Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat kerja


dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung Puskesmas. Sehingga sudah seharusnya Puskesmas
menerapkan Manajemen Resiko. Manajemen resiko adalah sebuah proses formal untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan merespon sebuah resiko secara sistemik, sepanjang
jalannya pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bisa diterima dalam
hal mengeliminasi resiko dan control resiko.
Manajemen resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi
di sebuah instansi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen
resiko. Manajemen resiko merupakan metode penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian
yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang
tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.

Resiko dapat dikelompokan dalam beberapa karakteristik, yaitu :


1. Resiko berdasarkan sifat
 Resiko spekulatif yaitu resiko yang memang sengaja diadakan agar di lain pihak
dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh : penjualan produk.
 Resiko murni yaitu resiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh resiko kebakaran.
2. Resiko berdasarkan asal timbulnya
2.1. Resiko internal yaitu resiko yang berasal dari dalam lingkungan sendiri. Misalnya
resiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan pengoperasian.
2.2. Resiko eksternal yaitu resiko yang berasal dari luar lingkungan sendiri. Misalnya
resiko pencurian.

Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin kompleks peralatan
dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan puskesmas
mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga
medis, resiko ini juga membahayakan pengunjung puskesmas.
Di puskesmas wongsorejo terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang menjadi
acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi, yaitu ;
a) Manajemen resiko lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan
di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
b) Manajemen resiko klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegahterjadinya
risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.

c) Manajemen resiko pelaksanaan program


Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan
upaya untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko
atas pelaksanaan program Puskesmas.

B. Tujuan Pedoman
i. Tujuan Khusus :
Menerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas demi keselamatan
pasien dan petugas.
ii. Tujuan Umum :
Memberikan Pedoman bagi petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan
Puskesmas.

C. SASARAN PEDOMAN
1.Dokter
2.Bidan
. 3 Perawat

4.Seluruh sumber daya Manusia Kesehatan di Puskesmas

 RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan di
jaringan pelayanan Puskesmas Plumpang yang melaksanakan layanan klinis seperti
pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan
Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu),
Polindes/Ponkesdes dan Posyandu
Pada dasarnya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat beberapa
tahapan dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :
1. Identifikasi resiko
2. Menafsirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Menangani resiko
4. Pengimplementasian
5. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya

Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi resiko.


Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau
kerugian. Proses identifikasi resiko ini mungkin adalah proses terpenting, karena
dengan proses inilah semua resiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada
suatu pekerjaan harus diidentifikasikan. Adapun proses identifikasi harus
dilakukan secara secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada resiko
yang terlewatkan atau tidak teidentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi
resiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain :

1. Incident investigation
2. Inspection
3. Checklist
4. Auditing

Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi
masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di sarana
pelayanan kesehatan, selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi tempat pelayanan tersebut seperti bahan
kimia berbahaya, gangguan psikososial.
Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan karyawan,
pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas. Sarana
pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan.

 BATASAN OPERASIONAL
upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi di sebuah instansi dan
diperlukan sebuah proses Manajemen.
 Manajemen resiko merupakan metode penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian
yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia Manajemen Resiko :


1. Tenaga Teknis Manajemen Resiko Bidan (DIII)
2. Tenaga Pelaksana Perawat (SI )

Tugas dan Tanggung Jawab tenaga teknis, Manajemen Resiko


1. Melaksanakan kegiatan teknis Manajemen resiko
2. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
3. Melaksanakan kegiatan FMEA dan RCA

4. Melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain

B. Distribusi Ketenagaan Distribusi tenaga pelayanan Manajemen Resiko terdiri dari :


1. Puskesmas Induk 1 orang tenaga teknis 2 orang atau lebih pelaksana di setiap
Unit Pelayanan dan Jaringan Puskesmas

C. JADWAL KEGIATAN

Kegiatan penerapan Manajemen resiko dilakukan setiap bulan sesuai jadwal di setiap
Unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis dan di Evaluasi setiap tiga bulan
sekali
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas Standar Sarana

B. Standar Fasilitas :

Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Plumpang dilaksanakan


di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Ruang Pendaftaran dan
2. Ruang Rekam Medis
3. Ruang Umum
4. Ruang Kesling
5. Ruang KIA/KB
6. Ruang Gigi
7. Ruang Pencegahan Penyakit (P2P)
8. UGD
9. Laboratorium
10. Ruang Unit layanan Obat
11. Ruang PONED
12. Ruang Rawat Inap
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Pada dasarnya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat
beberapa tahapan dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :
1. Identifikasi resiko
2. Menafsirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Menangani resiko
4. Pengimplementasian
5. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya
Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi resiko.
Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau
kerugian. Proses identifikasi resiko ini mungkin adalah proses terpenting, karena
dengan proses inilah semua resiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada
suatu pekerjaan harus diidentifikasikan. Adapun proses identifikasi harus
dilakukan secara secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada resiko
yang terlewatkan atau tidak teidentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi
resiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain :
1. Incident investigation
2. Inspection
3. Checklist
4. Auditing
Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi
masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di sarana
pelayanan kesehatan, selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi tempat pelayanan tersebut seperti bahan
kimia berbahaya, gangguan psikososial.
Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan karyawan,
pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas. Sarana
pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan.

B. METODE
Wawancara

C. LANGKAH KEGIATAN
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko
yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut
Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi
manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
2. Analisis risiko (Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.
Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko (severity
assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti
dalam Formulir terlampir.
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.
Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar
Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan
tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana
tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada
petugas Puskesmas lainnya.
BAB V

LOGISTIK

Logistik dalam pelayanan Manajemen resiko meliputi :

a) Manajemen resiko lingkungan


b) Manajemen resiko klinis
c) Manajemen resiko pelaksanaan program
 Manajeme Resiko ADMEN
 Manajemen Resiko UKM
 Manajemen Resiko UKP
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGAM

A. Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan Dan Analisis Insiden
4. Kemampuan Belajar Dari Insiden Dan Tindak Lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan,
yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya
atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena
tidak dapat dicegah. KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC) Adalah suatu kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambill (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi : 1. Karena “keberuntungan” 2. Karena “pencegahan” 3. Karena
“peringanan” KESALAHAN MEDIS Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

C. Tata Laksana

1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien

2. Melaporkan pada dokter

3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter

4. Mengobservasi keadaan umum pasien

5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden


Keselamatan”.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di
Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan
kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks

bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tatii, tindik, dll). Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial
untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala. Dengan munculnya
penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan
dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.

Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan Umum” atau


“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi petugas kesehatan. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak
yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam
secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular
penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan

Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi. b. Petugas kesehatan didalam
menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit
menular dilingkunagn tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precation”.

III. Tindakan Yang Beresiko Terpajan :

a. Cuci tangan yang kurang benar.

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.


c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam
kaitan keselamatan kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygienie sanitasi
ruangan dan sterilisasi peralatan.

Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah


kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Plumpang dalam


Manajemen resiko adalah memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk
pelanggan dan petugas Puskesmas.
pelaksanaan indikator mutu menggunakan buku monitoring dan evaluasi indikator mutu
pelayanan dan di evaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim mutu dan Kepala
Puskesmas.
BAB IX

PENUTUP

Puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan
peralatan kesehatan. Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit infeksi, juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas. Semua potensi
bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan karyawan, pasien maupun
pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas. Mengelola resiko harus dilakukan secara
komprehensif melalui pendekatan manajemen resiko.

Buku Pedoman Penyelenggaraan manajemen resiko ini merupakan kumpulan dari


beberapa reverensi buku panduan manajemen resiko di Puskesmas. diharapkan dapat
membantu penyelenggaraan manajemen resiko di puskesmas agar seiap unit
pelayanan klinis dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara optimal.

Pedoman penyelenggaraan manajemen resiko merupakan acuan puskesmas


dalam membuat standart operasional prosedur (SOP) layanan klinis. Diharapkan
standar ini bermanfaat dan dapat membantu petugas pemberi pelayanan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan baik di dalam gedung maupun diluar
gedung, yang pada akhirnya diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan di
Puskesmas terus meningkat. Penyusunan pedoman penyelenggaraan manajemen
resiko ini telah diusahakan sebaik-baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan pedoman ini, untuk itu saran perbaikan
dan penyempurnaan pedoman penyelenggaraan manajemen resiko ini kami harapkan
dari berbagai pihak yang terkait demi kesempurnaan pedoman majemen resiko ini .
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayahNya , kami dapat menyelesaikan pedoman Manajemen Resiko ini.
Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberi acuhan dan kemudahan
dalam pelaksanaan persiapan akreditasi FKTP.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya perlu
diperhatikan, salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup
penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya tersedia dan
berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan
bermutu.
Dengan menyusun Pedoman Manajemen Resiko Klinis sebagai Pedoman dalam
melaksanakan upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin terjadi di Puskesmas
Plumpang
Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak atas
sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Pedoman Manajemen Resiko ini. Semoga
pedoman ini akan bermanfaat dan Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melimpahkan
hidayah-Nya.
Penyusunan pedoman ini dirasakan masih belum sempurna sehubungan dengan
adanya keterbatasan data . Saran yang konstruktif sangatlah diharapkan demi
penyempurnaan di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

1. Judul

2 Kata Pengantar

3. Daftar lsi

BAB I : PENDAHULUAN

A. : Latar Belakang

b. : Tujuan Pedoman

C. : Sasaran Pedoman

D. : Ruang Lingkup Pedoman

E. : Btasan Operasional

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. : Kualifikasi Sumber Daya Manusia

B : Distribusi Ketenagaan

C : Jadwal Kegiatan

BAB III STANDAR FASILITAS

A. : Denah Ruang

B : Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A : Lingkup Kegiatan

B : Metode

C : Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO
PUSKESMAS PLUMPANG

DINAS KESEHATAN KEBUPATEN


UPTD PUSKESMAS PUMPANG
Jl. Raya Plumpang No.17 Telp.(0356) 811032
Email:puskesmasplumpang@gmail.com
PLUMPANG 62382

Vous aimerez peut-être aussi