Vous êtes sur la page 1sur 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN TBC

Kelompok 3:
Miki Puspita
Mutia Restu Rahmayuli
Rahmat Septiawan
Ratih Purnama Wati
Sarah Dian Rani
Siti Mulyani Muslim
Syafriwal Hendra
Vivi Melani
Yollis Suwirta
Yulia Fernando

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Lidya Mardison, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan inayah-Nya
Penulis telah dapat menyelesaikan Makalah ini meski secara sederhana. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Makalah ini Penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah system respirasi. Dalam
penyusunannya Penulis menemui berbagai rintangan. Namun Allah SWT sangat memperhatikan
hambanya yang mau berusaha dan berdo’a. Sehingga dengan adanya bantuan dari berbagai pihak
Makalah ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini,tak lupa Penulis ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan Makalah ini. Semoga bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap Makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, 18 Mei 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah
kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123). Stroke menduduki urutan ketiga
penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker, stroke juga masih merupakan
penyebab utama dari kecacatan. Data menunjukkan, setiap tahunnya stroke menyerang
sekitar 15 juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kurang lebih lima juta orang
pernah mengalami stroke. Sementara di Inggris, terdapat 250 ribu orang hidup dengan
kecacatan karena stroke.

Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan


stroke. Dari jumlah itu, sekitar 2,5 persen di antaranya meninggal dunia. Sementara
sisanya mengalami cacat ringan maupun berat. Angka kejadian stroke di Indonesia
meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif,
terbAanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS)
biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan,
Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan stroke dan kehilangan mata pencaharian sangat
tinggi. Dapat diartikan bahwa kecemasan yang timbul pada keluarga pasien stroke terjadi
karena ketidaktahuan terhadap apa yang akan terjadi terhadap anggota keluarga mereka
(Sarkamo, 2008: 3).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Stroke?
2. Bagaimana etiologi Stroke?
3. Apa jenis-jenis Stroke?
4. Bagaimana factor resiko stroke?
5. Bagaimana gejala stroke?
6. Bagaimna patofisiologi stroke?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic stroke?
8. Apa saja manifestasi klinik stroke?
9. Apa komplikasi Stroke?
10. Bagaimana penatalaksanaan stroke?
11. Bagaimna pencegahan stroke?
12. Bagaimana konsep keperawatan dari stroke?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Stroke.
2. Untuk mengetahui etiologi Stroke.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Stroke
4. Untuk mengetahui factor resiko stroke.
5. Untuk mengetahui gejala stroke.
6. Untuk mengetahui patofisiologi stroke.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic stroke.
8. Untuk mengetahui manifestasi klinik stroke.
9. Untuk mengetahui komplikasi Stroke.
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan stroke.
11. Untuk mengetahui pencegahan stroke.
12. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari stroke.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak

a. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu (Sarkamo, 2008: 3)
b. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah
kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123).
c. Stroke adalah gangguan yang mempengaruhi aliran darah keotak dan
mengakibatkan deficit neurologic (lewis, 2000 : 1645).
d. Stroke non hemorogik adalah bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung
sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit) tapi
kurang dari 24 jam (Mansjoer, 2000 : 17).
e. Stroke non hemorogik adalah penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh
darah otak, yang mendasari terjadinya stoke misalnya ateriosclerosis otak,
aneurisma, angioma pembuluh darah otak. (Harsono, 1996 : 25).
f. Stroke non hemorogik adalah penyakit yang mendominasi kelompok usia
menengah dan dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian
aterosklerosis (trombosis) dan penyakit jantung (emboli) yang dicetus oleh
adanya faktor predisposisi hipertensi (Satyanegara, 1998 : 179)

Definisi WHO : Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik local maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain
daripada gangguan vaskuler

B. Etiologi

Banyak sebab mengapa masih muda sudah terkena stroke, seperti contohnya:

a. Stres tinggi yang sering dialami para pekerja di kota besar. Tuntutan pekerjaan
yang membuat seseorang menjadi stres. Stres tinggi yang bertubi-tubi bila tidak
segera diatasi bisa menyebabkan gangguan jantung dan stroke.
b. Pola makan yang salah juga bisa memicu terjadinya stroke usia muda. karena
seringnya mengonsumsi makanan junk food, yang tidak baik sebab kandungan
kolesterol tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, terutama pembuluh darah
bila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah, dan mengenai pembuluh darah
otak bisa membuat seseorang stroke.
c. Pemicu stroke lainnya adalah karena kurang olahraga, kesibukan membuat
banyak orang tak ada waktu khusus untuk olahraga. Kurang olahraga membuat
stamina menurun dan akibat kurang gerak juga bisaterjadi penyumbatan pada
pembuluh otak yang berakibat stroke.

C. Jenis Stroke

Jenis stroke terbagi dalam dua golongan besar, yakni stroke penyumbatan dan
stroke pendarahan.
a. Stroke penyumbatan terjadi karena sumbatan atau penyempitan di dalam pembuluh
darah ke otak terganggu. Gangguan peredaran darah di otak membuat otak
kekurangan oksigen dan nutrisi. Bila ini terjadi dalam waktu lama menyebabkan
otak mengalami kerusakan.
b. Sedangkan stroke pendarahan sangat berbahaya. Stroke ini terjadi karena ada
pembuluh darah yang pecah. Stroke pendarahan biasanya karena adanya kelainan
bawaan dimana pembuluh darah di otak tidak sempurna. Namun stroke jenis ini
jarang terjadi.

D. Faktor Resiko pada Stroke


a. Hipertensi, merupakan factor resiko utama
b. Penyakit kardiovaskuler, yakni embolisme serebral dari jantung
- Penyakit arteri koronaria
- Gagal jantung kongestif
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium)
- Penyakit jantung kongestif
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark serebral
f. Diabetes, dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi
g. Kontrasepsi oral ( khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen
tinggi )
h. Merokok
i. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
j. Konsumsi alcohol

E. Gejala Stroke
Gejala stroke juga bisa tampak dari gangguan rasa, seperti pada sebelah anggota
badan, dari yang ringan (kesemutan) sampai yang berat (baal). Gangguan kesadaran juga
bisa terjadi, misalnya mudah mengantuk sampai tampak seperti koma. Demikian juga
dengan gangguan verbal, baik karena organ bicara yang rusak maupun daya ingat yang
turun, misalnya dalam bentuk tidak bisa mengeluarkan kata dan menangkap arti. Setelah
serangan yang pertama, stroke terkadang bisa terjadi lagi dengan kondisi yang lebih
parah. Ini umumnya terjadi pada penderita yang kurang kontrol diri, atau bisa jadi sudah
merasa puas setelah mengalami penyembuhan (pasca stroke yang pertama) sehingga
tidak lagi memeriksakan diri. Padahal, jika stroke sampai berulang, artinya terjadi
perdarahan yang lebih luas di otak sehingga kondisinya bisa lebih parah dari serangan
pertama. Riset menunjukkan, di antara orang-orang yang pernah mengalami stroke,
sekitar 40 persen di antaranya akan mengalami stroke berulang dalam waktu lima tahun.

F. Patofisiologi stroke
Iskemik otak adalah suatu keadaaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah
ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Infark otak terjadi jika ada daerah otak yang
iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplai darah sampai pada tingkat lebih
rendah dari titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan sel sehingga disertai gangguan
fungsional dan structural yang menetap. Terdapat 2 penyebab utam infark otak, yaitu
thrombosis dan emboli. Kebanyakan kasus infarka otak terjadi setelah adanya trombosis
pada pembuluh darah yang aterosklerotik. Dengan demikian thrombosis menyerang
individu-individu yang memiliki satu atau lebih factor resiko yang memacu
terbentuknnya aterosklerosis.

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti
perdarahan atau adanya obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture.
b. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, skemia dan adanya infark.
c. Fungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli
serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemorogik subaraknoid atau perdarahan intracranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses
inflamasi.
d. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemorogik, Malformasi
Arteriovena (MAV)
e. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis
(cairan darah/muncul plak) ateriosclerosis).
f. EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

H. Manifestasi Klinik

a. Kontra lateral paralysis atau paresis


b. Kehilangan penginderaan kontra lateral
c. Kehilangan penginderaan sensori dan motorik yang nampak sekali pada muka, leher
dan ekstremitas atas
d. Disphasia atau aphasia, timbul bila hemiparese dominant yang terkena (hemifere kiri
pada orang yang bertangan kanan dan pada umumnya orang-orang yang bertangan
kiri)
e. Masalah spatial perceptual, perubahan dalam perhitungan dan perilaku, mengabaikan
sebelah tubuh yang paralysis dan tidak mampu memperhatikan ekstremitas yang
paralysis bahwa itu terjadi pada dirinya (anasagnosia), bila non dominant hemisphere
yang terkena
f. Kontra lateral hemonymouse hemianopsia

1. Aphasia serebri : tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan (aphasia


receptive)
2. Motor aphasia : ketidakmampuan menggunakan symbol berbicara (disebut juga
aphasia ekspresif)
3. Global aphasia : tidak mampu mengambil pengertian dari apa yang dikatakan
demikian juga berbicara

I. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi :
a. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan member oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit
dalam mebantu mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung,
dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau
hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah
serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Sumber : Brunner
and Suddarth)
J. Penatalaksanaan
Penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan
yang ditimbulkan. Karenanya, keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekadar
pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan. Terlebih bila melihat angka penderita stroke
yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia.
a. Non farmakologik
1) Tirah baring
2) Posisi head up ( stroke hemoragic)
3) Posisi supinhe (stroke infark)
4) Nutrisi : oral, enteral, perenteral
5) Personal hygiena
6) Pemeliharaan kepatenan jalan napas :suctioning dan pemasangan mayo tube
b. Farmakologik
1) Aspirin
2) Glucose
3) Manitol
4) Obat seperti serenace ativan

K. Pencegahan Stroke
1. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
2. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah kegemukan).
3. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
4. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan lainnya).
5. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
6. Olahraga secara teratur.
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian pasien
Data yang dikumpulkan akan bergantung pada letak, keparahan, dan durasi
patologi:
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis (hemiplegia)
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri / kejang otot)
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis); paralitik (hemiplegia), dan
terjadi kelemahan umum
Gangguan penglihatan
Gangguan tingkat kesadaran

SIRKULASI
Gejala: Adanya penyakit jantung (MI, rheumatic/penyakit jantung vaskuler,
GJK, endokarditis bacterial), polisitemia, riwayat hipertensi postural
Tanda: Hipertensi arterial (dapat ditemukan/ terjadi pada stroke) sehubungan
dengan adanya embolisme/ malformasi vaskuler
Nadi : Frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi
jantung / kondisi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat
vasomotor)
Disritmia, perubahan EKG
Desiran pada karotis, femoralis dan arteri iliaka / aorta yang abnormal

INTEGRITAS EGO
Gejala: Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda: Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira

ELIMINASI
Gejala: Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria
Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), bising usus
negatif (ileus paralitik)

MAKANAN / CAIRAN
Gejala: Nafsu makan hilang
Mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK)
Kehilangan sensasi (rasa kecap ) pada lidah, pipi dan tenggorok,
disfagia
Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah
Tanda : Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal).
Obesitas (faktor resiko)

NEUROSENSORI
Gejala : Sinkope/pusing (sebelum serangan CSV / selama TIA)
Sakit kepala ; akan sangat berat dengan adanya perdarahan intraserebral
atau subarakhnoid
Kelemahan / kesemutan / kebas
Penglihatan menurun, seperti buta total, diplopia, kehilangan daya lihat
sebagian
Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral (pada sisi tubuh yang
berlawanan) pada ekstremitas dan kadang-kadang ipsilateral (yang satu
sisi) pada wajah
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Tanda: Status mental / tingkat kesadaran : biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragis; gangguan tingkah laku (letargi, apatis, menyerang); gangguan
fungsi kognitif (penurunan memori, pemecahan masalah).
Ekstremitas: kelemahan, paralysis, genggaman tidak sama, refleks tendon
melemah secara kontralateral
Pada wajah terjadi paralysis ata parese (ipsilateral)
Afasia : gangguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia motorik,
reseptif (afasia sensorik)
Kehilangan kemampuan untuk mengenali / menghayati masuknya
rangsang visual, pendengaran, taktil, gannguan persepsi
Ukuran / reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral
Kekakuan nukal (karena perdarahan), kejang (karena adanya pencetus
perdarahan

NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri
karotis terkena)
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
/ fasia
PERNAPASAN
Gejala : Merokok (factor resiko)
Tanda : Ketidakmampuan menelan / batuk/ hambatan jalan napas
Timbulnya pernapasan sulit / tak teratur
Suara napas terdengar / ronkhi (aspirasi sekresi)

KEAMANAN
Tanda : Motorik / sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan). Kesulitan
untuk melihat obyek dari sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang kewaspadaan
terhadapa bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali obyek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenalnya
dengan baik
Gangguan berespons terhadap panas dan dingin / gangguan regulasi suhu tubuh
(mandiri)
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar /
kurang kesadaran diri (stroke kanan)

INTERAKSI SOSIAL
Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian
kontrasepsi oral, kecanduan alcohol
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 7,3 hari

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah: gangguan oklusif, hemoragi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuscular:
kelemahan, parastesia; flaksid / paralysis hipotonik (awal) ; paralysis spastic
3. Kerusakan komunikasi verbal dan nonverbal berhubungan dengankerusakan
sirkulasi serebral; kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus / kontrol otot
fasial / oral; kelemahan / kelelahan umum
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori,
transmisi, integrasi (trauma neurologist atau deficit), stress psikologis.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan control / koordinasi otot
6. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial,
perceptual kognitif
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular/ perceptual
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat
3. Intervensi Keperawatan
I. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah:
gangguan oklusif, hemoragi
Tujuan : Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat
Intervensi:
- Tentukan faktor –faktor yang berhubungan dengan keadaan / penyebab
khusus selama koma / penurunana perfusi serebral dan potensial terjadinya
peningkatan TIK
R/ : Mempengaruhi penetapan intervensi
- Pantau / catat status neurologist sesering mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normalnya / standar
R/ : Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan /
resolusi peningkatan kerusakan SSP
- Pantau tanda – tanda vital
R/ ; Variasi mungkin terjadi karena tekanan/ trauma serebral pada daerah
vasomotor otak
- Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksinya terhadap
cahaya
R/ : Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotor (III) dan berguna
dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik
- Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenang;
batasi pengunjung / aktivitas pasien sesuai indikasi
R/ : Aktivitas / stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK
- Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ : Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral
dan tekanan meningkat / terbentuknya edema

II. Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan keterlibatan neuromuscular;


kelemahan, parestesia; flaksid / paralysis hipotonik (awal); paralysis spastis
Tujuan : mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
terkena atau kompensasi
Intervensi :
- Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal dan dengan cara
yang teratur.
R/ : Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan
- Ubah posisi minimal setiap 2 jam
R/ : Menurunkan resiko terjadinya trauma / iskemia jaringan
- Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas saat masuk
R/ : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur
- Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan
ambulasi pasien
R/ : Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti / menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan

III. Kerusakan Komunikasi verbal dan / atau nonverbal berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi serebral; kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus/ kontrol otot fasial/
oral; kelemahan / kelelahan umum
Tujuan : mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
Intervensi :
- Kaji tipe / derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang
terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap
proses komunikasi
- Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “ buka mata”, “
tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata / kalimat sederhana
R/ : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia
sensorik)
- Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar
R/ : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan /
deficit yang mendasarinya
- Konsultasikan dengan / rujuk kepada ahli terapi wicara
R/ : Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik
dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan /
kebutuhan terapi

IV. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori,


transmisi, integrasi (trauma neurologist atau deficit), stress psikologis.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perceptual
Intervensi :
- LIhat kembali prosedur patologis kondisi individual
R/ : Kesadaran akan tipe/ daerah yang terkena membantu dalam mengkaji
deficit spesifik dan perawatan
- Evaluasi adanya gangguan penglihatan
R/ : Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negative terhadap
kemampuan pasien untuk menerima lingkungan dan mempelajari
kembali keterampilan motorik dan meningkatkan resiko terjadinya
cedera
- Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang
membahayakan
R/ : membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat
menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi lingkungan,
munurunkan resiko terjadinya kecelakaan
- Hilangkan kebisingan / stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan
R/ menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan /
kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebihan

V. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, nyeri/


ketidaknyamanan
Tujuan : Melakukan aktivitas perawatan diri dengan tingkat kemampuan sendiri

Intervensi :
- Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-
hari
R/ : membantu dalam mengantisipasi pemenuhan kebutuhan secara individual
- Berikan umpan bali yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
R/ : meningkatkan perasaan makna diri
- Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan
pola normal tersebut
R/ : mengkaji perkembangan program latihan dan membantu dalam
pencegahan konstipasi dan sembelit
- Kolaborasi pemberian obat suppositoria dan pelunak feses
R/: Mungkin dibutuhkan pada awal untuk membantu menciptakan /
merangsang fungsi defekasi teratur

VI. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial


Tujuan : Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi
Intervensi :
- Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuannya
R/: penentuan factor –faktor secara individu membantu dalam
mengembangkan perencanaan asuhan/pilihan intervensi
- Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa
bermusuhan dan peasaan marah
R/: mendemonstrasikan penerimaan / menbantu pasien untuk mengenal dan
mulai memahami perasaan
- Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
R/: Membantu peningkatan harga diri dan control atas salah satu bagian
kehidupan

VII. Resiko tinggi terhadap gangguan menelan


Tujuan :Mermpertahankan berat badan yang tepat
Intervensi :
- Tinjau ulang kemampuan menelan pasien secara individual
R/ : Intervensi nutrisi / pilihan rute makan ditentukan oleh factor-faktor
tersebut
- Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair, makanan lunak
ketika pasien dapat menelan air
R/: Makanan lunak / cairan kental lebih mudah untuk mengendalikan ke
dalam mulut, menurunkan resiko terjadina aspirasi
- Pertahankan masukan dan haluaran dengan akurat, catat jumlah kalori yang
masuk
R/: jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
makanan harus dicarikan metode alternative untuk makan
- Kolaborasi pemberian cairan melalui IV atau makanan melalui selang
R/: mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga
makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu dalam
mulut

VII. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / prognosis dan aturan
terapeutik
Intervensi:
- Evaluasi tipe / derajat dari gangguan persepsi sensori
R/: Defisit mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi /
kompleksitas instruksi
- Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
R/ : Berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan / perlu direncanakan
berdasarkan pada kebutuhan secara individual
- Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual
R/: meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan
resiko kambuh
- Tinjau ulang / pertegas kembali pengobatan yang diberikan
R/ : aktivitas yang dianjurkan , pembatasan dan kebutuhan obat/ terapi
dibuat pada dasar pendekatan interdisiplin terkoordinasi

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a. Mencapai peningkatan mobilisasi
 Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
 Berpartisipasi dalam program latihan
 Mencapai keseimbangan saat duduk
 Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya fungsi
pada sisi yang hemiplegia
b. Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan
adaptasi terhadap alat-alat
c. Pembuangan kandung kemih dapat diatur
d. Berpatisipasi dalam program meningkatkan kognisi
e. Adanya peningkatan komunikasi
 Mempertahankan kulit yang utuh tanpa adanya kerusakan;
memperlihatkan turgor kulit tetap normal dan berpartisipasi dalam
aktivitas membalikkan badan dan posisi
f. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan
menggunakan mekanisme koping
 Mendukung program latihan
 Turut aktif dalam proses rehabilitasi
g. Tidak terjasi komplikasi
 Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk
pasien
 As darah arteri dalam batas normal
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai


darah kebagian otak . Stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker, stroke juga masih merupakan penyebab utama dari
kecacatan.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai
ilmu pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan
asma.
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu menambah wawasan kita semua tentang
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan asma.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Doengoes Marilyn, 1999, Rencana asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Harsono,dr., 1996, Kapita Selekta Neurologi, Edisi 2, Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Price SA., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Buku I,
Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Indonesia, DepKes, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1995, Asuhan keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Persyarafan, Departemen Kesehatan, Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi