Vous êtes sur la page 1sur 3

HIPERMETROPI

No. Dokumen :

S No. Revisi :
O Tanggal Terbit :
P Halaman :

UPT Iwan Setiawan., S.Kep


PUSKESMAS NIP. 19690115 198912 1 001
CIGALONTANG
1. Pengertian Hipermetropia (rabun dekat) merupakan keadaan gangguan
kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup
kuat dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
retina. Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis,
etnis, usia dan jenis kelamin
2. Tujuan Sebagai acuan tata laksana hipermetropi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No .... / .. / SK-II/ IV/ 2016
4. Referensi 1. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan
Manajemen Klinis
2. Perdami, 1thEd. Jakarta: CV Ondo. 2006.
3. 2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V.
Jakarta:Balai
4. Penerbit FK UI. 2008.
5. 3. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan
I. Jakarta:
6. Widya Medika. 2000
5. Prosedur Keluhan
1. Penglihatan kurang jelas untuk objek yang dekat.
2. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada
penggunaan mata yang lama dan membaca dekat.
Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain)
terutama bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan
penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama, misalnya
menonton TV dan lain-lain.
3. Mata sensitif terhadap sinar.
4. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia.
Mata juling dapat terjadi karena akomodasi yang berlebihan
akan diikuti konvergensi yang berlebihan pula.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
2. Pemeriksaan refraksi dengan trial lensdan trial frame

Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan
refraksi.

Komplikasi
1. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien
selamanya melakukan akomodasi
2. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar
pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik
mata
3. Ambliopia
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan
tajam penglihatan terbaik.

Konseling dan Edukasi


Memberitahu keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi dengan
bantuan kaca mata. Karena jika tidak, maka mata akan
berakomodasi terus menerus dan menyebabkan komplikasi.

Kriteria rujukan
Rujukan dilakukan jika timbul komplikasi.

Peralatan
1. Snellen chart
2. Satu set trial frame dan trial frame

Prognosis
1. Ad vitam: Bonam
2. Ad functionam: Bonam
3. Ad sanationam: Bonam
6. Langkah- 1. Pasien dari loket pendaftaran, duduk menunggu
Langkah dipanggil
2. Petugas di R. Pengobatan memanggil pasien untuk
masuk ke Ruang periksa sesuai nomor urut.
3. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu
rawat jalan.
4. Petugas mengukur ttv
5. Petugas / dokter melakukan anamnesa terhadap pasien
sbb :
 Keluhan Utama.
 Keluhan tambahan.
 Riwayat penyakit terdahulu.
 Riwayat penyakit keluarga.
 Lamanya sakit.
 Pengobatan yang sudah dilakukan.
 Riwayat alergi obat.
6. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien
7. Petugas memberikan resep kepada pasien
8. Pasien mengambil obat di apotek puskesmas

7. Hal-Hal yang 1. Penyampaian informasi mudah dipahami


perlu
diperhatikan 2. Pemeriksaan yang benar dan pengobatan yang tepat

1. Pendaftaran
8. Unit Terkait
2. Apotek

9. Dokumen 1. Rekam Medis


Terkait 2. Buku register rawat jalan
10. Rekamann N Yang diubah Isi Perubahan Mulai diberlakukan
historis o
perubahan

Vous aimerez peut-être aussi