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.
Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi
janin yang ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis.
Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup
besar atau bahkan aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat
vili yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di
tempat lain masih tampak vili yang normal. Umumnya mola parsialis mempunyai
kariotipe triploid. Pada perkembangan selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi
ganas.

H. Komplikasi
Penyulit mola hidatidosa berupa perdarahan, preeklampsia, hipertiroidisme dan
tirotoksikosis sedangkan penyulit lanjut ialah terjadinya tumor trofoblas gestasional
pascamola, bisa berupa penyakit trofoblas ganas jenis vilosum (mola destruens)
ataupun penyakit trofoblas ganas jenis non vilosum (koriokarsinoma).
Perdarahan sering mengancam akibat terlambatnya diagnosis mola ditegakkan,
suatu hal yang sering dijumpai di negara-negara yang pelayanan obstetrinya belum
baik seperti Indonesia. Pada penelitian Martaadisoebrata hanya 2,5 % dari 126 kasus
mola yang tidadak disertai penyulit perdarahan.
Penyulit lain yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paru-paru.
Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru tanpa
memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi pada mola kadang-kadang jumlah sel
trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru akut yang
dapat mengakibatkan kematian.

I. Penatalaksanaan
1) Perbaiki Keadaan Umum
Dalam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian pemberian
transfusi darah untuk mengatasi syok atau anemia dan menghilangkan atau
mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
2) Pengeluaran jaringan mola
Terdapat beberapa cara yaitu :
1) Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase. Untuk
memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase
dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa
yang tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan agar jaringan
miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa; kerokan perlu
dilakukan secara hati-hati karena adanya bahaya perforasi. Sebelum
tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga apabila terjadi
perdarahan yang banyak.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukankerokan ulangan
dengan kuret tajam agar ada kepastian bahwa uterus sudah benar-benar
kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas dan
mengetahui ada tidaknya infiltrasi jaringan mola ke miometrium. Makin
tinggi tingkat proliferasi, makin perlu waspada terhadap kemungkinan
keganasan.
2) Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan
cukup anak. Alasan untuk histerektomi ialah karena umur tua dan paritas
tinggi merupakan faktor predisposisi terjadinya keganasan. Batasan
dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa
pada sediaan histerektomi bila dilakukan permeriksaan histopatologi
sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola
invasif/koriokarsinoma.
3) Pemeriksaan Tindak Lanjut
Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang
uterusnya dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan
timbulnya tumor ganas (sekitar 20 %). Anjuran untuk semua penderita
pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan,
masih belum diterima oleh semua pihak.
Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan tiap minggu sampai kadar
menjadi negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6
bulan. Sampai kadar hCG menjadi negatif, pemeriksaan Rontgen thorax
dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan hCG, penderita
diberitahukan supaya tidak hamil, sekurang-kurangnya 1 tahun.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan memberikan Methotrexate atau
Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.
Biasanya cukup hanya dengan memberi satu seri dari obat yang
bersangkutan. Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG
menjadi negatif selama 6 bulan.

J. Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada
lagi. Akan tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2
% dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase keganasan
yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,56 %.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien Ny. O, 21 tahun G1P0A0 hamil 22 minggu , datang ke rumah sakit


dengan keluhan utama keluar darah berwarna merah segar dari jalan lahir sejak 2
minggu ini. Hari pertama haid terakhir 20 Juni 2017. Didiagnosis dengan Mola
Hidatidosa setelah melakukan kunjungan ke Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli
Kebidanan RSUD Tugurejo Semarang tanggal 9 April 2018. Penegakkan diagnosis
pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

4.1 Anamnesis
Kasus Teori
Pasien berusia 36  Mola hidatidosa
tahun datang ke rumah sakit Frekuensi mola hidatidosa pada
dengan keluhan utama kehamilan yang terjadi pada awal atau
keluar darah berwarna usia subur relatif lebih tinggi. Gejalanya
merah segar dari jalan lahir berupa amenorrhoe dan perdarahan
sejak 3 hari yang lalu. pervaginam. Perdarahan merupakan
Banyaknya perdarahan gejala utama mola. Biasanya keluhan
sekitar 2-3 kali ganti perdarahan inilah yang menyebabkan
pembalut per hari. Awalnya, mereka datang ke rumah sakit. Gejala
keluar flek-flek berwarna perdarahan ini biasanya terjadi antara
merah kecoklatan dan ada bulan pertama sampai ketujuh dengan
seperti busa, kemudian rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan
perdarahan semakin lama bisa intermiten, sedikit-sedikit atau
dirasakan semakin sering sekaligus banyak sehingga menyebabkan
dan lama kelamaan terus- syok atau kematian. Karena perdarahan
menerus keluar seperti ini umumnya pasien mola hidatidosa
sedang haid. Tidak ada masuk dalam keadaan anemia.
faktor memperingan Pasien mola hidatidosa juga dapat
maupun faktor memperberat mengalami mual dan muntah yang cukup
yang mempengaruhi berat.
keluarnya darah dari jalan
lahir, keluhan ini tidak
disertai nyeri perut.
HPHT tanggal 28
November 2017 dan usia
kehamilan 18 minggu.
Mual muntah juga
dirasakan pasien saat awal
usia kehamilan tetapi mual
muntah dirasakan terus
menerus tidak seperti
hamil sebelumnya. Pasien
merasakan janin tidak
bergerak. Tidak ada
keluhan nyeri kepala, tidak
ada gangguan pada BAK
ataupun BAB.

4.2 Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori
 Pemeriksaan Luar  Pada permulaannya gejala mola hidatidosa
Inspeksi : Perut tidak seberapa berbeda dengan kehamilan
membuncit, membujur biasa yaitu mual, muntah, pusing dan lain-
dan striae gravidarum (-), lain, hanya saja derajat keluhannya sering
jaringan parut horizontal lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih
bekas SC (-), bundle ring pesat, sehingga pada umumnya besar uterus
(-) lebih besar dari umur kehamilan. Ada pula
Genitalia Eksterna : kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau
Lendir darah (-), keluar sama besar walaupun jaringannya belum
darah dari jalan lahir (+) dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan
Palpasi : Teraba tinggi jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga
fundus uteri di umbilical, perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis
balotement (-), bagian dying mole.
janin sulit dinilai, nyeri  Pada mola hidatidosa tidak dirasakan bagian-
tekan (-). bagian janin dan adanya gerakan janin
maupun balotemen walaupun uterus sudah
4 membesar sampai setinggi pusat atau lebih.
. Selain itu juga tidak ditemukan tanda
3 kehamilan pasti seperti detak jantung anak.

4.3 Pemeriksaan penunjang

Kasus Teori
 Pada pasien tidak dilakukan  Untuk memperkuat diagnosis dapat
pemeriksaan beta Hcg dilakukan pemeriksaan Human
dikarenakan belum ada Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam
pemeriksaan beta Hcg di urin atau darah, baik secara bioassay,
RSUD Tugurejo immunoassay amaupun
 Pada pasien dilakukan radioimunoassay. Kadar hCG pada
pemeriksaan USG tanggal 9 mola jauh lebih tinggi daripada
April 2018 dengan hasil kehamilan biasa. Peningkatan hCG,
gambaran snow flake pattern ( terutama dari hari ke 100 sangat
mola hidatidosa) sugestif. Bila belum jelas dapat
dilakukan pemeriksaan USG, dimana
kasus mola menunjukkan gambaran
yang lebih khas berupa badai salju
(snow falk pattern)

4.4 Penatalaksanaan
Kasus Teori
 Dilakukan penatalaksaan berupa  Setelah keadaan umum diperbaiki
kuretase dilakukan kuretase dengan menggunakan
Hasil jaringan yang sudah sendok kuret biasa yang tumpul untuk
dikuret kemudian dilakukan mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan
pemeriksaan PA , Hasi  agar jaringan miometrium yang
Mola hidatidosa partial ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa.
Tidak tampak proliferasi  Pemeriksaan PA dilakukan untuk
berlebih sel-sel trofoblast mengetahui apakah terdapat proliferasi
sel-sel trofoblast kearah keganasan atau
 Tatalaksana non medikamentosa
tidak
:
 Pemberian infus RL 20tpm
a. Infus RL 20tpm
menghindarkan terjadinya syok
b. Cefadroxil 2x500 mg tab
dikarenakan banyaknya darah yang
c.Asam mefenamat 3x500 mg
keluar.
tab
 Setelah dilakukan kuretase diberikan
d. Metergin 3x1 tab
antibiotik, penghilang rasa nyeri dan obat
e. BC/C/SF 1x1 tab
untuk mengurangi adanya perdarahan.
Serta vitamin untuk epitelisasi dan
perbaikan hb
 Dianjurkan kepada pasien untuk
 Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan
rutin memeriksakan kadar β-hCG
tiap minggu sampai kadar menjadi
dan menunda kehamilan paling
negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya
tidak 1 tahun.
tiap bulan selama 6 bulan. Sampai kadar
hCG menjadi negatif, pemeriksaan
Rontgen paru-paru dilakukan tiap bulan.
Selama dilakukan pemeriksaan hCG,
penderita diberitahukan supaya tidak
hamil, sekurang-kurangnya 1 tahun.
Lampiran

Ekspulsi Konsep Saat Dilakukan Kuretase dan terdapat gelembung mola

Hasil Dari Kuretase Terdapat Gelembung Mola


DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary, et al. Obstetri Williams. Ed. 21.Vol 2. Jakarta : EGC, 2005.
2. Prawirohardjo, Sarwono, et al.Ilmu Kebidanan.Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.

Vous aimerez peut-être aussi