Vous êtes sur la page 1sur 13

ASKEP BUMIL DENGAN INFEKSI TORCH

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


IBU HAMIL DENGAN INFEKSI TORCH

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Dodi A
2. Laela F
3. Siti Nurul Rahayu Setyabudi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014/2015
---------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1
– HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang
bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita.
Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya,
yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem
kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.

B. Tujuan
Adapun tujun penulisan dari makalah ini adalah :
1) Memberikan informasi kepada pembaca tentang torch.
2) Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan torch.
3) Menambah dan memperluas pengetahuan tentang torch
C. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud torch?
2) Apa yang menyebabkan torch ?
3) Bagaimana patofisiologi torch ?
4) Apa saja klasifikasi toch?

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi

TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap
kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman.
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G
(IgG).Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang
bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita.
Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya,
yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Ke empat macam jenis infeksi tersebut
adalah:

a) Toxoplasma
Toxoplasmosis penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma
gondii. Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang menginfeksi pada manusia
dan hewan. Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali
ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia) oleh
Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia
pertama kali oleh Castellani
b) Rubella
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan
genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang
terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-
rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa
lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari
toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin
Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang menimbulkan demam ringan dengan
ruam yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting
karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital
terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester
pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke
16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.
c) Cyto Megalo Virus (CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus,
famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh
yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit
ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi,
infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga
ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita
telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti.
Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan
menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut:
hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy,
mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai
tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi
psikomotor maupun kehilangan pendengaran..
d) Herpes Simplek
Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu
tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena
adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes
genitalis yang menular lewat hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara
imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari. Infeksi herpes superfisial biasanya mudah
dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.
Penyakit infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya
kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV)
tipe 1 dan 2 pada umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan
masuknya. Dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut.

B. Penyebab TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan
Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati,
kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab
terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan
oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang
dan lainnya.

C. Penyebab TORCH

 Toxoplasma

Gejala yang diderita biasanya dengan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah,
malaise, demam disertai hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan masalah,

 Herpes Simpleks
Penderita biasanya mengalami demam, salivasi, mudah terangsang dan menolak untuk
makan. Dengan dilakukan pemeriksaan menunjukan adanya ulkus dangkal multiple yang
nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan bukal denganvesikel pada bibir dan sekitarnya.

 Cyto Megalo Virus (CMV)

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus
keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara
laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Antara
lain:
- Demam
- penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
- letih- lesi
- kulit berwarna kuning
- pembesaran hati dan limpa
- kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan mental,
dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang
- Umumnya janin yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah.

 Rubella

Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga tiga hari dan mungkin
melibatkan:
- Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah
- Sakit kepala
- Hidung tersumbat atau pilek
- Peradangan, mata merah
- Pembesaran, pelunakan kelenjar getah bening di dasar tengkorak, leher bagian belakang dan
di belakang telinga
- Muncul ruam warna merah muda/pink di wajah dan dengan cepat menyebar ke pundak,
lengan, kaki sebelum menghilang di sekuens yang sama.
- Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan muda.

D. Pathofisiologi TORCH

a. Toxoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab
kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong
dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas,
tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista
ini dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran
yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh
manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar.
Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat
merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi,
chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing.
Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang
berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya
berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang
dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa
gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul
gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan
dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.

b. Rubella
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi awal,
virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar
limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7
hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui
bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau
telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum
usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun
menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20
minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi
yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.

c. Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi
atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer
pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang
telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV
selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan,
karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer
terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan
pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi
juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam
serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret
traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan
dapat menular melalui tranfusi.

d. Herpes Simpleks (HSV)


HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya
menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi
genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya.
Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel
epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel
akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana
virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang
diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi,
untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam
60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat
melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi
herpes genital primer pada akhir kehamilannya.
E. Cara Penularan TORCH
Penularan TORCH pada manusia dapat melalui dua cara. Pertama, secara aktif
(didapat) dan yang kedua secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain
sebagai berikut :
 Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista),
misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui
masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak
semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya
 Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH.
Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat
menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi
TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah
sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
 Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),
kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa
sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
 Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH.
Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan
seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada
kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang
pernah diderita oleh lawan jenisnya.
 Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada
kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
 Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa
terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH
maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang
disusuinya.
 Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa
menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang
kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit
TORCH.
 Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah
kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan
tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan
tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.
 Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga
hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.

Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu
keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang
lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota
keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya
terkena penyakit TORCH.
F. Cara Menghindari TORCH
Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan
ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :
 Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya
terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agar
oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.
 Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang
masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci /
dibersihkan.
 Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,
musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang
kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
 Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable
(dibuang setelah dipakai).
 Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif,
jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
 Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang
masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan dapur
setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
 Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan,
mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
 Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita
imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari orang
dengan seronegatif TORCH.
 Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
 Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi
oosista.
 Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan
agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.

G. Cara Mencegah TORCH


Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang
merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-
saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.
a) Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk
perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila
tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak
akan menginfeksi tubuh.
b) Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat
memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda
kehamilan hingga benar-benar sembuh.
c) Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin
rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu
sampai 2 bulan kemudian.
d) Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab
TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak
sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang
dalam keseharian Anda.
e) Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan
teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh
Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi
tidak menjadi buruk.
f) Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.
g) Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi
virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum
dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang
berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk
memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk
selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi terlahir sehat.

H. Pengobatan pada TORCH


Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M
(IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah
membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M
positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan
untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai
1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika
IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika
hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu
pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam
pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai
melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan
anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin,
klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang
sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif
yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90
%.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine),
azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi
yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek
mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan
tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk
menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM
negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau
negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.

I. Diagnosa TORCH
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit.
Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka
dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer
antibodi IgM atau IgG-nya.
Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi
sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah
pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang
tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan
keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik
maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.
Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH
sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.

J. Pemeriksaan TORCH
1) Cara Pemeriksaannya:
a. Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada penyangga padat, mula-
mula di inkubasi dengan serum penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar
antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan
antigen antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk
determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas
ELISA juga dapat digunakan untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik
antara antibodi dengan antigen. Apabila ikatan intrinsiknya lemah maka daya proteksinya
juga lemah meskipun titernya cukup tinggi. Sebaliknya apabila ikatan intrinsik antigen-
antibodinya cukup tinggi maka daya proteksinya cukup baik meskipun titernya tidak terlalu
tinggi.

Cara Kerja;
- Lokasi Pengambilan Sampel:
vena mediana cubiti ( dewasa ), vena jugularis superficialis ( bayi )

Cara kerja pengambilan sampel :


- Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan menjadi kering
kembali
- Pasang ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti. Mintakan pasien yang akan diambil
darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat.
Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat
- Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak
- Tusuk kulit diatas vena dengan jarum/nald dengan tangan kanan sampai menembus lumen
vena
- Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan
- Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan
- Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi
- Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung
- Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen
- Sampel dapat di simpan pada suhu 2 - 8 ° C bertahan sampai 7 hari atau dibekukan sampai 6
bulan. Hindari pembekuan berulang jika untuk pemeriksaan.

Cara kerja Toxolisa IgG dan IgM


- Siapkan pengenceran 1:40 test sampel, negatif control, positif control dan calibrator dengan
jalan menambahkan masing-masing 5 ul bahan dengan 100 ul sampel diluents, goyang
hingga homagen.
- Ambil 100 ul masing-masing hasil pengenceran, masukkan ke dalam wells goyang agar
tercampur rata, inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
- Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci 1× dengan aquabidest Wash
buffer (1×) = encerkan volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume aquabidest contoh :
larutkan 50ml Wash Buffer (20×) kedalam aquabidest untuk membuat 1000ml Wash Buffer
(1×)
- Masukan 100 ul Enzyme Conjugate ke masing-masing well, inkubasi 30 menit pada suhu
37oC.
- Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci dengan aquabidest.
- Masukan 100 ul TMB ke masing-masing well, goyang hingga merata.
- Inkubasi 15 menit pada suhu 37oC.
- Tambahkan 100 ul Stop Solution (1N HCl) ke masing-masing well
- Goyang 30 detik agar merata
- Baca pada Elisa Reader dengan λ 450nm

b. Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang
mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana
IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan
pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis
infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

c. Cyto Megalo Virus


Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium
yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.

d. Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi
secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya
lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan

2) Dan cara untuk membaca hasilnya adalah sebagai berikut :


a. Periksalah serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk parasit/virus TORCH. Bila
hasilnya Negatif, berarti Anda tidak pernah terinfeksi TORCH. Bila Positif, berarti pernah
terinfeksi. Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-Rubella IgG, Anti-CMV IgG, Anti-
HSV2 IgG]. Tes IgG itu untuk meriksa apakah pada masa lalu si pasien pernah kena infeksi.
b. Bila IgG Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus melakukan
pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM parasit/virus TORCH. Tes IgM ini
fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terinfeksi TORCH.
c. Bila IgG Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih dari setahun yang lalu. Saat ini
anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu. Anda tidak perlu
khawatir untuk hamil.
d. Bila IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2 tahun
terakhir, [mungkin pula ada false pada hasil IgM]. Anda harus catat berapa angka IgM
tersebut.
e. Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM [kalau perlu sekalian IgG] setelah
2 minggu dari pemeriksaan pertama.
f. Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi TORCH.
Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.
g. Siapa dan kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH yaitu
- Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil
- Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau belum diperiksa, idealnya
dipantau setiap 3 bulan sekali
- Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Seorang perempuan usia 28 tahun, dengan usia kehamilan 20 minggu klien mengeluh sakit
kepala hidung tersumbat, nyeri pada kulit. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh 38,5°;
ekstremitas atas dan bawah terlihat bintik merah iritasi, TD 125/90 mmhg, nadi 90 kali per
menit, RR 20 kali per menit, mata tampak merah, terdapat peradangan pada tangan,saat
dipegang kulit terasa hangat. Klien menceritakan bahwa dirumah memelihara banyak kucing
dan dia sering makan sayuran mentah.

Pengkajian:
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 Mengeluh sakit kepala  S : 38,5 °

 Mengeluh hidung tersumbat  N : 90 x / menit


 Mengeluh nyeri pada kulit  TD : 125/95 mmHg

 Klien menceritakan bahwa  RR : 20 x / menit


dirumah memelihara banyak
kucing  Mata tampak merah

 Klien sering makan sayuran  Terdapat peradangan pada tangan


mentah.
 Dipegang kulit terasa hangat

 Pada ekstremitas atas dan bawah


terlihat bintik merah

Diagnosa:
DATA FOKUS Masalah Etiologi
-S : 38,5 ° Nyeri akut Agen biologis
-N : 90 x / menit
-kulit terasa hangat
-kulit kemerahan

-S : 38,5 ° Hipertermi proses perjalanan penyakit


-N : 90 x / menit
-kulit terasa hangat
-kulit kemerahan
Hipertermi
Proses perjalanan penyakit
-TD : 125/95 mmHg
-Mengeluh nyeri pada kulit
-Terdapat peradangan pada
tangan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri b.d agen cidera Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji secara komprehensif
biologis keperawatan 1x24 jam nyeri tentang nyeri meliputi lokasi,
berkurang karakteristik, dan onset,
Kriteria hasil: durasi, frekuensi,
- Skala nyeri turun dan kualitas,intensitas/beratnya
ekspresi wajah tidak nyeri, dan faktor-faktor
menyeringai lagi presipitasi.
2) Observasi isyarat non verbal
dari tidaknyaman, khususnya
tidakmampu untuk
komunikasi secara efektif.
3) Gunakan komunikasi
terapeutik agar klien
mengekspresikan nyeri
4) Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga
5) Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan
(ex.: temperatur ruangan,
penyinaran, dll)
6) Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologik (misalnya :
relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi,
aplikasi panas – dingin,
massage, TENS, hipnotis,
terapi aktivitas)
7) Berikan analgesik sesuai
anjuran
8) Tingkatkan tidur atau
istirahat yang cukup
9) Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
yang telah digunakan.

Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor vital sign


perjalanan penyakit keperawatan 1x24 jam suhu2) Monitor suhu minimal tiap
menurun dengan kriteria 15 menit sampai suhu stabil
hasil: 3) Monitor warna kulit
- kulit tidak kemerahan lagi, 4) Tingkatkan intake cairan dan
penurunan suhu kulit nutrisi
5) Selimuti klien untuk
mencegah hilangnya panas
tubuh
6) Kompres klien pada lipat
paha dan aksila
7) Berikan antipiretik bila perlu

Vous aimerez peut-être aussi