Vous êtes sur la page 1sur 4

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN PERILAKU PELAYANAN PUBLIK YANG CEPAT,


TRANSPARAN, AKUNTABEL, DAN RESPONSIF
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIMALUNGUN

A. Latar Belakang Masalah


Good Governance (Kepemerintahan yang baik) merupakan issue yang paling menarik
dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Kondisi kepemerintahan ini merupakan
tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang baik. Hal ini sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat,
di samping adanya pengaruh globalisasi. Penempatan sistem penyelenggaraan kepemerintahan
yang baik memungkinkan untuk terlaksananya pembangunan yang berlangsung secara berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Terciptanya Good Governance akan diikuti pula dengan Clean Governance
yaitu pemerintahan yang bersih dan berwibawa, artinya system pemerintahan yang mampu
melindungi masyarakatnya dengan prinsip penegak hukum yang dipatuhi oleh semua lapisan
masyarakat. Dengan kondisi tersebut pada akhirnya akan menjadikan pemerintahan yang kuat
(Strong Governance) dalam arti semakin kuatnya penyelenggaraan pemerintahan lainya.
Prasyarat-prasyarat di atas sangat diperlukan memperhatikan kondisi jalannya
pemerintahan di Indonesia menjelang berakhirnya orde baru banyak Gejala yang menunjukan
tidak professional dalam menjalankan pemerintahan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sherwood
(1997), bahwa profesionalisme pemerintahan sedang megalami kemunduran. Saat ini lebih
banyak pejabat politik dalam birokrasi, dan lingkungan kerja belum mendukung atau dapat
dipercaya. Tetapi pejabat pemerintahan mempunyai peran penting untuk memulihkan
lingkungan kerja agar sesuai dengan standar profesionalisme. Untuk itu dibutuhkan orientasi
layanan yang baru. Demikian juga alternative struktur formal dan layanan ekskutif yunior
mungkin banyak membantu. Kenyataan tersebut tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di
Amerika Serikat sebagaimana dinyatakan oleh Harwood (1994), bahwa status pelayanan publik
di Amerika Serikat telah mengalami penurunan pesat.
Sumber dari kemunduran penyelenggaraan pemerintahan dan Pembangunan tersebut
adalah rendahnya profesionalisme pelayanan publik dan birokratisnya aparat pemerintah.
Kondisi demikian akan berdampak pula pada rendahnya kinerja instansi pemerintah tersebut.
Meskipun harapan tentang kinerja yang professional ini secara tegas telah ditetapkan melalui
Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 1993 (LAN, 2000) yaitu : Sederhana,
mudah, lancar dan tidak berbelit-belit,
1) Jelas dan pasti dalam tata cara dan persyaratan;
2) Aman, proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan;

1
3) Terbuka dalam segala hal;
4) Ekonomis;
5) Efisiensi;
6) Adil dan merata;
7) Tepat waktu.

Bergulirnya proses perubahan yang meluas di masyarakat, serta perubahan factual peran
pemerintah daerah, yang mulai terbuka dalam suatu koridor UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, menuntut wacana lebih luas peran pelayanan yang berkualitas dan
tanggung jawab kepada masyarakat. Tuntutan terhadap kinerja aparat pemerintah ini sejalan
dengan Model Administrasi Negara Baru, yaitu Pilihan Publik, “Sistem Pemberian Pelayanan
Kepada Publik” (Delivery Service System), merupakan salah satu pusat perhatian, dan menjadi
nilai yang akan dimaksimumkan (Frefericksondalam LAN,2000).
Selain itu keberadaan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pada
dasarnya mengubah sistem penyelenggaraan pemerintah daerah dari sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi yang memerlukan dukungan dari pemerintah yang baik atau Good Governance,
keterkaitan pula dengan perubahan sikap dan perilaku aparatur pemerintah baik eksekutif
maupun legislatif.
Seiring dengan pelaksanaan Good Governance, Penyelenggaraan Otonomi Daerah adalah
pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab Kepala Daerah secara
professional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Penyelenggaraan
Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat
pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Dengan adanya penyerahan kewenangan pemerintah dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Otonomi, memberikan keleluasaan Daerah Otonomi untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat secara luas, utuh, nyata dan bertanggung jawab dalam lingkup Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Secara utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya adalah mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, evaluasi sehingga dapat terwujud
peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menghadapi reformasi birokrasi maka ada baiknya setiap lembaga pemerintahan
turut membangun dan menerapkan standar operasional prosedur berdasarkan Peraturan Bupati
Aceh Tamiang Nomor 19 Tahun 2014.
Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang ini dimaksudkan sebagai acuan bagi
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang dalam
menjalankan penyelenggaraan administrasi pemerintahaan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi.
Adapun Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang bertujuan untuk :
1. Membantu setiap unit pada Kantor Pelayanan Perijinan Satu Pintu dan Penanaman
2
Modal Kabupaten Aceh untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi;
2. Menyempurnakan proses penyelenggaraan pemerintahan;
3. Meningkatkan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang optimal dituntut kualitas pelayanan
aparatur pemerintah kepada masyarakat di semua sektor pelayanan publik. Berkaitan dengan hal
tersebut di atas, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Aceh Tamiang saat ini memfokuskan pada standar pelayanan dan sistem pelayanan
yang inovatif demi terwujudnya pelayanan yang optimal.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah,
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang
sebelumnya bernama Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang
karena Perubahan tersebut, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Aceh Tamiang perlu dilakukannya Penyempurnaan Standar Pelayanan dan Sistem
Pelayanan yang inovatif pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Aceh Tamiang khususnya pada Kasi. Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan III
demi terwujudnya pelayanan perizinan dan non perizinan yang optimal.

B. Judul Rancangan Revolusi Cara Kerja


Judul Rancangan Revolusi Cara Kerja adalah “PENINGKATAN PERILAKU

PELAYANAN PUBLIK YANG CEPAT, TRANSPARAN, AKUNTABEL,


DAN RESPONSIF DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
SIMALUNGUN”.

C. Deskripsi
Untuk mewujudkan pelayanan perizinan yang optimal, penyempurnaan standar pelayanan
dan sistem pelayanan yang inovatif khususnya pada Seksi Pelayanan Perizinan dan Non
Perizinan III sebagai panduan dan acuan dalam melakukan revolusi cara kerja penyelenggaraan
pelayanan perizinan.

D. Tahapan Kegiatan
Untuk membuat penyempurnaan standar pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif,
inisiator melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Mengumpulkan bahan dan data dalam menyusun penyempurnaan standar pelayanan;
2. Membaca Literatur dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Standar
Pelayanan dan Sistem Pelayanan yang Inovatif.
3. Membuat konsep penyempurnaan standar pelayanan prosedur dan sistem pelayanan
yang inovatif;
4. Menyusun penyempurnaan standar pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif;

3
5. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait (tim teknis) dalam penyempurnaan
standar pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif;
6. Mengundang Konsultan dalam Penyusunan Standar Pelayanan dan Sistem Pelayanan
yang inovatif (Aplikasi Perizinan On Line);
7. Membuat rapat struktural tentang standar pelayanan dan sistem pelayanan yang
inovatif;
8. Mengevaluasi dan verifikasi penyempurnaan standar pelayanan dan sistem
pelayanan yang inovatif;
9. Mencetak dan memperbanyak dokumen standar pelayanan telah disempurnakan;
10. Mensosialisasikan standar pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif yang telah
disempurnakan.

E. Manfaat
Manfaat dengan adanya penyempurnaan standar pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif
adalah :

1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapatkan pelayanan


dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan;
2. Melakukan perbaikan kinerja pelayanan publik khususnya pada Kasi. Pelayanan
Perizinan dan Non Perizinan III dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang pada umumnya.
3. Meningkatkan mutu pelayanan khusunya pada Kasi. Pelayanan Perizinan dan Non
Perizinan III dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Aceh Tamiang pada umumnya;
4. Faktor kunci dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya pada
Kasi. Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan III dan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang pada umumnya;
5. Mampu membantu setiap unit pada Kantor Pelayanan Perijinan Satu Pintu dan
Penanaman Modal Kabupaten Aceh untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi;
6. Mampu menyempurnakan proses penyelenggaraan pemerintahan;
7. Mampu meningkatkan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
8. Mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Demikian Laporan Implementasi Revolusi Rancangan Cara Kerja ini buat, semoga dengan
adanya penyempurnaan standar pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif dapat
memberikan pelayanan yang optimal pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Aceh Tamiang.7

Vous aimerez peut-être aussi