Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSES SEREBRI
Oleh:
1740312302
Preseptor:
2018
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
dikelilingi oleh kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus
dan protozoa. Abses otak merupakan infeksi sekunder dari fokus-fokus infeksi dari
tempat lain seperti otogenik, odontogen, trauma, tindakan bedah cranium, dan
infeksi lain ditubuh yang menyebar ke otak secara perkoninuitatum atau hematogen
2.2 Epidemiologi
Insiden abses serebri ini adalah 8% dari seluruh kasus massa intrakaranial di
abses otak yaitu, embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas
mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp, status
saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses otak masih
tetap tinggi, yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit ini sudah jarang
tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit infeksi yang mengancam kehidupan
2
Di Indonesia belum ada data pasti, namun Amerika Serikat dilaporkan sekitar
1500-2500 kasus abses serebri per tahun. Prevalensi diperkirakan 0,3-1,3 per
100.000 orang/tahun. Jumlah penderita pria lebih banyak daripada wanita, yaitu
dengan perbandinagan 2:1 yang umumnya masih usia produktif yaitu sekitar 30-50
tahun. 1
Anatomi otak adalah struktur yang kompleks dan rumit karena fungsi organ
tubuh. Ada tiga divisi utama otak, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang.4
3
Pembagian otak4:
Sawar darah otak memisahkan dua kompartemen utama dari susunan saraf,
yaitu otak dan likuor serebrospinalis, dari kompartemen ketiga yaitu darah. Tempat
-tempat rintangan itu adalah tapal batas antara darah dan kedua kompartemen
susunan saraf tersebut diatas yaitu pleksus koroideus, pembuluh darah serebral dan
Semua tempat sawar dibentuk oleh sel-sel yang bersambung satu dengan yang lain
dengan tight junction, yang membatasi difus intraseluler. Sel- sel tersebut adalah
patologis, seperti anoksia dan iskemia, lesi destruktif dan proliferative, reaksi
peradangan dan imunologik, dan juga jika terdapat autoregulasi akibat sirkulasi
4
Gambar 2.2 Sawar Darah Otak
Tight junction dari endothelium pembuluh darah serebral biasanya mampu
saraf pusat. Tetapi pada proses radang dan imunologik, tight junction dapat menjadi
dari sel- sel yang sudah musnah sehingga ia dapat melintasi pembuluh darah, tanpa
fokal infeksi dari bagian tubuh yang lain. Infeksi tersebut sampai ke otak dengan
5
1. Penyebaran secara perkontinuitatum terjadi lebih kurang pada 40% kasus,
dengan penyebaran berasal dari infeksi teliga tengah (OMS akut dan kronik),
infeksi dari sinus paranasal (biasanya frontal dan sfenoid) dan juga
cerebellum.
tempat jauh dengan penyebaran dari aliran darah seperti infeksi pulmonal
osteomyelitis dll. Abses metastatic ini biasanya kecil dan multiple di area
3. Inokulasi bakteri langsug dari luar terjadi lebih kurang pada 10% kasus
dll). 1,2
masa alba dari otak, karena pendarahan di daerah tersebut kurang intensif dibanding
6
dan Haemophilus spp). Dan bakteri anaerob (bakteri kokus gram
(Actinomycosis, Candida albicans) dapat pula menimbulkan abses, tetapi hal ini
jarang terjadi.
2.6 Patofisiologi
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak
dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak,
minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu
nekrotikan. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan
fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal
7
kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke
Ada penjagaan otak khusus terhadap bahaya yang datang melalui lintasan
hematogen, yang dikenal sebagai sawar darah otak atau blood brain barrier. Pada
toksemia dan septicemia, sawar darah otak terusak dan tidak lagi bertindak sebagai
sawar khusus. Infeksi jaringan otak jarang dikarenakan hanya bakterimia saja, oleh
karena jaringan otak yang sehat cukup resisten terhadap infeksi. Kuman yang
dimasukkan ke dalam otak secara langsung pada binatang percobaan ternyata tidak
sangat besar atau sebelum inokulasi intraserebral telah diadakan nekrosis terlebih
dahulu. Walaupun dalam banyak hal sawar darah otak sangat protektif, namun ia
memiliki fagosit yang efektif dan juga tidak memiliki lintasan pembuangan limfatik
untuk pemberantasan infeksi bila hal itu terjadi. Maka berbeda dengan proses
infeksi di luar otak, infeksi di otak cenderung menjadi sangat virulen dan
destruktif.7
8
2.7 Manifestasi Klinis
intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya
abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala
muntah proyektil, papil edema) dan dari pemeriksaan neurologic didapatkan GCS
hipertonus otot) gangguan sensibilitas dan saraf otonom, gangguan serebelar. Tanda
2.8 Diagnosis
onset, faktor resiko yang mungkin ada, riwayat kelahiran, imunisasi, penyakit yang
meningen.5
9
Pemeriksaan motorik sendiri melibatkan penilaian dari integritas sistem
pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju
gambaran yang normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan
sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang, kecuali bila
pemeriksaan ini tidak dapat diidentifikasi adanya abses. Pemeriksaan EEG terutama
pada lokasi abses. CT-Scan otak dapat diketahui lokasi abses; daerah abses
memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah otak yang normal dan
abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses. Magnetic Resonance
Imaging saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat
2.9 Penatalaksanaan
kecil berdiameter 2-3 cm, berlokasi di batang otak, abses dengan lokasi sulit dan
dalam.
10
1. Pengobatan kausal dengan terapi empirik yaitu dapat diberikan sefalosporin
IV). Dapat juga diberikan metronidazole 500mg/8 jam IV. Terapi empiric
diberikan hingga didapatkan antibiotic yang sesuai dengan hasil tes sensitifitas
kuman yang diisolasi dari abses atau dari sumber infeksi. Jika hasil isolasi tidak
8 minggu. 1,5
Etiologi Antibiotik
Infeksi bakteri gram negatif, bakteri
Meropenem
anaerob, stafilokokkus dan stretokokkus
Penyakit jantung sianotik Penissilin dan metronidazole
Post VP-Shunt Vancomycin dan ceptazidine
Otitis media, sinusitis, atau mastoiditis Vancomycin
Sefalosporin generasi ketiga,
yang secara umum
Infeksi meningitis citrobacter
dikombinasi dengan terapi
aminoglikosida
yang meningkat, papil edema dan gambaran edema yang luas serta midline
shift pada CT scan. Kortikosteroid diberikan dalam 2 minggu setelah itu di tap-
off, dan terlihat bahwa berangsur-angsur sakit kepala berkurang dan pada
3. Antikonvulsi
Antikonvulsi diberikan untuk tatalaksana kejang dari pasien. Pada lokasi lesi
yang dekat ke kortek serebri area grey matter akan menimbulkan kejang pada
11
pasien. Kontra indikasi pada pasien dengan lokasi abses di cerebellum dan
batang otak. Antikonvulsi yang dipakai adalah broad spectrum yaitu fenitoin
Pada stadium abses dilakukan tindakan operatif oleh ahli bedah saraf dengan
teknik eksisi, aspirasi atau drainase. Operasi juga dilakukan jika tindakan
Sebagai suatu lesi desak ruang (space-occupying lesion), abses otak dapat
itu, diperlukan teknik diagnose yang menyeluruh agar terapi yang diberikan
2.11 Komplikasi
komplikasinya adalah:
3. Edema otak
12
2.12 Prognosis
berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotic
dengan tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses
mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang
terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis, kejang, hidrosefalus,
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat lebih cepat
di diagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter lebih baik dan
mu1tipel. Defisit fokal dapat membaik, tetapi keajng dapat menetap pada 50%
penderita.
13
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
3.2 ANAMNESIS
Seorang Laki-laki usia 39 tahun dirawat di bangsal saraf RSUD Adnaan
WD Payakumbuh pada tanggal 08 Agustus 2018 dengan:
Keluhan Utama :
Lemah anggota gerak kiri semakin memberat sejak ± 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Lemah keempat anggota gerak semakin memberat sejak ± 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Lemah sudah dirasakan sejak 3 minggu
sebelum rumah sakit. Awalnya pasien merasakan susah menggenggam
(barang yang dipegang mudah jatuh), lemah berangsur – angsur semakin
lama semakin berat dirasakan mulai dari lengan hingga ke tungkai, hingga
akhirnya lengan dan tungkai tidak bisa digerakkan dan pasien tidak bisa
berjalan.
- Nyeri kepala dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
kepala dirasakan di kepala bagian kanan belakang. Nyeri dirasa seperti
ditusuk-tusuk hingga pasien tidak bisa tidur dan gelisah karna nyeri tersebut.
Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasa semakin berat ketika batuk dan
bersin. Pasien mengobati nyeri kepalanya dengan meminum obat yang
dibeli dari apotik yaitu paracetamol.
14
- Penurunan sensasi raba pada anggota gerak kiri (+)
- Gangguan Menelan (+) sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
- Gangguan bicara dan bahasa (+) sejak 1 minggu ini. Pasien bicara kurang
jelas (pelo)
- Pasien gelisah sejak 1 minggu ini. Pasien sering ngomong sendiri dan
melihat bayangan. Pasien sulit tidur dikarenakan penyakitnya ini.
- Demam (+) sejak 1 minggu ini, menggigil (-)
- Gangguan menelan (+) sejak 1 minggu ini sehingga pasien kesulitan untuk
makan dan sering meminum air saja.
- Mual (+) muntah (+) sejak 1 minggu ini. Berisi apa yang dimakan sebanyak
lebih kurang 2 gelas
- BAB dan BAK terganggu sejak 1 minggu ini. Pasien mengaku susah
mengejan.
15
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Pasien seorang pedagang es keliling. Pasien mengaku jarang merokok hanya
sesekali yaitu 1 batang/ hari. Riwayat minum alkohol tidak ada. Pasien tamatan
SMA, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.
Status Internus:
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Kulit dan kuku : tidak ada kelainan
Kelenjer getah bening:
Leher : tidak ada pembesaran
Aksila : tidak ada pembesaran
Inguinal : tidak ada pembesaran
Kepala : normocephal, tidak ditemukan kelainan
Mata : konjuntiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
THT : tidak ada kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH₂O
Paru
Inspeksi : simetris kiri sama dengan kanan
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
16
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ1 BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tanpak membuncit, distensi (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Status Neurologis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
17
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Baik Baik
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
18
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakkan rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas Baik Baik
Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas Baik Baik
Divisi mandibular
- Sensibilitas Baik Baik
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris kiri dan kanan
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebral (+) (+)
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul (+) (+)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
19
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus (-) (-)
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Di tengah Di tengah
Menelan Terganggu
Suara Normal
Nadi Reguler Reguler
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+) (+)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
20
4. Pemeriksaan koordinasi
Keseimbangan Koordinasi
Superior Inferior
Ektremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Tidak aktif Aktif Tidak aktif
Kekuatan 555 111 555 111
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
6. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas Kanan Kiri
Sensibilitas Taktil Normal Berkurang
Sensibilitas Nyeri Normal Berkurang
Sensibilitas Termis Normal Berkurang
Pengenalan 2 titik Normal Terganggu
Pengenalan rabaan Normal Terganggu
7. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
21
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring Tidak Dilakukan KPR ++ ++
Masetter Tidak dilakukan APR ++ ++
Dinding perut Bulbokvernosus Tidak dilakukan
Atas Tidak dilakukan Cremaster Tidak dilakukan
Tengah
Sfingter Tidak dilakukan
Bawah
8. Fungsi otonom
- Miksi : Baik
- Defekasi : Baik
- Sekresi keringat : Baik
9. Fungsi Luhur
Kesadaran CMC Tanda Dementia
Reaksi Bicara Normal Reflek glabella (-)
Fungsi intelek Normal Reflek snout (-)
Reaksi emosi Gelisah Reflek menghisap (-)
Reflek memegang (-)
Reflek palmomental (-)
22
Laboratorium
Hb : 16,2 gr% GDR : 104 mg/dl
Leukosit : 16.200/mm3
Trombosit : 269.000/mm3
Ht : 46%
Na/K/Cl : 132/4,1/99 mg/dl
Pemeriksaan Tambahan
Rontgen Thorax
23
EKG
Kesan : LVH
CT Scan
24
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparese sinistra + Cephalgia ec susp SOL
Diagnosis Topik : Hemisfer serebri dextra
Diagnosis Etiologi : Abses Serebri
Diagnosis Sekunder : -
Penatalaksanaan
1. Terapi umum
- Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan.
pasien.
2. Terapi Khusus
- IVFD Asering 20 tpm
- Inj Dexamethasone 3x1 amp
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr
- Risperidone 1x2 gr
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
3.4 FOLLOW UP
Kamis, 9 Agustus 2018
S/ Kelemahan anggota gerak (+)
Nyeri kepala (+), demam (-)
Muntah (-), mual (-)
O/ KU: baik, Kesadaran: composmentis
TD: 110/80 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 18x/menit, T: 37ºC
Status Interne :
Pulmo : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/- , wheezing -/-
25
Cor : BJ regular, murmur (-), gallop (-)
Status Neurologi :
GCS 15 E4M6V5
Pupil isokor dm 3mm/3mm RC+/+ RK +/+, bola mata bebas bergerak
Reflex fisiologis ++ ++
++ ++
Reflex patologis - -
- -
Kekuatan motorik 555 111
555 111
A/ Susp Stroke iskemik
P/ : Dexamethasone 3x1 amp
Manitol 20% : 200cc-150cc-150cc/8 jam
PCT 3 x 500 mg
EKG
CT-Scan Kepala
Cek Sputum
26
Reflex patologis - -
- -
Kekuatan motorik 555 111
555 111
A/ Abses Serebri
P/ : Manitol 20% : 200cc-150cc-150cc/8 jam
PCT 3 x 500 mg
Ceftriaxone 2x1 gr
27
BAB 3
DISKUSI
pada tanggal 8 Agustus 2018 dengan keluhan utama nyeri kepala dan lemah tubuh
sisi kiri. Hal pertama yang mungkin terpikir dan merupakan penyebab tersering
adalah stroke dengan definisi gejala klinis yang terjadi secara cepat dari gangguan
fokal atau global fungsi otak, dengan gejala terjadi selama 24 jam atau lebih atau
darah. Tetapi setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut, hal ini tidak sesuai, karena
keluhan ini sudah berlangsung selama 3 minggu ini dan semakin memberat sejak 1
minggu ini. Sedangkan stroke adalah kelemahan yang terjadi secara tiba-tiba.
Untuk menjelaskan kelemahan tubuh sisi kiri, dapat dipikirkan ada suatu massa di
peningkatan TIK. Oleh karena hal ini semakin lama semakin berat, dapat kita
pikirkan sesuatu yang “bertumbuh” mungkin dalam hal ini adalah massa.
Selain itu pasien juga mengeluhkan bicara tidak jelas dan sulit menelan,
harus dipikirkan adanya pertumbuhan suatu massa yang menekan nervus cranialis
N.VII dan N.X yang mengatur pergerakan mulut dan lidah serta mengatur fungsi
menelan dan fonasi. Pasien juga mengeluhkan demam yang menandakan adanya
suatu proses infeksi. Pasien juga mengaku adanya gangguan BAB dan BAK
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis didapatkan adanya parese N. VII kiri
yaitu dengan adanya mulut mencong di sisi kiri ketika disuruh menampakan gigi.
Hal ini dapat disebabkan adanya penekanan pada inti atau jaras N. VII. Selain itu
28
pada pemeriksaan motorik, didapatkan hemiparesis yang memberat setiap harinya
cek sputum. Kemudian pada tanggal 10 Agustus 2018 di dapatkan hasil CT Scan
Dapat disimpulkan bahwa diagnosis pada pasien ini adalah abses cerebri di
hemisfer cerebri dextra. Walaupun diagnosis pasti penyebab dari suatu abses adalah
Pengobatan yang diberikan pada pasien yaitu IVFD asering 20tpm dan
paracetamol 500mg untuk nyeri kepala yang dikeluhkan pasien. Untuk antibiotic
diberikan inj ceftriakson. 2x2 gr /hr. Anti edema untuk mengurangi tekanan intra
kranial diberikan mannitol 20% per 8 jam sebanyak 200-150-150cc. Selain itu juga
Prognosis pada pasien ini cukup baik karna pasien datang berobat tidak
dalam kondisi perburukan. Kesadaran CMC dan tidak terjadi kejang. Jika
ditatalaksana dengan baik, pasien dapat sembuh, hanya saja meninggalkan gejala
29
DAFTAR PUSTAKA
30