Vous êtes sur la page 1sur 3

Padahal Rasulullah telah bersabda :

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (HaditsShahih Lighairihi, H.R.
Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-
Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Kembali ke kisruh pembangunan kampus Akademi Komunitas Negeri Pidie Jaya, sungguh
tidak layak jika kita menyepelekan usaha-usaha yang ditempuh Yayasan Budha Tzu Chi.
Bukan tidak mungkin pola yang sama yang menimpa Khilafah Usmani akan atau bahkan
sedang menimpa masyarakat kita hari ini. Tidak ada makan siang gratis, diatas semuanya
ingatlah apa yang telah Allah sampaikan,

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”.
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-
Baqarah:120)

Artinya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir


menjadi ‘auliya’ dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu
yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan
hanya kepada Allah kembali (mu)”. (Q.S. Ali Imran [3]: 28).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(Q.S. Al-Maidah [5]: 51).

Kita juga bisa melihat sejarah negara Singapura, Malaysia atau bahkan Rohingya. Mereka
terusir dari tanahnya, dengan pola-pola licik dan menjijikkan. Semoga kita bisa
memaksimalkan pemikiran kita, karunia Allah yang luar biasa dengan segenap potensinya
untuk Islam dan Kaum Muslimin. Kita harus senantiasa membuka pemikiran dan
meningkatkan kepedulian, jangan menyepelakan segala sesuatu dan mencukupinya dengan
berdiam diri. Sesungguhnya nanti, kita akan ditanya atas segala pilihan dan sikap kita,
wallahu`alam.

Untuk melihat langsung bagaimana ampuhnya bantuan dan hibah dalam dunia pendidikan
dalam meruntuhkan sebuah peradaban mari bercermin pada sejarah runtuhnya peradaban
Islam, Khilafah Usmaniyah. Sungguh setelah kekalahannya di perang salib orang-orang kafir
telah mengubah arah dan bentuk serangannya terhadap kaum muslimin. Perang fisik telah
diganti dengan perang pemikiran yang terbukti ampuh meruntuhkan kejayaan Usmani.
Bagaimana perang pemikiran dimulai ? Sejarah mencatat bahwa Eropa memerangi dunia
Islam dengan serangan misionarisnya yang mengatasnamakan ilmu pengetahuan dan
kemanusian. Untuk keberhasilan mega proyek ini mereka menyiapkan anggaran yang sangat
besar. Mereka mendirikan kampus-kampus di wilayah Khilafah dan memberikan beasiswa
kepada generasi muda Khilafah menuntut ilmu ke berbagai negara di Eropa, menancapkan
pemikiran mereka dengan ide nasionalisme. Seiring perjalanan waktu, sejumlah organisasi
menjadi inspirator dan penggerak massa untuk gerakan nasionalisme. Organisasi ini menjadi
penentu kebijakan yang menggariskan arah tujuan hidup para pelajar muslim. Misionaris
merupakan batu pertama yang diletakkan untuk menutup celah yang terdapat antara kaum
muslimin dengan kebangkitan dan untuk mengubah hubungan antara kaum muslimin dengan
idiologinya, yaitu Idiologi Islam. Pengalaman mereka selama perang salib menyadarkan
mereka bahwa kaum muslim sangat kuat dan tangguh di medan perang. Barat mengkaji semua
rahasia ini dan akhirnya menemukannya dalam Islam. Mereka mampu melihat bahwa akidah
Islam mampu menumbuhkan kekuatan yang sangat besar pada diri kaum muslim. Barat
berpikir keras untuk menemukan cara menghancurkan dunia Islam, yaitu melalui perang
pemikiran yang dijalankan melaui program misionaris, mengobarkan keraguan kaum muslim
terhadap akidah mereka. Dimulai dengan mendirikan markas misionaris di Malta pada abad 16
M, kemudian ke Syam tahun 1625 M, mendirikan sekolah-sekolah kecil, perguruan-perguruan
yesuit, mendirikan praktik dan klinik berobat dan menyebar sebagian buku agama.
Selanjutnya berkembang hingga ke Beirut. Salah satu tokohnya adalah Willie Smith,
misionaris Amerika yang sangat fenomenal. Dia menguasai bahkan sampai ke aspek
penerbitan buletin-buletin. Ibrahim Pasha yang menerapkan program-program pendidikan
tingkat dasar di Suriah-yang diilhami dari program pendidikan di Mesir, yang diambil dari
program pendidikan dasar di Perancis-justru menjadi peluang emas bagi para misionaris.
Gerakan ini merambah dibidang percetakan, kemudian bergabung dengan gerakan pendidikan.
Dengan gerakan ini mereka berahasil mempengaruhi hati rakyat Khilafah Usmani baik muslim
atau non muslim atas nama kebebasan beragama hingga diantara kaum muslim, Nasrani dan
Druze diadakan aktivitas keagamaan yang berkaitan dengan akidah.

Lalu mereka menciptakan fenomena baru yang sebelumnya belum ada. Mereka mulai
mendirikan kelompok studi dan kajian ilmiah dibawah pimpinan delegasi Amerika, salah
satunya Jam`iyyatu al Funuun wa al-`ulum. Anggotanya adalah Nashif al-Yazji, Butras al-
Bustaniy, Willie Smith dan Cornelis Van Dick serta Kolonel Churchill dari Inggris. Pada
mulanya tujuan dari kelompok studi ini masih samar, akan tetapi kemudian mulai tampak,
yaitu menyebarkan ilmu-ilmu kepada tokoh-tokoh masyarakat, sebagaimana juga
menyebarkan ilmu-ilmu di sekolah-sekolah untuk kalangan masyarakat bawah (kecil).

Demikian, Serangan misionaris menjadi pembuka yang meratakan jalan bagi imperialisme
Eropa dengan tujuan menaklukkan dunia Islam, merubuhkan Khilafah melalui penjajahan
politik setelah penjajahan pemikiran. Mereka mendudukkan oarang-orang yang telah
mengambil pemikiran dan pandangan hidup mereka di pemerintahan yang kemudian membuat
kebijakan sejalan dengan keinginan tuannya. Yang terjadi kemudian, kepribadian barat
dijadikan asas kehidupan Islam. Pada gilirannya akan mencabut tsaqafah Islam yang selama
ini dipakai oleh kaum muslim. Barat menjadikan sejarah, ruh kebangkitan, dan lingkungannya
sebagai sumber pokok nilai-nilai yang menjejali akal kaum muslim. Barat memasukkan ruh ini
kedalam berbagai metode secara rinci, hingga tidak ada satupun tsaqafah Islam mampu keluar
dari landasan pemikiran umum yang menjadi falsafah dan peradabannya. Proses ini merata ke
seluruh aspek tsaqafah Islam, hingga merasuk kedalam pelajaran agama dan sejarah Islam.
Serangan barat dibangun berdasarkan prinsip-prinsip barat dan pemahaman mereka. Agama
Islam dipelajari disekolah-sekolah sebatas pada materi spiritual-etika, seperti barat memahami
agamanya. Agama dipelajari hanya dari satu aspek saja, jauh dari kehidupan dan hakikat
pemahaman tentang hidup. Kehidupan Rasulullah diajarkan pada anak-anak kaum muslim
yang mata rantainya terputus dari kenabian dan risalahnya, nyaris diposisikan sama dengan
mempelajari kehidupan Napoleon atau Otto von Bismark. Akibatnya, Islam tidak berpengaruh
terhadap pemikiran dan perasaan kaum muslim. Materi-materi ibadah dan akhlak yang
sebenarnya sudah tercakup didalamnya diberikan hanya dari sisi manfaatnya saja.

Sejarah Islam diajarkan hanya dengan menonjolkan sisi-sisi aib yang sengaja direkayasa. Hasil
rekayasa ini diletakkan dalam bingkai hitam mengatasnamakan kesucian sejarah dan
pembahasan ilmiah. Ditambah dengan prilaku intelektual muslim yang mempelajari sejarah,
dan menyusunnya berdasarkan metode misionaris. Kaum intelektual kebanyakan menjadi anak
asuh dan murid-murid peradaban Barat. Mereka merasakan lezatnya peradaban ini dan selalu
merindukan serta mengarahkan kehidupan mereka sesuai metode Barat. Maka tak perlu heran
ketika menjumpai intelektual muda muslim mengingkari tsaqafah Islam jika bertentangan
dengan tsaqafah Barat. Mereka menerima tsaqafah barat dengan ikhlas dan mengemban
peradabannya. Pemikirannya terbentuk dengan pola Barat, dalam beberapa hal membenci
Islam dan tsaqafah Islam sebagaimana kebencian Barat. Mereka menjadi pemeluk Islam yang
meyakini bahwa Islam dan tsaqafahnya adalah penyebab kemunduran kaum muslimin,
sebagaimana yang ditanamkan Barat kepada mereka.

Vous aimerez peut-être aussi