Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Latar Belakang
Industri pangan memiliki kewajiban untuk menangani limbah dengan baik. Banyak
dana yang dapat dihemat bila industri tersebut terhindar dari kerugian ekonomi akibat
kompensasi masalah limbah yang tak tertangani dengan baik. Di samping itu, penanganan
limbah juga merupakan tanggung jawab sosial industri terhadap lingkungan. Menurut
perkiraan, dari semua bahan pangan yang diolah secara industrial, 20% di antaranya menjadi
limbah. Opsi dari manajemen penanganan limbah yang dapat dilaksanakan di industri
pangan, antara lain 1) pencegahan terbentuknya limbah yang berlimpah dengan
memraktikkan teknologi proses yang lebih efisien; 2) pelaksanaan proses daur ulang limbah
atau pemanfaatan limbah sebagai bahan baku industri lainnya; 3) perbaikan kualitas limbah
yang dihasilkan melalui proses pengolahan limbah yang sistematis. Industri pangan yang
meliputi pabrik pengolahan pangan maupun usaha pangan siap saji, seperti restoran dan
kantin, dapat memraktikkan penanganan limbah sejak awal dalam upaya pencegahan polusi,
sehingga dapat mengklaim industrinya sebagai industri yang peduli lingkungan: “green
friendly”.
Pada umumnya, limbah industri pangan dapat dikategorikan menjadi limbah padat
dan limbah cair. Berdasarkan komponen yang dihasilkan, limbah dikategorikan menjadi
limbah organik dan limbah anorganik. Limbah cair dapat berbentuk terlarut ataupun
tersuspensi. Parameter penilaian limbah organik antara lain adalah padatan tersuspensi,
alkalinitas, nitrogen organik, nilai fenol, kadar logam dan nilai BOD serta COD. BOD
(Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen biokimiawi bagi proses deoksigenasi
limbah dan COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen kimiawi bagi proses
deoksigenasi limbah. Nilainya masing-masing harus mencapai 30 mg/l dan 80 mg/l sebelum
dibuang ke lingkungan. Aturan mengenai penanganan limbah dan pengukurannya, dapat
dilihat pada SNI Indonesia, dan yang terbaru adalah SNI 6989-59.2008 mengenai Air dan Air
Limbah: Metode Pengambilan Contoh Air Limbah. Umumnya, limbah cair pengolahan
pangan memiliki kandungan nitrogen yang rendah, BOD dan padatan tersuspensi tinggi.
Makalah ini membahas penanganan limbah cair pada industri wine. Limbah cair pada
pengolahan wine memiliki dampak negatif bagi lingkungan, antara lain polusi air tanah dan
air permukaan; degradasi tanah dan mencemari pertumbuhan vegetasi yang ada di sekitar
industri wine. Untuk itu, diperlukan penanganan limbah yang tepat pada industri tersebut.
2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain mengetahui mekanisme dari
pengolahan air limbah pada industri wine, mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh
limbah industri wine, serta mengetahui isu-isu utama yang harus ditangani berkaitan dengan
pencemaran lingkungan oleh air limbah wine.
3. Rumusan masalah
Dalam makalah ini, dirumuskan beberapa masalah yaitu berbagai dampak negatif
yang ditimbulkan dari limbah industri wine, isu-isu utama yang harus ditangani berkaitan
dengan pencemaran lingkungan oleh air limbah wine, serta mekanisme pengolahan air limbah
pada industri wine.
Pembahasan
3. React
5. Decant
Waktu dalam tahap ini dapat digunakan untuk endapan kotoran atau
backwashing dari jet aerator. Terbuang lumpur dipompa ke digester
anaerobik untuk mengurangi volume lumpur yang akan dibuang. Frekuensi
pembuangan lumpur berkisar dari sekali setiap siklus untuk sekali setiap
dua sampai tiga bulan tergantung pada desain sistem.
Kesimpulan
Proses pengolahan air limbah pada industri wine dapat dilakukan dengan berbagai
cara pencernaan anaerobik, ozonisasi, anaerobic digestion termofilik,biodegradasi
aerobik, sequencing batch reactor, elektrodialisis, dan oksidasi basah. Dalam
pengolahan secara aerobik, digunakan metode Sequencing Batch Reactor dengan
menggunakan enam tahapan yaitu anoxic fill, aerated fill, react, settle, decant, dan idle.
Daftar Pustaka