Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Anggie Pradella
15701020044
Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu kesehatan
Universitas Borneo Tarakan
BAB 3
1.1 Definisi
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek
1.2 Etiologi
adalah :
b. Trauma saat lahir misal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.
1.3 Klasifikasi
Glasgow Coma Scale (GCS), yaitu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat
a. Cedera kranioserebral ringan (mild head imjury) bila GCS berkisar antara 13-
15.
b. Cedera kranioserebral sedang (moderate head injury) bila GCS berkisar antara
9-12.
c. Cedera kranioserebral berat (severe head injury) bila skor GCS 8 atau kurang.
Ada pula klasifikasi cedera otak, berdasarkan lamanya amnesia pasca-
b. Ringan : <1jam
1.4 Patofisiologi
tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan
yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju Galia aponeurotika
sehingga banyak energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu
Akibat dari haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi
otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan TIK
memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau
autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya
kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya
untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari
kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta
kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran
otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang
menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson
kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan
karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer
Gejala dan tanda klinis yang dapat timbul akibat trauma kepala adalah
sebagai berikut:
a. Penurunan kesadaran
fraktur
d. Disfungsi sensori
e. Kejang otot
f. Sakit kepala
g. Kejang
h. Syok hipovolemik menunjukkan kemungkinan cedera multisistem
(Brito, 1996)
mati.
electromagnetic.
d. Laboratorium
Semua pasien yang mengalami trauma oleh tekanan benda tumpul harus
sesuai sehingga pas pada leher, mengunci kepala, tahan lama dan aman untuk
stabilisasi dan log rolling. Jangan menggunakan traksi pada tulang leher
(Ausband, 2004).
b. Airway
segera dilakukan pada semua pasien. Ketika sedatif dan paralitik telah
Setelah jalan nafas aman dengan intubasi, kaji status pernafasan pasien
dengan gas darah arteri. Gunakan serial gas darah arteri atau monitor end-tidal
fisiologis.
d. Circulation
pasien trauma. Tangani syok dengan cepat dengan memberikan Ringer laktat
atau normal salin dan priduk darah apabila diperlukan. Hindari pemberian
intrakranial
e. Disability
Lakukan pengukuran GCS pada semua pasien dengan trauma kepala. Ulangi
pengukuran GCS secara berkala selama pengkajian. Ukur juga respon pupil,
kesimetrisannya(Ausband, 2004).
f. Exposure
Pada semua pasien trauma, pasien harus dilepas pakainnya dan seluruh bagian
g. Seizure
anak. Pada pasien kejang post trauma akut diberikan lorazepam, fenitoin,
h. Pain Control
Nyeri pada evaluasi awal jangan langsung memberikan sedatif dan analgesik.
efektif sebagai sedatif dan analgesik dan harus digunakan pada dosis yang
tinggi. Pasien yang diintubasi harus diberikan analgesik dan sedatif yang
cukup.
i. Hipertensi sistemik
Jika tekanan darah meningkat, evaluasi pasien untuk pemberian sedatif dan
analgesik.
j. Hipertensi Intrakranial.
1.8 Komplikasi
Epilaepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa
b. Afasia
terjadinya cedera pada area bahasa di otak. Bagian otak yang mengendalikan
fungsi bahasa adalah lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus frontalis
disebelahnya
c. Appraksia
d. Agnosia
atau fungsi normal dari benda tersebut. Penyebab dari kelainan ini adalah
e. Amnesia
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama
berlalu.
1.9 Pathway
Trauma kepala
1.10.1 Identitas
pendidikan,pekerjaan
a. Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena
b. Breathing
Inspeksi frekuensi napas apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada,
c. Circulation
urin
d. Disability
e. Eksposure
f. Secondary survey
a. Kepala
Kelainan atau luka kecil kepala dan bola mata, telinga bagian luka dab
b. Leher
c. Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS
d. Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara napas dan jantung
pemantauan EKG
e. Abdomen
tumpul abdomen
Kaji adanya fraktur, denyut nadi ferifer pada daerah trauma dan cedera
lainnya
Intervensi
5) Letakan kepala dengan posisi 15-45 derajat lebih tinggi untuk mencegah
peningkatan TIK
pernapasan
berskala
otak berat” di ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan selama tiga hari
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan tahap demi tahap yang diawali dengan
2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2018 pada klien Ny. J
dengan Cedera otak bereat yang dirawat diruang perawatan ICCU Rumah Sakit
register 177912, agama islam, suku bugis, alamat Jalan Selamet Riadi RT. 18, masuk
rumah sakit pada tanggal 09 November 2017 pada pukul 13.00 pm dengan diagnosa
Suami klien bernama Tn..“S”, usia 48 tahun, Suami klien lulusan SMA,
pekerjaan Suami klien swasta , suami klien beragama islam, alamat Jalan
Pasien datang di bawa oleh polisi pada tanggal 09 november 2017 pukul
13.00 ditemukan dijalan tidak sadarkan diri dan terdapat perdarahan dibagian
kepala.
kesadaran klien sopor, perubahan ukuran pupil isokor 3 : 3, capillary rate > 2
detik, klien terpasang NGT, klien juga terpasang canul tracheostomy, terdapat
sputum. Pernapasan klien terlihat dangkal dan cepat klien terpasang ventilator,
mengeluarkan sputum
tracheostomy
- Nadi : 85x/menit
- Turgor kulit : < 2 detik, warna kulit sawo matang dan tampak kering
- mukosa mulut : mukosa mulut tampak kering dan pecah-pecah , bibir tampak
pucat
- tanda-tanda sianosis : tidak ada
- Paracetamol 4x1gram
tambahan yakni ronchi dank lien terpasang alat bantu napas canul traheoctomy,
Perfusi perifer teraba dingin namun warna akral tidak pucat ataupun
rate < 2 detik, bunyi jantung s¹-s² (Lub-dub) tanpa suara tambahan.
- Menapenam : 3x1gram
- Mionalgin : 3x1gram
- Azefazolanindo : 3x 250mg
- Kesadaran : sopor
Terpasang dower cateter (DC) hari ke 10, urine tampung pagi 400cc,
malam 600cc, tidak ada spoling blass dikarenakan urine klien lancar keluar,
2.5.5 Bowel
Anjurkan untuk puasa tidak ada, diet yang diberikan entrasol 100cc-
200cc, terpasang NGT 10hari, dan klien tidak mengalami kelainan atau masalah
Klien tampak kaku akibat tirah baring yang lama, kekuatan otot lemah,
1 1
1 1
2.5.7 Skin (kulit)
Keadaan kulit klien tampak kering, pada bagian kulit terkelupas akibat
kulit klien yang kering, tidak ada decubitus pada daerah tubuh klien.
klien datang menjenguk, suami klien belum datang ke Rumah sakit dikarenakan
2.7 Laboratorium
22 januari 2018
Oral : - Rehidrasi Rl
- Midazolam 1mg
IV : - Morphin 1mg
- Tarbutaline 2x0,25mg
- Mionalgin 3x1gram
- Kalinex 3x150mg
- Omeprazole 2x40mg
- Citicoline 2x500mg
- Azefazolanindo 3x250mg
a. Hasil USG : -
c. Hasil EKG :
9) Terpasang ventilator
- Nadi :85x/menit
- Suhu : 36,2ºC
- GCS : E¹ , V¹, M¹
1) 22 januari 2018
b) GCS : E¹ , V¹ , M¹
: 36,2ºC
2) 22 Januari 2018
3) 22 januari 2018
Trauma kepala
sputum
Kriteria hasil :
1) TTV stabil : tekanan darah : sistol 120-130, diastol 80-90 , Nadi : 60-
100x/menit
Intervensi:
sputum
diharapkan bersihan jalan napas tidak efektif dapat teratasi, dengan kriteria
hasil :
Intervensi:
fisiologi steril
(2) TTV normal : tekanan darah sistol: 120-130 diastol: 80-90 , nadi 60-
Intervensi:
(2) Penghisapan jalan napas: mengeluarkan secret dari jalan napas dengan
pasien
S: -
O: tekanan darah: 124/79mmhg, nadi: 83x/menit, respirasi rate: 26x/menit,
suhu : 36,3ºC
2) Pukul 15.10
S: -
3) Pukul 15.20
S: -
4) Pukul 15.25
S: -
5) Pukul 15.30
S: -
Citicoline 2x500gram
6.1.2 Diagnosa keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif
1) Pukul 16.00
S: -
O: 28x/menit
2) Pukul 16.15
S: -
3) Pukul 16.18
S: -
4) pukul 16.20
S: -
5) pukul 16.30
S: -
O: posisi kepala klien dimiringkan
6) pukul 16.35
S: -
24 januari 2018
1) Pukul 21.30
S: -
2) Pukul 21.35
S:-
3) Pukul 22.00
S:-
dengan 6 liter
4) Pukul 22.15
S: -
7.1 Evaluasi
S: -
: 24x/menit
secret
S: -
S:-