Vous êtes sur la page 1sur 19

Clinical Science Session (CSS)

*Kepaniteraan Klinik Senior / (G1A216041)

** Pembimbing dr. H. Mustarim M.Si., Med, Sp.A

PROCALCITONIN DAN PROTEIN C-REAKTIF PADA INFEKSI


NEONATUS, STUDI PERBANDINGAN ANTARA INFEKSI INTRAUTERIN
DAN INFEKSI NON-INTRAUTERIN

Oleh :

DIGA ANA RUSFI, S.Ked

PROGRAM PROFESI DOKTER

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

PROCALCITONIN DAN PROTEIN C-REAKTIF PADA INFEKSI


NEONATUS, STUDI PERBANDINGAN ANTARA INFEKSI INTRAUTERIN
DAN INFEKSI NON-INTRAUTERIN

Oleh:

DIGA ANA RUSFI, S.Ked

PROGRAM PROFESI DOKTER

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Jambi, Januari 2018

Pembimbin

2
H. Mustarim M.Si., Med, Sp.A

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Procalcitonin Dan Protein C-Reaktif Pada Infeksi Neonatus, Studi Perbandingan
Antara Infeksi Intrauterin Dan Infeksi Non-Intrauterin” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepanitraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan anak
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Mustarim M.Si Med Sp.A yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepanitraan Klinik Senior Bagian Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
Provinsi Jambi.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
kesempurnaan referat ini, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, Januari 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………..………………………………..………i

Halaman pengesahan …………………….……………………………………………………………………..………..i

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………….…………………….ii

Daftar Isi …………………………………………….………………………………………………………………………..…iv

BAB I Pendahualuan …………………….………………………………………………………………………………..2

BAB II Hasil…………… ……………………………………………………………………………………………………....5

BAB III Kesimpulan ……………………………….…………………………………………………………………….…10

4
Procalcitonin dan protein C-reaktif pada infeksi neonatus, studi perbandingan
antara infeksi intrauterin dan infeksi non-intrauterin

Abstrak
Objektif : Untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan kadar procalcitonin (PCT)
dan protein C-reaktif (CRP) pada infeksi intrauterine dan infeksi non-intrauterin dan
untuk mempelajari potensial dari PCT dan CRP sebagai penanda diagnostik dari
infeksi intrauterine.
Metode : Telah dipilih 200 kasus meliputi 98 kasus infeksi intrauterine dan 102 kasus
infeksi non-intrauterin selama 2014-2016 di Rumah Sakit provinsi Shandong yang
tergabung dalam universitas Shandong Cina. 50 kasus dari bayi lahir sehat dijadikan
sebagai kontrol. Darah vena, darah umbilical dan darah maternal dari masing-masing
kelompok dikumpulkan dan kadar PCT dan CRP di deteksi menggunakan metode
Immunofloresensi assay dan Immunonephelometric. SPSS 18.0 digunakan untuk
mengerjakan analisis statistik.
Hasil : Kadar PCT di darah maternal dari kelompok infeksi intrauterine lebih tinggi
daripada 2 kelompok lainnya, tapi perbedaan tidak secara signifikan. Namun kadar
PCT pada darah umbilical dari kelompok infeksi intrauterin secara signifikan lebih
tinggi daripada kedua kelompok, yaitu kelompok infeksi non-intrauterin dan
kelompok sehat. Kadar PCT pada serum Janin dari kedua kelompok infeksi
intrauterine dan infeksi non-intrauterin secara signifikan lebih tinggi dari kelompok
sehat ,namun tidak ada perbedaan signifikan kadar PCT dari darah umbilical yang
teramati pada kelompok infeksi non-intrauterin dan kelompok control sehat. Pada
kelompok infeksi intrauterine kadar CRP pada darah maternal dan darah umbilical
secara signifikan lebih tinggi daripada kedua kelompok lainnya. Namun pada serum
janin tidak ada perbedaan signifikan yang teramati antara kelompok infeksi intruterin
dan kelompok infeksi non-intrauterin. Pada kedua kelompok infeksi intrauterine dan
infeksi non-intrauterin, kadara CRP secara signifikan lebih tinggi pada ketiga sampel
darah dibandingkan dengan kelompok sehat.

5
Kesimpulan : Kadar PCT pada darah umbilical dapat digunakan sebagai marker untuk
infeksi imtrauterin dan kadar CRP pada darah maternal dan umbilical dapat
digunakan sebagai penanda untuk infeksi intrauterine.

Kata Kunci : Prokalsitonin, protein C-reaktif, infeksi neonatal, infeksi intrauterine

PENDAHULUAN
Meskipun upaya untuk mengurangi angka kematian neonatal rata-rat 2,0% sejak
tahun 1990, namun masih kalah cepat dengan penurunan angka kematian ibu (2,6%)
atau kematian anak usia 1-59 bulan (3,4%). Pada 2 dekade terakhir. Hampir separuh
dari anak usia dibawah 5 tahun meninggal dan sekitar 3 juta neonatus meninggal
setiap tahunnya.

Diantara berbagai penyebab dari angka kematian neonatus, infeksi neonatus


merupakan satu dari penyebab utama angka kematian dan angka kesakitan neonatus.
Terutama untuk janin prematur dan menunjukkan beban berat untuk pasien dan
layanan kesehatan. Infeksi yang tidak diterapi tidak hanya mengarahkan pada
komplikasi yang serius, seperti sepsis yang mungkin dapat menghasilkan pemberian
antibiotic yang berlebihan, yang berkontribusi pada resistensi antimicrobial dan
pertambahan biaya dan efek samping tapi juga dapat menyebabkan kematian
neonatus.

Diantara infeki tersebut selama waktu kehamilan, infeksi intrauterine adalah salah
satu factor resiko penting untuk terjadinya sepsis neonatus dan merupakan suatu
penyebab paling sering dari mortalitas dan morbiditas pada janin baru lahir. Secara
umum, pemikiran mengenai diagnosis lebih awal dari infeksi menggunakan marker
infeksi sensitifitas tinggi dengan suatu nilai prediktif negative mengarahkan kepada
penurunan mortalitas dan morbiditas tersebut. Namun, diagnosa infeksi neonatus
dengan onset yang lebih awal merupakan satu dari tantangan terbesar dalam

6
kedokteran pediatrik, tidak hanya karena keterbatasan dari jumlah pemeriksaan yang
dapat dilakukan oleh dokter kandungan, tetapi juga karena kemungkinan adanya
keterlambatan atau absennya sampel bakteriologis yang positif, ketidaktepatan dari
pemeriksaan dan penanda spesifik untuk marker tradisional.

Akhir-akhir ini, parameter seperti Prolactin (PCT) dan protein C-reaktif (CRP) telah
dipertimbangkan untuk menjadi bermakna dalam diagnosis dari infeksi bayi baru
lahir. Beberapa studi telah melaporkan bahwa PCT dan CAP memiliki potensi dalam
diagnosis infeksi neonatus. Bagaimanapun beberapa dari studi tersebut menyangsikan
perbedaan dari PCT dan CAP dalam diagnosis antara infeksi intrauterine dan infeksi
non intrauterine.

Dalam studi terbaru, kami telah melakukan studi perbandingan antara infeksi
intrauterine dan infeksi non intrauterine untk menyelidiki apakah terdapat perbedaan
dalam kadar PCT dan CRP pada dua jenis infeksi dan untuk mempelajari potensi dari
PCT dan CRP sebagai marker diagnostic dari infeksi intrauerin.

Metode dan Bahan


Pasien dalam studi terbaru, total 200 kasus yang telah dipilih meliputi 98 kasus
infeksi intrauterine, dan 102 kasus infeksi non-intrauterin, selama 2014-2016 di
rumah sakit provinsi Shandong yang tergabung dalam universitas Shandong. 50 kasus
bayi baru lahir sehat digunakan sebagai control. Semua kasus yang diambil
merupakan kehamilan tunggal. Pada kelompok infeksi intrauterine gejala infeksi
intrauterine diamati pada akhir kehamilan ibu. Meliputi : ketuban pecah dini> 18 jam,
suhu >38OC, leukositosis > 15,00x109/L, maternal takikardi ( >100x/menit) dan fetal
takikardi ( > 160x/menit), meconium bercambur cairan amnion. Semua neonatus pada
kelompok infeksi intrauterine telah dikonfirmasi mengalami infeksi selama 48 jam
pertama selama kehidupan melalui kultur darah positif atau gejala klinis yang
ditunjukkan dengan gejala seprti pucat, kulit berwarna abu-abu, sirkulasi perifer

7
buruk, respirasi>60x/menit, apneu, respiratory insufisiensi, penurunan dari penurunan
keteganagan otot, letargi, penurunan tekanan darah dan CRP>10 mg/l dalam 12-24
jam setelah lahir tetapi kultur darah negatif. Untuk 102 kasus neonatus dengan infeksi
non-intrauterine, semua kasus didiagnosa dengan tanpa gejala infeksi dan
dikonfirmasi dengan kultur, tapi terinfeksi dalam 28 hari setelah bayi lahir. Untuk
semua kasus, studi meninklusi kehamilan yang berakhir sebagai premature dan
persalinan matur. Kehamilan dengan malformasi fetal kongenital dan kasus yang di
terapi dengan terapi antibiotic selama 2 minggu diekslusikan dalam studi ini. Studi ini
disetuji oleh komite etik dari rumah sakit di provinsi Shandong yang tergabung
dengan universitas Shandong.

Pemeriksaan untuk CRP dan PCT


Darah vena yan terkumpul dari anak 2 jam sebelm lahit dan sebe;lum penggunaan
dari berbagai antibiotic. Darah umbilical yang terkumpul dalam 10 menit setelah
neonatus lahir. Darah maternal yang telah terkumpul sebelum kelahiran atau operasi.
Lalu, kadar dari PCT dan CRP yang telah terdeteksi dan darah yang terdapat kultur
bakteri. Konsentrasi serum PCT yang terdeteksi oleh immunofloresensi assay dengan
peralatan KRYPTOR Brahms dengan instrument dan reagen. Batasan terendah dari
PCT menggunakan metode ini adalah 0,1 ng/ml. kadar CRP yang dihitung dengan
metode imunophelometric ( analisis BNA, Behring-Werke Ag, Marbug, jerman).

Analisis Statistik
Perhitungan data di tunjukkan oleh rat-rat +- SD. Variable independen menggunakan
t-tes dan data katagori yang di bandingkan menggunakan tes chi-squre atau tes
Fisher. Nilai P < 0,05 menunjukan statistic yang signifikan. Semua analisis
menggunakan SPSS 18,0.

8
HASIL
Dasar klinis dari Pasien
Tabel 1 menggambarkan dasar klinis dari kasus dalam kelompok yang berbeda.
Perbedaan yang tidak signifikan setelah diamati pada usia ibu, rat-rata masa
kehamilan saat persalinan dan rata-rata berat lahir diantara 3 kelompok, p>0,05.
Bagaimanapun kelompok infeksi intrauterine, persalinan premature signifikan lebih
tinggi dari 2 kelompok lainnya, p<0,05.
Tabel 1 dasar klinis pasien
karakteristik Kelompok infeksi Kelompok infeksi Neonatus sehat
intrauterine non-intrauterin
Rata-rata usia ibu 27.42 ± 5.31 26.39 ± 4.68 26.54 ± 5.55
Tahun 21-31 21-29 22-30
Persalinan 25 (25) 13(13) 7(14)
premature
Rata-rata usia 36.56 ± 7.61 38.42 ± 6.95 37.93 ± 5.86
kehamilan saat
persalinan
Minggu 27-41 28-41 28-40
Rata-rata berat 3.01± 2.15 3.56 ± 3.12 3.17± 2.63
lahir,kg
*p< 0,05, perbandingan kelompok infeksi intruterin dengan non-intrauterin; p<0,05
perbandingan dengan neonatus sehat

9
Kadar PCT dalam darah maternal, darah umbilical dan serum janins dari
kelompok yang berbeda
Untuk menyelidiki kadar PCT dalam kelompok yang berbeda, kadar PCT pada darah
maternal, darah umbilical dan serum janin telah dideteksi. Ditunjukkan dalam table 2
kadar PCT dalam darah maternal pada kelompok infeksi intrauterine lebih tinggi
daripada 2 kelompok lainnya, tetapi perbedaannya tidak signifikan, p>0,05. Dan
juga, kadar PCT dalam darah umbilical pada kelompok infeksi intrauterine secara
signifikan lebih tinggi dari pada kelompok infeksi non-intrauterin dan kelompok
sehat, p<0,05. Kadar PCT dalam serum darah janin pada kelompok infeksi
intrauterine dan infeksi non intra uterin lebih tinggi daripada kelompok sehat, P <
0,05 , tetapi perbedaan yang tidak signifikan teramati pada kadar PCT darah
umbilical kelompok infeksi non intrauterine dengan kelompok sehat, P>0,05. Hasil
ini menyarankan bahwa kadar PCT pada darah umbilical dapat digunakan sebagai
penanda untuk infeksi intrauterine.

Tabel 2. Kadar PCT pada darah maternal, darah umbilical dan serum janin dai
kelompok yang berbeda (ng/ml)

10
Kadar CRP pada darah maternal, darah umbilikal, dan serum darah janin
pada kelompok berbeda
Seperti yang ditunjukkan pada Table.3 , pada kelompok infeksi intrauterine, kadar
CRP pada darah maternal dam umbilical secara signifikan lebih tinggi daripada kedua
kelompok lainnya, P<0,05.Namun, pada serum darah janin, tidak ada perbedaan
signifikan yang teramati antara kelompok infeksi intrauterine dan kelompok infeksi
non intrauterine, P>0,05. Pada kedua kelompok infeksi intrauterine dan infeksi non
intrauterine, kadar CRP secara signifikan lebih tinggi pada semua sampel darah
dibandingkan pada kelompok control yang sehat, P<0,05 , hal ini mengindikasikan
bahwa kadar CRP pada kedua darah maternal dan darah umbilical dapat digunakan
sebagai penanda atau marker untuk infeksi intrauterine.

Tabel 3. Kadar CRP pada darah maternal, umbilical dan serum darah janin pada
kelompok yang berbeda (mg/L)

11
Diskusi
Dengan 3 juta neonatus yang meninggal setiap tahunnya, saat ini, kematian bayi baru
lahir masih menjadi tantangan bagi seluruh dunia. Infeksi intrauterine merupakan
suatu pikiran sebagai penyebab terbanyak mortalitas dan morbiditas pada neonatus
yang tetaplah menjadi masalah pada kehamilan. Pemikiran tersebut diterima secara
luas, bahwa diagnosis awal akan secara signifikan menurunkan resiko kematian
akibat infeksi, diagnosis infeksi neonatus yang lebih awal masih menjadi salah satu
dari tantangan terbesar dalam kedokteran perinatal. Keterbatasan dari pemeriksaan
tradisional meliputi sensitifitas dan spesifisitas yang rendah, metode yang sangat
terbatas, pemeriksaan yang tidak begitu dalam dan sebagainya. Dengan demikian,
penanda atau marker baru yang ampuh / poten untuk diagnosis infeksi intrauterine
tetap dibutuhkan.

Nilai diagnostic dari protein C-reaktif (CRP) telah diketahui untuk waktu yang cukup
lama dalam banyak infeksi termasuk infeksi intrauterine, seperti infeksi post operasi,
infeksi intra uterine dan infeksi sendi. Nilai diagnostic dari Prokalsitonin (PCT) pada
infeksi bayi baru lahir juga telah dilaporkan oleh banyak studi, seperti infeksi
nosocomial dan sepsis. Namun nilai PCT ini dalam infeksi intrauterine belum cukup
banyak dilaporkan.

Dalam studi ini, penulis melakukan suatu studi perbandingan antara infeksi intauterin
dan infeksi non intrauterine untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan dalam
kadar PCT dan CRP dalam kedua jenis infeksi dan untuk mempelajari potensial PCT
dan CRP sebagai marker diagnostic dari infeksi intrauterine.

Untuk menyelidiki kadar PCT dan CRP dalam kelompok yang berbeda, keduanya
kadar PCT dan CRP dalam darah maternal, darah umbilical dan serum darah janin
masing-masing telah dideteksi. Hal ini menunjukkan bahwa kadar PCT dalam darah
maternal tidak memiliki nilai diagnostic untuk infeksi intrauterine karna tidak

12
ditemukan perbedaan yang signifikan diantara ketiga kelompok. Namun kadar PCT
dari darah umbilical secara signifikan lebih tinggi pada kelompok infeksi intrauterine
dibandingkan kelompok neonatus dengan infeksi non intrauterine dan kelompok
sehat. Yang mengindikasikan bahwa kadar PCT dari darah umbilical dapat dijadikan
sebagai penanda adanya infeksi intrauterine. Hasil ini tidak konsisten pada beberapa
studi. Kordek et al, telah menyelidiki 15 pasien dan mereka merupakan bayi baru
lahir yang yang terinfeksi dan menemukan bahwa konsentrasi PCT maternal sel,a
persalinan tidak berkontribusi untuk prediksi dini dari infeksi neonatus, tetapi
konsentrasi PCT dalam darah umbilical, sebagaimana kadarnya dalam darah vena
neonatus pada hari kedua kehidupan, dihubungkan dengan infeksi intrauterine.
Terdapat banyak studi di China yang menunjukkan bahwa kadar PCT dalam darah
umbilical dapat digunakan sebagai suatu marker potensial dalam diagnostic infeksi
intrauterine yang daoat dijadikan sebagai referensi.

Untuk kadar CRP, ditemukan bahwa kadar CRP di kedua darah maternal dan
umbilical secara signifikan lebih tinggi daripada dua kelompok lainnya. Namun,
dalam serum janin, tidak ada perbedaan signifikan yang teramati antara kelompok
infeksi intrauterine dan infeksi non intrauterine, mengindikasikan bahwa kadar CRP
dalam kedua darah maternal dan umbilical dapat digunakan sebagai marker infeksi
intrauterine. Haisl ini juga secara konsisten dengan studi terkait. Cicarelli et al.
melaporkan bahwa kadar CRP dalam darah maternal dan umbilical selama dan
setelah persalinan ditemukan bahwa kadar CRP secara signifikan lebih tinggi pada
serum maternal dibandingkan dalam serum bayi baru lahir pada saat persalinan
tersebut. Studi dari Cosickic et al. menunjukkan bahwa CRP dapat digunakan sebagai
pemeriksaan yang cepat dan mudah tersedia untuk mengetahui kesehatan neonatus
dan untuk menentukan neonatus mana yag memerlukan monitoring dan perawatan
sampai hasil mikrobiologikal tiba.

13
Kesimpulan
Pada kesimpulannya, penulis melakukan suatu studi perbandingan antara infeksi
intrauterine dan infeksi non inntrauterin untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan
dalam kadar PCT dan CRP dari kedua jenis infeksi tersebut dan untuk menjunjukkan
potensial dari PCT dan CRP sebagai merker diagnosik untuk infeksi intrauterine.
Hasilnya menyarankan bahwa kadar PCT dalam darah umbilical dapat digunakan
sebagai penanda untuk infeksi intrauterine dan kadar CRP dalam kedua darah
maternal dan umbilical dapat digunakan sebagai suatu marker infeksi intrauterine.

14
TELAAH JURNAL
Procalcitonin dan protein C-reaktif pada infeksi neonatus, studi perbandingan
antara infeksi intrauterin dan infeksi non-intrauterin
A.PICO
1. PATIENT OR PROBLEM
 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar procalcitonin
(PCT) dan protein C-reaktif (CRP) pada infeksi intrauterine dan infeksi
non-intrauterin
 Potensial dari PCT dan CRP sebagai penanda diagnostik dari infeksi
intrauterine
 Penelitian ini mencakup 200 kasus meliputi 98 kasus infeksi intrauterine
dan 102 kasus infeksi non-intrauterin dan 50 kontrol yaitu bayi lahir sehat
selama 2014-2016
2. INTERVENTION
 Penelitian ini membandingkan kelompok infeksi intrauterine, kelompok
infeksi non-intrauterin dan kasus control
 Kelompok infeksi intrauterine gejala infeksi intrauterine diamati pada
akhir kehamilan ibu, meliputi:
- ketuban pecah dini> 18 jam,
- suhu >38OC,
- leukositosis > 15,00x109/L,
- maternal takikardi ( >100x/menit) dan
- fetal takikardi ( > 160x/menit),
- meconium bercambur cairan amnion.
- Semua neonatus pada kelompok infeksi intrauterine telah dikonfirmasi
mengalami infeksi selama 48 jam pertama selama kehidupan melalui
kultur darah positif atau gejala klinis yang ditunjukkan dengan gejala
seprti pucat, kulit berwarna abu-abu, sirkulasi perifer buruk,

15
respirasi>60x/menit, apneu, respiratory insufisiensi, penurunan dari
penurunan ketegangan otot, letargi, penurunan tekanan darah dan
CRP>10 mg/l dalam 12-24 jam setelah lahir tetapi kultur darah
negatif.
 Untuk kasus neonatus dengan infeksi non-intrauterine, semua kasus
didiagnosa dengan tanpa gejala infeksi dan dikonfirmasi dengan kultur,
tapi terinfeksi dalam 28 hari setelah bayi lahir.
 Pemeriksaan untuk CRP dan PCT dilakukan dengan
- Darah vena yan terkumpul dari anak 2 jam sebelum lahir dan sebelum
penggunaan dari berbagai antibiotic.
- Darah umbilical yang terkumpul dalam 10 menit setelah neonatus
lahir.
- Darah maternal yang telah terkumpul sebelum kelahiran atau operasi.
Konsentrasi serum PCT yang terdeteksi oleh immunofloresensi assay
dengan peralatan KRYPTOR Brahms dengan instrument dan reagen.
kadar CRP yang dihitung dengan metode imunophelometric ( analisis
BNA, Behring-Werke Ag, Marbug, jerman).
3. COMPARE
 Studi Kordek et al, telah menyelidiki 15 pasien dan mereka merupakan
bayi baru lahir yang yang terinfeksi dan menemukan bahwa konsentrasi
PCT maternal selama persalinan tidak berkontribusi untuk prediksi dini
dari infeksi neonatus, tetapi konsentrasi PCT dalam darah umbilical,
sebagaimana kadarnya dalam darah vena neonatus pada hari kedua
kehidupan, dihubungkan dengan infeksi intrauterine.
 Cicarelli et al. melaporkan bahwa kadar CRP dalam darah maternal dan
umbilical selama dan setelah persalinan ditemukan bahwa kadar CRP
secara signifikan lebih tinggi pada serum maternal dibandingkan dalam
serum bayi baru lahir pada saat persalinan tersebut.

16
 Studi dari Cosickic et al. menunjukkan bahwa CRP dapat digunakan
sebagai pemeriksaan yang cepat dan mudah tersedia untuk mengetahui
kesehatan neonatus dan untuk menentukan neonatus mana yag
memerlukan monitoring dan perawatan sampai hasil mikrobiologikal tiba.
4. OUTCOME
 Kadar PCT di darah maternal dari kelompok infeksi intrauterine lebih
tinggi daripada 2 kelompok lainnya, tapi perbedaan tidak secara
signifikan.
 Namun kadar PCT pada darah umbilical dari kelompok infeksi intrauterin
secara signifikan lebih tinggi daripada kedua kelompok, yaitu kelompok
infeksi non-intrauterin dan kelompok sehat.
 Kadar PCT pada serum Janin dari kedua kelompok secara signifikan lebih
tinggi dari kelompok sehat ,namun tidak ada perbedaan signifikan kadar
PCT dari darah umbilical yang teramati pada kelompok infeksi non-
intrauterin dan kelompok control sehat.
 Pada kelompok infeksi intrauterine kadar CRP pada darah maternal dan
darah umbilical secara signifikan lebih tinggi daripada kedua kelompok
lainnya. Namun pada serum janin tidak ada perbedaan signifikan yang
teramati antara kelompok infeksi intruterin dan kelompok infeksi non-
intrauterin.
 Pada kedua kelompok infeksi intrauterine dan infeksi non-intrauterin,
kadara CRP secara signifikan lebih tinggi pada ketiga sampel darah
dibandingkan dengan kelompok sehat.

17
B.VIA
1. VALIDITY
a. Izin penelitian
Studi ini disetujui oleh komite etik dari rumah sakit di provinsi Shandong
yang tergabung dengan universitas Shandong
b. Sumber Data
total 200 kasus yang telah dipilih meliputi 98 kasus infeksi intrauterine, dan
102 kasus infeksi non-intrauterin, selama 2014-2016 di rumah sakit provinsi
Shandong yang tergabung dalam universitas Shandong.
c. Subjek penelitian
Untuk semua kasus, studi meninklusi kehamilan yang berakhir sebagai
premature dan persalinan matur. Kehamilan dengan malformasi fetal kongenital
dan kasus yang di terapi dengan terapi antibiotic selama 2 minggu diekslusikan
dalam studi ini.
d. Kualitas data
Terjamin melalui pemantauan
g. Tujuan penelitian
Untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan dalam kadar PCT dan CRP
dalam kedua jenis infeksi dan untuk mempelajari potensial PCT dan CRP sebagai
marker diagnostic dari infeksi intrauterine. Untuk menyelidiki kadar PCT dan
CRP dalam kelompok yang berbeda, keduanya kadar PCT dan CRP dalam darah
maternal, darah umbilical dan serum darah janin masing-masing telah dideteksi.
h. analisis Statistik
Menggunakan tes chi-squre atau tes Fisher. Nilai P < 0,05 menunjukan
statistic yang signifikan. Semua analisis menggunakan SPSS 18,0.
2. IMPORTANT
Hasil penelitian ini penting untuk mengetahui kadar PCT dan CRP dari kedua
kelompok jenis infeksi tersebut dan untuk menunjukkan potensial dari PCT dan
CRP sebagai merker diagnosik untuk infeksi intrauterine. diagnosis awal akan

18
secara signifikan menurunkan resiko kematian akibat infeksi, Keterbatasan dari
pemeriksaan tradisional meliputi sensitifitas dan spesifisitas yang rendah, metode
yang sangat terbatas, pemeriksaan yang tidak begitu dalam dan sebagainya.
Dengan demikian, penanda atau marker baru yang ampuh / poten untuk diagnosis
infeksi intrauterine tetap dibutuhkan.
3. APPLICABLE
Jurnal ini dapat dijadikan seebagai salh satu bahan rujukan dalam praktik di
RSUD Raden mattaher Jambi.

19

Vous aimerez peut-être aussi