Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Proses Kimia yang berjudul Absorpsi CO2 dengan Larutan NaOH
disusun oleh:
Kelompok : 24 – Kamis
Nama / NIM : Aurora Fitriana 21030114130192
Ebersa Desry Surbakti 21030114130207
Fawzia Puti P. 21030114120065
Semarang, 2016
Asisten Pembimbing,
ii
RINGKASAN
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap tiap waktu, KGa,
KLa, dak K2.
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH yang disertai reduksi
kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas
menuju laposan antarfase gas-cairan, kesetimbangan abtara CO2 dalam fase gas dan dalam
fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-).
Pada percobaan ini, variabel tetapnya adalah konsentrasi NaOH sebesar 0,4N, HCl
0,25N, selisih waktu pengambilan sampel yaitu selama 1 menit, suhu 30℃ dan tekanan 5,5
bar, sedangkan variabel berubahnya adalah laju alir NaOH sebesar 2,5 ml/s; 3,5 ml/s; dan
4.5 ml/s. percobaan ini diawali dengan membuat larutan NaOH 0,4N 15L. kemudian proses
absorbs yaitu NaOH dipompakan pada bagian bawah absorber. Larutan NaOH dan CO2
dibiarkan saling kontak. Sebanyak 10ml sampel diambil dari bagian dasar menara dengan
interval 1 menit dan dianalisis kadar CO2 dengan cara titrasi acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapat bahwa semakin besar laju alir NaOH maka jumlah CO2
yang terserap semakin banyak. Hal itu dikarenakan semakin banyaknya molekul NaOH yang
dapat bereaksi dan mengikat CO2. Semakin besar laju alir NaOH maka semakin tinggi nilai
kGa karena kontak fase antara gas dengan cairan akan semakin baik. Semakin tinggi laju alir
NaOH maka semakin besar nilai kLa karena semakin banyak molekul NaOH yang bereaksi
dengan CO2. Nilai k2 juga meningkat dengan semakin besarnya laju alir NaOH karena
tumbukan yang semakin banyak.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah laju alir NaOH berbanding lurus dengan jumlah
CO2 yang terserap, nilai kGa, kLa, dan k2. Saran yang dapat diberikan antara lain
penggunaan valve yang baik agar mudah dalam mengatur laju alir NaOH dan menjaga agar
valve dalam keadaan stabi sehingga dapat mengalirkan NaOH sesuai dengan variabel.
iii
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan
rahmat-Nya dapat diselesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia.
Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan memampukan penyusun
untuk dapat menyelesaikan Praktikum Proses Kimia dengan baik tanpa suatu halangan
yang berarti.
2. Para asisten Laboratorium Proses Kimia terutama saudari Rinda Ameliya Firdhaus yang
dengan tulus dan sabar dalam memberi bimbingan untuk menyusun laporan resmi ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang membantu dan mendukung penyusunan
laporan ini.
Laporan Praktikum Proses Kimia ini berisi materi Absorpsi CO2 dengan Larutan
NaOH. Laporan ini berisi hasil dari praktikum dilakukan di Praktikum Proses Kimia.
Laporan ini merupakan laporan terbaik saat ini yang dapat diajukan, namun kami
menyadari pasti ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan.
Semarang, 2016
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Ammonia .. 3
Gambar 2.2 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH ......................................... 4
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Utama ...................................................................................... 7
vii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi melalui dua
mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini
adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonat. Penyerapan gas oleh
larutan penyerap terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses absorbsi fisik
dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh
Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah
absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari
absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amonia
seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Ammonia
Proses absorpsi gas dengan fase cair dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk
yang dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom
yang berisi packing yang inert (packed column) , atau piringan (tray column). Pemilihan
peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan),
suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
3
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh Larutan
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai
reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui
lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase
gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas kebadan utama
larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-). Skema proses
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-], yaitu = 2.
4
Di fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa tahapan
proses:
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam larutan. Hal
ini berakibat:
√𝐷𝐴 .𝑘2 .[𝑂𝐻 − ] [𝑂𝐻 − ] 𝐷𝐴
≈ √𝐷 (6)
𝑘𝐿 𝑧.𝐴∗ 𝐵
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan mengikuti
persamaan:
𝑎.𝐻.𝑝𝑔.∅.𝑘𝐿
Ra = 𝑎.𝐻.∅.𝑘𝐿 (7)
1+
𝑘𝐺𝑎
Dengan ∅ adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer
massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi
kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):
1
[𝑂𝐻− ]𝐷𝑩
√𝐷𝐴 .𝑘2 .[𝑂𝐻 − ] 1+ ∅ 2
𝑍.𝐴∗𝐷𝐴
∅= [ [𝑂𝐻− ]𝐷𝑩 ] (8)
𝑘𝐿
𝑍.𝐴∗𝐷𝐴
5
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah
2.1 x 10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu
tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, k Ga dapat dihitung
menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
1
𝑘𝐺𝑎 .𝑑𝑝2 . 𝑅 . 𝑇 𝜌𝐶𝑂2 𝑄𝐶𝑂2 1.4003 𝜇𝐶𝑂2 3
= 4.0777 ( ) ×( ) (9)
𝐷𝐴 𝜇𝐶𝑂2 .𝑎 𝜌𝐶𝑂2 𝐷𝐴
6 (1− 𝜀) 𝑉 𝑣𝑜𝑖𝑑
Dengan 𝑎 = dan 𝜀 =
𝑑𝑝 𝑉𝑟
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan Δp = pin-pout.
Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and Xu,
1992):
𝑘𝐿𝑎 .𝑑𝑝 𝜌𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑄𝑁𝑎𝑂𝐻 0.3 𝜇𝑁𝑎𝑂𝐻 0.5
= 0,2258 ( ) 𝑥 ( ) (11)
𝐷𝑎 𝜇𝑁𝑎𝑂𝐻 .𝑎 𝜌
𝑁𝑎𝑂𝐻 .𝐷𝑎
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju difusi
CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan dengan badan
cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2 yang sangat cepat selama reaksi
sepanjang film. Adapun, tebal film (x) dapat ditentukan persamaan:
𝐷𝑎 .(𝑝𝑖𝑛 𝑝𝑜𝑢𝑡 )
x= (12)
𝑚𝑜𝑙 (𝐶𝑂32− ).𝑅.𝑇.
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Persiapan Bahan
7
3. Udara
4. Aquadest (H2O)
5. Reagen untuk analisis yaitu HCl 0,25N sebanyak 3,26 ml
6. Indikator PP dan MO
3.2.2. Alat yang Digunakan
1. Tangki
2. Mixer
3. Kompresor
4. Pompa
8
B. Menentukan Fraksi Ruang Kosong pada Kolom Absorbsi
1.Pastikan kran dibawah kolom absorbs dalam posisi tertutup
2.Alirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorbsi
3.Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing
4.Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran dibawah kolom, tampung
cairan tersebut dan segera tutup lran jika cairan dalam kolom tepat berada pada
packing bagian paling bawah
5.Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorbsi = Vvoid
6.Tentukan volume total kolom absorbsi, yaitu dengan mengukur diameter kolom (D)
𝜋 𝐷2 𝐻
dan tinggi tumpukan packing (H), VT = 4
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑
7.Fraksi ruang kosong kolom absorbsi = 𝜀 = 𝑉𝑇
C. Operasi Absorbsi
1. NaOH dengan konsentrasi 0,4N dipompa dan diumpankan ke dalam kolom
melalui bagian atas kolom pada laju alir 2,5 ml/s hingga keadaan mantap tercapai.
2. Mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian cairan
dalam manometer 1 dan manometer 2 jika aliran gas sudah steady.
3. Mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama
10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
4. Mengulangi percobaan untuk nilai variabel kajian yang berbeda.
D. Menganalisis Sampel
1. Sebanyak 10 mL sampel cairan ditempatkan dalam erlenmeyer 100 mL.
2. Menambahkan indicator fenolfthalein (PP) sampai merah jambu, dan titrasi
sampel dengan larutan HCl 0.25 N sampai warna merah hampir hilang
(kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a x 0,25 mmol.
3. Menambahkan 2-3 tetes indicator metil jingga (MO), dan titrasi dilanjutkan lagi
sampai warna jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL), atau
kebutuhan HCl = b x 0.25 mmol.
4. Jumlah NaOH bebas = (a-b) x 0.25 mmol di dalam 10 mL sampel.
5. Konsentrasi NaOH bebas = (a-b) x 0.025 mol/L.
9
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Jumlah CO2 yang Terserap
Tabel 4.1. Data Hubungan antara Laju Alir NaOH dengan Jumlah CO2 yang Terserap,
Nilai kGa,KLa dan K2
Data Hubungan antara Waktu Pengambilan Sampel dan Jumlah CO2 Terserap (grafiknya
pake data ini, nanti tabelnya yg ini dihapus ajaaaaa)
CO2 terserap; NaOH = 0,2 N
t (menit ke-) -6 3
Q = 2,5 x 10 m /s Q = 3.5 x 10-6 m3/s Q = 4,5 x 10-6 m3/s
0 3,125 x 10-5 3.5 x 10-5 3.6 x 10-5
1 2 x 10-5 3.5 x 10-5 4.5 x 10-5
2 2 x 10-5 3.5 x 10-5 5.625 x 10-5
3 3,125 x 10-5 3.5 x 10-5 4.5 x 10-5
4 2,5 x 10-5 3.5 x 10-5 4.5 x 10-5
5 3,125 x 10-5 2.8 x 10-5 4.5 x 10-5
6 2 x 10-5 3.5 x 10-5 4.5 x 10-5
7 2 x 10-5 3.5 x 10-5 4.5 x 10-5
8 2 x 10-5 3.5 x 10-5 4.5 x 10-5
9 2 x 10-5 3.5 x 10-5 5.625 x 10-5
10 2 x 10-5 3.5 x 10-5 5.625 x 10-5
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan antara waktu (menit) dengan mol CO2 yang
terserap dalam berbagai laju alir larutan NaOH. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
pada laju alir NaOH 4,5 x 10-6 m3/s, mol CO2 yang terserap lebih besar daripada mol
10
yang terserap pada laju alir NaOH sebesar 2,5 x 10-6 m3/s dan 3,5 x 10-6 m3/s.
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin cepat laju alir NaOH maka
CO2 yang terserap semakin tinggi. Hal ini dikarenakan pada laju alir NaOH yang tinggi,
jumlah molekul NaOH sebagai sorben menjadi lebih banyak sehingga akan semakin
banyak molekul NaOH yang dapat bereaksi dan mengikat CO2. Semakin besar laju alir
NaOH yang masuk maka koefisien perpindahan massa antara gas dan cairan akan semakin
besar pula. Koefisien perpindahan massa ini kemudian akan sangat mempengaruhi daya
serap cairan terhadap komponen yang terdapat pada aliran gas CO2. Dari hasil yang
diperoleh tampak bahwa semakin besar koefisien perpindahan massa antara gas dan cairan
maka kadar CO2 yang diserap akan semakin banyak pula (Irianty, 2009).
sebesar 4,5 x 10-6 m3/s, sedangkan ketika kecepatan NaOH sebesar 2,5 x 10-6 m3/s dan
mol
3,5 x 10-6 m3/s maka nilai kGanya secara berturut-turut adalah 2.19 x 10-6 (Pa.m3 .s) dan
mol
3,21 x 10-6 (Pa.m3 .s).
kGa adalah koefisien perpindahan massa antara gas-cair. Menurut Kumoro dan
Hadiyanto (2000), semakin tinggi laju alir cairan, maka kontak fase antara gas dengan
cairan semakin baik. Dengan demikian, maka jumlah gas yang dapat berpindah dari fase
gas menuju fase cair semakin besar. Sehingga, semakin besar laju alir NaOH maka nilai
kGa juga semakin besar.
11
NaOH. Hal ini dikarenakan pada laju alir NaOH yang tinggi jumlah molekul NaOH
sebagai sorben menjadi lebih banyak sehingga akan semakin banyak molekul NaOH
yang bereaksi dengan CO2. Semakin banyaknya reaksi antara NaOH dengan CO2
menyebabkan semakin banyak pula perpindahan massa interfase cair (k La) yang terjadi
(Haryani dan Widayat, 2011).
12
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir NaOH maka jumlah CO2 yang terserap semakin banyak, hal
itu dikarenakan pada laju alir NaOH yang tinggi, jumlah molekul NaOH sebagai
sorben menjadi lebih banyak sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang
dapat bereaksi dan mengikat CO2.
2. Semakin besar laju alir NaOH, nilai kGa akan semakin besar karena kontak fase antara
gas dengan cairan akan semakin baik, dengan demikian maka jumlah gas yang dapat
berpindah dari fase gas menuju fase cair juga semakin besar.
3. Semakin besar laju alir NaOH, nilai kLa akan semakin besar karena jumlah molekul
NaOH sebagai sorben menjadi semakin banyak sehinnga menyebabkan semakin
banyak molekul NaOH yang bereaksi dengan CO2.
4. Semakin besar laju alir NaOH, nilai k2 akan semakin besar karena laju alir yang
tinggi menyebabkan tumbukan yang lebih banyak sehingga laju reaksinya makin
meningkat.
5.2. Saran
1. Menggunakan valve yang baik agar mudah dalam pengaturan laju alir NaOH.
2. Menjaga tekanan pada tangki CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan.
3. Menjaga tekanan pada kompresor agar air raksa yang berada pada inverted
manometer tidak keluar ke pipa pembuangan.
4. Melakukan pengaturan laju alir NaOH dengan cermat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J. M., & Richardson, J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1: Fluid flow,
heat transfer and mass transfer (5th ed.). London: Butterworth Heinemann.
Danckwerts, P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York: McGraw-Hill Book
Company, Inc.
Danckwerts, P. V., & Kennedy, B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the Institution of
Chemical Engineers, 32, S49–S52.
Franks, R. G. E. (1967). Mathematical modeling in chemical engineering. New York: John
Wiley and Sons, Inc.
Haryani, Kristina dan Widayat. 2011. Pengaruh Viskositas dan Laju Alir terhadap
Hidrodinamika dan Perpindahan Massa dalam Proses Produksi Asam Sitrat dengan
Bioreaktor Air Lift dan Kapang Aspergillus niger. Reaktor, vol 13 no. 3 hal. 194-200,
Juni 2011.
Irianty, Rozanna. 2009. Pengaruh Laju Alir GAS dan Konsentrasi Sorben terhadap Fluks CO2
pada Absorbsi Gas CO2 Menggunakan Kontraktor Membran Hallow Fiber. Jurnal
Sains dan Teknologi 8 (2), 83-87.
Juvekar, V. A., & Sharma, M. . (1972). Absorption of CO, in suspension of lime. Chemical
Engineering Science, 28, 825–837.
Kumoro, & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda Api dalam
Ungun Tetap, 24(2), 186–195.
Levenspiel, O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering Science (2nd
ed., Vol. 19). New York: John Wiley and Sons, Inc. http://doi.org/10.1016/0009-
2509(64)85017-X
Rehm, T. R., Moll, A. J., & Babb, A. L. (1963). Unsteady State Absorption ofCarbon Dioxide
by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute of Chemical Engineers
Journal, 9(5), 760–765.
Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass transfer
characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of the Institution of
Chemical Engineers, (Part A) 70, 459–464.
14