Vous êtes sur la page 1sur 9

Aspirin (Asam Mefenamat)

Gambar : Aspirin(Asama Mefenamat)


Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida,
aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat disintesis dari asam salisilat,
yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh
Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman. Karena saat itu antipiretik dan analgesik yang
ada sangat keras terhadap sistem pencernaan.
Farmakologi :
Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau
NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi,
analgetik (antinyeri) dan antipiretik.
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan
sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri
otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif
terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau
hati dan peradangan saluran cerna.
Dosis :
Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian
dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi
ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi
dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah
dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. Pada
penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan
agranulositosis dan anemia hemolitik.
Interaksi Obat
Obat yg terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga
dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin, sulfonylurea).
Obat antikoagulan & antitrombosis : sedikit memperpanjang waktu prothrombin & Waktu
thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan (warfarin) atau zat
thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Lithium : meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi lithium di ginjal.
Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : kemungkinan dapat
meningkatkan efek samping terhadap lambung.
Peringatan Dan Perhatian
Terhadap Kehamilan :
Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita hamil. Terutama pada akhir masa
kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan
prematur duktus arteriosus) & kontraksi uterus.
Terhadap Ibu Menyusui :
Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh
ibu yg sedang menyusui.
Terhadap Anak-anak :
Belum ada studi ttg keamanan & efikasi penggunaan asam mefenamat pada pasien anak
dibawah 14 tahun. Belum ada studi tentang keamanan untuk anak
Terhadap Hasil Laboratorium :
Dapat menyebabkan reaksi false-positif tes urin menggunakan tes tablet diazo.
OBAT-OBAT ANALGETIKA ANTI INFLAMASI NON STEROID
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Pengertian
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit tanpa
menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang
efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lainnya. Hampir
semua analgetika ternyata memiliki efek anti inflamasi dimana efek anti inflamasi sendiri
berguna untuk mengobati radang sendi (artritis remautoid). Jadi analgetika anti inflamasi non
steroid adalah obat-obat analgetika yang selain mempunyai efek analgetika juga mempunyai
efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam pengobatan reumatik dan
gout. Obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan obat yang paling banyak diresepkan
dan juga digunakan tanpa resep dari dokter. Obat-obat golongan ini merupakan suatu obat
yang heterogen secara kimia. Klasifikasi kimiawi AINS, tidak banyak manfaat kliniknya
karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada
obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat yang serupa. Ternyata sebagian
besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis
prostaglandin (PG). Beberapa AINS umumnya bersifat anti-inflamasi, analgesik dan
antipiretik. Efek antipiretiknya bari terlihat pada dosis yang lebih besar dari pada efek
analgesiknya, dan AINS relatif lebih toksis dari pada antipiretika klasik, maka obat-obat ini
hanya digunakan untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti artritis reumatoid, osteo-
artritis, spondilitis ankliosa dan penyakit pirai. Respon individual terhadap AINS bisa sangat
bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam kelas atau derivat kimiawi yang sama.
Sehingga kegagalan dengan satu obat bisa dicoba dengan obat sejenis dari derivat kimiawi
yang sama. Semua AINS merupakan iritan mukosa lambung walaupun ada perbedaan gradasi
antar obat-obat ini.

4.1.2 Patologi
Adapun penyebab nyeri sendiri yaitu akibat pengeluaran prostaglandin secara berlebihan
akibat adanya rangsangan nyeri. Adapun rangsangan nyeri sendiri yaitu : 1. Fisika , dapat
berupa benturan dan menyebabkan bengkak 2. Kimia, dapat terjadi karena tertetesi HCL dan
zat-zat kimia lainnya 3. Biologi , dapat terjadi karena terinfeksi bakteriataukuman Nyeri
timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer maupun sentral.
Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam keadaan patologis, misalnya
inflamasi, nosiseptor menjadi sensitive bahkan hipersensitif. Adanya pencederaan jaringan
akan membebaskan berbagai jenis mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin,
histamin dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang
menyebabkan munculnya nyeri. AINS mampu menghambat sintesis prostaglandin dan sangat
bermanfaat sebagai antinyeri

4.1.3 Mekanisme Kerja


Mekanisme kerja anti-inflamsi non steroid (AINS) berhubungan dengan sistem biosintesis
prostaglandin yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2
isoform yang disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang
berbeda. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemelihraan berbagai fungsi dalam
keadaan normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna, dan trombosit.
Dimukosa lambung aktivitas COX-1 menghasilakan prostasiklin yang bersifat protektif.
Siklooksigenase 2 diinduksi berbagi stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksindan
growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit oleh COX-1 menyebabkan
agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2
yang disintesis oleh COX-2 di endotel malvro vasikuler melawan efek tersebut dan
menyebabkan penghambatan agregasi trombosit. 4.2 Evaluasi Obat Analgetik Anti Inflamasi
Non Steroid (AINS) 4.2.1 Obat-Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Dibawah
ini adalah obat-obat yang tergolong AINS, yaitu :
1. Asam mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai obat anti-inflamasi
pada reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat merupakan golongan
antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein plasma. Dengan demikian
interaksi dengan oabt antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi terhadap
mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Sedangakan
dosis meklofenamat untuk terapi penyakit sendi adalah 240-400 mg sehari. Karena efek
toksisnya di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak dibawah 14 tahun dan ibu
hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.

2. Diklofenak
Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna
berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma 99% dan mengalami
efek metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat
1-3 jam, dilklofenakl diakumulasi di cairan sinoval yang menjelaskan efek terapi di sendi
jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Efek samping yang lazim ialah mual,
gastritis, eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus
berhati-hati pada pasien tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan.
Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis.

3. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali dibanyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat.
Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-inflamasinya terlihat pada dosis
1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum
dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma,
ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Pemberian bersama warfarin harus waspada dan
pada obat anti hipertensi karena dapat mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin
akibat hambatan biosintesis prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih
ringan dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum wanita hamil dan
menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara yaitu inggris dan
amerika karena tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik dan relatif lama
dikenal.

4. Fenbufen
Berbeda dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi fenbufen bersifat
inaktif. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari.
Absorpsi obat melalui lambung dan kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam. Efek
samping obat ini sama seperti AINS lainnya, pemakaian pada pasien tukak lambung harus
berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Dosis untuk reumatik sendi adalah 2
kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali 600 mg sebelum tidur.
5. Indometasin
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan
artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena toksik maka
penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-inflamasi sebanding dengan
aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer maupun sentral. In vitro indometasin
menghambat enzim siklooksigenase, seperti kolkisin. Absorpsi pada pemberian oral cukup
baik 92-99%. Indometasin terikat pada protein plasma dan metabolisme terjadi di hati. Di
ekskresi melalui urin dan empedu, waktu paruh 2- 4 jam. Efek samping pada dosis terapi
yaitu pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan pankreatis.
Sakit kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan disertai pusing. Hiperkalemia
dapat terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis prostaglandin di ginjal.
Karena toksisitasnya tidak dianjurkan pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik dan pada
gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis lazim
indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di malam hari 50-100
mg sebelum tidur.

6. Piroksikam dan Meloksikam


Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam
enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali sehari. Absorpsi
berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma. Frekuensi kejadian efek
samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%. Efek samping adalah gangguan
saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit.
Piroksikam tidak dianjurkan pada wanita hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang
minum antikoagulan. Dosis 10-20 mg sehari. Meloksikam cenderung menghambat COX-2
dari pada COX-1. Efek samping meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.

7. Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah analgesik
antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Asam salisilat sangat iritatif,
sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik
adalah ester salisilat dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal. Untuk
memperoleh efek anti-inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu dipertahankan antara
250-300 mg/ml. Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk
utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Setelah
diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga
ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi
tukak lambung atau tukak peptik, efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat
penghambatan biosintesa tromboksan.

8. Diflunsial
Obat ini merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, bersifat analgetik dan anti
inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Kadar puncak yang dicapai 2-3 jam. 99%
diflunsial terikat albumin plasma dan waktu paruh berkisar 8-12 jam. Indikasi untuk nyeri
sedang sampai ringan dengan dosis awal 250-500 mg tipa 8-12 jam. Untuk osteoartritis dosis
awal 2 kali 250-500 mg sehari. Efek samping lebih ringan dari asetosal.

9. Fenilbutazon dan Oksifenbutazon


Fenilbitazon dan oksifenbutazon merupakan derivat pirazolon. Dengan adanya AINS yang
lebih aman, fenilbutazon dan oksifenbutazon tidak lagi dianjurkan digunakan sebagai anti-
inflamasi kecuali obat lain tidak efektif. Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik
yang lebih kuat dari pada kerja analgetiknya jadi golongan ini hanya digunakan sebagai obat
rematik. Fenilbutazon dimasukan secara diam-diam dengan maksud untuk mengobati
keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri. Efek samping derivat pirazolon dapat
menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik, dan trombositopenia.

10. Allopurinol
Allopurinol digunakan untuk menurunkan kadar asam urat di dalam serum dan urin pada
penanganan gout primer dan sekunder. Allopurinol bekerja dengan menghambat xanthin
oksidase, enzim yang bertugas mengubah hipoxanthine menjadi xanthin kemudian menjadi
asam urat. Allopurinol mencegah atau menurunkan endapan asam urat sehingga mencegah
gout arthritis. Dengan dosis awal 2 kali sehari 100-300 mg sehari diminum segera setelah
makan. Efek samping allopurinol dapat menyebabkan hipersensitfitas, gangguan
gastrointestinal, sakit kepala dan megantuk. Maka harus berhat-hati pada pasien yang sedang
mengendarai dan mengoperasikan mesin.

4.2.2 Obat-Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid yang Dianalisis di BKPM
A. Piroxicam
1. Indikasi Terapi simptomatik rheumatoid artritis, osteoarthritis, ankilosing spondilitis,
gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
2. Dosis Dewasa :
a. Reumatoid artritis, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis : dosis awal 20 mg dalam
dosis tunggal selama3 hari, karena pemakaian lebih dari 3 hari tidak memberikan
kemanfaatan dan efek samping meningkat.
b. Gout : 40 mg sehari dalam dosis tunggal atau terbagi selama 4-6 hari.
c. Gangguan muskuloskeletal : 40 mg sehari selama 2 hari dosis tunggal atau terbagi
selama, selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari.
d. Dosis untuk anak belum diketahui.
3. Efek Samping Keluhan GI, misalnya epigastrik distres, nausea, gangguan abdominal, atau
nyeri, konstipasi, diare, dan flatulen. Kadang-kadang terjadi edma, pusing, sakit kepala, ruam
kulit, pruritus, somnelen (mengantuk disertai turunnya kesadaran), penurunan hemoglobin
dan hematokrit.
4. Mekanisme Kerja Piroksikam adalah anti-inflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas
anti inflamasi, analgetik, dan antipiretik. Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya
diketahui, diperkirakan melalui interaksi beberapa tahap respon imun dan inflamasi, antara
lain : penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglandin, penghambatan
agregasi netrofil dalam pembuluh darah, penghambatan migrasi polimorfonuklear (PMN) dan
monosit ke daerah inflamasi. Metabolisme terjadi dalam hati dan diekskresi melalui urin, 5%
dalam bentuk utuh dalam urin dan feses.
5. Kontraindikasi a. Penderita asma yang mempunyai riwayat tukak lambung, perforasi atau
perdarahan lambung. b. Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini. c. Penderita
bronkopasme, poli hidung, dan angioedema.
6. Interaksi Obat Pemberian bersam anti koagulan oral, hidantoin harus berhati-hati dan
dimonitor. Aspirin tidak boleh diberikan bersama piroksikam karen akan meningkatkan kadar
litium dalam darah.
B. Asam Mefenamat
1. Indikasi Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit
gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah operasi.
2. Dosis Dewasa dan anak-anak >14 tahun :
a. Dosis awal : 500 mg kemudian dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai dengan kebutuhan.
3. Efek Samping
a. Sistem pencernaan : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal.
b. Sistem hematopietik : leukopenia, eosinofilia, trombositopenia, dan agranulositofenia.
c. Sistem saraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
4. Mekanisme Kerja Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid,
bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgetik, anti-inflamasi dan
antipiretik.
5. Kontraindikasi
a. Pasien hipersensitif asam mefenamat.
b. Penderita tukak lambung dan usus.
c. Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
6. Interaksi Obat Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang
“prothrombin”.
7. Peringatan dan Perhatian
a. Sebaiknya diminum sesudah makan.
b. Hati-hati digunakan pada wanita hamil dan menyusui.
c. Keamanan pengguanaan pada anak-anak dibawah 14 tahun.

C. Allopurinol
1. Indikasi
a. Hipeurisima primer : gout.
b. Hipeurisima sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat.
2. Dosis Dewasa :
a. Dosis awal : 100-300 mg sehari.
b. Dosis pemeliharaan : 200-600 mg sehari.
c. Dosis tunggal maksimum : 300 mg.
d. Untuk kondisi ringan : 2-10 mg/kg BB sehari atau 100-200 mg sehari.
e. Kondisi sedang : 300-600 mg sehari.
f. Kondisi berat : 700-900 mg sehari. Anak-anak : 10-20 mg/kg BB sehari atau 100-400
mg sehari.
3. Efek Samping
a. Gejala hipersensitifitas seperti ekspoliatif, demam, eosinolia.
b. Reaksi kulit : pruritis makulopapular.
c. Gangguan gastrointestinal, mual, diare.
d. Sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan mata dan rasa.
e. Gangguan darah : leukopenia, trombositopenia, anemia aplastik dan anemia
hemolitik.
4. Mekanisme kerja Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat
menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xantin-oksidase yaitu enzim yang dapat
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan mengubah xantin menjadi asam urat. Dengan
menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol mencegah atu
menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout arthritis.
5. Kontraindikasi
a. Penderita yang hipersensitif tehadap allopurinol
b. Keadaan serangan akut gout

D. Natrium Diklofenak
1. Indikasi
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing
spondilitis.
2. Dosis dan Cara Pemakaian
a. Osteoartritis : 2-3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg
b. Reumatoid artritis : 3-4 kali sehari atau 2 kali sehari 75 mg
c. Ankilosing spondilitis : 4 kali sehari 25 mg saat akan tidur. Tablet harus ditelan utuh
dengan air, sebelum makan.
3. Efek Samping
a. Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/kram perut, sakit kepala, retensi cairan,
diare, nausea, kontipasi, flatulen, tukak lambung, pusing, ruam, dan pruritus.
b. Peninggian enzim-enzim aminotransferase.
c. Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, anemia,
agranulositosis).
4. Mekanisme Kerja Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti-
inflamasi, analgesik dan antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
5. Kontraindikasi
a. Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak.
b. Penderita tukak lambung
6. Peringatan dan Perhatian
a. Hati-hati pada penderita dekomposisi jantung dan hipertensi.
b. Pada penderita fungsi hati, ginjal, dan jantung.
c. Hati-hati pada selama kehamilan karena dapat menembus plasenata.
d. Tidak dianjurkan pada ibu menyusui karena diklofenak diekskresi melalui ASI.

E. Ibuprofen
1. Indikasi Meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada nyeri haid
(dismenorhoe primer), nyeri pada sakit gigi, sakit kepala dan menurunkan demam.
2. Dosis Dewasa dan diatas 12 tahun : 1-2 tablet 3 kali sehari. Anak-anak 6-12 tahun : ½-1
tablet 3 kali sehari. Diminum sesudah makan atau menurut petunjuk dokter.
3. Efek Samping
a. Gangguan saluran cerna termasuk mual, muntah, nyeri lambung, diare, konstipasi,
dan pendarahan lambung.
b. Juga pernah dilaporkan kemerahan pada kulit, trombositopenia.
c. Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi.
4. Mekanisme Kerja Ibuprofen adalah golongan obat anti inflamasi non-steroid yang
merupakan turunan dari asam propionat yang berkhasiat anti-inflamasi, analgetik, dan
antipiretika. Serta bekerja menghambat sintesis prostaglandin.
5. Kontraindikasi
a. Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen.
b. Penderita dengan ulkus peptikum yang berat dan aktif.
c. Kehamilan tiga bulan terakhir.
6. Peringatan dan Perhatian
a. Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
b. Sebelum menggunakan obat ini agar dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.

4.2.1 Tabel Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid No Nama Obat Dosis Bentuk Sediaan
Pabrik
1 Piroksikam 10 mg Tablet Balatif
2 Asam Mefenamat 250 mg Tablet Indofarma
3 Allopurinol 100 mg Tablet Novapharin
4 Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Kimia Farma 5 Ibuprofen 200 mg Tablet Balatif
Obat Analgetik Anti Inflamasi Non Steroid yang paling banyak keluar adalah Allopurinol.
Secara farmkologi Allopurinol termasuk golongan Analgetik Anti Inflamsi Non Steroid yang
bekerja dengan jalan menghambat xantin oksidase sehingga kadar asam urat didalam darah
menurun, dengan efek samping obat yaitu gejala hipersensitifitas, gangguan gastrointestinal,
sakit kepala. Allopurinol efektif untuk pengobatan gout dan pirai. Secara umum kelima obat
tersebut memiliki aktifitas anti inflamasi, analgetik dan antipiretik serta menghambat
biosintesa prostaglandin kecuali allopurinol yaitu menghambat xantin oksidase. Akan tetapi
di BKPM banyak pasien yang mengeluh dengan penyakit pirai. Allopurinol lebih aman
digunakan karena efeksampingnya tidak berbahaya. Selain itu allopurinol lebih ekonomis.
Sedangkan pada Asam mefenamat, obat ini digunakan untuk mengurangi nyeri ringan sampai
sedang seperti nyeri pada sakit gigi, dismenorrhoe, sakit kepala dan juga bisa untuk
reumatoid dan osteoartritis. Selain penyakit pirai di BKPM juga banyak pasien yang
mengeluh nyeri ringan sampai sedang, maka dokter menggunakan asam mefenamat karena
efek samping yang lebih aman yaitu berupa gangguan saluran cerna, maka asam mefenamat
efektif diminum sesudah makan. Dosisi asam mefenamat yang efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang antara 200-500 mg sehari . Selain itu piroxicam juga digunakan untuk terapi
simptomatik reumatoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis dan digunakan juga untuk
gout. Efek samping obat berupa gangguan saluran cerna. Piroxicam tidak boleh diberikan
pada pasien tukak lambung karena akan lebih mengiritasi lambung karena piroxicam
cenderung COX-1. Dosis yang diberikan 10-20 mg sehari. Sedangkan untuk natrium
diklofenak sama seperti piroxicam yaitu digunakan pada pasien yang menderita reumatoid
artritis, osteoartritis, dan ankilosing spondilitis dengan dosis yang tepat 100-150 mg sehari.
Efek samping yang terjadi sama seperti semua AINS lainnya yaitu berupa mual, gastritis,
eritema dan sakit kapala. Selain itu alasan ibuprofen tidak keluar adalah karena dokter
memberikan obat yang lain dengan khasiat yang sama seperti parasetamol karena efek
sampingnya lebih aman. Ibuprofen digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang
seperti sakit gigi dan sakit kepala, efek samping yang terjadi dapat berupa gangguan saluran
cerna termasuk mual mual, muntah, diare, konstipasi samapai pendarahan lambung. Di
BKPM selain banyak pasien yang menderita penyakit pirai juga banyak pasien yang
menderita nyeri sedang seperti sakit gigi, sakit kepala, dismenorrhoe. Serta terdapat pula
pasien yang menderita reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis. Maka
penyakit yang efektif untuk penyakit pirainya menggunakan allopurinol dan untuk reumatoid,
osteoartritis, banyak menggunakan natrium diklofenak daripada piroxicam karena lebih
efektif dan efek samping yang terjadi lebih aman.
Sedangkan untuk nyeri di BKPM lebih banyak menggunakan asam mefenamat.

Vous aimerez peut-être aussi