Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSTRACT
stimulation such as caries or trauma. In cases where the tooth has reversible pulpitis,
and where the pulp is mechanically exposed, this is often treated with direct pulp
capping, usually with calcium hydroxide. Chitosan found in crab (Portunus pelagicus)
shells are compatible and biodegradable biopolymers which could potentially be used
as a direct pulp capping material. When placed over the pulp, the chitosan degrades to
produce bone morphogenic protein-7 (BMP-7). BMP-7 then binds with calcium (Ca+)
and phosphate (P) from the dentin and induces odontoblast to proliferate and
differentiate.
Objective:
This study aimed to show that chitosan can effect the proliferation and differentiation
of odontoblasts and increase the thickness of reparative dentin when placed over the
exposed pulp.
Methods:
A Post Test Only Controlled Group Design was used. Molar occlusal cavity preparations
with pulp exposures were carried out under general anesthesia on 24 randomized male
rats (Rattus novergicus) aged 6-7 weeks. The rats were divided into four different
groups: group A (negative control) received no pulp capping material; group B (positive
control) were pulp capped with Ca(OH) 2 0.5 mg; group C were pulp capped with
chitosan 0.5 mg; and group D were pulp capped with chitosan 0.75 mg. Following this,
glass ionomer cement type II was used as a restoration material. The rats were sacrified
and the jaws were excised on either the 14 th or 21st day. Specimens were viewed under
Results:
controls, but lower than Ca(OH)2. The differentiation of odontoblasts (as measured by
reparative dentin formation) was seen on 21st day following chitosan 0.75 mg
treatment.
Conclusion:
This study demonstrates that chitosan can positively affect the proliferation and
The maximum effect was seen with the chitosan dosage of 0.75 mg on the 21st day.
Keywords:
3. Keywords
4. Introduction
6. Results
7. Discussion
8. Conclusion
9. Acknowledgment
10. References
Karies gigi adalah penyakit infeksi kronis pada gigi. Karies sering menjadi
masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia. Prevalensi karies secara
umum di Indonesia mencapai 90,05% sedangkan prevalensi karies gigi pada anak balita
sebesar 85% (Balitbang, 2007). Prevalensi di dunia karies gigi pada anak sekolah
mencapai 60-90% dan pada orang dewasa hampir mencapai 100% memiliki kavitas
karies (WHO, 2012). Karies yang berkelanjutan dan tidak dirawat akan mengakibatkan
pulpa terbuka dan rusaknya sebagian odontoblast. Sel odontoblast adalah sel yang
terdapat dalam jaringan pulpa dan memegang peran penting terhadap fungsi kerja
Pulpa gigi merupakan jaringan yang penting dalam menjaga vitalitas gigi. Pulpa
merupakan jaringan lunak yang akan bereaksi terhadap stimulus berbahaya dengan
respon inflamasi. Vitalitas gigi harus dilindungi karena berisi serabut, sel, dan berbagai
struktur seperti pembuluh darah, saraf sensoris, dan jaringan limfe. Sel odontoblast
adalah sel yang terdapat dalam jaringan pulpa dan memegang peran penting terhadap
fungsi dentin dan pulpa (Vandito, 2004). Odontoblast terletak didaerah garis predenti-
kimia dan termis yang mengakibatkan tubuh memberikan respon peradangan yang
peradangan pulpa dan berisiko menjadi pulpitis (Tarigan, 2006). Inflamasi pulpa
mengakibatkan sel odontoblast mengalami kerusakan dan harus diganti dengan sel
generasi baru. Sel yang memungkinkan untuk mengganti sel odontoblast yang rusak
adalah sel yang terletak dalam lapisan sub-odontoblast atau sel fibroblast pulpa. Sel
bermigrasi ke daerah pulpa yang terbuka dan mensekresi dentin reparatif untuk
reversibel. Perawatan ini dilakukan untuk mempertahankan agar pulpa tetap vital.
Salah satu syarat keberhasilan perawatan pulp capping adalah penggunaan bahan
pelapik (liner). Bahan pelapik pulpa harus memenuhi syarat biokompatibilitas yang
mengaplikasikan bahan adhesif diatas pulpa gigi yang terbuka sehingga akan
memberikan fungsi protektif dari aktivitas mekanik, kimia, dan bakteri. Perawatan
tersebut dapat menstimulasi terbentuknya dentin reparatif (Sabir, et al., 2005). Dentin
reparatif merupakan reaksi dentin untuk membentuk barier fisiologis yang yang
berfungsi melindungi kamar pulpa yang terbuka sehingga rasa sakit dari pulpa dapat
Bahan-bahan pulp capping yang biasanya digunakan antara lain Ca(OH)2 namun
didalam Ca(OH)2 yang bersifat iritatif, dan dapat menyebabkan nekrosis pulpa.
Kegagalan direct pulp capping dengan sistem dentin bonding dilihat secara klinis terjadi
MTA memiliki harga mahal dan hal ini dapat berdampak pada biaya perawatan
gigi menjadi mahal (Trimurti, 2007). Berdasarkan keterangan diatas, bahan pulp
menjaga pulpa tetap vital (Li Ping Sun et al, 2006). Chitosan menunjukan kemampuan
porous chitosan mengandung TGF-β1 pada perawatan pulp capping dapat membantu
pembentukan dentin reparatif pada gigi anjing (Li, 2013). Monomer chitosan
2005). Chitosan dilaporkan tidak toxic dan mempengaruhi dalam penyembuhan luka
(Kadib, 2012). Chitosan juga memfasilitasi adhesi sel, proliferasi (Zhang, 2007) dan
Mekanisme kerja dari chitosan sebagai pulp capping melalui penyerapan faktor
Instrument
(Kodak), computer/laptop (Asus), digital microtome, water bath, pipet micro (Gilson),
Freezer (suhu -20˚C, merk Sharp), sterilized chamber, analitic weigher, vibrator,
For maintenance on rat, there are several materials like plastic den with size 75
cm x 50 cm x 25 cm were covered with gauze and chaff, drink bottle was placed in its
den, and scales to weigh the rat. For anesthesia, dysposible syringe was used with size
1 ml as much as 1 piece for Ketamin fluid each rats and 1 syringe for fluid Novalgin fluid
each rats. For pulp capping preparation on rats, there are several materials used, such
as dysposible syringe ukuran 1 ml sebanyak 1 buah untuk cairan ketamin tiap tikus,
spuit 5 ml, pinset, cotton pelet, round diamond bur diameter 0,46 mm, handpiece low
speed contra angel, mikromotor, lup, paper point steril, sonde lurus, sonde half moon,
glass lab, chip blower, spatula GIC, filling instrumen plastik, celluloid strip, mixing pad.
Material of Research
Chitosan, ketamin untuk pembiusan pada saat ekstraksi gigi, eter buatan
Brataco Chemica untuk pembiusan pada saat dekaputas tikus, larutan buffer formalin
10% (pH 7,4) untuk fiksasi sediaan, pellet untuk makanan tikus, alkohol 70% untuk
dehidrasi, EDTA 10% tanpa sodium untuk dekalsifikasi, aquadestilata, etanol, xylol,
Phosphat Buffered Saline (PBS) steril, dentin conditioner, 0,9 natrium klorit, GIC tipe IX.
Methode
This study uses a pure experimental design (true experimental design) in the
laboratory by in vivo using Randomized Post Test Only Controlled Group Design.
Research Variables
In this study, two variables were used, the independent variables and the
dependent variables. The independent variables are giving chitosan, Ca(OH) 2. While
odontoblast cell.
Sample
Samples were selected based on some criteria. The inclusion criteria are male, age 3-5
months, weight 200-500 grams, and healthy, characterized by active movement, clear
eyes, and thick and shiny fur. The exclusion criteria are rats that had never been used in
previous study and their condition decline or died during the study.
Location
Procedur
kandang yang terbuat dari bak plastik. Tutup kandang dibuat dari anyaman
kawat.
Pembuatan Chitosan
oven. Kemudian diblender sampai halus lalu disaring dengan saringan partikel
b. Lalu hasil cangkang rajungan yang halus, demineralisasi pada suhu 25-30°C
dengan larutan HCl 37% 1 M 1 : 10 (gr serbuk/ml HCl) diberi sedikit demi sedikit
sambil diaduk selama 120 menit kemudian didinginkan. Kemudian disaring dan
untuk diambil endapannya dan dikeringkan dengan Oven Fisher Scientific 600C.
d. Deasetilasi kitin menjadi chitosan dengan melarutkan crude kitin dalam larutan
NaOH konsentrasi 50% (berat) pada suhu 100°C sambil diaduk kecepatan
konstan 500 rpm perbandingan solid/liquid = 1 : 15, dan waktu kontak 45 menit.
Pemilihan konsentrasi NaOH 50% disebabkan oleh pada kondisi tersebut reaksi
hidrolisis amida dan pemutusan ikatan antara gugus asetil dengan atom
dihasilkan telah memenuhi spesifikasi (derajat deasetilasi > 50%) atau belum.
diberikan 40 ml/kgBB.
e. Isolasi daerah kerja pada area sekitar gigi molar posterior pada sisi bukal
mengontrol perdarahan.
a. Aplikasi bahan pulp capping eugenol untuk kelompok kontrol negatif; MTA
blower.
Menutup kavitas yang sebelumnya telah diisi dengan bahan pulp capping
dengan GIC tipe IX. Fungsinya agar bahan pulp capping tersebut rapat dan
dapat bertahan lama dirongga mulut. Manipulasi GIC Tipe IX dengan cara
diaduk di atas mixing pad dengan spatula GIC dan diaplikasikan merata diatas
kavitas.
Pembedahan rahang tikus
Pembedahan rahang dilakukan pada hari ke-30. Tikus dianastesi total ether.
Setelah tikus dalam kondisi tidak sadar lalu dilakukan pembedahan rahang atas
tikus yang sudah diberi perlakuan. Pengambilan rahang atas dimulai dengan
membuka akses dari kulit kepala atas. Lalu memotong rahang atas dengan pisau
disekitarnya.
terfiksasi. Rahang yang telah diambil direndam dalam 10% neutral buffered
EDTA selama 30 hari untuk melunakan rahang dan gigi molar sehingga
mineral.
dilakukan deparafinasi
dp 40. Parameter berikut dianalisis: ada atau tidak adanya dentin jembatan dan
Data Analysis
histologi PA gigi molar tikus. Data-data tersebut diambil setelah dilakukan pembedahan
rahang pada hari ke-14 dan 21.To test statistically whether there is a significant
differences in any variable observation based treatment group and the control group
and observation time, the data were analyzed using one way ANOVA test and
Correlation-Regression Test. Apabila distribusi data normal dan varian homogen, maka
digunakan uji one way Anova karena memakai lebih dari dua kelompok uji. Selanjutnya
dilakukan uji Post Hoc Tukey sebagai lanjutan One Way Annova. Apabila data tidak
berdistribusi normal atau varian data tidak homogen, maka dilakukan uji Kruskal-Wallis.
Kemudian dilakukan uji Mann Whitney sebagai lanjutan uji Kruskal-Wallis. Uji
Result
dihasilkan telah memenuhi spesifikasi (derajat deasetilasi > 50%) atau belum.
Pengujian kitosan dilakukan dengan metode FTIR (Fourier Transform Infra Red).
= 100 – 46 = 54 %
Hal ini menunjukan bahwa rajungan yang telah di proses merupakan chitosan.
Perbandingan proliferasi odontoblas dapat dilihat dari hasil histologis kelompok kontrol
Chito-cap 0,5 mg. (B1-B6) Perlakuan Ca(OH)2 . (C1-C6) Perlakuan Chito-cap 0,75 mg.
Setelah dilakukan analisa secara statistic menggunakan Anova diperoleh hasil bahwa :
terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) proliferasi sel odontoblas yang dilapik Chito-
dari diferensiasi odontoblas. Dilihat dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
bermakna (p<0,05) ketebalan dentin reparatif sel odontoblas yang dilapik (C) Chito-cap
Setelah dianalisa secara statistik diperoleh hasil bahwa pembentukan dentin reparatif
reparatif. Sedangkan pelapikan Ca(OH)2 sel odontoblas masih dalam proliferasi, dan
pembentukan dentin reparatif lebih lambat. Maka, dalam penelitian ini terbukti bahwa
kevitalannya.
Conclusion
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
This study demonstrates that chitosan can positively affect the proliferation and
The maximum effect was seen with the chitosan dosage of 0.75 mg on the 21st day.
Acknowledge
1. Penelitian ini dilanjutkan dengan penelitian secara in vitro sebagai uji klinis.
pulpcapping.
Reference
Baum, Lloyd, Ralph W. Phillips, dan Melvin R. Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi
Cohen S. Diagnostic procedures. In: Cohen S, Burns RC. 2000. Pathway of the pulp. 3rd
Dammaschke, T. 2010. Rat molar teeth as a study model for direct pulp capping.
Horst et al. 2009. TGF-β1 Inhibits TLR-mediated Odontoblas Responses to Oral Bacteria.
following pulp capping. Journal of Dentistry Vol 30, Issues 7–8, September–November,
pages 297–304.
Smith, AJ. 2003. Vitality of the dentin-pulp complex in health and disease: growth
Stanley HR. 1998. Criteria for standardizing and increasing credibility of direct pulp