Vous êtes sur la page 1sur 33

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT Disusun Oleh : M11.01.0015 Satya Putra Lencana
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MADANI YOGYAKARTA 2012 LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT A. PENGERTIAN CAIRAN Cairan adalah volume air bisa berupa
kekurangan atau kelebihan air. Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi
guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri
dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan
intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal,
terdiri dari cairan tubuh total. Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total : 1. Cairan
Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah. Plasma darah. 2. Cairan
Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura, perikardium, cairan
sendi, cairan serebrospinalis. Merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi
dalam bentuk kelebihan atau kekurangan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. v KONSEP DASAR a. Volume dan Distribusi
Cairan Tubuh 1) Volume cairan Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW)
kira2 60% dari BB pria dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana
makin tua usia maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Contoh: BBL-TBW nya 70-80 %, usia pubertas sampai
dengan 39 th untuk pria 60% dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB. Usia 45-60 th untuk pria
usia 55% dari BB dan wanita 47 % dari BB. Usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan
wanita 46 % dai BB. Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita
lebih banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria. 2) Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan ekstraselular.
Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan Cairan Ekstraseluler (CES)
20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (Cairan Intravaskuler) 5%, Cairan Interstisial CIT
(Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler (CTS) (misalnya cairan
cerebrospinalis, sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3
%. b. Fungsi Cairan 1) Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh. 2)
Transport nutrient ke sel 3) Transport hasil sisa metabolism 4) Transport hormone 5) Pelumas
antar organ 6) Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler. c.
Keseimbangan Cairan Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500
ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml,
dan kulit 600-800 ml. d. Pergerakan Cairan Tubuh Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui
3 proses yaitu ; 1) Difusi Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dala cairan bergerak
rai konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didisfusikan menembus membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran moleku,
konsentrasi larutan, dan temperature. 2) Osmosis Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti
air, melalui membrane semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
kkonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik. 3) Transpor aktif Merupakan proses
partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti
pompa jantung. e. Pengaturan Keseimbangan Cairan 1) Rasa dahaga Mekanisme rasa dahaga : a)
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi
angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang
bertanggungjawab terhadap sensasi haus. b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi
penigkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi
rasa dahaga. 2) Anti Diuretik Hormon (ADH) ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisisi dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan rearbsorbsi air pada
duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air. 3) Aldosteron Hormone ini disekresi
oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absrsorsi natrium.
Pelepasan aldosteron dirangsang konsentrasi kalium, natrium serum dan system angiotensin
rennin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia. 4) Prostaglandin Adalah asam
lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespn radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan mobilitas gastro intestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin bereran mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada ADH. 5)
Glukokortikoid Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan
cairan (volume darah). f. Cara Penularan Cairan Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ
seperti : 1) Ginjal a) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari. b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam c) Pada orang
dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari. d) Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan
Aldosteron. 2) Kulit a) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima
rangsang aktivitas kelenjar keringat b) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperature lingkungan yang meningkat dan demam. c) Disebut Insensible Water
Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam. 3) Paru – paru a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari b)
Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman
nafas akibat pergerakan atau demam. 4) Gastrointestinal a) Dalam kondisi normal cairan yang
hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 200 ml. b) Perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap
kenaikan suhu 1O C. g. Masalah keseimbangan cairan 1) Hipovolemik Adalah kondisi akibat
kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH
dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi
dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan
kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan brat badan akut , mata cekung
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya penurunana jumlah air mata. 2)
Hipervolemia Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat : a)
Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air b) Fungsi ginjal abnormal, dengan
penurunan ekskresi natrium dan air c) Kelebihan pembarian cairan d) Perpindaha CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat, asietes, edema, adanya
ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop. h. Ketidakseimbangan asam basa 1)
Asidosis respiratorik Disebabkan karena kegagalan system pernafasan dalam membuang CO2
dari cairan tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg dengan
penurunan pH < 7,35. Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan
aktivitas pusat pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll). 2) Alkalosis
respiratorik Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih tinggi
dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH > 7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia
dan emboli paru. 3) Asidosis metabolic Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau
kehilangan basa. pH arteri < 7,35, HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt. Gejala ; pernafasan
kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma. 4) Alkalosis metabolic Disebabkan oleh
kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat
> 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45. Penyebab : mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO3
antasid, soda kue) untuk mengatasi ulkus peptikumatau rasa keembung. Gejala : apatis, lemah,
gengguan mental, kram dan pusing Perbandingan antara Bikarbonat, pH dan PaCo2 pada
gangguan asam basa sederhana dapat dilihat pada table di bawah ini : Gangguan Asam Basa
HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2 As. Metabolik Alk. Metabolik As. Respiratorik Alk.
Respiratorik Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan Berat Badan. NO UMUR BB (KG) CAIRAN
(ML/24 JAM) 1 3 hari 3,0 250 – 300 2 1 tahun 9,5 1150 – 1300 3 2 tahun 11,8 1350 – 1500 4 6
tahun 20 1800 – 2000 5 10 tahun 28,7 2000 – 2500 6 14 tahun 45 2200 – 2700 7 18 tahun
(Adult) 54 2200 - 2700 B. PENGERTIAN ELEKTROLIT Elektrolit adalah substansi yanag
menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
Pengaturan elektrolit a. Natrium (sodium) 1) Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada
Cairan Ekstrasel (CES) 2) Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan
kontraksi otot. 3) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt. b. Kalium (potassium) a) Merupakan kation utama dalam
CIS b) Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. c) Diperlukan untuk
pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam basa, karena ion K+
dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt. c. Kalsium a) Berguna
untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan darah serta pembentukan
tulang dan gigi. b) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. c)
Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. d)
Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang. d. Magnesium a) Merupakan
kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. b) Sangat penting untuk aktivitas enzim,
neurocemia, dn muscular excibility. Nilai normalnya 1,5-2,5 mEq/lt. e. Klorida a) Terdapat pada
CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt. f. Bikarbinat a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam
tubuh dan terdapat pada cairan CES dan CIS. b) Bikarbonat diatur oleh ginjal. g. Fosfat a)
Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan
neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan pengaturan asam basa. c) Pengaturan oleh hormone
paratiroid 2. Gejala klinis kekurangan elektrolit : a. Haus b. Anoreksia c. Perubahan tanda-tanda
vital d. Lemas atau pucat e. Anak rewel f. Kejang-kejang g. Kulit dingin h. Rasa malas C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT 1. Usia Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism
yang diperlukan dan berat badan. 2. Temperature lingkungan Panas yang berlebihan
menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30
g/hari. 3. Diet Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses
ini menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler. 4. Stres Stres dapat
menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini
dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine. 5. Sakit Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan
jantung, gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan. D. CARA MENGHITUNG
INFUS Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit) Tetesan / menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3 Atau tetesan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan Lama
infuse (jam) x 60 menit Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada
label infuse (10 per menit, 15 per menit, 20 tetes per menit). Anak Tetesan / menit (mikro) =
Jumlah cairan yang masuk Lamanya infuse (jam) E. PENATALAKSANAAN 1.
Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar.
Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit. 2.
Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan
elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien. Untuk diare sedang, akibat sumber non
infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga
diberikan untuk menurunkan motilitas. 3. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat
infeksius telah teridentifiksi atau bila diare sangat berat. 4. Terapi cairan intra vena mungkin
diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak kecil dan lansia. ASUHAN
KEPERAWATAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT A. PENGKAJIAN Tanggal :
Jam : Ruang : BIODATA a. Identitas klien Nama : Ttl : Umur : Jenis kelamin : Alamat : Agama
: Suku : Pendidikan : No. CM : Tgl masuk : Tgl pengkajian : Sumber informasi : Diagnosa medis
: b. Identitas penanggung jawab Nama : Jenis kelamin : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Agama :
Status perkawinan : Alamat : Kewarganegaraan : Hub. dengan klien : RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan cairan dan
elektrolit antara lain: nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia,
borborigmi, distensi abdomen, perasaan rektal penuh, fefes keras dan berbentuk, kaleatihan
umum, sakit kepala, tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah, konstipasi,
inkontenensia defekasi, diare. · Konstipasi Yaitu penurunan pada frekuensi normal defekasi yang
disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan atau pengeluaran feses yang
keras, kering dan banyak · Inkontenensia Defekasi Perubahan pada kebiasaan defekasi normal
yang dikarakteristikan dengan pasase feses involunter. · Diare Adalah pasase feses yang lunak
dan tidak berbentuk. b. Riwayat kesehatan sekarang Ditanyakan / menjelaskan kronologi
berjalannya penyakit pasien : 1) Waktu terjadinya sakit Ditanyakan : · Berapa lama sudah
terjadinya sakit 2) Proses terjadinya sakit Ditanyakan : · Kapan mulai terjadinya sakit ·
Bagaimana sakit itu mulai terjadi 3) Upaya yang telah dilakukan Ditanyakan : · Selama sakit
sudah berobat kemana · Obat-obatan yang pernah dikonsumsi 4) Hasil pemeriksaan sementara /
sekarang Yang perlu dikaji dan ditanyakan : · TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik
rate, dan nadi · Adanya patofisiologi lain seperti saat dipalpasi adanya nyeri abdomen, sakit
kepala, kram,. · Apakah merasa mual, muntah, anoreksia dsb. c. Riwayat kesehatan terdahulu
Ditanyakan: 1) Pengobatan saat ini dan masa lalu 2) Alergi terhadap obat dan makanan 3)
Tempat tinggal / lingkungan d. Riwayat kesehatan keluarga Ditanyakan : 1) Apakah ada anggota
keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. 2) Adakah riwayat penyakit
keturunan dalam keluarga e. Genogram Dikaji : 1) Jumlah anggota keluarga 2) Garis keturunan /
silsilah keluarga 3) Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan paien 4) Anggota keluarga
lain yang mengalami sakit yang sama dengan pasien 5) Anggota keluarga yang berpotensi
memiliki penyakit menular. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON) a. Persepsi terhadap
kesehatan – manajemen kesehatan 1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit · Apakah pasien
mengetahui penyakitnya, cara perawatannya dan cara pengobatannya. 2) Perilaku untuk
mengatasi masalah kesehatan · Apa yang dilakukan jika pasien sakit, bagaimana cara untuk
mengobati penyakitnya. 3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan Perlu ditanyakan :
· Apakah pasien minum – minuman beralkohol · Sering merokok b. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas yang didasarkan pada skala 0 sampai 4, meliputi makan, mandi
berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga. c. Pola
istirahat tidur Ditanyakan : 1) Jam berapa biasa pasien mulai tidur dan bangun tidur 2)
Sonambolisme 3) Kualitas dan kuantitas jam tidur d. Pola nutrisi - metabolic Ditanyakan : 1)
Berapa kali makan sehari 2) Makanan kesukaan 3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit 4)
Frekuensi dan kuantitas minum sehari e. Pola eliminasi Dikaji : 1) Frekuensi dan kuantitas BAK
dan BAB sehari 2) Nyeri 3) Kuantitas f. Pola kognitif perceptual Adakah gangguan penglihatan,
pendengaran (Panca Indra) g. Pola konsep diri 1) Gambaran diri 2) Identitas diri 3) Peran diri 4)
Ideal diri 5) Harga diri h. Pola koping Ditanyakan : 1) Cara / metode pemecahan dan
penyelesaian masalah 2) Hasil koping dari metode yang dilakukan i. Pola seksual – reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminnya. j. Pola peran hubungan 1) Hubungan
dengan anggota keluarga 2) Dukungan keluarga 3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
k. Pola nilai dan kepercayaan 1) Persepsi keyakinan 2) Tindakan berdasarkan keyakinan
PEMERIKSAAN FISIK a. Data klinik, meliputi: 1) Pengukuran Klinik a) Berat Badan
Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan asam basa
cairan : + 2 % : ringan + 5 % : sedang + 10 % : berat Pengukuran berat badan dilakukan setiap
hari pada waktu yang sama b) Keadaan Umum 1) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah,
suhu dan pernafasan 2) Tingkat kesadaran c) Pengukuran pemasukan cairan 1) Cairan oral ; NGT
dan oral 2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV 3) Makanan yang cenderung mengandung
air 4) Irigasi kateter atau NGT d) Pengukuran pengeluaran cairan 1) Urine : volume,
kelernihan/kepekatan 2) Fesef : jumlah dan konsisten 3) Muntah 4) Tube drainase 5) IWL e)
Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya + 200 cc 2) Data hasil pemeriksaan
yang mungkin ditemukan: a) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa. b) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan
bunyi jantung. c) Mata : cekung, air mata kering. d) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan
sensorik, tingkat kesadaran. e) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-untah dan bising usus. b. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parental) c. Tanda umum masalah elektrolit d. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan e. Proses
penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit. f. Pengobatan tertentu
yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan g. Status perkembangan seperti usia atau
situasi social h. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan elektrolit, b. Darah lengkap, c. pH, d. Berat
jenis urin, e. AGD.( Analisa Gas darah) B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Aktual / Resiko
defisit Volume Cairan Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan
pada ekstraseluler (CES) dan Vaskuler (CIV). Ø Berhubungan dengan : a. Kehilangan cairan
secara berlebihan b. Berkeringant secara terus menerus c. Menurunnya intake oral d. Penggunaa
diuretic e. Pendarahan Ø Ditandai dengan : a. Hipotensi b. Takhikardia c. Pucat d. Keklemahan
e. Konsentrasi urin pekat Ø Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Penyakit Addison b.
Koma c. Ketoasidosis pada disbetik d. Pendarahn gastrointestinal e. Muntah diare f. Intake cairan
tidak adekuat g. AIDS h. Pendarahan i. Ulcer kolon Ø Tujuan yang diharapkan : a.
Mempertahnkan keseimbangan cairan b. Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti
output adekuat, tekanan darah normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik. c. Secara
verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi. NO INTERVENSI
RASIONAL 1 Ukur dan catat setiap 4 jam : · Intkae dan output cairan · Warna muntahan, urine
dan feses · Monitor turgor kulit · Tanda – tanda vital · Monitor IV infuse · CVP · Elektrolit,
BUN, hematokrit dan Hb · Status mental · Berat badan Menentukan kehilangan makan dan
minum 2 Berikan makanan dan cairan Memenuhi kebutuhan makan dan minum 3 Berikan
pengobatan seperti antidiare dan antimuntah Menurunkan pergerakan usus dan muntah 4 Berikan
dukungan verbal dalam pemberian cairan Meningkatkan konsumsi yang lebih 5 Lakukan
kebersihan mulut sebelum makan Meningkatkan nafsu makan 6 Ubah posisi pasien setiap 4 jam
Meningkatkan sirkulasi 7 Berikan pendidikan kesehatan tentang : · Tanda dan gejala dehidrasi ·
Intake dan output cairan · Terapi Meningkatkan informasi dann kerjasama. 2. Volume cairan
tubuh Definisi: Kondisi diman terjadi peningkatan retensi dan edema Ø Berhubungan dengan : a.
Retensi garam dan air b. Efek dari pengobatan c. Malnutrisi Ø Ditandai dengan : a. Orthopnea b.
Oliguria c. Edema d. Distensi vena jugularis e. Distress pernafasan f. Anasarka g. Edema paru Ø
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Obesitas b. Hipothiroidism c. Pengobatan dengan
kortikosteroid d. Cushings syndrome e. Gagal ginjal f. Sirosis hepatis g. Kanker h. Toxemia Ø
Tujuan yang diharapkan : a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan b.
Menurunkan kelebihan cairan NO INTERVENSI RASIONAL 1 · Ukur dan monitor : · Intake
dan output cairan, BB, tensi, CVP distensi vena, jugularis dan bunyi paru Dasar pengkajian
kardiovaskuler dan respon terhadap penyakit. 2 Monitor rongtgen paru Mengetahui adanya
edema paru 3 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan, obat dan efek pengobatan
Kerjasama disiplin ilmu dalam perawatan 4 Hati – hati dalam pembarian cairan Mengurangi
kelebihan cairan 5 Pada pasien yang bedrest : · Ubah posisi setiap 2 jam · Latihan pasif dan aktif
Mengurangi edeme 6 Pada kluit yang edeme, berikan losion, hindari penekanan yang teruis –
menerus. Mencegah kerusakan kulit 7 Berikan pengetahuan kesehatan tentang : · Intake dan
output cairan · Edema, Berat badan · Pengobatan Pasien dan keluarga mengetahui dan
kooperatif. Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai
penyakit kronik (serosis hati)

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap


LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI A. LATAR BELAKANG Eliminasi
materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk sampah dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan
karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hamper
semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena dan diekskresikan melalui
pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh
primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen,
dan asam. Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume
darah ; jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga
berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin. Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan
beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar
biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan. B. TUJUAN : Untuk mengetahui
konsep eliminasi sampah dan metabolisme tubuh Untuk mengetahui fisiologi proses eliminasi
dalam tubuh Untuk mengetahui gangguan eliminasi urine dalam tubuh Untuk mengetahui
masalah dalam eliminasi fecal Untuk mangetahui proses keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan pada proses eliminasi. A. KONSEP DASAR PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme tubuh. Kebutuhan eliminasi ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal
(BAB/Alvi). Kebutuhan eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa
urin. Miksi (Berkemih) Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : a. Kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan
langkah kedua. b. Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak. Refleks Berkemih Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang
menyertai kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan
garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor
regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior
ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik
dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui
nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf
parasimpatis melalui saraf yang sama ini. Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi
berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti
berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi,
refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi
awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan
peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang
menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang
dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah
beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai melemah
dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari : a. Peningkatan tekanan yang
cepat dan progresif b. Periode tekanan dipertahankan dan c. Kembalinya tekanan ke tonus basal
kandung kemih. Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung
kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa
menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung
kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang
berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini
lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun
akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks
berkemih menjadi makin kuat. B. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN
ELIMINASI FECAL Kebutuhan eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme berupa feses. Susunan feses terdiri dari : a. Bakteri yang umumnya sudah mati b.
Lepasan epitelium dari usus c. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus) d. Garam
terutama kalsium fosfat e. Sedikit zat besi dari selulosa f. Sisa zat makanan yang tidak dicerna
dan air (100 ml) Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fecal a. Usia dan perkembangan :
mempengaruhi karakter feses, control b. Diet c. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000
ml/hari d. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus meningkat. e.
Faktor psikologik f. Kebiasaan g. Posisi h. Nyeri i. Kehamilan : menekan rectum j. Operasi &
anestesi k. Obat-obatan l. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi m.
Kondisi patologis n. Iritan C. FISIOLOGI PROSES ELIMINASI DALAM TUBUH Anatomi
Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih a. Ginjal Ginjal merupakan sepasang organ
berbentuk seperti kacang buncis, berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi
kolumna vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam.
Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Dalam kondisi
normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Setiap
ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar
adrenal terletak dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses
eliminasi urine. Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi oleh
lapisan lemak. b. Ureter Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang memiliki panjang 25-30 cm
dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitonium
untuk memasuki kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter
ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya steril. c. Kandung
kemih Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar :
Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul dan, leher
(kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan
anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih
rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan
bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60
mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain
sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh
karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot
berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera. Pada dinding
posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung kemih, terdapat daerah segitiga
kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung
kemih yang membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki
kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa
kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter,
pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor dan kemudian
melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke
dalam kandung kemih. Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik.
Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal mempertahankan leher
kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung kemih meningkat di
atas ambang kritis. Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang
mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot
lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos.
Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara
sadar untuk menahan miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan
kandung kemih. d. Uretra Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulansi membuat
urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir
kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa
untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra. e.
Persarafan Kandung Kemih Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan
medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf
sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding
kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama
bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir
pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek
kemudian mempersarafi otot detrusor. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain
yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan
melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf
somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung kemih
menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama
berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama
merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa
serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri. Transpor urin dari
ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih. Urin yang keluar dari kandung kemih
mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak
ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis
dan ureter sampai kandung kemih. Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis,
meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan
kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter,
dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter
terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-
neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter. Seperti
halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh
perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis. Ureter memasuki kandung
kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan
secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari
otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian
mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat
selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik
yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang
menembus dinding kandung kemih membuka dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih
kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak selalu
menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung
kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral. Refluks
semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan
di kaliks renalis dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini. f.
Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal. Ureter dipersarafi secara sempurna oleh
serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat (contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang
kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks
simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian
menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan bersifat
penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis ginjal yang ureternya
tersumbat. Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan Secara normal, makanan & cairan masuk
kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya
refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir
diusus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon. Anatomi
fisiologi saluran pencernaan terdiri dari : a. Mulut Gigi berfungsi untuk menghancurkan
makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka
parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan
makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian
kebawah ke dalam lambung. b. Esofagus Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga
bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk
perlindungan. c. Lambung Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar
dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan
adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang
mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan
bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat.
Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini
dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam. d. Usus kecil Usus kecil
(halus) mempunyai tiga bagian : 1) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung 2)
Jejenum atau bagian tengah dan 3) Ileum e. Usus besar (kolon) Kolon orang dewasa, panjangnya
± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari : 1) Sekum, yang berhubungan langsung dengan
usus kecil 2) Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid. 3) Rektum,
10 – 15 cm / 4 – 6 inch. Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan
telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 –
20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat
padat – lunak. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah : 1) Menerima chyme dari lambung dan
mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air,
nutrien, elektrolit dan garam empedu. 2) Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif
sehingga akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan
feses. 3) Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang. f. Anus / anal / orifisium eksternal
Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) dan
eksternal (volunter) Fisiologi Defekasi Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.
Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi
setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum,
saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu : 1) Refleks defekasi
instrinsik Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada
kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus.
Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila
spingter eksternal tenang maka feses keluar. 2) Refleks defekasi parasimpatis Ketika serat saraf
dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali
ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan
gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi
instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang
dengan sendirinya. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan
refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan
tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat
secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses
D. GANGGUAN ELIMINASI URINE Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem
tubuh secara umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine. Gangguan eliminasi urine
kemungkinan disebabkan : (Supratman. 2003) Inkopenten outlet kandung kemih; Penurunan
kapasitas kandung kemih; Penurunan tonus otot kandung kemih; Kelemahan otot dasar panggul.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain : Retensi Retensi Urine ialah
penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk
mengosongkan sendiri. Kemungkinan penyebabnya : a. Operasi pada daerah abdomen bawah. b.
Kerusakan ateren c. Penyumbatan spinkter. d. Tanda-tanda retensi urine : e. Ketidak nyamanan
daerah pubis. f. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih. g. Urine yang keluar dengan
intake tidak seimbang. h. Meningkatnya keinginan berkemih. i. Enuresis Tinusis Ialah keluarnya
kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
a. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal. b. Kandung kemih yang irritable c. Suasana
emosiaonal yang tidak menyenangkan d. ISK atau perubahan fisik atau revolusi. Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah BAK yang tidak terkontrol. Jenis inkotinensis : a. Inkontinensia
Fungsional/urge Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine
karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum
berkemih. Faktor Penyebab: 1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih. 2)
Penurunan tonur kandung kemih 3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas 4) Lingkungan 5)
Lanjut usia. b. Inkontinensia Stress Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami
pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen. Faktor Penyebab : 1)
Inkomplet outlet kandung kemih 2) Tingginya tekanan infra abdomen 3) Kelemahan atas peluis
dan struktur pengangga 4) Lanjut usia. c. Inkontinensia Total Inkotinensia total ialah keadaan
dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab : 1) Penurunan Kapasitas kandung kemih. 2) Penurunan isyarat kandung kemih
3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih 4) Penurunan tonus kandung kemih 5) Kelemahan
otot dasar panggul. 6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih d. Inkontenensia
Dorongan Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluarana urin tanpa sadar, terjadi
setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih Penyebab : a. Penurunan kapasitas kandung
kemih b. Infeksi saluran kemih c. Minum alcohol atau kafein d. Penigkatan cairan e. Peningkatan
konsentrasi urine f. Distensi kandung kemih yang berlebihan. e. Inkontenensia reflex Adalah
keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada
interval yang dpat di[perkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis) Tanda-tandanya : 1) Tidak ada
dorongan utnuk berkemih 2) Merassa bahwa kandung kemih penuh 3) Kontraksi atau spasme
kandung kemih tidak dihambat pada intervalteratur. Enuresis Adalah ketidaksanggupan menahan
kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna.
Enuresis terjadi pada anak-anak atau orang ngompol. Penyebab enuresis : a. Kapasitas vesika
urinaria lebih besar dari kondisi normal. b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda
dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun
tidur untuk ke kamar mandi. c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat
menampung urin dalam jumlah besar. d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
(misalnya persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orant tua). e. Orang tua yang
mempunya pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaanya tanpa dibantu untuk
mendidiknya. f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik neurologis system perkemihan g.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas. h. Anak yang
takut jalan gelap untuk ke kamar mandi E. PERUBAHAN POLA BERKEMIH Frekuensi Yaitu
meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. Biasanya terjadi pada cystitis,
stress, dan wanita hamil. Urgency Yaitu perasaan ingin berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinkter untuk mengontrol berkurang. Disuria Yaitu adanya rasa sakit
atau kesulitan dalam berkemih, misalnya pada ISK, trauma, dan striktur uretra. Poliuria Yaitu
produksi urin melebihi batas normal, tanpa meningkatnya intake cairan misalnya pada pasien
DM. Urinari Suppresion Yaitu keadaan yang mendesak dimana produksi urine sangat kurang.
Keadaan dimana ginjal tidak dapat memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria = Urin < 100
ml/24 jam Oliguria = Urin 100 – 1500 ml/24 jam F. GANGGUAN ELIMINASI FECAL
Konstipasi Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,
sehingga banyak air diserap. Penyebabnya : a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk,
bermain, pindah tempat, dan lain-lain b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging,
telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang c. Meningkatnya stress psikologik.
Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama. d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat
besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga
refleks BAB hilang. e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi. f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada
spinal cord dan tumor. g. Impaction Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,
sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah,
bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum. Diare Diare merupakan
buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal
melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan
yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan buang air besar (BAB). Inkontinensia fecal Yaitu
suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya
banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler,
trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien
sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat. Flatulens Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol. Hemoroid Yaitu dilatasi
pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada
defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat
terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien,
karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi. ASUHAN
KEPERAWATAN KEBUTUHAN ELIMINASI A. PENGKAJIAN Tanggal Masuk : Jam : No.
CM : Tanggal Pengkajian : Jam : Diagnosa Medis : BIODATA a. Identitas klien Nama : Tempat
Tanggal Lahir : Umur : Jenis kelamin : Agama : Pendidikan : Pekerjan : Suku / Bangsa : Status :
No. CM : Alamat : b. Identitas penanggung jawab Nama : Tempat Tanggal Lahir : Umur : Jenis
kelamin : Agama : Pendidikan : Pekerjaan : Suku / Bangsa : Status : Alamat : Hub.dg klien :
RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan utama Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB
lebih dari 3 x, konstipasi, impaksi, diare dan sebagainya. Konstipasi merupakan gejala, bukan
penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejang. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena
feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Penyebabnya : Kebiasaan
BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain Diet tidak
sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan
kurang Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama. Obat-
obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif
menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang. Usia, peristaltik
menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi. Penyakit-
penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor. Impaction
merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum
tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan
pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia,
kembung/kram dan nyeri rektum. b. Riwayat penyakit sekarang Perlu dikasi warna BAB
(kuning, kuning kehijauan, hijau), bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Tentukan
konsistensinya (encer,padat), tentukan frekuensinya (> 3 kali sehari). Perlu dikaji waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7 hari ( diare berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).
Waktu terjadinya sakitKapan mulai terjadi konstipasi/diare dan seberapa sering atau
frekuensinya yang dirasakan, Ø Proses terjadinya sakit Perlu dikaji bagaiamana proses dapat
terjadinya konstipasi/diare, dan kapan mulai terjadinya. Ø Upaya yang telah dilakukan selama
sakit Ø Hasil pemeriksaan sementara / sekarang c. Riwayat penyakit dahulu. Perlu dikaji apakah
pasien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK,
OMA campak. d. Riwayat kesehatan keluarga. Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
mengalami sakit seperti pasien sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah mengalami
penyakit seperti saat ini. e. Riwayat kesehatan lingkungan klien Perlu dikaji penyimpanan
makanan, apakah pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal. f.
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan 1) Pertumbuhan Ø Kenaikan BB karena umur 1 –3
tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. Ø
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. Ø
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 – 16 buah Ø Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. 2) Perkembangan
Ø Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud. Fase anal : Pengeluaran tinja
menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic,
mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra
dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain). Ø Tahap
perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame and doundt.
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak. Ø Gerakan kasar dan
halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun : · Berdiri dengan
satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK) · Meniru membuat garis lurus (GH) ·
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK) · Melepasa pakaian sendiri (BM) g.
Genogram Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas
hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan
manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia serta
pasien yang sakit. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON) a. Persepsi Terhadap Kesehatan
– Manajemen Kesehatan 1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit
dan selam sakit 2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan selam
sakit 3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan b. Pola Aktivitas Dan Latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat
tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga, serta berikan keterangan skala dari 0 – 4 yaitu : 0 :
Mandiri 1 : Di bantu sebagian 2 : Di bantu orang lain 3 : Di bantu orang dan peralatan 4 :
Ketergantungan / tidak mampu Aktifitas 0 1 2 3 4 Makan √ Mandi √ Berpakaian √ Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √ Berpindah √ Ambulansi √ Naik tangga √ c. Pola Istirahat Tidur
Ditanyakan : 1) Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur 2) Sonambolisme 3) Kualitas dan
kuantitas jam tidur d. Pola Nutrisi - Metabolic Ditanyakan : 1) Berapa kali makan sehari 2)
Makanan kesukaan 3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit 4) Frekuensi dan kuantitas minum
sehari e. Pola Eliminasi 1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari 2) Nyeri 3) Kuantitas f.
Pola Kognitif Perceptual Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra) g. Pola
Konsep Diri 1) Gambaran diri 2) Identitas diri 3) Peran diri 4) Ideal diri 5) Harga diri h. Pola
Koping Cara pemecahan dan penyelesaian masalah i. Pola Seksual – Reproduksi Ditanyakan :
adakah gangguan pada alat kelaminya. j. Pola Peran Hubungan 1) Hubungan dengan anggota
keluarga 2) Dukungan keluarga 3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat. k. Pola Nilai Dan
Kepercayaan 1) Persepsi keyakinan 2) Tindakan berdasarkan keyakinan PEMERIKSAAN FISIK
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar, b. Keadaan umum : Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun. Tekanan darah mmHg, suhu tubuh …◦C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit
(regular), GCS :E=.. M=… Vapasia. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ; tidak
diketahui, hasil pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg). c. Kepala : Ubun-ubun tak teraba
cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih d. Mata : Cekung, kering, sangat
cekung e. Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum f. Sistem Pernafasan : Dispnea,
pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan) g. Sistem
kardiovaskuler : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang . h. Sistem
integumen : Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat,
akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal. i. Sistem perkemihan : Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit. Perlu dikaji : Pola berkemih : Pada orang-orang untuk
berkemih sangat individual. Frekuensi : Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu
bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang
biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu
makan. Volume : Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi. Usia Jumlah / hari : Hari
pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml
Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250–400 ml Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml 1–3
tahun 500–600 ml 3–5 tahun 600–700 ml 5–8 tahun 700–1000 ml 8–14 tahun 800–1400 ml 14
tahun-dewasa 1500 ml Dewasa tua 1500 ml / kurang Jika volume dibawah 500 ml atau diatas
300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor. j. Dampak hospitalisasi :
Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium : · feses kultur : Bakteri,
virus, parasit, candida · Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi · AGD :
asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun ) · Faal
ginjal : UC meningkat (GGA) b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni TERAPI a.
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 – 1 mg /
kg BB/hari b. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide c. antibiotik : bila penyebab
jelas, ada penyakit penyerta B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive C. PERENCANAAN
(INTERVENSI) NoDP Tujuan Outcome (NOC) Intervensi (NIC) 1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil : Ø Tanda vital dalam batas normal
(N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) Ø Turgor elastik , membran mukosa bibir
basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. Ø Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali
perhari Keterangan : 1 : Selalu menunjukkan. 2 : Sering menunjukkan. 3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan. 5 : Tidak pernah menunjukkan. Fluid Management : Ø Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat Ø Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan Ø Monitor hasil lab yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein ) Ø Monitor vital sign setiap
15menit – 1 jam Ø Kolaborasi pemberian cairan IV Ø Monitor status nutrisi Ø Berikan cairan
oral Ø Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam) Ø Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan Ø Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Ø Atur
kemungkinan tranfusi Ø Persiapan untuk tranfusi Ø Pasang kateter jika perlu Ø Monitor intake
dan urin output setiap 8 jam Ø Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Ø Pantau
intake dan output Ø Timbang berat badan setiap hari Ø Anjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr Ø Kolaborasi : · Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit
(Na, K,Ca, BUN) · Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur · Obat-obatan :
(antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama…x24 jam diharapkan pasien dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil : - Nafsu makan meningkat - BB meningkat
atau normal sesuai umur Keterangan : 1 : Tdk prnh menyebutkan. 2 : Jarang menyebutkan. 3 :
Kadang menyebutkan. 4 : Sering menyebutkan. 5 : Selalu menyebutkan. Setelah dilakukan
tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi Ø Diskusikan dan
jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau
dingin) Ø Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat Ø Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan Ø Monitor intake dan out put dalam 24 jam Ø Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
· Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu · obat-obatan atau vitamin ( A) 3 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan resiko peningkatan suhu
tubuh dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil : Ø Suhu tubuh dalam batas normal (
36-37,5 C) Ø Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa) Keterangan :
1 : Tidak memerlukan bantuan. 2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat 3 : Membutuhkan
bantuan oarang lain. 4 : Membutuhkan bantuan alat. 5 : Mandiri penuh. Stelah dilakukan
tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Ø Monitor suhu
tubuh setiap 2 jam Ø Berikan kompres hangat Ø Kolaborasi pemberian antipirektik 4 Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan resiko gangguan
integritas kulit perianal dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil : Ø Tidak terjadi
iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga Ø Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan
perianal dengan baik dan benar Keterangan : 1 : Selalu menunjukkan. 2 : Sering menunjukkan. 3
: Kadang menunjukkan. 4 : Jarang menunjukkan. 5 : Tidak pernah menunjukkan. setelah
dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu Ø
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur Ø Demontrasikan serta libatkan
keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) Ø
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam 5 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien dengan Kecemasan anak dapat melakukan
aktivitasnya dengan criteria hasil : Ø Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang
dan tidak rewel Keterangan : 1 : Selalu menunjukkan. 2 : Sering menunjukkan. 3 : Kadang
menunjukkan. 4 : Jarang menunjukkan. 5 : Tidak pernah menunjukkan Setelah dilakukan
tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi Ø Libatkan keluarga dalam
melakukan tindakan perawatan Ø Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS Ø Berikan
pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan Ø Lakukan kontak sesering
mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll) Ø
Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak DAFTAR PUSTAKA Perry, Potter. 2005.
Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC Perry, Potter. 2005. Fundamental
keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002).
Update In Neuroemergencies. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. Bullock, Barbara (2000). Focus on
pathophysiology. Philadelphia. Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing,
Clinical Managemen

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

khairunnazar
Selasa, 10 Maret 2015
LAPORAN PENDAHULUAN KDM NUTRISI (lengkap)

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NUTRISI
Disusun oleh :

MUH KHAIRUNNAZAR
010113a074

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(NUTRISI)
A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rectum dan anus.
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan
saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam
faring, dimana makanan bergerak ke esophagus bagian atas dan kemudian ke bawah
ke dalam lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari
otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput
mukosa yang mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan
adanya peristaltic, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot
yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada
saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang
peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang
disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-
rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan
adalah 2sampai 6 jam.
d. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira
6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari rectum, colon dan rectum yang
kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dengan diameter
kira-kira 6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat)
dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses
di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12
jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3 bagian yaitu, pertama houstral shuffing adalah
gerakan mencampur chyme untuk membantu mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl
yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang colon, ketiga
gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Makanan yang
sudah melewati usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah
chime yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
e. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60 inch, terdiri
dari :Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus halus. Kolon terdiri dari kolon
asenden, transversum, desenden dan sigmoid. Rektum, 10-15 cm/ 4-6 inch.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
1. Absorbsi air dan nutrient
2. Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding
usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
3. Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
4. Anus/ anal/ orifisium eksternal
Panjangnya kurang lebih 2,5-5 cm atau 1-2 inch, mempunyai 2 spingter yaitu internal
(involunter) dan eksternal (volunter). Panjang rectum bervariasi, sesuai dengan usia :
Bayi : 2,5-3,8 cm
Toddler : 4 cm
Pra sekolah : 7,6 cm
Sekolah : 10 cm
Dewasa : 10-15 cm

2. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa.
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur
proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi (suitor & hunter, 1980)
adalah untuk memberikan energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur
kerangkadan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya enyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Gizi adalah substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan
dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (kozier,2004)
3. Komponen-Komponen Nutrient
1. Air
Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi
(potter & perry, 1992). Individu dewasa dapat kehilangan cairan kurang lebih 2-3 liter
per hari melalui keringat, urin, dan pernapasan.
Air memiliki peranan yang besar bagi tubuh. Selain sebagai komponen penyusun
sel yang utama, air juga berperan dalam menyalurkan zat-zat makanan menuju sel.
Fungsi air bagi tubuh sendiri adalah untuk membantu proses/ reaksi kimia dalam tubuh
serta berperan dalam mengontrol temperatur tubuh. Tidak ada satupun organ tubuh
yang mampu berfungsi tanpa air.
2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama. Setiap 1g karbohidrat menghasilkan
4 kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan
jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa, pecahan energi
selama masa istirahat atau puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.
Metabolisme karbohidrat mengandung 3 proses, yaitu :
a. Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida dan air disebut glikogenolisis.
b. Anabolisme glukosa terbentuk glikogen disebut glikogenesis.
c. Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut glukoneogenesis.
3. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti jaringan
tubuh. Setiap 1g protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana dari protein adalah
asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan berbentuk hormone dan enzim.
Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh, tetapi harus didapat dari
makanan.
4. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling besar. 1g lemak akan menghasilkan 9
kkal. Lipid adalah lemak yang dapat membeku pada suhu ruangan tertentu, dimana
lipid tersebut terdiri atas trigliserida dan asam lemak. Proses terbentuknya asam lemak
disebut lipogenesis. Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
a. Pernapasan, sirkulasi darah, suhu tubuh, dll.
b. Kegiatan mekanik oleh otot.
c. Aktivitas otak dan saraf.
d. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormon.
e. Sekresi cairan pencernaan.
f. Absorbsi zat-zat gizi disaluran pencernaan.
h.Pengeluaran hasil metabolisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi :
a. Basal Metabolisme meningkat
b. Aktivitas tubuh
c. Faktor usia
d. Suhu lingkungan
e. Penyakit
5. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organic yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan diperlukan
dalam jumlah besar sebagai katalisator dalam proses metabolisme.
Vitamin secara umum diklasifikasikan ke dalam :
a. Vitamin yang dapat larut dalam lemak, yaitu : vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K.
b. Vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B dan vitamin C.
6. Mineral
Mineral dikategorikan menjadi 2 :
a. Macromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah lebih dari 100 mg.
Contohnya : kalsium, phosphor, sodium, potasium, magnesium, klorida, dan sulfur.
b. Micromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinyasejumlah kurang lebih 100
mg.
Contohnya : besi, seng, mangan, iodium, selinium, cobalt, kromium, tembaga, dan
klorida.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


a. Keseimbangan Metabolisme dan energi tubuh
1. Metablisme berarti perubahan yang menyangkut segala transportasi kimiawi serta
energi yang terjadi dalam tubuh.
2. Jumlah energi yang dibebaskan oleh katabolisme zat makanan dalam tubuh sama
dengan energi yang dibebaskan bila zat makanan dibakar di luar tubuh.
3. Energi output = kerja luar + Simpanan energi + Panas
Faktor yang mempengaruhi laju metabolisme adalah :
1. Kerja otot
2. Konsumsi Oksigen
3. Pemberian makanan
4. Lingkungan
b. Dampak gangguan pemasukan nutrisi
Dampak gangguan pemasukan nutrisi tergantung pada macam dan tipe nutrisi
yang meliputi lamanya pemasukan yang inadekuat atau konsumsi yang berlebihan dan
juga umur seseorang.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet :
1) Kebudayaan
2) Agama
3) Kesukaan seseorang terhadap makanan
4) Sikap dan emosi
5) Letak geografi
6) Faktor ekonomi

5. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas konsumsi
nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
a. PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
b. PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 % BB Normal.
c. PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
2. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi ketika sudah
tidak mendapatkan asi. Defisiensi dapat berakibat :
retardasi mental, kemunduran pertumbuhan, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh,
depigmentasi kulit, dermatitis.
3. Marasmus
Sindrom akibat defisiensi kalori dan protein. Defisiensi kalori berkibat : kelaparan,
hilangnya jaringan-jaringn tubuh, BB kurang dari normal, diare. PCM juga dapat terjadi
akibat kurang baiknya penanganan klien selama menjalani proses perawatan di
berbagai fasilitas kesehatan.

PCM yang terjadi di lingkungan fasilitas kesehatan :


a. Status defisiensi Protein
Keadaan defisiensi protein dapat terjadi dalam jangka pendek pada klien yang
mengalami stres berat akibat berbagai gangguan tubuh (pembedahan penyakit akut,
dll)
Tanda klinis : lelah, apatis, edema, kadar protein menurun, penurunan berat badan,
kemunduran otot, wajah tampak tua.
b. Cachexia
Dapat terjadi secara gradual akibat kurangnya intake nutrisi yang adekuat dalam jangka
panjang. Gejala klinis (menyerupai marasmus) : lapar, berat badan menurun drastis,
kemunduran otot, diare.
c. Mixed stated
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami cachexia dan stres yang akut.
Efek dari mixed state dapat berakibat buruk akibat hilangnya nutrisi-nutrisi vital, vitamin,
dan zat besi. Tanda klinis : defisit neurologis, gangguan kulit, gangguan penglihatan.
d. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal (20%-30% >
Normal)
e. Overweight
Suatu keadaan BB 10 % melebihi berat badan ideal.
6. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia
a. Bayi
Pada bayi pencernaan dan absorbsi masih sederhana sampai umur 6 bulan. Kalori
yang dibutuhkan sekitar 110-120 kal/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160-
ml/kg/hari. Bayi sebelum usia 6 bulan pemberian nutrisi yang cocok adalah ASI.
b. Anak Todler dan Pra Sekolah
Kebiasaan yang perlu diajarkan pada usia ini antara lain:
1) Penyediaan makanan dalam berbagai variasi
2) Membatasi makanan manis
3) Konsumsi diet yang seimbang.
4) Penyajian waktu makanan yang teratur.
Kebutuhan kalori pada masing-masingusia:
1) 1 tahun = 100 kkal/hari
2) 3 tahun = 300-500 kkal/hari

c. Anak Sekolah (6-12 tahun)


Usia kalori protein Calcium Fe Vit.A Vit.B1 Vit.C
10-12 1900 60 0,75 8 2500 0,7 25
07-09 1600 50 0,75 7 2500 0,6 25
05-06 1400 40 0,50 6 2500 0,6 25
Tahun kal gram Gram Mg U.I Mg Mg

d. Remaja (13-21 tahun)


Kebutuhan kalori, protein, mineral dan vitamin sangat tinggi berkaitan dengan
berlanjutnya proses pertumbuhan. Lemak tubuh meningkat akan mengakibatkan
obesitas sehingga akan menimbulkan stress terhadap body image.
e. Dewasa Muda (23-30 tahun)
Kebutuhan nutrisi pada masa dewasa muda, selain untuk proses pemeliharaan dan
perbaikan tubuh dari pada pertumbuhan. Kebutuhan nutrisi pada umumnya lebih
diutamakan pada tipe dan kualitas daripada kuantitas.
f. Dewasa (31-45 tahun)
Masa dewasa merupakan masa produktif khususnya terkait dengan aktivitas fisik.
Kebutuhan nutrisi pada masa ini perlu mendapatkan perhatian besar dan harus di
bedakan antara tingkatan pekerjaan.

Kebutuhan gizi untuk orang dewasa berdasarkan tingkat pekerjaan

Keadaan pekerjaan
Unsur Ringan Sedang Berat
Gizi L P L P L P
Kalori 2100 1750 2500 2100 3000 2500
Protein 60 55 65 65 70 70
Kalsium 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Ferum 8 10 8 8 10 8
Vit. A 2500 2500 2500 2500 2500 2500
Vit. B1 1 0,8 1,2 1 1,5 1,5

B. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


A. Pengkajian

1.Pengukuran Anthropometri
a. Berat Badan ideal: (Tinggi Badan-100)±10%
b. Lingkaran Pergelangan tangan
c. Lingkaran lengan atas (MAC/ Mid Aid Cirmumtance)
Nilai normal wanita: 28.5 cm
Nilai normal pria: 28,3 cm
d. Lipatan Kulit pada otot trisep (TSP/Tricep Skin Fold)
Nilai normal wanita: 16,5-18 cm
Nilai normal pria: 12,5-16,5 cm
e. Body massa index = BB(Kg)/ TB(m2)

2.Pengukuran Biochemical (Laboratorium)


a. Albumin (Normal:4-4,5 mg/100ml)
b. Transferin (Normal: 170-250 mg/100ml)
c. Hemoglobin/ Hb (Normal:12 mg%)
d. BUN (Normal: 10-20 mg/100ml)
e. Eskresi kreatinin untuk 24 jam (Normal: laki-laki:0,6-13 mg/100ml, perempuan:0,5-1,0
mg/100ml)

3.Pemeriksaan dengan Clinical sign


a) Riwayat Penyakit
1. Adanya riwayat Berat Badan berlebih atau kurang
2. Penurunan Berat Badan dan Tinggi Badan
3. Mengalami penyakit tertentu
4. Riwayat pembedahan pada system gastrointestinal
5. Anorexia
6. Mual dan muntah
7. Diare
8. Alkoholisme
9. Disabilitas mental
10.Terapi radiasi

b) Riwayat pemakaian obat-obatan


Aspirin, antibiotic, antasida, antidepresa, agen antiimflasi, agen antineoblastik,
digitalis, laksatif, diuretic, natrium klorida, dan vitamin/ preparatnutrien lain.
Pengkajian umum status gizi individu

Area Tanda-tanda normal Tanda-tanda


pengkajian abnormal
Penampilan Gesit, energik, mampu Apatis, lesu, tampak
umum dan beristirahat dengan lelah
vitalitas baik
Berat badan Dalam rentang normal Obesitas,
sesuai dengan usia underweight
dan tinggi badan
Rambut Bercahaya, berminyak Kusam, kering, pudar,
dan tidak kering kemerahan, tipis,
pecah/ patah-patah
Kulit Lembut, sedikit Kering, pucat, iritasi,
lembab, turgor kulit petichie, lemak di
baik subkutan tidak ada
Kuku Merah muda, keras Mudah patah,
berbentuk seperti
sendok
Mata Berbinar, jernih, Konjungtiva pucat,
lembab, konjungtiva kering, exoptalmus,
merah muda tand-tanda infeksi
Bibir Lembab merah muda Kering, pecah-pecah,
bengkak, lesi,
stomatitis, membrane
mukosa pucat
Gusi Merah muda, lembab Perdarahan,
peradangan,
berbentuk seperti
spon
Otot Kenyal ,berkembang Fleksia/ lemah, tonus
dengan baik kurang, tenderness,
tidak mampu bekerja
System Nadi dan tekanan Denyut nadi lebih dari
kardiovaskuler darah normal, irama 100X/ menit, irama
jantung normal abnormal, tekanan
darah rendah atau
tingi
System Nafsu makan baik, Anorexia, konstipasi,
pencernaan eliminasi normal dan diare, flatulensi,
teratur pembesaran liver
System Reflek normal, Bingung, rasa
persarafan waspada, perhatian terbakar, paresthesia,
baik, emosi stabil reflek menurun

4.Dietary History
a. Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan
b. Asupan makan tidak adekuat
c. Diet yang salah atau ketat
d. Kurangnya persediaan bahan makanan selam 10 hari/ lebih
e. Tidak adekuatnya dana untuk penyediaan bahan makanan
f. Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan
g. Tidak adekutanya penyimpanan bahan makanan
h. Ketidakmampuan fisik
i. Lansia yang tinggal dan makanan sendiri

B. Diagnosa Keperawatan dan Tujuan Keperawatan


1.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
a. Penurunan asupan oral, ketidak nyaman pada mulut, mual, muntah
b. Penurunan absorbsi nutrisi
c. Muntah, anorexia, gangguan digesti
d. Depresi, stress, isolasi social

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2 X 24 jam klien dapat


terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Kriteria Hasil:
a. Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah setiap kali makan.
b. Asupan oral dan absorbsi nutrisi kembali normal seperti semula.
c. Tidak ditemui stomatitis.
d. Klien mengatakan perut sudah tidak sakit apabila dimasuki makanan.
e. Klien merasa lebih nyaman.

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Rencana Rasionalisasi


Keperawatan Keperawatan
1.Ketidakseimbangan
Ø Jelaskan perlunya Ø Nutrisi berperan
nutrisi: kurang dari konsumsi karbohidrat, menyediakan sumber
kebutuhan lemak, protein, vitamin, energi, membangun
berhubungan mineral dan cairan jaringan dan
dengan: yang adekuat mengatur proses
a.Penurunan asupan metabolisme tubuh.
oral, Ø Konsultasikan dengan Ø Dengan konsultasi,
ketidaknyamanan ahli gizi untuk kita dapat
pada mulut, mual, menetapkan menentukan metode
muntah kebutuhan kalori harian diet yang memenuhi
b.Penurunan absorbsi dan jenis makanan asupan kalori dan
nutrisi yang sesuai bagi klien nutrisi yang optimal
c.Muntah, anorexia, Ø Diskusikan bersama
gangguan digesti klien kemungkinan Ø Faktor-faktor seperti
d.Depresi, stress, penyebab hilangnya nyeri, kelemahan,
isolasi sosial nafsu makan penggunaan
analgesik, dan
imobilitas dapat
Ø Anjurkan klien untuk menyebabkan
istirahat sebelum anorexia
makan Ø Kondisi yang lemah
lebih lanjut dapat
menurunkan
Ø Tawarkan makanan keinginan dan
dalam jumlah sedikit kemampuan klien
tapi sering anorexia untuk
makanan
Ø Distribusi total asupan
kalori yang merata
sepanjang hari
membantu mencegah
Ø Pada kondisi distensi lambung
menurunnya nafsu sehingga selera
makan, batasi asupan makan mungkin akan
cairan saat makan dan meningkat
hindari mengkonsumsiØ Pembatasan asupan
cairan 1 jam sebelum cairan saat makan
dan sesudah makan membantu mencegah
Ø Dorong dan Bantu klien distensi lambung
untuk menjaga
kebersihan mulut yang
baik
Ø Kebersihan mulut yang
kurang menyebabkan
bau dan rasa yang
Ø Atur agar porsi makan tidak sedap yang
tinggi protein di sajikan dapat mengurangi
saat klien biasanya nafsu makan
merasa lapar Ø Menyediakan
makanan TKTP/
Tinggi Kalori Tinggi
Protein pada saat
klien merasa paling
lapar meningkatkan
kemungkinan klien
untuk mengkonsumsi
kalori dan protein
yang adekuat

D. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan 1 :
1. Menunjukkan peningkatan Berat Badan
2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
Berat Badan
3. Membuat pilihan diet untuk memenihi kebutuhan nutrisi

DAFTAR PUSTAKA
Akper PPNI Solo. 2009. Konsep-Pengkajian-Nutrisi-dan- Cairan. http://askep-akper.
Blogspot.com/2009/06/konsep-pengkajian-nutrisi-=dan-cairan.html.
Dewi Christyawati,Maria.2010.Modul KDM II Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi.Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta
Mubarak, dkk. 2008. Buku Ajar KDM. Jakarta: EKG
Potter and Perry.2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby
Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Diposting oleh khairun nazar di 21.27
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2015 (2)
o ▼ Maret (2)
 khairunnazar: LAPORAN PENDAHULUAN KDM NUTRISI (len...
 LAPORAN PENDAHULUAN KDM NUTRISI (lengkap)

 ► 2014 (2)

 ► 2013 (5)

Mengenai Saya

khairun nazar
Lihat profil lengkapku
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Vous aimerez peut-être aussi