Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Diam
Pergi
Berdiri
Selamat malam
Selamat pagi
Selamat sore
Selamat siang
Selamat datang
Sampai jumpa
Tolong
Awas
Lihatlah
Pergilah
Tunggu
Selesaikan
Masuklah
Kerjakan
Biarkan
Rapikan
Sekarang, panggilah teman-temanmu” ujar kancil. Buaya itu pun tersenyum lega,
akhirnya ada jatah makan siang hari ini. “teman-teman, keluarlah. Kita punya jatah
makan siang daging segar yang sangat menggoda. Kalian sangat lapar bukan?”
Pekik buaya dengan suara yang sengaja dikeraskan agar teman-temannya cepat
keluar. Tak lama kemudian, 8 ekor buaya yang lain pun keluar secara bersamaan.
Melihat kedatangan buaya itu, kancil berkata “ayo berbaris yang rapi. Aku punya
banyak daging segar untuk kalian”. Mendengar itu, 9 ekor buaya itu pun berbaris
rapi di sungai. “baiklah, aku akan menghitung jumlah kalian, agar daging yang aku
bagikan bisa merata dan adil” tipu kancil.
Kancil pun meloncat-loncat girang melewati 9 ekor buaya sembari berkata ‘satu,
dua, tiga, empat, lima, enam, tuju, delapan, dan sembilan” hingga akhirnya ia
sampai di seberang sungai. 9 buaya itu berkata “mana daging segar untuk makan
siang kami?”. Kancil terbahak-bahak lalu berkata “betapa bodohnya kalian,
bukankah aku tak membawa sepotong pun daging segar di tangan? Itu artinya aku
tak punya daging segar untuk jatah makan siang kalian. Enak saja, mana bisa
kalian makan tanpa ada usaha?”. 9 ekor buaya itu pun merasa tertipu, salah satu
diantara mereka berkata “akan ku balas semua perbuatanmu”. Kancil pun pergi
sembari berkata “terimakasih buaya bodoh, aku pamit pergi untuk mencari
mentimun yang banyak. Aku lapar sekali”.
Demikian cerita dan dongeng fabel kancil dan buaya sebagai dongeng anak
sebelum tidur anda. Semoga bermanfaat.
SEMUT DAN KEPOMPONG
Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari badai
karena ia bisa masuk ke sarangnya di dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia
melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si semut
bergumam, "Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan
tidak bisa kemana-mana". "Menjadi kepompong memang memalukan!". "Coba
lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau", ejek semutpada kepompong. Semut
terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.
“Salah sendiri menyimpan emas di rumah. Mengapa tidak dijual saja dan
uangnya dipakai untuk membangun rumah. Biar rumahnya lebih bagus, tidak reot
seperti sekarang. Itulah ganjaran orang kikir. Kalau dimintai sumbangan, selalu
saja jawabannya tidak punya. Sekarang, rasakan sendiri!”
Tetapi tak seorang pun yang berani terus terang mengejek atau mengumpat
petani yang ditimpa kemalangan itu. Semua ejekan dan umpatan hanya diucapkan
di antara sesama mereka saja, tidak di hadapan si petani. Hanya seorang lelaki tua
miskin yang berani bersikap jujur kepada petani itu. Lelaki tua itu tinggal tak jauh
dari rumah si petani.
“Apa maksudmu? Kau mengejekku, ya? Yang hilang itu emas, bukan batu.
Kau sungguh tetangga yang jahat. Kau memang orang miskin yang cuma bisa
mengubur batu. Aku bisa mengubur emas atau apa saja semauku. Kini aku
kehilangan emas dan kau enak saja menyuruhku mengubur batu. Kau pikir batu
sama dengan emas?!”
“Apa bedanya emas dan batu? Kalau kau bisa mengubur emas, seharusnya
kau juga bisa mengubur batu. Tahukah kau, dengan mengubur emas berarti kau
telah menjadikan logam mulia itu sebagai barang yang tidak berharga. Lalu, apa
salahnya kau mengubur batu dan berkhayal yang kau kubur itu adalah emas.”
Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putera Sunan Ampel dengan Dewi
Candrawati. Adiknya bernama Raden Makdum Ibrahim yang
dikenal dengan nama Sunan Bonang. Nama Asli Sunan Drajat
adalah Raden Qosim diminta ayahnya untuk berdakwah di
sebelah barat Gresik. Di sana belum ada ulama yang
menyebarkan agama Islam. Sebelum memulai perjalanan, Raden Qosim singgah di
pesantren Sunan Giri di Gresik untuk memohon restu. Ia kemudian naik perahu
menuju ke arah barat. Semula angin laut mendorong perahu dengan tenang. Tiba-
tiba topan bertiup kencang. Dalam sekejap mata, topan itu menjadi badai yang
dahsyat. Kilat sambung-menyambung.
Raden Qosim tak henti-hentinya berzikir. Perahu yang ditumpangi Raden Qosim
akhirnya di hantam gelombang besar. Perahu itu oleng, lalu menghantam batu
karang dengan keras. Ketika perahu menghantam karang, datanglah seekor ikan
talang menghampiri Raden Qosim. Tadinya, ikan itu dikira serpihan badan kapal
yang hancur. "hamba datang karena melihat perahu Raden Qosim mengalami
musibah. Hamba hendak mengantar Raden ke tempat tujuan. Ke manakah Raden
akan pergi"? tanya ikan talang. Raden Qosim menjelaskan bahwa ia kan pergi ke
desa Jelag di daerah Banjarwati. "Baiklah, hamba akan mengantarkan Raden," kata
ikan talang,. Raden Qosim berterima kasih seraya naik ke punggung ikan talang.
Akhirnya ia tiba dengan selamat di daerah Banjarwati, kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan.
Sunan Drajat adalah wali yang hidupnya sangat sederhana. Walaupun demikian, ia
tetap berusaha mencari rizki, yang kemudian digunakannya untuk membantu
orang-orang yang lebih membutuhkan. Maka ia dikenal sebagai wali yang sangat
dermawan. Di antara ajaran-ajarannya, yang terkenal adalah sebagai berikut :
Maksud ajaran Sunan Drajat itu adalah : Pertama, agar kita sebagai manusia suka
memberi petunjuk kepada yang tidak tahu atau tidak mengerti suatu hal.
Memberikan pengertian dengan sabar dan telaten adalah satu cara yang harus
digunakan orang tua dan guru untuk mendidik anak-anak.
Kedua, hendaklah kita dengan tulus ikhlas memberi pertolongan kepada yang
miskin atau kekurangan makan, tanpa memperhatikan suku, agama, asal usul dan
keturunan. Bantuan itu, Insya Allah, akan menghindarkan orang dari perbuatan
jahat yang dilarang agama.
Nasihat ketiganya ialah ajakan bagi orang-orang yang belum berperilaku sopan
santun dan lemah lembut. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu sering menemu
orang yang kasar, kurang sopan, tidak acuh pada orang lain dan suka
mementingkan diri sendiri. Menjadi tugas kitalah untuk memberi contoh
bagaimana bersikap sayang, sopan dan menghargai orang lain.
Nasihat keempat Sunan Drajat ialah bila ada orang yang ditimpa bencana,
kesulitan atau menderita kekurangan, hendaklah kita dengan senang hati memberi
bantuan dan perlindungan.
Sesungguhnya, empat ajaran Sunan Drajat adalah hal yang perlu dilaksanakan
setiap orang. Pemeluk agama apa pun seyogianya berusaha untuk melaksanakan
ajaran itu. Terlebih para orang tua, guru maupun para pemimpin, agar mereka
dapat menjadi teladan bagi anak-anak dan rakyat kecil.
Moral : Bila hidup di tengah masyarakat, hendaklah kita selalu menunjukkan sifat
dermawan, kasih sayang, mau membantu orang yang menderita dan bersedia
memberikan bimbingan kepada orang yang belum mengetahui kebenaran.
Ular Hitam Bukit Kangin
I Tundung sangat rajin bekerja. Selain bercocok tanam di sawah dan di ladang, ia
pun memelihara ternak. Hasil taninya sangat memuaskan. "Hem, dia mempunyai
tangan dingin. Sehingga tanaman apa pun yang ia tanam tumbuh subur dan
hasilnya melimpah," kata seorang petani kepada temannya. "Dan ia mempunyai
bakat beternak. Sehingga ternak jenis apa pun cepat menjadi gemuk dan beranak
pinak," ucap teman petani itu.
Melihat hasil kerja yang berlimpah itu, I Tundung tidak sombong. Ia bahkan
menularkan ilmu taninya kepada petani lain. Namun, kunci keberhasilannya adalah
harus tekun dan rajin bekerja. Pada suatu hari, Jero Pasek memanggil I Tundung.
"Melihat hasil pekerjaanmu, aku akan menyerahkan sebidang tanah di Bukit
Kangin. Tanah itu tandus dan gersang, sehingga tidak ada orang yang mau
mengolahnya," kata Jero Pasek kepada I Tundung. "Aku yakin, kau mampu
menggarapnya dan hasilnya pun akan melimpah," tambah Jero
Pasek.
Tibalah saat panen. Hasilnya melimpah ruah. Jero Pasek memuji keberhasilan I
Tundung. "Aku sangat bangga dengan usahamu yang tak kenal lelah. Kau bisa
membuktikan kecakapanmu bertani. Maka mulai saat ini, kau kuberi tugas untuk
menggarap lahan di seluruh bukit," kata Jero Pasek kepada I Tundung. Ternyata I
Tundung bisa mengolah lahan di Bukit Kangin menjadi tanah pertanian dan
peternakan yang maju.
I Tundung sangat malu dengan Jero Pasek, karena tidak bisa mengatasi pencurian
yang berada di lahan garapannya. Setiap malam ia merenung sambil memutar otak
bagaimana cara mengatasi pencuri yang lihat itu. Di tengah malam yang hening, I
Tundung masuk ke sebuah pura di lahan garapannya. Pura itu bernama Pura Naga
Sundung. Ia berdoa sangat khusuk mohon agar dapat mengatasi pencurian yang
sangat merugikan itu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara gaib yang terngiang-
ngiang ditelinganya.
Moral : Sebuah kesetiaan yang tulus, diperlukan pengorbanan apa pun bentuknya.
Hal ini telah dibuktikan oleh I Tundung yang mengabdi kepada Jero Pasek
Tenganan.
Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu
Di tengah padang rumput yang sangat luas,
terdapat sebuah kolam yang dihuni oleh
berpuluh-puluh katak. Diantara katak-katak
tersebut ada satu anak katak yang bernama
Kenthus, dia adalah anak katak yang paling besar
dan kuat. Karena kelebihannya itu, Kenthus
menjadi sangat sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang
dapat mengalahkannya.
Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak bersikap
sombong pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat kakaknya tersebut tidak
pernah dihiraukannya. Hal ini yang menyebabkan teman-temannya mulai
menghindarinya, hingga Kenthus tidak mempunyai teman bermain lagi.
Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada
seekor anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali, anak lembu itu
mendekati ibunya untuk menyedot susu. Anak lembu itu gembira sekali, dia
berlari-lari sambil sesekali menyenggok rumput yang segar. Secara tidak sengaja,
lidah anak sapi yang dijulurkan terkena tubuh si Kenthus.
"Huh, berani makhluk ini mengusikku," kata Kenthus dengan perasaan marah
sambil coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu pula tidak
berniat untuk mengganggunya. Kebetulan pergerakannya sama dengan Kenthus
sehingga menyebabkan Khentus menjadi cemas dan melompat dengan segera
untuk menyelamatkan diri.
Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. " Makhluk itu anak lembu.
sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di
padang rumput ini setiap pagi."
"Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir
ditelannya tadi," kata Kenthus. "Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau
ikan tetapi hanya rumput." Jelas kakaknya lagi.
"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya."
Celah Kenthus. "Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan
mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.
" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramai-
ramai.
"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan
kamu berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus
tidak mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus mengembungkan dirinya,
karena dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak
memberi pelajaran pada Kenthus yang sombong itu.
Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya
telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.
Si Kancil dan Siput
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali.
Matanya serasa berat sekali untuk dibuka.
“Aaa….rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap.
Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika
menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri
hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas
sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan,
akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang
bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata
si Siput. “Hahahaha……., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya,
bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku
terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk
mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah
beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput….sudah
sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput.
Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia
memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada
didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan
berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas
dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat
gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi.
Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat
garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”,
teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan
mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan
pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya,
maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.
Kucing yang Terlupakan
Pada suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat, anak-anak
keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak pergi berlibur
selama sebulan.
Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Jones berangkat.
“Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia keliru. Ia sangat terkejut saat
melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga Jones. Billy lalu
menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang diberi tugas untuk
merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata ibu Billy.
Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang
ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar rumah. Penyakitnya
juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.
Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir tidak bisa
berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak yang tinggal di
rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya makanan.
Ia lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy hampir tidak
mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru Billy terkejut. Ia berlutut
dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus, pasti kau kelaparan. Apakah
tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu makan?”
Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh kasihan,” kata ibu
Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.”
Molly sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu tidur dengan nyenyak di
dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya tempat tidur dari kotak kayu. Billy juga
membersihkan badannya yang kotor karena beberapa hari tidur di semak-semak.
Malamnya, Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak sekali
tikusnya. Maka ia pun menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin membalas
kebaikan Billy dan ibunya.
Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus yang telah
ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi semakin
disayang di keluarga itu.
Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari Billy
mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar pulang,
Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy. Molly tahu bahwa Billy
dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga Jones yang tega
menelantarkannya.
Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka pun
memberikan kucing itu kepada Billy.
Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia sangat bahagia karena
selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena dapurnya menjadi bebas
dari gangguan tikus.
Si Kancil Dan Siput
Sambil berjalan si kancil berkata, “Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik
dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku.”
Si siput berkata, “Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu
sedang bergembira?”
Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya si kancil menemukan letak si siput.
“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya? Siput yang kecil dan imut-imut.
Eh bukan! Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai
kotoran ayam,” ujar si kancil.
Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya
jengkel.
Lalu siput pun berkata, “hai kancil! kamu memang cerdik dan pemberani karena
itu aku menantangmu lomba adu cepat.”
“Jangan lupa, kalian bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus
segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan
si kancil,” kata siput.
Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan
sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan kancil untuk
berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia
sampai.
Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Si kancil
berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.
Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum
sinis kancil berkata,” kancil memang tiada duanya.”
Si kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu
besar.
“Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, capai ya berlari?” ejek
siput.
Tidak mungkin! Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari
sangat kencang,” seru si kancil.
Si kancil masih heran dan tak percaya kalau ia dikalahkan oleh binatang yang lebih
kecil darinya. Si kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya.
“Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu
ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu. Semua
binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka
menghina dan menyepelekan mereka,” ujar siput.
Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggalah si kancil dengan rasa menyesal
dan malu.