Menurut Bapak Tommi peran etika dalam menekan penyalahgunaan dan
wewenang profesi hakim, yaitu paling tidak mengadili dan memutus suatu perkara. Jadi, hakim itu harus cerdas spiritual dan harus dilandasi dengan sikap profesional. Banyak hal terjadi ketika hakimnya cerdas emosional, jadi putusannya. 2. Peranan etika profesi hakim dalam persidangan, yaitu seorang hakim harus menguasai materi dan hakim juga harus sehat. Ketika hakim melaksanakan tugasnya harus seimbang. Dengan adanya etika profesi hakim, maka di dalam persidangan hakim harus memperhatikan azas-azas peradilan yang berlaku, memposisikan para pihak dalam keadaan sama tidak memihak salah satu pihak, sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin persidangan; menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan serta bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan. 3. Hubungan sesama hakim atau pegawai di pengadilan agama, yaitu jabatan hakim itu jabatan diam. Mungkin hakim dipengaruhi pihak lain, paling tidak ada aturannya. Pa mitra yang mengatur persidangan dan hakim tidak boleh diganggu gugat. Dalam kode etik profesi hakim, hakim harus menjaga kewibawaan korps yang diwujudakan dalam sikap kerjasama, kesadaran, saling menghargai dan tingkah laku atau martabat yang baik baik dalam dinas maupun di luar dinas serta memberikan suri tauladan kepada bawahan. 4. Tanggung jawab sosial hakim terhadap hukum, yaitu penemuan hukum, pencerahan, menciptakan hukum baru/ketika hukum yang tidak tertulis keputusan hakim lama dialihkan ke hukum lain. 5. Pengawasan terhadap pelanggaran kode etik hakim, yaitu tercantum dalam komisi yudisial (KY), kembangan yudisial diawasi pengawas tingkat banding. 6. Sanksi yang diberikan kepada hakim yang melanggar etika profesi hakim, yaitu teguran lisan, teguran tertulis dan biasa juga dipanggil dan mendapat sanksi teguran, sanksi ringan, dimutasi, sanksi berat dan dipecat.