Vous êtes sur la page 1sur 15

Selasa, 02 Mei 2017

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN


ASFIKSIA RINGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA KLINIK III

MANAJEMEN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA


BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI KLINIK
BIDAN RATNA PERIODE 24 MARET S/D 12 APRIL 2017

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

1. LUTFINTIA HERTINDA SARI


2. ANANDA KAARTIKA
3. AGUSTINIA HALAWA
4. RIDHA HATI BAENE

DOSEN PEMBIMBING
RISKA MAULIDANITA, SST, M.KM

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


MEDAN
2017

LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Lapangan Kebidanan Komunitas (PKK
III) di Klinik Bidan Ratna Medan Periode 24 Maret-12 April2017

Penyusunan Laporan ini di bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing Koordinator Lapangan

(Riska Maulidanita SST, M.KM) (Siti Aisyah, SST, MKM)

Direktris Akbid Helvetia Medan

(Aida Fitria, SST, M.Kes)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul: ”MANAJEMEN
KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
RINGAN DI KLINIK DINA KARYA MEDAN.”
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan praktek lapangan semester VI di klinik Bidan Ratna.
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang penuh keterbatasan, kami menyadari masih
banyak kekurangan dari penyusunan makalah ini, maka kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun agar dalam penyusunan berikutnya dapat lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih pada:
1. Ibu Ratna, selaku pemilik klinik yang telah banyak membimbing kami.
2. Ibu Aida Fitria, SST, M.kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Helvetia Medan.
3. Ibu Siti Aisyah, SST, MKM selaku koordinator praktek lapangan
4. Ibu Riska Maulidanita SST, M.KM dosen pembimbing Akademi Kebidanan Helvetia Medan.
5. Teman-teman kelompok klinik Bidan Ratna yang telah banyak meluangkan waktu dalam
pembuatan makalah ini.
Besar harapan kami sebagai penyusun makalah ini, semoga apa yang kami susun ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa kebidanan
khususnya.

Medan, 12 April 2017


Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Tujuan........................................................................................... 2
1.3. Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Bayi Baru Lahir Normal............................................................... 3
2.2. Definisi Asfiksia pada Bayi Baru Lahir ....................................... 4
2.3. Etiologi Asfiksia pada Bayi Baru Lahir........................................ 4
2.4. Patofisiologis dan Gambaran Klinis ............................................. 5
2.5. Diagnosis Asfiksia pada Bayi Baru Lahir .................................... 6
2.6. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir ...................................... 7
2.7. Klasifikasi Asfiksia pada Bayi Baru Lahir ................................... 8
2.8. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir ................................. 9
2.9. Persiapan Resusitasi ...................................................................... 9
2.10. Langkah-langkah Resusitasi ....................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 19
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................................20
5.2. Saran............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu
status kesehatan neonatal. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan,
melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian bayi.
Faktor yang berhubungan terjadinya asfiksia adalah faktor ibu dan faktor janin.
Dimana faktor ibu meliputi usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pre-
eklamsi, ketuban pecah dini, dan partus lama. Faktor janin meliputi lilitan tali pusat, letak
sungsang, dan BBLR. Sedangkan menurut Manuaba(2010), ada 8 faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian asfiksia neonatorum, yaitu berat lahir rendah, ketuban pecah dini,
persalinan lama, tindakan persalinan seksio Cesaria, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, riwayat obstetri jelek, kelainan letak janin dan status ANC buruk.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap
6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia
adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan
mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan
setiap kali menolong persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan
resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat
dalam penanganan bayi baru lahir.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dengan belajar langsung di
lapangan atau pada pasien langsung selain pembelajaran yang didapatkan dari
perkuliahan.
2. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara cepat dan tepat
pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
 Mahasiswa mampu endeteksi dini adanya komplikasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia.

1.3. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara cepat dan tepat
pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
2. Bagi ibu, dapat meningkatkan derajat kesehatannya dan kesehatan bayinya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Bayi Baru Lahir Normal


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000
gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan.
Ciri – ciri bayi baru lahir normal antara lain: lahir aterm antara 37-42
minggu dengan berat badan 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm,
frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/ menit, pernapasan 40 – 60 x/ menit, kulit
kemerahan- merahan dan licin, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi lahir langsung
menangis kuat, genetalia pada laki- laki ditandai dengan testis yang sudah turun
dalam skrotum dan penis yang berlubang sedangkan pada perempuan ditandai
dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora.
Eliminisai yang baik pada bayi baru lahir normal ditandai dengan keluarnya
mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
Bayi baru lahir memerlukan penanganan segera yang harus dilakukan secara
cepat dan tepat. Penanganan tersebut antara lain sebagai berikut :
a) Membersihkan jalan napas dengan cara menggunakan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
b) Memotong dan merawat tali pusat. Tali pusat dipotong 3 cm dari pusat bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi
perdarahan dapat dibuat ikatan baru kemudian dibalut kassa steril.
c) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menghangatkannya.
d) Memberi vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada sepertiga paha bagian luar secara intramuskular dengan dosis
1mg.
e) Identifikasi bayi dengan memberikan alat pengenal yang efektif pada setiap bayi
baru lahir. Peralatan identifikasi tersebut dapat berupa gelang identifikasi yang
berisi nama lengkap ibu, tanggal lahir, jenis kelamin, dan hasil pengukuran
antropometri yang dipasang pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki bayi.
f) Menilai APGAR skor menit pertama dan kelima. Apabila skornya kurang dari 7
maka perlu tindakan lebih lanjut apakah diperlukan resusitasi atau tidak.

2.2. Definisi Asfiksia Pada bayi Baru Lahir


Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

2.3. Etiologi Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di
dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru
lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
 Preeklampsia dan eklampsia
 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
 Kelainan bawaan (kongenital)
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus
dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.
Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong)
tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap
melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

2.4. Patofisiologis dan Gambaran Klinis


Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan
atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnue disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha
bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat
ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme
dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
b. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung
c. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan
mengalami gangguan.
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia :
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
e. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
f. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

2.5. Diagnosis Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
a. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika
tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya
asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

2.6. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu
menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa
bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan
kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

Skor 0 1 2
A : Apperance (Warna Biru Seluruh Ekstremitas Kebiruan Merah Seluruh
Kulit)
P : Pulse (Denyut Nadi) Tidak ada < 100 >100
G : Grimace (Reflek) Tidak Ada Respon Reflek Menangis
A : Activity (Tonus Lemah Sedikit Reflek Gerak Aktif
Otot)
R : Respiration Tidak ada Megap-Megap, Menangis Kuat
(pernafasan) Merintih

2.7. Klasifikasi Asfiksia Pada Bayi aru Lahir


Asfiksia neonatorum menurut Hassan (2007) dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu :
a. Asfiksia ringan (“virgorous baby”). Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap
sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Asfiksia sedang (“mild-moderate asphyxia”). Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan
fisik terlihat frekuensi jantung >100 x/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
refleks iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian
oksigen sampai bayi dapat bernafas normal.
c. Asfiksia berat yaitu dengan skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada. Memerlukan resusitasi segera
secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis,
maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat
badan , dan cairan glukosa 40% 1-2ml/kg berat badan, diberikan via vena
umbilikal.

2.8. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi, yaitu :
a. Memastikan saluran terbuka
 Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
 Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
 Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan
terbuka.
b. Memulai pernafasan
 Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
 Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi).
c. Mempertahankan sirkulasi
 Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
 Kompresi dada.
 Pengobatan

2.9. Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi
dalam keadaan siap pakai, yaitu :
a. 2 helai kain / handuk.
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil,
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu

2.10. Persiapan resusitasi


Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua
faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa
diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi
dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum
b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum
antara lain :
 Alat pemanas siap pakai
 Alat penghisap
 Alat sungkup dan balon resusitasi
 Oksigen
 Alat intubasi
 Obat-obatan

Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :


a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus merupakan tim
yang hadir pada setiap persalinan.
b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan,
tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim
yang terkoordinasi.
d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan
khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien
e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

2.11. Langkah-Langkah Resusitasi


Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus
yang gagal bernafas secara spontan.
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh
bayi untuk mengurangi evaporasi.
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian
lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap
punggung bayi.
f. Nilai pernafasan Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer
lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan
ventilasi tekanan positif.
 Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
 Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau
masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada
ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
 Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
h. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut
jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1: 10.000 dosis
0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV
j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5
menit.
l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas
dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2
menit.

BAB III
TINJAUAN KASUS
AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA MEDAN
PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGI
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI KLINIK BIDAN RATNA

NO. REGISTER : -
MASUK RS TANGGAL/JAM : 23-03-2017 / 16.00 WIB
DIRAWAT DIRUANG : VK

Biodata Ibu Ayah


Nama : Ny. N Tn. I
Umur : 33 tahun 37 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Aceh/Indonesia
Pendidikan : SMA SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Alamat : Jl. Sei Deli Jl. Sei Deli

I. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat Antenatal
GII P1II Ab0 AhI Umur kehamilan 40 Minggu
Riwayat ANC : Teratur/Tidak teratur, 4 kali. Di Klinik OlehBidan
Imunisasi TT : Tidak Pernah
Kenaikan BB : 11 Kg
Keluhan saat hamil : Mual dan sesak.
Penyakit selama hamil : Tidak ada
Kebiasaan Makan : 3 kali dalam sehari..
Obat/Jamu : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Komplikasi Ibu : Tidak ada
Infeksi, Janin : Tidak ada
2. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal 23 – 03 - 2017 jam 17.00 WIB
Jenis persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Lama persalinan : Kala I 8 jam
Kala II 30 menit
Komplikasi
a. Ibu : Tidak ada
b. Janin : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir : 3500 gram/49 cm
Nilai APGAR : 1 menit/5 menit/10 menit : 7/8/9
No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit
1. Denyut Jantung 2 2 2
2. Usaha Nafas 2 2 2
3. Tonus Otot 1 2 2
4. Refleks 1 1 1
5. Warna Kulit 1 1 2
TOTAL 7 8 9

Caput succedaneum : Tidak ada


Cepal haematoma : Tidak ada
Cacat bawaan : Tidak ada
Resusitasi : Rangsangan : ya/tidak
Penghisapan lendir : ya/tidak liter/menit
2. Pemeriksaan umum
a. Pernafasan : 40 x/menit
b. Warna kulit : Kebiruan
c. Denyut jantung : 80 x/menit
d. Suhu aksiler : 36 ○C
e. Postur dan gerakan : Lemah
f. Tonus otot : Lemah
g. Kesadaran : Composmentis
h. Ekstremitas : Pucat, akral dingin
i. Kulit : Biru kemerahan
j. Tali pusat : Tampak basah
k. BB sekarang : 3500 gram
3. Pemeriksaan Fisik
a : Rambut hitam dan lurus, simetris kiri dan kanan, ada caput
b. Muka : Pucat, simetris, tidak ada odema
: Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
a : Simetris kanan dan kiri, daun telinga lunak, tidak ada serumen
g : Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, terdapat cuping hidung
: bibir warna biru, tidak ada labioskiziz dan platoskiziz
g. Leher : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
h. Klavikula : Tidak ada fraktur
i. Lengan tangan : Tidak ada odema, akral dingin
: Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi, tali pusat masih basah
k. Abdomen : Normal, tidak ada pembesaran
l. Genetalia : Testis ada, skrotum belum turun
ai dan kaki : Jari-jari kaki lengkap agak pucat, tidak ada kelainan, gerak kurang aktif
n. Anus : Lubang (+)
o. Punggung : Tidak ada benjolan tulang punggung
Moro : Kuat, jika bayi dikagetkan dengan cara menyentuh tangan bayi maka tangan bayi akan
terkejut
Rooting : Lemah, jika bayi diberi rangsangan dengn cara menyentuh sisi mulut bayi maka bayi akan
menoleh
Walking : Lemah
Graps : Lemah
Sucking : Lemah, bayi belum bisa menyusu dengan baik
Tonicneck : Kuat
5. Antropometri : PB : 49 cm
LK : 34 cm
LD : 31 cm
LILA : 10 cm
Eliminasi Miksi : Sudah keluar
Mekonium : Sudah keluar
6. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan

III. ASSESSMENT
1. Diagnosis Kebidanan
By. N baru lahir spontan dengan asfiksia ringan.
2. Masalah
Bayi menangis merintih
3. Kebutuhan
Memberikan jalan nafas, perawatan tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi
4. Diagnosis Potensial
Asfiksia sedang, asfiksia berat
5. Masalah Potensial
Apnea
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri
Memberikan jalan nafas pada bayi (resusitasi)
b. Kolaborasi
Tidak ada
c. Merujuk
Tidak ada

IV. PLANNING (Termasuk Pendokumentasian Implentasi dan Evaluasi)


Tanggal 23 Maret 2017 Jam 17.10 WIB
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya.
RR : 40 x/menit BB : 3500 gram
Suhu : 36゚C PB : 49 cm
Nilai APGAR 1menit/5 m5nit/10 menit : 7/8/9
- Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.
2. Mengeringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi kmudian selimuti menggunakan kain bersih dan kering agar bayi
bersih, dan menjaga kehangatan bayi supaya bayi bayi terhindar dari hipotermi.
- Bayi sudah dikeringkn dan dihangatkan dengan memberinya selimut.
3. Membersihkan jalan nafas bayi
Bersihkan jalan nafas bayi agar dapat bernafas dengan lancar. Membersihkan jalan nafas
dengan menggunakan alat penghisap lendir berupa slim seher. Alat slim seher dimasukkan
kedalam mulut terlebih dahulu kemudian hidung, jangan memasuukan alat tersebut terlalu
dalam karena dapat menyakiti bayi.
- Jalan nafas bayi sudah dibersihkan.
4. Melakukan rangsangan taktil dan menilai APGAR bayi kembali
Lakukan rangsangan taktil pada bayi sambil mengeringkan tubuh bayi dan menggani kain
yang sudah basah dengan menggunakan kain yang bersih dan kering. Nilai APGAR ayi
setelah 5 menit, lihat apakah bayi sudah bernafas dengan normal.
- Rangsangan taktil sudah dilakukan oleh bidan dan bayi sudah mulai bernafas demham lancar.
5. Melakukan perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan menggunakan kasssa steril dan pastikan baju serta tali
pusat dalam keadaan kering.
- Sudah dilakukan perawatan tali pusat.
6. Melakukan rawat gabung
Bayi dibiarkan dirawat dalam satu ruangan dengan ibunya agar bayi mendapatkan ASI
secepatnya.
- Bayi sudah dirawat dalam satu ruangan bersama ibunya.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 23 Maret 2017 Jam 17.20 WIB
DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. N lahir dengan BB 3500 gr dan PB 49 cm saat ini keadaannya sudah dalam keadaan
normal setelah dilakukannya upaya resusitasi untuk melonggarkan jalan nafas dan juga untuk
memacu refleks aktif pada bayi.
DATA OBJEKTIF
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pernafasan : 50x/i Suhu aksiler : 36, 60C
Warna kulit : Kemerahan postur dan gerakan : Aktif

ASSESSMENT
Bayi Ny. N dengan umur 0 hari, BB 3500 gram, PB 49 cm.

PLANNING
Tanggal 23 Maret 2017 Jam 17.10 WIB
1. Menjaga suhu tubuh bayi
Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat sebagai pencegahan bayi kehilangan panas.
Ibu mengerti dan telah menyelimuti bayi dengan kain kering agar bayi tetaphangat
2. Memantau tanda-tanda bahaya pada bayi dan melakukan perawatan intensif
Bayi dilakukan pemantauan oleh bidan secara intensif selama 2 jam pertama pasca bayi lahir,
nilai apakah ada tanda bahaya pada bayi seperti sesak nafas, gerakan lemah, menangis
merintih, demam dan kedinginan.
Bayi telah di pantau dan keadaannya sudah normal
3. Berikan bayi kepada ibu untuk diberikan ASI
Setelah pemantauan 2 jam pasca bayi lahir kemudian bayi di berikan kepada ibu untuk
diberikan ASI
Ibu telah memberikan ASI pada bayi
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan imunisasi pada bayi,memberikan ASI sesering
mungkin sampai umur 6 bulan, serta memberitahukan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi
pada tali pusat.
Memerikan imunisasi hepatitis 0 pada bayi, menginformasikan kepada ibu agar memberikan
ASI sampai umur ayi 6 bulan, serta menginformasikan tentang tanda-tanda infeksi pada tali
pusat diantaranya bayi rewel, suhu tubuh meningkat (demam : >37,00c), bagian pusat
memerah, bau, dan mengeluarkan nanah.
Ibu sudah memahami tanda-tanda infeksi pada bayi

BAB IV
PEMBAHASAN

By. N lahir tanggal 23 April 2017 pukul 17.00 WIB jenis kelamin laki-laki dengan
Berat Badan 3500 gram, Panjang Badan 49 cm, nilai APGAR 7. Bidan segera melakukan
tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.
Dari kasus diatas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan tindakan yang dilakukan
dilahan praktek. Sehingga tindakan resusitasi untuk penanganan bayi dngan asfiksia
ringan sudah dilakukan dengan baik dan benar serta sesuai dengan prosedur yang ada.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada penyusunan laporan ini yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANANPATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
RINGAN yang dilakukan di Klinik Ratna, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut: :
Bayi lahir tanggal 23 April 2017 pukul 17.00 WIB, hidup, jenis kelamin Laki-
laki, tidak segera menangis, BB 3500 gram, PB 49 cm, anus (+), APGAR SCORE 7 bayi
asfiksia ringan. Bayi sudah mendapat penanganan langkah awal resusitasi dan didarawat
didalam inkubator.

5.2. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan mampu melaksanakan asuhan kebidanan khususnya
pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.

DAFTAR PUSTAKA

Departement Kesehatan RI: Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan. (2007). Jakarta

Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.

Vous aimerez peut-être aussi