Vous êtes sur la page 1sur 11

PORTOFOLIO

Topik : Herpes Zooster


Tanggal Kasus : Presenter: dr.Monica N Lumban Tobing
Tanggal Presentasi : Pendamping: dr. Sri Wirya Ningsih
Tempat Presentasi: Ruang Rapat Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
Objektif Presentasi:
□Keilmuan □Keterampilan □Penyegaran □TinjauanPustaka
□Diagnostik □Manajemen □Masalah □ Istimewa
□Neonatus □Bayi □Anak □Remaja □Dewasa □Lansia
Deskripsi:
Tujuan:
Bahan □Tinjauan Pustaka □Riset □Kasus □ Audit
Bahasan:
Cara □Diskusi □Presentasi dan Diskusi □ Email □Pos
Membahas:
Data Pasien: Nama: Tn. MF Umur:36 tahun No. Reg:

Nama Klinik: Puskesmas Telp: - Terdaftar sejak:


Glugur Darat
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Herpes Zooster
2. Riwayat Pengobatan:
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: -
4. Riwayat Keluarga: -
5. Riwayat Pekerjaan:

Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat yang disebabkan oleh Virus Varisela
Zoster (VZV), terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal
maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus
varisela zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.
B. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus (VZV) yang mempunyai kapsid
tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion
lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.
Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus
kranialis, dan ganglion autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang immunocompromise,
beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan
infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion lain
pada satu dermatom.
Inveksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, detergen, enzim
proteolitik, panas, dan lingkungan dengan PH yang tinggi
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Herpes Zoster antara lain:
- Usia lebih 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia lanjut akibat daya tahan tubuh
yang melemah.
- Individu yang mengalami penurunan kekebalan tubuh (immunocompromised) seperti
HIV dan leukemia.
- Individu dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
- Individu dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
C. Patofisologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus) melalui
inhalasi dari sekresi pernafasan atau kontak langsung dengan lesi kulit. Selanjutnya, terjadilah
penggabungan virus dengan DNA hospes. Virus akan mengadakan multiplikasi atau replikasi
sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Selanjutnya, virus akan menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Herpes zoster hanya terjadi pada pasien yang sebelumnya pernah terinfeksi varisela. Selama
terjadi infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut
saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf sensorik di spinal cord dan ganglion gaserii. Dalam ganglion ini virus memasuki masa
laten dan tidak infeksius, serta tidak mengalami multiplikasi. Namun, bukan berarti virus tersebut
kehilangan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh menurun, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi
dan menyebar di dalam ganglion sel-sel saraf, dan virion yang berkapsid dibawa menuju ke axon
pada daerah yang dipersarafi oleh ganglion tersebut. Pada kulit, virus menyebabkan reaksi inflamasi
lokal dan lepuh. Penyebaran virus dapat menyebabkan nekrosis pada saraf serta inflamasi yang berat
dan biasanya disertai dengan neuralgia yang hebat. Lama rasa nyeri yang ditimbulkan tergantung
pada pertumbuhan dan penyebaran virus pada saraf yang terkena.
Varisela zoster virus yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi
neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan gambaran erupsi yang
khas untuk erupsi herpes zoster. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion motorik sehingga
menimbulkan gejala gangguan motorik.

D. Gambaran Klinik
Gejala prodormal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit, hiperestesi dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi. Gejala tambahan
seperti malaise, sakit kepala dan demam terjadi pada 5% penderita terutama anak-anak dan timbul 1-2
hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir
selalu unilateral, jarang melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang
dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik. Erupsi mulai dengan makulopapular eritematous.
Vesikula terbentuk 12-24 jam kemudian, dan dapat berubah menjadi pustula pada hari ke-3.
Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap selama
2-3 minggu.
Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul
keluhan ringan dan erupsinya cepat sembuh. Rasa sakit segmental pada penderita usia lanjut dapat
menetap walaupun krustanya sudah menghilang.
Menurut daerah yang terserang, dikenal beberap tipe herpes zoster, yaitu :
1. Herpes zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata
2. Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
3. Herpes zoster thorakalis : menyerang dada dan perut
4. Herpes zoster lumbalis : menyerang pantat dan paha
5. Herpes zoster sakralis : menyerang sekitar anus dan genitalia
6. Herpes zoster otikum : menyerang telinga
E. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Pada anamnesis didapatkan keluhan neuralgia beberapa hari sebelumnya atau bersama-sama
dengan timbulnya kelainan di kulit. Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala
prodormal seperti demam, pusing, malaise. Kelainan kulit awalnya berupa eritema, berkembang
menjadi papula dan vesikula berkelompok dengan dasar eritemaous, unilateral sesuai dermatom yang
dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah
beberapa hari menjadi keruh dan dapat bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, maka vesikel akan
menjadi krusta.
Pada stadium pra eupsi , diagnosis sulit ditegakkan karena memberikan gambaran seperti
penyakit lain, seperti pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan sebagainya.
Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan dengan melihat gambaran erupsi.
Secara histopatologi, dapat ditemukan sel sebukan limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan
serabut saraf, proliferasi pembuluh darah kecil, hemoragi fokal, dan inflamasi bungkus ganglion.
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop electron dan antigen VZV dapat dilihat secara
imunofluoresensi.
Secara laboratorium dapat dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan sediaan tes Tzanck, membantu menegakkan diagnosis dengan menemukan
sel datia berinti banyak, akan tetapi pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara
infeksi HSV dengan VZV.
2. Pemeriksaan DFA (Direct Fluorecent Antibody) dari sel yang terinfeksi dapat
memberikan hasil yang cepat.
3. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat mendeteksi VZV DNA secara
cepat dari cairan spinal dan tingkat sensivitas yang tinggi.
4. Kultur virus untuk diagnosis pasti adanya VZV.
Herpes zoster kadang sulit dibedakan dengan dermatitis herpetiformis, herpes simplek, dan
varisela.

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat herpes zoster antara lain :
1. Post Herpetic Neuralgia (PHN)
Merupakan rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan, dapat berlangsung
berbulan-bulan sampai beberapa tahun, cenderung terjadi pada usia > 40 tahun dengan
gradasi nyeri yang berbeda. PHN meupakan komplikasi serius dari herpes zoster, dapat
menyebabkan morbiditas dengan manifestasi klinik berupa insomnia, kelelahan, depresi dan
gangguan akivitas sehari-hari. Nyeri pada neuralgia pasca herpetika merupakan nyeri
neuropatik yang diakibatkan oleh perlukaan saraf perifer sehingga terjadi perubahan pada
proses pengolahan sinyal pada system saraf pusat. Saraf perifer yang sudah rusak memiliki
ambang aktivasi yang lebih rendah sehingga memberikan respon berlebihan terhadap
stimulus, terjadi hipereksibilitas kornu dorsalis sehingga menimbulkan respon system saraf
pusat yang berlelebihan terhadap semua rangsang sensorik. Perubahan ini berjalan dalam
berbagai macam proses sehingga pendekatan terapeutik pada neuralgia pasca herpetika dapat
berbagai acam.
2. Keratokonjungtivitis pada herpes zoster opalmikus.
3. Syndrom Ramsay Hunt pada herpes yang mengenai ganglion genikulatum
4. Herpes zoster generalista
5. Pada system saraf, dapat terjadi ensefalitis, aseptic meningitis, myelitis, fasial palsy.

G. Penatalaksanaan
1. Antiviral
Obat antiviral yang biasa digunakan adalah asiklovir dan modifikasinya seperti valasiklovir.
Sebaiknya diberikan dalam 3 hari pertama sejak muncul lesi. Dosis acyclovir yang dianjurkan adalah
5x800mg sehari dan biasanya diberikan elama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3x1000mg sehari
karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
2. Kortikosteroid
3. Analgesik
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A., Djuanda, S., Hamzah, M., Aisah, S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1993.
2. Harahap, M., Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta. 2000
3. Orkin, M., Maibach, H., Dahl, M., Herpes Zoster dalam Dermatologi. First Edition.
Appleton and Large. California. 1991.
4. www.medscape.com., Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia: From Varicella to
HZ: Natural History. Diakses tanggal 10 Oktober 2011.
5. www.websters-online-dictionary.org., Extended Definition: Herpes Zoster. Diakses
tanggal 10 Oktober 2011.
6. www.commons.wikimedia.org., Herpes Zoster Chest. Diakses tanggal 10 maret 2014..
7. Siregar, S., Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2005.

Hasil Pembelajaran
1. Menegakkan diagnosis Herpes Zooster
2. Menentukan Penatalaksanaan Herpes Zooster dari segi farmakologi dan non farmakologi

1. Subjektif :
 Nyri seperti rasa terbakar lengan tangan kanan
 munculnya bintik-bintik kecil berair semakin lama menyebar dan berkelompok sejak 3
hari yang lalu
 Pasien juga mengeluh badannya lemas dan demam sejak 3 hri yang lalu. Pasien belum
berobat.

2. Objektif :
a. Vital sign
 KU : sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan darah:110/70 mmHg
 Frekuensi nadi: 96 x/menit
 Frekuensi nafas: 20 x /menit
 Suhu : 38,1 0C
 Status Gizi : Baik
b. Pemeriksaan sistemik
 Kepala : Bentuk normal.
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 THT : Tidak ada kelainan.
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.
 Leher : JVP 5-2 cm H2O, tidak ada pembesaran tiroid
 KGB : tidak ada pembesaran KGB
 Thoraks
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus teraba di 1 jari medial LMCS RIC IV
Perkusi : Batas jantung sukar dinilai
Auskultasi : Reguler, BJI/II murni, bising (-), gallop (-)

Paru
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem Fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi -/- , wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, NT (-),
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) Normal.

Ekstremitas : Akral hangat, oedema -/-, vesikel multiple, berdasar eritem ditangan kanan,
berkonfluen, unilateral, sesuai dengan dermatom
Reflek Fisiologis ++/++,
Reflek Patologis -/-
C. Status Lokalis :

vesikel multipel, berdasar eritem di tangan kanan , berkonfluen, unilateral, sesuai dengan

dermatom

D. Usulan pemeriksaan : Tzanck smear

3. Assasment

Didapatkan Pasien perempuan berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri seperti rasa
terbakar di tangan kanan yang disertai dengan munculnya bintik-bintik kecil berair semakin
lama menyebar dan berkelompok sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh badannya
lemas dan demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien belum berobat.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan kelainan kulit berupa vesikel
multipel dan bula dengan dasar eritem yang berkonfluen dan menyebar di tangan kanan yang
unilateral. Kelainan kulit ini sesuai dengan gambaran Herpes Zoster sehingga ditegakkan
diagnosis Herpes Zoster.

4. Plan :

Diagnosis : Herpes Zoster


Pengobatan :
Acyclovir 5 x 800 mg

Paracetamol 3x1 tab

Neurodex 2x1

Acyclovir salp Sue

Edukasi :
- Memberikan penjelasan mengenai Herpes Zoster kepada pasien

- Menjaga daya tahan tubuh

- Menghindari menggunakan pakaian ketat

- Tidak menggaruk lesi

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal : telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama peserta : dr. Monica N Lumban Tobing

Dengan judul : Herpes Zooster

Nama pendamping : dr. Sri Wirya Ningsih

Nama wahana : Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

No. NamaPeserta TandaTangan


1. dr. Amanda Rizka
2. dr. Friska Manao
3. dr. Mawar Simanjuntak
4. dr. Melda Miranda
5. dr. Monica Lumban Tobing
6. dr. Roy Fernandes
7. dr. Wianlie Cendana

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya

Pendamping

(dr.Sri Wirya Ningsih)

Vous aimerez peut-être aussi