Vous êtes sur la page 1sur 90

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA PADA PUISI ARAB

NAQĀ’IḌ DALAM PUISI FARAZDAQ

Skripsi

Disusun untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar


Sarjana Sastra dalam bidang Sastra Arab

Oleh:

Caskiman

N.I.M : 0401514013

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS AL AZHAR


INDONESIA

2018
HALAMAN PERSETUJUAN
PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi ini berjudul:

“Analisis Sosiologi Sastra Pada Puisi Arab Nqā’iḍ Dalam Puisi Farazdaq”

Telah layak diajukan untuk sidang dan telah mendapat persetujuan dari yang
tersebut di bawah ini:

No Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Afridesy Puji Pancarani,


1. PEMBIMBING 1
Lc, M.A.

Nur Hizbullah, S.Ag.,


2. PEMBIMBING 2
M.Hum.

KETUA
Dr. Iin Suryaningsih,
3. PROGRAM
M.A.
STUDI

i
LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA UJIAN SKRIPSI

No Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Afridesy Puji
1. KETUA/ PEMBIMBING 1
Pancarani, Lc, M.A.

Nur Hizbullah,
2. PEMBIMBING 2
S.Ag., M.Hum.

3. PENGUJI

4. PANITERA

Mengetahui:

No Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

KETUA PROGRAM Dr. Iin Suryaningsih,


1.
STUDI M.A.

Dinyatakan lulus tanggal: ……………….. dengan nilai:………

ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Caskiman

NIM. : 0401514013

Program Studi : Sastra Arab

menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila penulis
mengutip dari karya orang lain, maka penulis mencantumkan sumbernya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Penulis bersedia dikenai sanksi pembatalan
skripsi ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat (penjiplakan).

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 24 Mei 2017

(Caskiman)
NIM. 0401514013

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

“Teruntuk keluarag kecil ku”

Panas sengatan matahari tak mampu menghalangi perjuangan mu

Derasnya hujan tak mampu melunturkan semangat mu

Engkau tidak gentar meski guruh menggelegar

Arah merintang tak mampu untuk membuat mu pudar

Hanya menyukuri anugrah karna sudah takdir

Engkau tiada menyerah terus berjuang hingga akhir

dedikasi mu kini tertanam dalam diri

Malam mu mewujudkan cita ku dikala menyambut pagi

Kasih dan ridho mu yang membuka indahnya masa depan

Sayang mu yang menemani disetiap langkah dalam perjuangn

Maka aku adalah karya mu yang menjadi saksi kelak di masa


perhitungan , Atas amanah yang sedang engkau emban

Terimakasih untuk mu wahai Ayah dan Ibu

Telah menjadi petunjuk dalam hidup ku

Putra mu.

iv
‫‪MOTO‬‬

‫”‪“SKRIPSI HANYA BAGIAN KECIL DARI KEHIDUPAN‬‬

‫أش ّد الجهاد جهاد الهوى ‪ #‬وماأكرم المرء إالّ التقى‬

‫كف األذى‬
‫وأخالق ذي الفضل معروفة ‪ #‬ببذل الجميل و ّ‬

‫وكل الفكاهات مملولة ‪ #‬وطول التعاشر فيه القلى‬

‫وكل طريف له ل ّذة ‪ #‬وكل تليد سريع البلى‬

‫وال شيء إالّ له آفة ‪ #‬وال شيء إال له منتهى‬

‫ولكن غنى النفس كل الغنى‬


‫وليس الغنى نشب في يد ‪ّ #‬‬

‫”‪“SEMUA BARU DIMULAI‬‬

‫‪v‬‬
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, puji serta syukur kepada Allah SWT yang


telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, semoga kita senantiasa berada
dalam perlindungan-Nya, Amin. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga dan para sahabatnya, serta
mereka yang mengikuti petunjuknya.

Skripsi ini, penulis selesaikan guna melengkapi syarat mendapatkan gelar


strata satu pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Al Azhar
Indonesia. Skripsi tersebut berjudul, “Analisis Sosiologi Sastra Pada Puisi Arab

Naqā’id dalam Puisi Farazdaq”. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam puisi
Naqā’id Farazdaq terdapat unsur-unsur sosial yang mempengaruhi pengarang
puisi tersebut melalui Analisis Sosiologi Sastra dari teori Wellek dan Werren yang
membahas sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra dan sosiologi pembaca.

Meskipun penulis telah berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik.


Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar penulis dapat melakukan perbaikan di setiap aspek dalam penulisan skripsi
ini.

Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini


dapat membawa manfaat bagi kita semua, amin yaa rabbal ‘alamiin.

Jakarta, 28 Januari 2017

Caskiman

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana karena tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang mendukung penulis, baik secara moril maupun materil. Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin mencurahkan rasa syukur dan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada Allah swt. atas rahmat dan kasih sayang-Nya. Karena
itu, penelitian ini dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc. selaku Rektor Universitas Al Azhar
Indonesia dan para wakilnya.

2. Dr. Faisal Hendra, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Sastra..

3. Dr. Iin Suryaningsih, S. S., M. A. selaku Kepala Program Studi Sastra


Arab. Terima kasih karena telah menjadi panutan kami untuk selalu
berinovasi, berwawasan luas, disiplin dan menekuni bidang yang kita
sukai dan cintai.

4. Ibu Afridesy Puji Pancarani, Lc. MA. Selaku pembimbng I sekaligus


pembingbing akademik yang selalu memberikan semangat, bimbingan
dan motivasinya dalam mempelajari bahasa Arab dan mengajak penulis
untuk memperbanyak pengalaman yang baru.

5. Nur Hizbullah, S.Ag., M.Hum. selaku pembimbing II. Terima kasih atas
semua waktu, pikiran, dedikasinya serta pengalaman berharga kepada
penulis. Karena, berkat dukungan dan motivasi dari beliaulah yang
membantu penulis semangat dalam mewujudkan dan menyelesaikan
skripsi ini.

vii
6. Dr. Thoyib I. M. selaku motivator terbesar penulis dari awal perkuliahan
sampai waktu yang tak terbatas. Motivasi, karya dan pengalaman beliau
yang luar biasa, mendorong penulis untuk selalu berkarya dan tidak pernah
berhenti dalam berinovasi serta belajar.

7. Zaqiatul Mardiah, M. Hum. yang telah memberikan dedikasi dan


bimbingan yang sangat berarti bagi penulis. Mulai dari sebuah awal
pertemuan yang indah sampai akhir pertemuan yang indah pula.

8. Seluruh dosen Program Studi Sastra Arab UAI yang penulis banggakan,
Bapak Dr. Afdol Tharik Wastono, M. Hum, Bapak Prof. Dr. Chotibul
Umam, Bapak Aliudin Mahjudin, Ustadzah Afridesy Puji Pancarani,
Ustadz Fadzurrahman, Ustadz Eldow, Ustadzah Madian. Kepada mereka,
tidak ada hadiah yang berharga selain membanggakan mereka dengan
prestasi dan mengamalkan ilmu yang telah mereka berikan.

9. Ustadz Zulkarnaen atau bang Zul terima kasih atas segala nasehat,
bimbingan, pengalaman dalam berorganisasi yang kelak bagi penulis akan
menjadi sebuah keteladanan dalam menempuh realita kehidupan yang
sesungguhnya.

10. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Karwa (Alm) dan Ibunda Surinah.
yang penulis anggap bagiakan penyembuh di kala lelah, penenang di kala
bimbang, pemberi kasih dan cinta di kala kelamnya hati, serta pemberi
penerang di kala kesesatan melanda. Untuk mereka, terimakasih setulus-
tulusnya dari lubuk hati ini. Tidak ada kata maupun perbuatan untuk
membayar semua apa yang kalian lakukan untukku. Aku percaya bahwa
kekuatan do‟a mampu mengalahkan segalanya, serta keyakinanlah yang
membawaku kepada Allah swt. Kalian mengajarkanku mengenal dekat
akan Allah yang selalu di hatiku bahkan lebih dekat daripada itu. Begitu
juga semua keluarga ku, terimakasih atas pelukan dan semangat yang kau
berikan. Semua itu tidak akan pernah punah untuk selamanya.
viii
11. Para sahabat dan keluarga sastra Arab angkatan 2014, Eva, Laras, Virina,
Ristia, Ivan, Dinda, Ririn, Nadia, Vanny, Nanik, Fuzi, dan Diara
terimakasih berkat kalian penulis dapat bertahan melewati masa
perkuliahan yang serasa sangat penuh dengan suka dan duka.

12. Kepada senior Sastra Arab UAI, para alumni angkatan 2011, 2012, 2013
atas berbaginya pengalaman dan pembelajaran dari arti sebuah
kekeluargaan yang sangat bermakna dan berharga. Selanjutnya untuk adik-
adik angkatan 2015 sampai 2017 terimakasih atas semua dukungan dan
motvasinya dalam menuliskan dan menorehkan segala senyuman dan kata-
kata hangat, sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu.

Pada akhirnya, penulis ucapkan kepada orang-orang yang tidak


bisa disebutkan satu persatu namanya baik di lingkungan fakultas maupun
di luar Fakultas Sastra, terlebih lagi di luar Universitas Al Azhar
Indonesia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Mengetahui do‟a
dari setiap hambanya. Semoga Allah membalas dengan penuh kebaikan.

Caskiman

ix
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

LAMBANG:

„………‟ : Mengapit terjemahan


“………” : Mengapit kutipan dan istilah
/………/ : Mengapit transliterasi
(……...) : Mengapit singkatan
Cetak Miring : Menyatakan kata asing yang belum diserap,
Transliterasi

x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

A. Sistem Transliterasi Arab-Latin


Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihan huruf dari abjad yang satu
ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf
Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya. Menurut KBBI, transliterasi
atau alih huruf adalah penggantian huruf dari huruf abjad yang satu ke abjad yang
lain (terlepas dari lafal bunyi kata yang sebenarnya).

Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K RI


No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987
tertanggal 22 Januari 1988

a. Konsonan Tunggal
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam pedoman ini sebagian dilambangkan dengan
huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan
dengan huruf dan tanda sekaligus.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

‫ا‬ Alif - tidak dilambangkan

‫ب‬ bā‟ b -

‫ت‬ tā‟ t -

‫ث‬ ṡā‟ ṡ s dengan satu titik di atas

‫ج‬ Jīm j -

‫ح‬ ḥā‟ ḥ h dengan satu titik di bawah

xi
‫خ‬ khā‟ kh -

‫د‬ Dāl d -

‫ذ‬ Żāl z| z dengan satu titik di atas

‫ر‬ rā‟ R -

‫ز‬ Zāi Z -

‫س‬ Sīn S -

‫ش‬ Syīn Sy -

‫ص‬ ṣād ṣ s dengan satu titik di bawah

‫ض‬ ḍād ḍ d dengan satu titik di bawah

‫ط‬ ṭā‟ ṭ t dengan satu titik di bawah

‫ظ‬ ẓā‟ ẓ z dengan satu titik di bawah

‫ع‬ ʿain ʿ koma terbalik

‫غ‬ Gain G -

‫ؼ‬ fā‟ F -

‫ؽ‬ Qāf Q -

xii
‫ؾ‬ Kāf K -

‫ؿ‬ Lām L -

‫ـ‬ Mīm M -

‫ف‬ Nūn N -

‫ق‬ hā‟ H -

‫ك‬ Wāwu W -

tidak apostrof, tetapi lambang ini tidak


‫ء‬ Hamzah dilambangkan dipergunakan untuk hamzah di
atau ’ awal kata

‫ي‬ yā‟ Y -

b. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh: ‫نب‬
ّ ditulis /nabiyyun/
‫ي‬
c. Tā’ marbūṭah di akhir kata
Transliterasinya menggunakan:
1. Tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa
Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

Contoh: ّ‫ك َّرة‬


ُ ditulis /kurrah/

xiii
2. Pada kata yang terakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka tā’ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh : ‫ةّالّْزهّر‬
ّْ ّ‫جّامّع‬ ditulis /ja>mi’ah al-azhar/

3. Bila dihidupkan ditulis t.

Contoh : ‫الّْزهّر‬
ّْ ُّ‫ جّامّعّ ّة‬ditulis /ja>mi’atul azhar/
Huruf tā’ marbūṭah di akhir kata dapat dialihaksarakan sebagai t atau
dialihbunyikan sebagai h (pada pembacaan waqaf/berhenti). Bahasa
Indonesia dapat menyerap salah satu atau kedua kata tersebut.

d. Vokal Pendek
Harakat fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan ḍammah ditulis u.

Contoh: ّّ‫كّتّب‬ ditulis /kataba/

ّ‫ب‬
ُ ّ‫يّ ّْذه‬ ditulis /yaz|habu/

e. Vokal Panjang
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan
huruf/transliterasinya berupa huruf dan tanda. Vokal panjang ditulis, masing-
masing dengan tanda hubung (-) di atasnya atau biasa ditulis dengan tanda caron
seperti (â, î, û).

Contoh: ّ‫قاؿ‬ ditulis /qo>la/

ّ‫قْيل‬ ditulis /qi>la/

f. Vokal Rangkap

1. Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai (‫)أي‬.

Contoh: ّ‫كْيف‬ ditulis /kaifa/

xiv
2. Fathah + wāwu mati ditulis au (ٔ‫)ا‬.

Contoh: ّ‫حّ ْوؿ‬ ditulis /haula/

g. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata


Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrop (‟) apabila ia terletak di tengah atau akhir kata. Apabila terletak di awal
kata, transliterasinya seperti huruf alif, tidak dilambangkan.

Contoh: ‫يّّأْ ُّمُّرّْكف‬ ditulis /ya’muru>n/

h. Kata Sandang Alif + Lam (‫)ال‬


Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Kata sandang diikuti huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang
langsung mengikuti kata sandang itu atau huruf lam diganti dengan
huruf yang mengikutinya.

Contoh : ّ‫س‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬ ditulis /asy-syamsu/

ّ‫الرفْي ُق‬
َّ ditulis /ar-rafi>qu/

2. Kata sandang diikuti huruf qamariah


Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditulis al-.

Contoh : ّ‫ك‬
ُ ‫الْمل‬ ditulis /al-Maliku/

ّ‫الػكاف ُػر‬ ditulis /al-kâfiru/

i. Huruf Besar
Huruf besar yang disebut juga huruf kapital merupakan unsur kebahasaan
yang mempunyai permasalahan yang cukup rumit. Penggunaan huruf kapital
disesuaikan dengan EYD walaupun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal. Kata
yang didahului oleh kata sandang alif lam, huruf yang ditulis kapital adalah huruf

xv
awal katanya bukan huruf awal kata sandangnya kecuali di awal kalimat, huruf
awal kata sandangnya pun ditulis kapital.

Contoh: ‫البُخاري‬ ditulis /al-Bukhârî/

‫الرسالة‬ ditulis /al-Risâlah/

xvi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................iii

LEMBAR PERSEMBAHAN .........................................................................iv

MOTTO .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................vi

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................. x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xvii

ABSTRAK ....................................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Pokok Bahasan ......................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................ 3
1.4 Pembatasan Masalah ........................................................................... 3
1.5 Metodologi Penelitian ......................................................................... 3
1.5.1 Metode Penelitian ........................................................................... 3
1.5.2 Korpus Data .................................................................................... 4
1.5.3 Teknik Pemerolehan Data ............................................................. 4
1.5.4 Prosedur Analisis ............................................................................ 4
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
xvii
1.6.1 Manfaat teoritis ............................................................................... 5
1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 5
1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7

2.1 Tinjauan Teoretis ................................................................................ 7


2.1.1 Semi (2012) .................................................................................... 7
2.1.2 Wellek Dan Werren (1990) ............................................................ 8
2.1.3 Damono (1978) ............................................................................. 10
2.1.4 Swingewood (1972) ................................................................... 10
2.2 Tinjauan Terdahulu ........................................................................... 11
2.2.1 Tinjauan Terdahulu Karya Arab .................................................... 11
2.2.2 Tinjauan Terdahulu Karya Non Arab ............................................ 14
2.3 Sintesa Penelitian .............................................................................. 15

BAB III LANDASAN TEORI ..................................................................... 18

3.1 Pengantar ........................................................................................... 18


3.2 Konsep Penerapan Teori ................................................................... 24

BAB IV ANALISIS ...................................................................................... 27

4.1 Pengantar ............................................................................................ 27


4.2 Biografi Penyair ................................................................................. 28
4.3 Analisis Puisi ..................................................................................... 33
4.4 Analisis Sosiologi Sastra .................................................................... 35

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 65

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 65


5.2 Saran ................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 68

BIODATA PENULIS ........................................................................................ 96

xviii
ABSTRAK

CASKIMAN, 0401514013, ANALISIS SOSIOLOGI PADA PUISI ARAB


NAQĀ’ID DALAM PUISI FARAZDAQ. Di bawah bimbingan Afridesy Puji
Pancarani, Lc, M.A. dan Nur Hiznullah, S.Ag, M. Hum. Program Studi
Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia, Januari 2018.

Sebuah karya sastra yang terlahir dari anggota masyarakat maka karya
tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat sekitar yang hidup pada masa
tersebut. Oleh karena itu sebuah karya sastra dapat mencerminkan kehidupan
sosial masyarakat yang mempengaruhi pemikiran penulis karya sastra itu sendiri.
Dalam penelitian ini penulis mengungkapkan faktor-faktor sosial baik dari sisi
sosial pengarang, sosial karya sastra itu sendiri dan sosial masyarakat yang
menjadi penikmat karya tersebut dengan menggunakan pendekatan teori Sosiologi
Sastra.

Adapun korpus data yang dijadikan objek kajian penulis adalah sebuah
karya puisi Arab Naqā’iḍ Farazdaq. Metode yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.

Hasil penelitian ini, penulis menemukan faktor-faktor sosial yang


mempengaruhi pemikiran pengarang dan karya sastranya serta masyarakat sekitar
yang lahir pada masa tersebut. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemikiran pengarang terpengaruhi oleh keadaan politik pada saat itu, sehingga
dalam puisinya terdapat tema Hija dan Fakhr yang bertujuan untuk menjatuhkan
lawan dan membanggakan diri sendiri serta kaumnya. Karya puisi Naqā’iḍ juga
berpotensi memberikan propaganda terhadap masyarakat dalam memandang dan
menilai masyarakat yang menjadi lawan bicara Farazdaq dalam menyampaikan
aspirasinya lewat karya puisi.

Kata kunci: Aliran Sosiologi Sastra, Puisi Arab, Naqa’id, Farazdaq.

xix
‫مهخص انبحث‬

‫جسكمان ‪ 0400104013‬انبحث عه "جحهيم األدبي اإلجحمعي في انشعر وقائض‬


‫انفرزدق" جحث إشراف فوفوت أفريذش فوجي فىجراوي انماجسحيرو وور حسب هللا‬
‫انماجسحير‪ ،‬كهية اآلداب بقسم انهغة انعربية‪ ،‬جامعة األزهر اإلوذوويسية‪ ،‬يىاير ‪.8002‬‬

‫األدتً انزي ٔنذ يٍ أفشاد انًجرًع ثى األدب ال ًٌكٍ فصهّ عٍ حٍاج انُاس انزٌٍ‬
‫ٌعٍشٌٕ فً رنل انٕقد ذقشٌثا‪ .‬نزنل ًٌكٍ األدب أٌ ٌرصٕس انحٍاج االجرًاعٍح نهًجرًع انرً‬
‫ذؤثش عهى فكشج انًؤنف فً انعًم األدتً َفسّ‪ .‬فً ْزِ انثحث ٌحم انكاذة عٍ عُاصش‬
‫انعٕايم االجرًاعٍح سٕاء يٍ انجاَة االجرًاعً نهًؤنف‪ٔ ،‬انعًم االجرًاعً نألدب َفسّ‬
‫ٔانًجرًع انزٌٍ صاسٔا انًسرًع عهى األدتً تاسرخذاو عهى األدتً االجرًاعً‪.‬‬

‫أٌ يجًٕعح انثٍاَاخ انًسرخذيح فً ْزا انثحث ًْ انشعش انعشتً َقائض انفشصداق‪.‬‬
‫انطشٌقح انرً ٌسرخذيٓا انكاذة فً ْزا انثحث ًْ طشٌقح انٕصفٍح انرحهٍهٍح‪.‬‬

‫َرائج يٍ ْزا انثحث‪ٔ ،‬جذ انكاذة عُاصش انعٕايم االجرًاعٍح انرً ذؤثش عهى فكشج‬
‫انًؤنف ٔ األدتّ ٔانًجرًعاخ انرً ذعٍشٌٕ فً رنل انٕقد‪ .‬نزنل ًٌكٍ نهكاذة أٌ ٌسرُرج أٌ‬
‫فكشج انًؤنف ذأثش تانحانح انسٍاسٍح فً رنل انٕقد‪ ،‬نزنل فً شعشِ ُْاك يٕضٕع ٍْجاء‬
‫ٔفخش انزاٌ ٌٓذفا إلصانح انًعاسضٍٍ ٔانفخش أَفسّ ٔقٕيّ‪ٔ .‬شعش انُقائض ٌأثش عهى إعطاء‬
‫انذعاٌح نهًجرًع عهى انًعاسضٍٍ نهفشصدق فً َقم طًٕحاذّ يٍ خالل شعشِ‪.‬‬

‫انكهمة انرئيسية ‪ :‬األدتً اإلجرًعً‪ ،‬انشعش انعشتً‪َ ،‬قائض انفشصدق‬

‫‪xx‬‬
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Pokok Bahasan


Sejak abad ke-4 Masehi perkembangan puisi sudah lahir dan terus
berkembang sampai masa kini. Cara mengungkapkan puisi, hakikatnya
tidak pernah mengalami perubahan secara bentuk dan isinya akan tetapi,
hanya saja pandangan masyarakatlah yang berubah dan terpengaruh dalam
menilai puisi yang menyesuaikan dengan zaman dan kebutuhan
masyarakat yang berlaku (Purnawati, 2011:2).

Kehidupan bangsa Arab tercermin dari sebuah karya sastra yang


lahir dan berkembang di zamannya. Oleh karena itu, karya suatu bangsa
khususnya karya puisi memiliki banyak unsur-unsur yang menjadi nilai-
nilai pegangan masyarakat yang berlaku di zaman tersebut. Sehingga puisi
yang lahir dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat sekitarnya.
Kita juga dapat menilai sifat dan keyakinan, peradaban, atau keprimitifan
mereka bahkan kita bisa menilai sistem politik yang berlaku.
Perkembangan karya sastra tersebut terus berkembang dari masa ke masa
sampai sekarang (Abdurrahman, 1994: 6).

Pada masa jahiliah isi kandungan sastra puisi tidak mengandung


estetika kesantunan, namun di masa pra-Islam berubah isi kandunganya
menjadi lebih indah baik dari sisi nilai moralnya maupun dari sisi diksi
yang digunakan oleh penyair. Karena, Al Qur‟an pada saat itu menjadi
fondasi utamanya dalam kehidupan sehari hari. Perkembangan Puisi pada
masa pra-Islam terpengaruh oleh keindahan kandungan isi Al Qur‟an
karena penyair-penyair pada masa itu kebanyakan dari kalangan Islam,
maka kedatangan Nabi Muhammad saw membawa perubahan ideologi
bangsa dan perkembangan sastra (Al-Khuly dan Ziyad, 2004: 87 ).

1
2

Setelah masa pra-Islam, Pada tahun 660 M masa Dinasti Umayyah


juga melahirkan penyair-penyair Naqā‟iḍ, seperti Jarir dan Farazdaq yang
sampai beberapa tahun saling berdebat lewat puisi-puisi mereka. Pada
masa dinasti ini, muncul tema-tema politik dan polemik yang
menggambarkan pergulatan politik dan aliran keagamaan. Karena, pada
masa itu penyair sangat dibebaskan untuk mengungkapkan apa yang
mereka rasakan sehingga pandangan dan keyakinannya mereka alihkan
untuk menisbatkan kekuasaanya pada Ahlul Bait. Para penyair yang
terkenal pada Dinasti Umayyah di sebut al-Udziyyun, antara lain Dzur
Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhtal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich. Nama
yang terakhir terkenal dengan sebutan Layla Majnun (Muchammad, 1982:
152).

Perkembangan sastra pada masa Dinasti Umayyah menjadi


perhatian yang sangat penting di mata pemerintah. Oleh karena itu, pada
masa ini dibangunlah sekolah-sekolah dan pusat studi yang terkait tentang
bahasa dan kesusastraan Arab, seperti Basrah dan Kufah memiliki sekolah
puisi. Selain perkembangan dari sisi fasilitasnya puisi juga berkembang
dari sisi bentuk dan pemilihan diksinya. Dari sisi kitabah (korespondensi)
dikenal gaya penulisan yang bersayap, panjang dan pemilihan diksi yang
lebih santun (Bustam, 2015: 39)

Terkait dengan perkembang puisi di masa Dinasti Umayyah maka


tema-tema puisi arab juga banyak yang berkembang karena terpengaruh
oleh keadaan sosial, Agama dan Politik yang berlaku di masa tersebut. Jika
pada masa sebelumnya tema Al-Hijā ini digunakan untuk menghina di
antara sekte atau kelompok maka pada masa Umayyah ini isinya
berkembang memuat unsur politik dan kehidupan sosial baik dari sisi
buruknya maupun baiknya. Perkembangan ini sangat pesat sehingga
melahirkan tema puisi baru yang dinamakan puisi An-Naqā‟iḍ (polemik)
yaitu tema permusuhan antara penyair pada masa itu (Bustam, 2015: 43).
3

Dengan pokok bahasan yang telah dijelasan, penulis tertarik untuk


mengkaji sisi sosial pengarang, sosial karya sastra dan sosial pembaca
yang mempengaruhi inovasi karya sastra puisi Arab, dengan kajian
sosiologi sastra yang berfokus pada puisi Arab Naqā‟iḍ karya Farazdaq di
masa Dinasti Umayyah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar pokok bahasan di atas, dapat
dirumuskan sebuah masalah, yaitu:

1. Apa motif puisi Arab Naqā‟iḍ dalam puisi Farazdaq?


2. Apa faktor-faktor sosial yang mempengaruhi Farazdaq dan puisinya
dalam mengungkapkan puisi Naqā‟iḍ ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui motif puisi Naqā‟iḍ dan faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi penyair dan puisinya dalam mengungkapkan puisi Naqā‟iḍ
dari perspektif teori sosiologi sastra.

1.4 Pembatasan Masalah


Untuk mempermudah penelitian ini penulis membatasi kajian puisi
yang akan menjadi pokok bahasan, peneliti hanya memfokuskan pada
kajian faktor-faktor sosiologi dalam sebuah karya puisi Farazdaq dalam
mengungkapkan puisi Arab Naqā‟iḍ dengan pendekatan teori sosiologi
sastra.

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang artinya,
mendeskripsikan data yang terurai dalam bentuk kata-kata atau narasi
bukan dalam bentuk angka-angka. Hadi (2000:3) mengatakan bahwa
penelitian ini berfokus pada pengumpulan data-data dan menganalisis
untuk memperoleh pemahaman yang tepat.
4

1.5.2 Korpus Data


Sumber data diambil dari tiap-tiap bait puisi yang mengandung
faktor-faktor sosial yang mempengaruhi Farazdaq dalam mengungkapkan
puisi Arab Naqā‟iḍ. Puisi tersebut terdapat dalam kitab Nuṣūṣ adabyah
yang terdiri dari 11 bait. Pembahasan penulis akan menganalisis bait-bait
puisi Farazdaq menggunakan pendekatan teori sosiologis sastra.

1.5.3 Teknik Pemerolehan Data


Langkah pertama untuk memperoleh data, penulis membaca semua
bait puisi Farazdaq secara keseluruhan. Langkah berikutnya, penulis
mengamati makna yang terkandung dari setiap bait puisi Farazdaq. Dan
selanjutnya, penulis mengklasifikasi tiap-tiap bait yang memiliki makna
kesesuaian dengan faktor-faktor sosial pengarang yang mempengaruhi
Farazdaq dalam mengungkapkan puisi Arab Naqā‟iḍ tersebut, karya sastra
yang menjadi cermin budaya dan masyarakat pembaca sebagai dampak
sosial dengan pendekatan teori sosiologi sastra. Berikutnya, analisis
tersebut akan memberikan penjelasan faktor-faktor sosial apa saja yang
mempengaruhi Farazdaq dan puisinya serta dampak kepada masyarakat
pembacanya yang akan memberikan penjelasan tentang motif puisi
tersebut.

1.5.4 Prosedur Analisis


Setelah penulis mendapatkan data-data yang akan penulis jadikan
objek kajian, penulis menggarisbawahi diksi dari tiap-tiap bait puisi yang
menjadi data dan mengolah data tersebut dalam sebuah analisis yang
menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk mengupas faktor-faktor
sosial yang terdapat dalam puisi Naqā‟iḍ karya Farazdaq, baik dari sisi
sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra maupun dari sisi sosiologi
masyarakat pembaca.

Dalam sebuah analisisnya penulis mencantumkan bait yang akan


dianalisa, kemudian penulis garis bawahi diksi/kalimat yang menunjukan
makna kesesuaian dengan hal-hal yang berkaitan dengan sosial dalam
5

masyarakat. Setelah itu, penulis mengklasifikasi data tersebut kedalam


sosiologi pengarang, sosiologi sastra dan dalam sosiologi masyarakat
pembaca.

1.6 Manfaat Penelitian


Dalam sebuah penelitian harus memiliki sebuah manfaat yang
berguna baik untuk penulis maupun pembacanya, karena sebuah penelitian
yang baik adalah memiliki banyak manfaat. Dalam hal ini kemanfaatan
penelitian terbagi dalam dua kategori yaitu:

1.6.1 Manfaat Teoretis


Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperkaya keilmuan dalam kesusastraan Arab khususnya


pada kajian puisi.
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan Teori Sosiologi Sastra
dalam sebuah penelitian.
3. Menambah wawasan para pengajar dan pelajar kesusastraan
Arab dalam bidang kajian puisi.

1.6.2 Manfaat Praktis


Manfaat praktis dari hasil penelitian ini, dapat bermanfaat untuk
penulis, mahasiswa, pengajar, bahkan kepada peneliti yang lainya dalam
kegiatan-kegiatan yang bersifat akademis seperti:

1. Membantu mahasiswa dalam memahami perkembangan puisi


di masa Dinasti Umayyah.
2. Memberikan tambahan bahan ajar materi kesusastraan Arab di
lembaga pendidikan yang berbasis Sastra Arab.
3. Menjadi salah satu contoh penerapan teori sosiologi sastra
dalam materi Kritik Sastra Arab.
6

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan, yang meliputi latar pokok bahasan, rumusan masalah
penulis, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, korpus
data, teknik analisis data, prosedur analisis, manfa‟at penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tulisan tentang tinjauan pustaka baik tinjauan
teoretis maupun terdahulu yang pernah membahas kajian puisi Arab
Naqā‟iḍ dengan pendekatan teori sosiologi sastra yang merupakan objek
kajian peneliti dalam penulisan ini. Mengungkapkan alasan penulis dalam
memilih teori yang diuraikan dalam sintesa penelitian.
BAB I I I LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang dapat digunakan sebagai dasar kajian
puisi yang menggunakan pendekatan teori Sosiologi Sastra yang dimulai
dari penjelasan tentang puisi, teori penelitian sastra dengan pendekatan
teori sosiologi sastra.
BAB IVANALISIS
Pada bagian ini korpus data yang dijadikan objek kajian penulis,
diteliti berdasarkan teori sosiologi sastra dan menjelaskan faktor-faktor
sosial yang terkait dengan karya sastra puisi Arab yang sedang diteliti,
serta menjelaskan motif dari tema puisi Arab tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Bagian ini menjelaskan simpulan dari hasil akhir penelitian yang
mengungkapkan pengaruh faktor-faktor sosial yang merupakan bagian
ekstrinsik dari karya sastra puisi Arab Naqā‟iḍ dalam puisi Farazdaq.
Bagian paling akhir dari penulisan adalah daftar pustaka, biografi singkat
penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini penulis akan mencantumakan pendapat-


pendapat para peneliti terdahulu yang berkaitan dengan pokok
kajian peneliti baik berupa buku, skripsi, makalah, artikel, jurnal,
tesis maupun disertasi. Berikut pustaka yang menjadi tinjauan
peneliti:

2.1 Tinjauan Teoretis

2.1.1 Semi (2012:73)

Semi mengatakan dalam bukunya yang berjudul Kritik Sastra


bahwa pendekatan sosiologis sastra merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan
problem kehidupan yang pengarang sendiri ikut di dalamnya. Karya sastra
menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi
pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat itu sangat
menentukan nilai-nilai karya sastra yang lahir pada suatu zaman,
sementara sastrawan sendiri yang merupakan anggota masyarakat tidak
bisa mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan
yang membesarkanya dan sekaligus membentuk karakternya.

Selain itu juga, Semi (2012) berpendapat bahwa pendekatan


sosiologis adalah penelitian sastra yang mempersoalkan kehidupan
masyarakat baik dari sisi sosial, Agama, Politik maupun ekonomi yang
mempengaruhi sebuah karya sastra. Faktor-faktor yang berada di luar
sebuah karya sastra merupakan fokus kajian dari pendekatan sosiologis ini.
Oleh karena itu peneliti hendaknya memahami langkah-langkah kerja
dalam menerapkan penelitian sastra dengan pendekatan sosiologis.
Adapun metode langkah kerjanya sebagai berikut:

7
8

1) Mengkaji tentang latar belakan pengarang karya sastra yang akan menjadi
objek kajian. Karena, dengan mengetahui latar belakan kehidupan
pengarang akan lebih mudah melakukan kajian aspek yang lainya.
2) Mengkaji tentang falsafah pengarang yang dianutnya, idiologi politiknya,
setatus sosialnya, pendidikanya, sosialisasinya, dan keagamaanya. Karena,
semua itu dapat menentukan visi dari karya yang dibuat oleh pengarang.
3) Mengkaji makna yang terkandung di dalam karya sastra dan mengkaitkan
dengan manfaatnya untuk masyarakat mayoritas bukan untuk kepentingan
pribadi. Semakin banyak unsur-unsur yang mengkaitkanya dengan
masyarakat semakin tinggi juga nilai karya tersebut di mata masyarakat.
4) Mengkaji tanggapan masyarakat terhadap karya sastra tersebut dan
kemafaatnya untuk orang banyak.
5) Mengkaji tatanilai budaya yang ada dalam karya sastra dan penilaian ini
dilakukan sambil menilai aspek indoktrinasi, dogma, didaktik, dan protes
sosial yang terdapat di dalamnya.

2.1.2 Wellek dan Werren (1990:110)

Wellek dan Werren mengatakan dalam bukunya yang berjudul


Teori Kesusastraan bahwa pendekatan sosiologi sastra jelas merupakan
hubungan antara sastra dan masyarakat, literature is an exspression of
society, artinya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat. Maksudnya
masyarakat mau tidak mau harus mencerminkan dan mengespresikan
hidup.
Hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat oleh Wellek
dan Werren dapat diteliti melalui:
1. Sosiologi Pengarang
Menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil Karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.
2. Sosiologi Karya Sastra
9

Menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya


sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri,
dan yang berkaitan masalah-masalah sosial.

3. Sosiologi Pembaca
Mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut,
yakni sejauh mana dampak sosial sastra bagi masyarakat pembacanya
(Wellek dan Werren, 1990: 111).
Sosiologi pengarang dapat dimaknai sebagai salah satu kajian
sosiologi sastra yang memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai
pencipta karya sastra. Dalam sosiologi pengarang, pengarang juga sebagai
pencipta karya sastra dianggap merupakan makhluk sosial yang
keberadaanya terikat oleh setatus sosialnya dalam masyarakat, idiologi
yang dianutnya, posisinya dalam masyarakat, juga hubungannya dengan
pembaca (Wiyatmi, 2013:29).
Adapun fokus kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial (Wellek dan
Werren, 1994).
Adapun dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model
kajian sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra
dengan pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain
adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta
sejauh mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial,
perubahan dan perkembangan sosial (Wellek dan Warren, 1994).

2.1.3 Damono (1978)

Damono dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Sastra menjelaskan


bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara menyeluruh dan dipisahkan
dari budaya masyarakat yang menghasilkannya. Dengan demikian,
kesamaan permasalahan antara sosiologi dengan sastra adalah sama-sama
10

berurusan dengan manusia dan masyarakat. Namun, seorang sosiolog


hanya dapat melihat fakta berdasarkan kenyataan yang terjadi di dalam
masyarakat. Akan tetapi sastrawan mampu mengungkapkan kenyataan
melalui imajinasinya.

Selain itu juga, Watt (dalam Damono: 1978: 28) memberikan


gagasan mengenai kajian sosiologi suatu karya sastra dari sudut pandang
hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Gagasan
yang diungkapkan mencakup tiga hal sebagai berikut:

1. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial


masyarakat dan kaitanya dengan masyarakat pembaca, termasuk
didalamnya faktor-faktor sosial yang bisa memengaruhi si pengarang
sebagai perseorangan di samping memengaruhi isi karya sastranya.
2. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh
mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.
3. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai
sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan seberapa jauh nilai sastra
dipengaruhi oleh nilai sosial, dan seberapa jauh pula sastra dapat
berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi
masyarakat pembaca.

2.1.4 Swingewood (1972)

Swingewood (1972) dalam bukuya yang berjudul Sosiologi


Sastra menjelaskan bahwa batasan sosiologi sebagai ilmu, sosiologi
merupakan setudi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam
masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial.
Sosiologi setudi yang mengamati dan berpotensi untuk bisa menjawab
permasalahan-permasalahan dalam sebuah kehidupan masyarakat seperti,
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan
mengapa masyarakat itu bertahan hidup.
11

Berkaitan dengan hubungan antara sastra dan sosiologi


Swingewood juga berpendapat mempunyai dua pandangan mengenai
hubungan antara sastra dan sosiologi. Swingewood mengatakan bahwa
ada dua jenis corak dalam penelitian sosiologi yang menggunakan data
sastra. Corak tersebut yang pertama adalah, penyelidikan yang bermula
dari ingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra dengan faktor
di luar sastra. Cara yang seperti ini disebut sociology of literatur
(sosiologi sastra). Penyelidikan ini yang mengkaji faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi karya sastra pada masa dan masyarakat tertentu.
Kemudian yang kedua, penyelidikan yang menghubungkan struktur
karya sastra kepada genre dan masyarakat tertentu. Cara kedua ini
dinamakan literary of sociology (sosiologi sastra) .

Dalam paradigma studi sastra, sosiolog sastra, terutama sosiologi


karya sastra, dianggap sebagai perkembangan dari pendekatan mimetik
yang dikemukakan plato, yang memahami karya sastra dalam
hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan (Wiyatmi,
2013:8).

2.2 Tinjauan Terdahulu

Penulis telah menemukan beberapa sumber pustaka


terdahulu yang berkaitan dengan objek penelitian penulis, baik
berupa jurnal, skripsi, ataupun makalah. Adapun tinjauan terdahulu
yang penulis temukan sebagai berikut:

2.2.1 Tinjauan Terdahulu Karya Arab


1. Mahmudah (2011)

Mahmudah adalah mahasiswi Universitas Indonesia Negeri


Jakarta, di dalam skripsinya dia mengkaji tiga sastrawan dinasti
ummayah seperti Kumait bin Ziad Al Hasad, Humam bin Ghalib
(Farazdaq) dan Sayyid Al Hemyary. Dari hasil penelitiannya yang
menggunakan pendekatan metode Referensi atau Library reseach,
12

mengungkapkan karakteristik pemikiran politik Syiah dan


pengaruhnya pada sejarah Islam dan Muslim dari puisi-puisi tiga
penyair tersebut. Mahmudah hanya mengkaji unsur-unsur syiah
yang terkandung dalam puisi masa Umayyah dan mengkaitkannya
dengan perkembangan ajaran Islam.

Berkaitan dengan penelitian penulis bahwa penulis


memiliki perbedaan dengan penelitian Mahmudah yaitu, Penulis
menggunakan teori Sosiologi Sastra untuk menganalisa puisi
Farazdaq. Kemudian Mahmudah menggunakan pendekatan
metode Referensi atau Library reseach untuk menganalisis tiga
puisi tokoh terkenal di masa Umayyah yang salah satu dari tiga
tokoh tersebut adalah Farazdaq. Adapun persamaan yang terdapat
pada penelitian penulis dan Mahmudah terdapat pada kesamaan
dalam menggunakan puisi Farazdaq sebagai objek penelitian.

2. Eko (2014)

Eko adalah mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan


Ampel Surabaya, yang mengkaji puisi Farazdaq dalam sebuah
karya ilmiah makalahnya yang berjudul Kajian Puisi Farazdaq. Ia
menjelaskan mulai dari biografi Farazdaq dan analisis mengenai
keindahan dan uslub-uslub balagh yang terkandung dalam puisi
Farazdaq. Hasil dari penelitiannya Eko menemukan uslub Kinayah,
Tasbih, Isti‟arah, Insya‟i dalam puisi Farazdaq. Dari hasil
penelitian tersebut dapat dijadikan bukti bahwa puisi Farazdaq
memiliki nilai keindahan yang sangat istimewa dalam
mengungkapkan puisinya.

Berkaitan dengan pembahasan penelitian penulis bahwa


penulis menemukan kesamaan terhadap objek kajian penulis dan
makalah Eko akan tetapi penulispun mempunyai sisi perbedaan
dalam penelitian penulis dan makalah Eko. Yaitu, Eko meneliti
13

puisi Farazdaq dengan pendekatan Ilmu Bhalaghoh yang


menghasilkan jenis-jenis Uslub keindahan yang terdapat dalam
puisi Farazdaq. Adapun penulis meneliti puisi Farazdaq dengan
menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra yang akan menganalisa
puisi tersebut dari fakrot-faktor sosial yang mempengaruhi puisi
Farazdaq.

3. Arini (2013)

Arini dalam artikelnya yang berjudul Tema Satire dalam


Puisi Jarir Ibn Athyyah Ibn Khathfy yang membahas
perkembangan puisi di masa Dinasti Umayyah yang menggunakan
pendekatan sosiologi sastra dengan mengkaji puisi satire. Puisi
satire ini melibatkan tiga tokoh penyair terkenal di masa Dinasti
Umayyah yaitu, al-Farazdaq, Jarir dan al-Akhtal akan tetapi,
penelitian Arini berfokus pada puisi satire karya Jarir Ibn Athiyyah
Ibn Khathfy. Hasil dari penelitianya yang menggunakan
pendekatan sosiologi sastra terhadap puisi satire tersebut
mengungkapkan, bahwa puisi satire karya Jarir bertujuan untuk
membalas puisi Farazdaq yang menjadi lawan politik pada saat
masa Dinasti Umayyah dengan ungkapan-ungkapan puisi satire
yang bertemakan Al-Hijā (ejekan atau hinaan).

Dari hasil penelitian Arini yang merupakan mahasiswi


Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia. Artikel yang ditulisnya memiliki persamaan
dengan penelitian penulis dalam penggunaan teori yang dijadikan
alat untuk menganalisis sebuah puisi akan tetapi, penelitian penulis
mempunyai perbedaan dengan artikelnya dalam objek kajian yang
dijadikan Arini dan penulis sebagai korpus data. Adapun penulis
menggunakan puisi Farazdaq untuk korpus data dalam
14

penelitianya sedangkan Arini menggunakan puisi Jarir untuk


dijadikan korpus datanya.

2.2.2 Tinjauan Terdahulu Karya non Arab

1. Wardiah (2012)

Wardiah merupakan mahasiswi fakultas Ilmu budaya


Universitas Andalas Padang dalam skripsinya yang meneliti
terhadap novel Yoshiwara Gomanjoo karya Kelichhiro Ryu.
Teknik penelitian yang diguakan adalah : membaca dan memahami
novel secara keseluruhan, mengumpulkan dan mencatat data yang
berhubungan dengan identitas, posisi, dan peran oiran dalam karya
sastra. Setelah itu, dilakukan analisis sosiologi sastra terhadap
sosial budaya masyarakat Yoshiwara yang menjadi latar belakang
novel Yoshiwara Gomanjoo.

Penulis memiliki persamaan dengan penelitian Zarni dalam


penggunaan teori Sosiologi Sastra yang dijadikan alat untuk
menganalisa objek kajian penelitian. Akan tetapi, penulis memiliki
perbedaan dalam penggunaan objek analisis yang penulis jadikan
korpus data. Adapun korpus data yang penulis gunakan adalah
puisi Arab dari karyany Farazdaq sedangkan Zarni menggunakan
novel Yoshiwara Gomanjoo yang dijadikan objek kajiannya.

2. Haque (2014)

dalam jurnalnya yang membahas tentang puisi “Patiwangi”


karya Oka Rusmini menganalisis puisi tersebut menggunakan
pendekatan sosiologi sastra. Dari hasil analisisnya bahwa puisi
“Patiwangi” memiliki hubungan erat dengan budaya masyarakat
Bali yang merupakan aib bagi kasta Brahmana. Patiwangi itu
sendiri adalah istilah nama upacara yang diadakan untuk melepas
15

kebangsawanan kaum wanita dari keturunan bangsawan yang


menikah dengan pria keturunan rendah.

Dari jurnal yang ditulis oleh Haque, penulis menemukan


persamaan dalam penggunaan teori yang dijadikan alat untuk
menganalisis data dalam penelitian yaitu, sama-sama menggunakan
teori Sosiologi Sastra sedangkan penulis memiliki perbedaan dalam
jurnalnya pada penggunaan objek kajian yang digunakan. Adapun
objek kajian penulis adalah puisi Arab karyanya Farazdaq
sedangkan Haque menggunakan puisi “Patiwangi” karya Oka
Rusmini yang dijadikan objek kajiannya.

Dari tinjauan terdahulu yang penulis temukan, belum ada


yang membahas tentang kajian sosiologi Sastra terhadap puisi
Farazdaq.

2.3 Sintesa Penelitian

Pada bagian sintesa penulis akan menjelaskan alasan-alasan


mengenai teori yang akan penulis pilih untuk menjadi alat dalam
menganalisa objek kajian dalam penelitian penulis. Dari penjelasan
sebelumnya, baik tinjauan teoretis maupun tinjauan terdahulu
penulis akan mengambil salah satu teori Sosiologi Sastra dari
pendapat para ahli. Adapun teori sosiologi Sastra yang penulis
ambil untuk menganalisa adalah teorinya Wellek dan Werren yang
membahasa Sosiologi Sastra dari sisi sosial pengarang, unsur sosial
yang terdapat dalam karya itu sendiri dan pengaruh karya sastra
terhadap sosial pendengar atau masyarakat sekitar.

Wellek dan Werren adalah ahli dalam bidang teori


Sosiologi sastra yang membahas hubungan antara karya sastra
dengan kehidupan masyarakat. Pembahasan teorinya Wellek dan
Werren menurut penulis lebih lengkap dalam membagi hubungan
karya sastra dengan masyarakat. Karena, dalam teorinya membagi
16

hubungan tersebut menjadi tiga bagian seperti, hubungan sosial


pengarang yang berpengaruh pada karya sastra, unsur-unsur sosial
yang tergambar di dalam karya sastra tersebut dan pengaruh karya
sastra terhadap masyarakat pendengar maupun pembaca dalam
kegiatan sosialnya. Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis
dalam memilih teori Wellek dan Werren dibandingkan dengan
teori-teori para ahli lainya.

Berkaitan dengan teori Sosiologi Sastra yang dikemukakan


oleh Semi, menurut penulis masih menggambarkan secara komplek
tentang hubungan antara masyarakat dengan sebuah karya sastra.
Teorinya masih berupa himbauwan seperti, jika ingin mengkaji
sebuah karya sastra harus melihat latar belakang pengarang dan
pengaruhnya terhadap sebuah karya sastra belum dibagi menjadi
sebuah kajian tertentu. Adapun Damono hanya mengatakan bahwa
hubungan karya sastra tidak bisa lepas dari cerminan masyarakat
yang berada di mana karya itu sendiri dilahirkan.

Terkait dengan tinjauan terdahulu penulis tidak menemukan


kajian yang serupa dengan penelitian penulis yang membahas
tentang puisi Arab Naqā‟iḍ karya Farazdaq dengan menggunakan
pendekatan teori Sosiologi Sastra. Adapun tujuan penelitian yang
penulis akan lakukan yaitu, bertujuan untuk memberikan kajian
baru terhadap karya sastra puisi Farazdaq dari sisi hubungan
penyair, karya sastra, dan masyarakat pendengar maupun pembaca.
Hal ini penulis anggap perlu karena dalam memahami sebuah
karya sastra tidak cukup jika hanya ditinjau dari sisi keindahan
bahasanya saja yang digunakan, seperti yang telah di kaji oleh Eko
dalam makalahnya yang mengkaji puisi Farazdaq dengan
menggunakan pendekatan Ilmu Balaghah.
17

Adapun dengan adanya penelitian mengenai kajian


Sosiologi Sastra terhadap karya puisi Farazdaq dapat memberikan
perkembangan bahwa teori Sosiologi Sastra dapat diterapkan
dalam sebuah karya sastra puisi Arab dan tidak hanya bisa
diterapkan dalam sebuah karya sastra yang berupa Novel saja.
Seperti yang telah digunakan oleh Wardiah dalam novel Yoshiwara
Gomanjoo yang menganalisis novel tersebut dengan menggunakan
pendekatan teori Sosiologi Sastra.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Pengantar
Pada bagian ini penulis mengemukakan teori-teori yang menjadi
acuan untuk menganalisis puisi yang menjadi objek kajian utama. Teori
Ahmad Asy-Syảyib tentang pengertian puisi yang akan penulis gunakan
untuk menjelaskan definisi puisi dan untuk membuktikan bahwa objek
kajian penulis adalah sebuah karya puisi serta teori Al-Hasyimi yang
membehas tema-tema dalam puisi Arab yang akan penulis gunakan untuk
mengidentifikasi tema-tema dalam puisi Naqā‟iḍ yang menjadi objek
kajian penulis. Berikutnya, penulis menggunakan teorinya Wellek dan
Werren tentang sosiologi sastra untuk menganalisis faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi baik pengarangnya, karya sastranya maupun
masyarakat yang membaca dan mendengarkan karya sastra tersebut.
Adapun teori-teori yang digunakan adalah sebagai berikut:

Wellek dan Werren, (1990:110) mengatakan bahwa pendekatan


sosiologi sastra jelas merupakan hubungan antara sastra dan
masyarakat, literature is an exspression of society, artinya sastra adalah
ungkapan perasaan masyarakat. Maksudnya masyarakat mau tidak mau
harus mencerminkan dan mengespresikan hidup. Hubungan yang nyata
antara sastra dan masyarakat oleh Wellek dan Werren dapat diteliti
melalui:

1. Sosiologi Pengarang
Menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.
2. Sosiologi Karya Sastra
Menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya
sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri,
dan yang berkaitan masalah-masalah sosial.

18
19

3. Sosiologi Pembaca

Mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut,


yakni sejauh mana dampak sosial sastra bagi masyarakat pembacanya
(Wellek dan Werren, 1990: 111).
Sosiologi pengarang dapat dimaknai sebagai salah satu kajian
sosiologi sastra yang memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai
pencipta karya sastra. Dalam sosiologi pengarang, pengarang sebagai
pencipta karya sastra dianggap merupakan makhluk sosial yang
keberadaanya terikat oleh setatus sosialnya dalam masyarakat, idiologi
yang dianutnya, posisinya dalam masyarakat, juga hubungannya dengan
pembaca (Wiyatmi, 2013:29).
Mengenai pendapat Wellek dan Werren terhadap sosiologi
pengarang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka wilayah kajian
sosiologi pengarang dapat dipetakan dalam kategori berikut:
1. Sosiologi Pengarang
a. Status sosial pengarang

Status pada dasarnya digolongkan menjadi tiga hal, yaitu ascribed


status, achieved status, dan assigned status. Ascribed status adalah
kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan
rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran,
misalnya anak seorang bangsawan maka sampai besar ia akan dianggap
bangsawan pula. Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh
seseorang dengan cara diperjuangkan, dan usaha-usaha yang disengaja
oleh individu itu sendiri. Kedudukan ini bersifat terbuka untuk siapa saja
tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar, serta
mencapai tujuan-tujuannya. Sedangkan assigned status, yaitu kedudukan
yang diperoleh seseorang karena pemberian sebagai penghargaan jasa dari
kelompok tertentu. Biasanya orang yang telah diberikan status tersebut
memiliki jasa karena memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat.hhbjbbkjb bjjjkjjkkjk jnnjnkjnjnjj
20

b. Ideologi sosial pengarang

Dalam pandangan sosiologi pengarang, ideologi sosial yang dianut


seorang pengarang akan mempengaruhi bagaimana dia memahami dan
mengevaluasi masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.

c. Latar belakang sosial budaya pengarang

Latar belakang sosial budaya pengarang adalah masyarakat dan


kondisi sosial budaya dari mana pengarang dilahirkan, tinggal, dan
berkarya. Latar belakang tersebut, secara langsung maupun tidak langsung
akan memiliki hubungan dengan karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai
manusia dan makhluk sosial, pengarang akan dibentuk oleh
masyarakatnya. Dia akan belajar dari apa yang ada di sekitarnya.

d. Posisi sosial pengarang dalam masyarakat

Posisi sosial sastrawan berkaitan dengan kedudukan dan peran sosial


seorang sastrawan dalam masyarakat. Di samping sebagai sastrawan,
bagaimanakah kedudukan sosial dan perannya dalam masyarakat? Apakah
seorang sastrawan itu, orang yang memiliki kedudukan dan peran sosial
cukup penting?

e. Masyarakat pembaca yang dituju

Sebagai anggota masyarakat, dalam menulis karya sastranya


sastrawan tidak dapat mengabaikan masyarakat pembaca yang dituju. Agar
karyanya dapat diterima masyarakat, maka sastrawan harus
mempertimbangkan isi dan bahasa yang dipakai. Memang dalam berkarya
sastrawan tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera
pelindung (patron) atau publiknya, tetapi ada kemungkinan justru
sastrawanlah yang menciptakan publiknya (Wellek dan Warren, 1994).
Sering kali, bahkan seorang pengarang telah menentukan siapakah calon
pembaca yang dituju.
21

f. Mata pencaharian sastrawan (dasar ekonomi produksi sastra)

Sebagai anggota masyarakat, dalam menulis karya sastranya


sastrawan tidak dapat mengabaikan masyarakat pembaca yang dituju. Agar
karyanya dapat diterima masyarakat, maka sastrawan harus
mempertimbangkan isi dan bahasa yang dipakai. Memang dalam berkarya
sastrawan tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera
pelindung (patron) atau publiknya, tetapi ada kemungkinan justru
sastrawanlah yang menciptakan publiknya (Wellek dan Warren, 1994).
Sering kali, bahkan seorang pengarang telah menentukan siapakah calon
pembaca yang dituju.

g. Profesionalisme dalam kepengarangan

Pekerjaan rangkap bagi seorang sastrawan menyebabkan masalah


profesionalisme dalam kepengarangan. Sejauh mana seorang sastrawan
menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi. Apakah dia menganggap
pekerjaannya sebagai sastrawan sebagai profesinya utamanya, ataukah
sebagai profesi sambilan. Dalam hal ini perlu dilakukan kajian secara
empiris terhadap sejumlah sastrawan Indonesia. Di samping itu, pekerjaan
rangkap yang dipilih seorang sastrawan juga memiliki pengaruh terhadap
karya sastra yang diciptakannya, seperti sudah diuraikan dalam masalah
status dan kedudukan pengarang dalam masyarakat.

h. Sosiologi karya sastra

Sosiologi karya sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya
sastra. Isi kandungan karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang
tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah
sosial (Wellek dan Werren, 1994). Beberapa masalah yang menjadi
wilayah kajian sosiologi karya sastra adalah sebagai berikut:

a) Isi karya sastra


b) Tujuan karya sastra
22

c) Serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra yang berkaitan
dengan masalah sosial.
2. Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial (Wellek dan Warren, 1994).

Setelah sebuah karya sampai kepada pembaca, karya sastra akan


dibaca, dihayati, dan dinikmati pembaca. Untuk melihat reaksi dan
penerimaan pembaca terhadap suatu karya sastra. Perlu diperhatikan iklim
sosiobudaya masyarakatnya. Hal ini karena latar belakang sosial budaya
masyarakatlah yang membentuk cita rasa dan norma-norma yang
digunakan pembaca dalam menanggapi karya sastra tertentu. Untuk
menerapkan kajian ini terlebih dulu perlu ditentukan wilayah kajiannya,
misalnya apakah akan membatasi pada komunitas pembaca tertentu yang
membaca dan menanggapi karya tertentu, ataukah akan meneliti juga
bagaimana karya tertentu ditanggapi oleh pembacanya, faktor-faktor sosial
budaya politik yang melatarbelakangi tanggapan pembaca, ataukah
bagaimana pembaca memanfaatkan karya tertentu? Setelah menentukan
wilayah kajiannya, selanjutnya kumpulkanlah data yang diperlukan,
dilanjutkan dengan memaknai data tersebut.

Adapun untuk menentukan objek kajian yang berupa puisi, penulis


menggunakan teori tentang definisi puisi yang dikutip oleh Kamil
(2012:10) dalam buku Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern dari
pendapat Ahmad Asy-Syảyib yang mengatakan bahwa puisi Arab adalah
ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi
atau ritme gaya lama) dan qảfiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/
23

satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan
dibanding prosa.

Dari penjelasan tersebut penulis mengambil karya Farazdaq,


dimana karya puisi Farazdaq merupakan bentuk puisi Arab Naqā‟iḍ yang
menjadi objek kajian dalam penelitian penulis. Dan dari penjelasan yang
telah diuraikan juga, karya Farazdaq ini, memiliki kesesuaian dengan
karakteristik puisi yang telah dideskripsikan oleh Ahmad Asy-Syảyib
dalam pendapatnya mengenai definisi puisi.

Berkaitan dengan tema puisi Arab, penulis menggunakan pendapat


Al-Hasyimi (1965: 25-26) dalam bukunya yang berjudul Mizan az-Zahab
fi Sina‟ati Syi‟r al-Arab untuk menentukan jenis-jenis tema dalam puisi
Arab. Adapun pernyataan pendapatnya mengenai tema-tema puisi
Arab.Yaitu, tema merupakan tujuan dari sebuah gagasan yang menjadi
pokok pembahasan dalam sebuah ungkapan. Adapun tema-tema puisi yang
dimaksud adalah at-Tasybīb (al-gazal),bentuk puisi yang di dalamnya
menyebutkan wanita dan kecantikannya, puisi ini juga menyebutkan
tentang kekasih, tempat tinggalnya dan segala apa saja yang berhubungan
kisah percintaan, al-Fakhr, jenis puisi yang bertujuan untuk membangga-
banggakan dirinya sendiri atau kaumnya dengan menyebutkan kebaikan
dan kelebihan yang dimiliki pujangganya, dan juga sering digunakan untuk
membangkitkan semangat kaumnya, al-Madḥ, merupakan bentuk puisi
yang digunakan untuk memuji seseorang dengan segala macam sifat dan
kebesaran yang dimilikinya seperti kedermawanan dan keberanian maupun
ketinggian budi pekerti seseorang, al-Riṡa bentuk puisi ini digunakan
untuk mengenang seseorang yang sudah meninggal dunia, al-Hijā, puisi
ini digunakan untuk mencaci dan mengejek seorang musuh dengan
menyebutkan kejelekan orang itu, al- i‟tiẑār, puisi ini digunakan untuk
mengajukan udzur dan alasan dalam suatu perkara dengan jalan mohon
maaf dan mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya, al-Waṣf, jenis
puisi ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu kejadian
24

apapun, segala hal yang menarik seperti menggambarkan jalanya


peperangan, keindahan alam dan sebagainya, kemudian al-Hikmah dan al-
Misal. (Al-Hasyimi 1965: 25-26).

Dari penjelasan mengenai tema-tema puisi Arab penulis akan


menganalisis puisi Naqā‟iḍ dan untuk mengidentifikasi bait puisi Farazdaq
yang mengandung kesesuaian makna dengan tema-tema puisi Arab,
supaya dapat memberikan penjelasan mengenai motif dari puisi yang
penulis teliti.

3.2 Konsep penerapan teori


Bagian ini menjelaskan konsep penerapan teori yang penulis
gunakan untuk menganalisis objek kajian dalam penelitian. Langkah
pertama, Penulis berusaha memahami dan mempelajari ilmu kajian puisi
yang berfokus pada pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis bentuk
karya sastra Arab yang berupa puisi. Kemudian penulis memilih teori yang
tepat atau mendekati keakuratan untuk menganalisis puisi tersebut.
Sehingga, hasil dari analisis penulis mampu menjelaskan isi kandungan
puisi tersebut dari prespektif sosiologi sastra.

Adapun dalam menentukan data-data yang akan dijadikan sebuah


objek analisis, penulis membaca bait demi bait dan memahami isi makna
yang terkandung dalam puisi Farazdaq untuk memberikan penjelasan
tentang diksi atau kalimat mana saja kah yang menjadi tanda bahwa ada
pengaruh ekstrinsik sosial di dalam pemikiran Farazdaq dan karya
puisinya yang akan penulis jadikan sebagai hasil analisis.

Sejarah kesusastraan Arab khususnya masa dinasti Umayyah yang


merupakan sumber untuk mengkaitkan data dengan faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi pemikiran penyair dalam puisinya dan faktor-faktor
sosial masyarakat yang tercermin dalam sebuah karya puisi tersebut.
Sehingga bisa memberikan penjelasan secara baik tentang karakteristik
25

kehidupan masyarakat di masa karya tersebut dilahirkan. Kemudian


dampak sosial yang dipengaruhi oleh karya sastra puisi tersebut dapat di
kaitkan dengan penjelasan reaksi masyarakat masa periode tersebut.

Proses urutan dalam menerapkan teori sosiologi sastra dalam


menganalisis sebuah data yang terkandung dalam puisi Farazdaq. Penulis
memulai untuk menganalisis data tersebut dengan pendekatan sosiologi
pengarang atau penyair terlebih dahulu. Kemudian setelah penulis
menemukan hasil penelitian terhadap soiologi pengarang, penulis akan
menganalisa data tersebut dengan pendekatan sosiologi karya itu sendiri
sehingga bisa memberikan bukti-bukti dari keterpengaruhan idiologi
pengarang oleh faktor-faktor sosial.

Setelah penulis sudah menemukan hasil dari pembahasan analisa


sosial pengarang dan cerminan sosial dalam karya itu sendiri, maka
penulis akan menjabarkan dampak-dampak sosial di dalam kehidupan
masyarakat yang menjadi pembaca atau pendengar karya tersebut. Dari
hasil temuan peneliti terhadap reaksi masyarakat yang melitupi masyarakat
di masa puisi itu dilahirkan yang kemudian dapat penulis tarik sebuah
kesimpulan bahwa karya tersebut mengandung unsur sosial yang bernilai
propaganda atau hanya memiliki mtotif-motif tertentu yang ditunjuka
untuk seseorang dan kepentingan tertentu.

Langkah selanjutnya, penulis memberikan kesimpulan secara


keseluruhan mengenai hasil dari analisis penulis terhadap karya sastra
puisi Arab Farazdaq yang dianalisa menggunakan pendekatan teori
sosiologi sastranya Wellek dan Warren. Dalam sebuah kesimpilan yang
mungkin saja bisa memberikan informasi baru mengenai perkembangan
kajian puisi Farazdaq atau memberikan kekurangan tentang teori sosiologi
sastra dalam penerapan secara langsung pada sebuah data yang dijadikan
objek kajian.
26

Selanjutnya, penulis akan mengkaitkan hasil dari kesimpulan


analisis penulis dengan rumusan masalah yang telah disepakati
sebelumnya. Sudahkah hasil kesimpulan tersebut menjawab rumusan
masalah yang ada, ataukah keluar dari rumusan masalah yang telah
disepakati sebelumnya.

Adapun kerangka konseptualnya dapat digambarkan secara bagan


alur seperti berikut:

Puisi Naqắid Farazdaq

Kata atau kalimat

Analisis sosiologi sastra


(Wellek dan Werren)

Sosiologi Sosiologi pembaca/


Sosiologi pengarang
karya pendengar

Pengaruh sosial

Motif
BAB IV

ANALISIS

SOSIOLOGI SASTRA DALAM PUISI NAQĀ’IḌ FARAZDAQ

4.1 Pengantar

Bagian ini membahas tentang pengaplikasian sosiologi sastra


terhadap data yang dijadikan objek kajian. Teori sosiologi sastra
digunakan untuk melihat bagaimana suatu karya puisi menjadi media
penyair untuk menuangkan ideologinya atau mengungkapkan aspirasinya
terhadap sebuah kepemerintahan melalui sebuah karya sastra puisi atau
terhadap seseorang tertentu. Farazdaq adalah salah satu penyair terkenal
dimasa Dinasti Umayyah yang menjadi salah satu juru bicara dalam
mengungkapkan aspirasi terhadap masyarakat untuk kepentingan
pemerintah dan untuk mengalahkan lawannya dalam memperlihatkan
kemuliaan dan kelebihan leluhurnya lewat sebuah karya puisi.

Melalui karya puisinya itu, Farazdaq mengungkapkan banyak


aspirasi yang ditunjukan untuk pemerintah dan kepentingan pribadi yang
melatar belakangi Farazdaq dengan lawan jubirnya dalam contest tersebut,
sehingga dari diksi-diksi yang terkandung dalam puisinya tidak sedikit
yang mempunyai maksud untuk menyombongkan diri, menghina dan
menjatuhkan lawan bicara. Pertengkaran di masa lalulah yang menjadi
latar belakang mereka sehingga seakan-akan mereka saling menyimpan
rasa dendam.

Permasalahan utamanya dalam analisis puisi Farazdaq yang


menggunakan pendekatan teori sosiologi sastra ini, berfokus pada unsur
ektrinsik yang terlepas dari sebuah karya sastra puisi itu sendiri. Akan
tetapi, kajian ini fokus pada unsur-unsur sosial yang berada dalam lingkup
ekstrinsik baik sisi sosial pengarang, sosial karya sastra itu sendiri atau
masyarakat yang menjadi penikmat karya sastra puisi tersebut.

27
28

4.2 Biografi penyair

Biografi penyair merupakan salah satu sumber bacaan yang dapat


membantu penulis dalam menganalisis sosiologi penyair. Untuk dapat
memahami latar belakang sebuah karya sastra dapat dilihat dari riwayat
biografi penyairnya. Hal tersebut dikarnakan sosiologi merupakan kajian
yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang
sosial dan proses sosial. Sosiologi menelaah bagaimana masyarakat itu
tumbuh dan berkembang. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial
dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain. Dari
situ kita mendapat gambaran bagaimana mekanisme kemasyarakatan pada
masa tersebut seperti, proses pembudayaannya (Semi, 2013:51)

Sastra juga berhubungan dengan manusia, bahkan sastra


diciptakan oleh anggota masyarakat untuk dinikmati, difahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat (Semi, 2013:52). Pada dasarnya sastrawan
adalah bagian dari anggota masyarakat tersebut. Maka sudah pasti sebuah
karya yang tercipta sangat erat hubunganya dengan masyarakat sekitarnya.

Adapun biografi Farazdaq yang penulis jabarkan riwayat hidupnya


mengenai puisi Naqā‟iḍ yang lahir pada masa Dinasti Umayyah. Riwayat
Farazdaq tertulis dalam beberapa kategori berikut:

a) Kelahiran

Farazdaq adalah seorang sastrawan klasik yang hidup di zaman


bani Umayyah. Ia lahir pada tanggal 19 Hijriyah di Yamamah (Arab
timur), suatu tempat dekat Bashrah pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab. Nama lengkapnya Hammam bin Ghalib Abu Firas, tetapi biasa
dikenal sebagai Farazdaq.
29

b) Suku Farazdaq

Farazdaq berasal dari sub suku Mudjasyi dari kalangan Bani


Tamim. Ia dibesarkan dalam keluarga terdidik dan mulia yang nantinya
banyak tergambar dalam bait-bait puisinya. Ibunya berasal dari suku
Dabbah. Kakeknya Sa'sa' adalah seorang Badui terkenal, ayahnya Ghalib
mengikuti cara hidup yang sama hingga Bashrah didirikan, dan terkenal
akan kelemah lembutannya (Syahyn :27).

c) Riwayat pendidikan

Farzdaq memiliki talenta berpuisi sejak usia masih kecil. Pada usia
15 tahun, Farazdaq dikenal sebagai penyair, dan meskipun pernah diminta
oleh khalifah Ali bin Abi Thalib untuk bercurah pada studi al-Qur'an, ia
segera kembali membuat puisi. Dalam jiwa Badui yang sesungguhnya ia
banyak mencurahkan bakat ke satire dan menyerang Bani Nahshal dan
Bani Fuqaim. Saat Ziyad, anggota suku yang terakhir, menjadi gubernur
Basra pada tahun 669 (Syahyn :28).

d) Farazdaq dalam kepemerintahan Dinasti Umayyah

Situasi kepemerintahan Ummayah berbeda dengan sistem


kepemerintahan Islam di masa Khulafa‟ al-Rasyidin yang berasaskan
musyawarah untuk segala macam problem ummat termasuk di antaranya
masalah suksesi, sistem pemerintahan yang diletakkan oleh Mu‟awiyah
berasaskan monarki absolut. Suksesi atas dasar musyawarah diganti
dengan putra mahkota yang akan melanjutkan kekuasaan berikutnya.
Sistem ini diyakini lebih aman daripada sistem musyawarah karena akan
menghindarkan perbedaan pendapat dan meminimalisir kecenderungan
perpecahan. Akan tetapi, fakta menunjukkan bukti sebaliknya. Sistem ini
justru membangkitkan kemarahan pihak-pihak lain seperti pihak Qurais
dll. Hingga munculah fanatisme golongan yang didukung oleh para
penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-puisi Fakhr dan Hijā
30

yang mendukung seseorang dan muncul pula puisi-puisi politik. Secara


politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-puisinya
demi untuk mendukung kebesaran Dinasti Umayyah (Mukhlis,, 2014
:118).

Pertikaian politik pada saat itu telah memperkaya hazānah


kesusastraan Arab. Kondisi politik itu secara pisikologis tampak dalam
ekspresi puisi penyair yang biasa dikategorikan sebagai puisi politik. Yang
dimaksud dengan puisi politik adalah seni verbal contest yang mendukung
suatu partai politik tertentu dalam menghadapi partai lawanya. Para
penyair menjadi penyambung aspirasi resmi bagi setiap kelompok dengan
makna-makna yang mengandung argumentasi agama dan kepentingan
kelompok yang disampaikan dengan gaya bahasa yang tegas, kuat dan
tajam (Mukhlis,, 2014: 118)

e) Farazdaq dan Jarir

Bila secara politis mereka disatukan oleh ikatan kenegaraan, tidak


sama halnya dengan kehidupan keperibadian mereka. Ketiganya terlibat
dalam pertikaian individual yang tak kunjung reda. Adapun sebabnya
adalah, ketika kecil, Jarir pernah memenangkan verbal contest dengan
seorang penyair bernama Ghassan yang menghina keluarganya. Ternyata,
pertarungan tersebut berlangsung lama sehingga seorang penyair bernama
al-Basit dari suku al-Farazdaq datang membantu. Jarir menyerang al-Basit
dengan puisi satiris yang tajam. Al-Farazdaq membantu al-Basit
menyerang Jarir dengan mengusik asal-usul Jarir pada masa Jahiliyah dan
Islam dan menggoyang kemulian nenek moyangnya. Keduanya terlibat
dalam pertikaian hebat dengan media puisi. Melihat pertikaian yang sengit
itu, al-Akhtal menilai bahwa al-Farazdaq lebih unggul dari pada Jarir.
Akibatnya, al-Akhtal segera menjadi sasaran empuk puisi-puisi satire Jarir.
Pertikaian ini tak pernah kunjung padam hingga akhirnya al-Akhtal wafat
31

tahun 92 H, disusul al-Farazdaq tahun 110 H, dan pada tahun yang sama
lebih enam bulan, Jarir juga menutup usia hidupnya (Syahyn, :39).

4.3 Pengertian puisi Naqā’iḍ

Puisi Naqā‟iḍ merupakan puisi yang mengobarkan permusuhan


diantara para penyair. Menurut Sutiasugmara, (2000: 42) dalam buku
Kesusastraan Arab: Asala Mula dan Perkembangan-nya, mengatakan
bahwa aspek yang dipolemikan biasanya tentang politik atau tentang
kehidupan mewah para khalifah dan pemimpin. Pada umumnya penyair
menggunakan tema Fakhr dan Hijā untuk melakukan provokasi dan
advokasi. Dengan kata lain tema ini juga tidak terlepas dari tema Fakhr
dan Hijā.

Puisi Naqā‟iḍ Farazdaq yang menyerang lawan bicaranya, yaitu


Jarir dalam kepentingan pemerintahan di masa Dinasti Umayyah. Yang
diawali dengan membanggakan sukunya. Adapun dengan terjemahan puisi
Naqā‟iḍ Farazdaq penulis menggabungkan penjelasan dari syarah puisi
tersebut dari Kitab Nuṣūṣ adabyah dengan terjemahan yang sudah ada dari
makalah Eko di web.sasmito‟slibrary yang berjudul Kajian Puisi
Farazdaq. Puisi Naqā‟iḍ yang diterjemahkan dengan makna secara
konteks. Adapun puisi dan terjemahannya sebagai berikut:

‫قال الفرزدق يفخر و يهجو جريرا‬


ِ ِ
‫َعُّز َوأَطْ َو ُل‬
َ ‫ بَْيتًا َد َعائ ُموُ أ‬# ‫الس َماءَ بَ ََن لَنَا‬
َّ ‫ك‬َ َّ‫ إِ َّن الَّذ ْي ََس‬.1
Inna allaẑi sammaka as-samāi bānā lanā # bāytān da‟āimuḥu a‟azzu wa
aṭwalu
Sesungguhnya Allah yang meninggikan langit dan yang telah memberikan
kami kemuliaan lebih kuat dan besar dari segala kemuliaan.
‫الس َم ِاء فَِإنَّوُ ََل يَْن َق ُل‬
َ ‫ َح َك ُم‬# ‫ك َوَما بَ ََن‬
ِ
ُ ‫ بَْيتًا بَنَاهُ لَنَا املل‬.2
Baytān banāhu lanā al-maliku wa mā bānā # ḥakamu as-samāi fainnahu
َ
lā yanqalu
Kemuliaan ini merupakan ciptaan Allah dzat yang mengangkat langit, dan
apa-apa yang dibangun Allah tidak akan lemah dan hancur.
32

ِ ‫ وُُم‬# ‫ب بِِفنَائِِو‬
‫اش ٌع َوأَبُ ْو ال َف َوا ِر ِس نَ ْه َش ُل‬ ٍ َ‫ بَْيتًا َزرارةُ ُُْمت‬.3
ََ ََ
Baytān zarārah muḥtabin bifinā‟iḥi # wamujāsy‟i wa abu al-fawārisi
naḥsyalu
Dan di pelataran kemuliaan ini hiduplah nenek moyang yang mulia,
diantaranya Zararah, Mujasyi‟, Abu Faraz dan Nahsyal.
ُ ‫ أَبَ ًدا إِذَا ُع َّد ال َف َع‬# ‫ك ِمثْ لُ ُه ْم‬ ِ ِ
‫ض ُل‬
َ ْ‫ال األَف‬ َ ِ‫ ََل ََيْتَِ ِْب بِفنَاء بَْيت‬.4
Lā yaḥtabi bifināi baytika miṡluḥum # abādan iẑā „udda al-fa‟ālu al-
afḍalu
Tidak ada di kaummu wahai Jarir seperti mereka yang mulia, dimana
ketika kami menghitung kebaikan-kebaikan mereka.
ِ ‫ك بِِو‬ ِ
‫اب املْن ِزُل‬
ُ َ‫الكت‬ َ َ‫ َوق‬# ‫ت بِنَ ْسج َها‬
َ ‫ضى َعلَْي‬ ُ ‫ك ا َلعْن َكبُ ْو‬
َ ‫ت َعلَْي‬
ْ َ‫ضَرب‬
َ .5
َ
Ḍarabat „alayka al-„ankabut binasjiḥā # wa qaḍā „alayka biḥi al-kitābu
al-manzilu
Dibangunkan untukmu rumah yang lemah seperti laba-laba di mana Allah
jadikan permisalan kelemahan dalam firman-Nya. “perumpamaan orang-
orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah kalau mereka mengetahui”(QS:Al-
Ankabut:41)
‫س ال َف َع ِال َو َجْن َد ُل‬ ِ ِ
ُ ‫ َوإِذَا بَ َذ ْخ‬.6
ُ ‫ ُس ْفيَا ُن أ َْو عُ ُد‬# ‫ت َوَرايَِِت َيَْشي ِبَا‬
Wa iẑā baẑakhtu warā yaty yamsyī biḥā # sufyānu aw „udusu al-fa‟āli
wajandalu
Dan apabila aku berbangga-bangga wahai Jarir, maka sesungguhnya kami
berbangga-bangga dengan panji kami (nenek moyang) yang mulia
seperti, Sufyan “Udus Al-Fa‟al” dan Jandal.
‫ َو ْاألَ ْكَرُم ْو َن إِذَا يُ َع ُّد ْاأل ََّو ُل‬# ‫اى ُم‬
ُ‫ص‬ َ ‫ األَ ْكثَ ُرْو َن إِذاَ يُ َع ُّد َح‬.7
Al-akṡiruna iẑā yu‟addu ḥaṣāhimi # wa al-akramuna iẑā yu‟addu al-
awwalu
Dan mereka adalah orang yang paling banyak bilangannya dan lebih
dahulu menuju kemuliaan.
‫ إِلَْي ِو ََيْلُ ْوا املْن َه ُل‬،‫ ِوْرَدالْ َع ِشي‬# ‫ إِ َّن الز َح َام لِغَ ِْْيُك ْم فَتَ َرقَبُوا‬.8
َ
Inna az-zaḥāma ligayrikum fataraqabu # wirda al-„asyyi ilayyhi yakhlu
al-manhalu
Adapun kaummu wahai Jarir, sesungguhnya mereka itu lemah. Dan bukti
jika mereka lemah adalah ketidaksanggupannya dalam berebut air.
Kemudian mereka itu menunggu hingga malam hari, sepi dari desakan
orang-orang.
‫الو َغى َسنَتَ َس ْربَ ُل‬ ِ ِ ِ َّ ‫ و‬# ‫ حلَل امللُو ِك لِباسنَا ِِف أ َْىلِنَا‬.9
َ ‫السابغَات إ ََل‬ َ ُ َ ُْ ُ ُ
Ḥulalu al-muluki libāsunā fiahlinā # wa as-sabigāti ilā al-wagā
sanatasarbalu
Pakaian raja adalah pakaian kami, kemewahan dalam peperangan, kami
pakai.
33

‫ إِذَ َاما ََْن َه ُل‬،‫ َوََتَالُنَا ِجنِّا‬# ً‫ال َرَزانَة‬


َ َ‫َح ََل ُمنَا تَ ِز ُن اجلِب‬
ْ ‫ أ‬.11
Aḥlāmunā tazinu al-jibāla zarānah # watakhālunā jinnan iẑā mā najhalu
Orang-orang yang memiliki akal yang benar tetap seperti gunung
(tenang). Akan tetapi,ketika kami dalam peperangan kami ringan seperti
Jin dan taka da seorangpun yang dapat melawan kami krtika marah.
ِ ‫ ثَه ََل َن ذَا اهلضب‬# ‫ إِن أَرْدت بِنَاءنَا‬،‫ فَ ْادفَع بِ َك ِفك‬.11
‫ات َى ْل َسيَتَ َح ْل َح ُل‬ََ َ ْ َ َ َ َ ْ
Fadfa‟ bikafika inaradta bināanā ṡahlāna ẑā al-haḍabāti hal
sayataḥalḥalu
Maka menyerahlah dengan pertahanan mu wahai Jarir untuk memperoleh
kemuliaan seperti kami. Dan apabila kamu berusaha, maka kamu seperti
orang yang berusaha menggeser gunung “Tsahlan”dari tempatnya dan ini
mustahil.

4.3 Analisis Puisi

Seperti yang telah dijelaskan oleh Kamil (2012:10) dalam buku


Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern mengutip dari pendapat
Ahmad Asy-Syảyib yang mengatakan bahwa puisi Arab adalah ucapan
atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme
gaya lama) dan qảfiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/ satr) serta
unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding
prosa.

Dari penjelasan mengenai puisi Arab yang dikemukakan oleh


Ahmad Asy-Syảyib memiliki kesesuaian dengan karakteristik karya puisi
Farazdaq yang berupa puisi Naqā‟iḍ. Kesesuaian terletak pada puisi
Farazdaq yang memiliki satr yang berakhiran sama dan seirama. Seperti
contoh berikut :

ِ ِ
‫َعُّز َوأَطْ َو ُل‬
َ ‫ بَْيتًا َد َعائ ُموُ أ‬# ‫الس َماءَ بَ ََن لَنَا‬
َّ ‫ك‬ َ َّ‫ إِ َّن الَّذ ْي ََس‬.1
‫الس َم ِاء فَِإنَّوُ ََل يَْن َق ُل‬
َ ‫ َح َك ُم‬# ‫ك َوَما بَ ََن‬
ِ
ُ ‫ بَْيتًا بَنَاهُ لَنَا املل‬.2
َ
Pada kutipan bait-bait puisi Farazdaq di atas, memiliki qảfiyah
(rima akhir atau kesesuaian akhir baris/ satr) yang berakhiran sama,yaitu
diakhiri bunyi “‫ ”ه‬. Hal inilah yang menunjukan bahwa karya tersebut
adalah sebuah karya puisi bukan sebuah karya prosa atau yang lainnya.
34

Kemudian tanda lain yang mencirikan bahwa kutipan tersebut


adalah sebuah kutipan dari bait-bait puisi bisa dilihat dari sisi makna yang
terkandung dalam isinya. Jika kutipan tersebut adalah sebuah puisi,
haruslah makna yang terkandung mengenai urusan perasaan atau tentang
sebuah kehidupan bukan berbicara tentang sebuah gramatikal bahasa atau
kaidah-kaidah tentang sebuah keilmuan Islam. Adapun makna yang
terkandung dalam kutipan di atas sebagai berikut:

1. Sesungguhnya Allah yang meninggikan langit dan yang telah memberikan


kami kemuliaan lebih kuat dan besar dari segala kemuliaan.
2. Kemuliaan ini merupakan ciptaan Allah dzat yang mengangkat langit, dan
apa-apa yang dibangun Allah tidak akan lemah dan hancur.

Uraian makna kutipan bait di atas sangat jelas bahwa bait-bait


tersebut membicarakan tentang sebuah kehidupan suku Farazdaq yang
menyombongkan dirinya dari suku Jarir. Ia mengatakan bahwa Allah telah
memberikan kemuliaan yang paling besar dari segala kemulian, kemudian
Farazdaq menyatakan bahwa seakan-akan Allah hanya berpihak kepada
sukunya dengan mengatakan segala kemuliaan yang telah Allah ciptakan
tidak akan lemah dan hancur. Hal ini terlihat jelas bisa kita fahami bahwa
kutipan bait-bait di atas mengandung makna sebuah kehidupan bukan
sebuah ilmu gramatikal bahasa atau pun kaidah-kaidah tentang disiplin
keilmuan Islam yang lain.

Adapun tema dalam sebuah puisi Arab memiliki banyak tema-tema


yang menunjukan sebuah tujuan dari diciptakanya sebuah karangan puisi
tersebut. Diantara tema-tema puisi Arab adalah at-Tasybīb (al-gazal), al-
Fakhr, al-Madḥ, al-Riṡa, al-Hijā, al- i‟tiẑār, al-Waṣf, al-Hikmah dan al-
Misal. (Al-Hasyimi 1965: 25-26). Akan tetapi, kaitannya dengan objek
kajian penulis dalam penelitian ini., hanya akan menyesuaikan tema apa
saja yang terkandung dalam puisi Naqā‟iḍ. Mengkaji tema-tema tersebut
untuk mengetahui motif dari puisi Naqā‟iḍ tersebut. Salah satu tema yang
tersirat dalam puisi satire tersebut adalah tema Hijā, yang dimaksud
dengan Hijā adalah sebagai berikut; Hijā, adalah puisi yang digunakan
35

untuk mencaci dan mengejek seorang musuh dengan menyebutkan


kejelekan orang itu (Al-Hasyimi 1965: 25-26). Seperti contoh:

ِ ‫ك بِِو‬ ِ
‫اب املْن ِزُل‬
ُ َ‫الكت‬ َ َ‫ َوق‬# ‫ت بِنَ ْسج َها‬
َ ‫ضى َعلَْي‬ ُ ‫العْن َكبُ ْو‬
َ ‫ك‬ َ ‫ت َعلَْي‬
ْ َ‫ضَرب‬
َ
َ
Dibangunkan untukmu rumah yang lemah seperti laba-laba dimana
Allah jadikan permisalan kelemahan dalam firman-Nya. “perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah kalau mereka mengetahui”(QS:Al-
Ankabut:41)
Analisis

Kutipan bait di atas merupakan kutipan dari puisi Naqā‟iḍ


Farazdaq yang bertemakan Hijā yang digunakan untuk mencaci dan
mengejek seorang musuh dengan menyebutkan kejelekan orang itu (Al-
Hasyimi 1965: 25-26). Hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi
ُ ْ‫ل اى َع ْن َنبُى‬
garis bawah ‫ث بِنَس ِْجهَا‬ ْ َ‫ض َشب‬
َ ‫ج َعيَ ْي‬ َ dalam kutipan puisi tersebut,
Farazdaq mengatakan sebuah penghinaan terhadap suku Jarir yang
mengatakan bahwa kemuliaan suku Jarir itu sangatlah rendah seperti
rumah laba-laba seperti yang telah digambarkan dalam kitab. Kalimat
tersebut dilontarkan oleh Farazdaq dengan bermaksud untuk menghinakan
suku Jarir. Maka penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq pada bait tersebut bertemakan Hijā (ejekan atau hinaan).

4.4 Analisis Sosiologi Sastra

Data 1

ِ ِ
‫َعُّز َوأَطْ َو ُل‬
َ ‫ بَْيتًا َد َعائ ُموُ أ‬# ‫الس َماءَ بَ ََن لَنَا‬
َّ ‫ك‬َ َّ‫إِ َّن الَّذ ْي ََس‬
Inna allaẑī sammaka as-samāi bānā lanā # bāytān da‟āimuḥu a‟azzu wa
aṭwalu
Sesungguhnya Allah yang meninggikan langit dan yang telah memberikan
kami kemuliaan lebih kuat dan besar dari segala kemuliaan.
36

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian penyebab terjadinya


pertikaian Farazdaq yang membela Al Basit yang merupakan salah satu
golongan dari suku Farazdaq yang dihujat oleh Jarir. Kejadian tersebut
mempengaruhi pemikiran Farazdaq dalam mengungkapkan puisi Naqā‟iḍ
yang tergambar dalam kutipan bait di atas pada kalimat yang telah diberi
ْ َ‫ أَع َُّض َوأ‬a‟azzu wa aṭwalu bahwa Farazdaq membanggakan
garis bawah ‫ط َى ُه‬
kemuliaan sukunya dihadapan Jarir dan kelompoknya untuk memberi tahu
mereka bahwa suku Farazdaq adalah suku yang mempunyai kemuliaan
yang lebih dibandingkan dengan suku Jarir.

Adapun dari sisi objek sasran lawan bicara, penyair juga


terpengaruh oleh Jarir yang merupakan musuh di masa lalunya yang
menjadi lawan bicaranya sehingga Farazdaq mengungkapkan bait puisi
tersebut untuk mengancam Jarir dengan kemuliaan sukunya.

Berikutnya dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan


Farazdaq mengungkapkan kebanggaan tersebut dengan tegas karena, pada
masa Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra yang isi
kandungannya meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam
karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
37

Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan


anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
ْ َ‫أَ َع ُّض َوأ‬
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ‫ط َى ُه‬
a‟azzu wa aṭwalu bahwa Farazdaq mempunyai tujuan untuk
menyombongkan diri dihadapan suku Jarir dengan mengatakan bahwa
kemuliaan sukunya tidak dapat tertandingi atau kekuasaanyalah yang
lebih kokoh dan lebih tinggi.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Adapun dampak dari sosiologi pembaca meliputi permasalahan


pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh mana karya sastra
ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan
perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi fakhr yang mendukung golonganya dan muncul pula puisi-puisi
politik. Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan
puisi-puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Fahkr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫أَ َع ُّض‬
ْ َ‫ َوأ‬a‟azzu wa aṭwalu kalimat tersebut mengandung tujuan untuk
‫ط َى ُه‬
menunjukan kemuliaan suku Farazdaq terhadap Jarir. Maka bait puisi yang
menunjukan kesombongan itu merupakan bait yang bertemakan Fakhr.
Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa Fakhr
adalah jenis puisi yang bertujuan untuk membangga-banggakan dirinya
38

sendiri atau kaumnya dengan menyebutkan kebaikan dan kelebihan yang


dimiliki pujangganya, dan juga sering digunakan untuk membangkitkan
semangat kaumnya.

Data 2

‫الس َم ِاء فَِإنَّوُ ََل يَْن َق ُل‬


َ ‫ َح َك ُم‬# ‫ك َوَما بَ ََن‬
ِ
ُ ‫بَْيتًا بَنَاهُ لَنَا املل‬
َ
Baytān banāhu lanā al-maliku wa mā bānā # ḥakamu as-samāi fainnahu
lā yanqalu
Kemuliaan ini merupakan ciptaan Allah dzat yang mengangkat langit, dan
apa-apa yang dibangun Allah tidak akan lemah dan hancur.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa kalimat yang telah


diberi garis bawah ‫ فَإ ِنهُ َل ََ ْنقَ ُو‬fainnahu lā yanqalu ini masih menunjukan
kemuliaan suku Farazdaq yang membanggakan diri terhadap suku Jarir.
Hal ini menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh konflik
di masa lalu antara dirinya dengan Jarir.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang
membanggakan dirinya untuk menunjukan kekokohan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan kebanggaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
39

pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media


puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ‫فَإ ِنهُ َل ََ ْنقَ ُو‬
bahwa Farazdaq mempunyai tujuan untuk menyombongkan diri
dihadapan suku Jarir dengan mengatakan bahwa kemuliaan atau
kekuasaanyalah yang lebih kokoh tidak akan pernah bisa digemingkan.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi Fakhr yang mendukung golonganya dan muncul pula puisi-puisi
40

politik. Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan


puisi-puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Fahkr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫فَإ ِنهُ َل‬
‫ ََ ْنقَ ُو‬fainnahu lā yanqalu kalimat tersebut mengandung tujuan untuk
menunjukan kekokohan suku Farazdaq yang tidak akan bisa digemingkan
oleh suku Jarir. Maka bait puisi yang menunjukan kesombongan itu
merupakan bait yang bertemakan Fakhr. Seperti yang dikemukakan oleh
Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa Fakhr adalah jenis puisi yang bertujuan
untuk membangga-banggakan dirinya sendiri atau kaumnya dengan
menyebutkan kebaikan dan kelebihan yang dimiliki pujangganya, dan juga
sering digunakan untuk membangkitkan semangat kaumnya.

Data 3

ِ ‫ وُُم‬# ‫ب بِِفنَائِِو‬
‫اش ٌع َوأَبُ ْو ال َف َوا ِر ِس نَ ْه َش ُل‬ ٍ َ‫بَْيتًا َزرارةُ ُُْمت‬
ََ ََ
Baytān zarārah muḥtabin bifinā‟iḥi # wamujāsy‟i wa abu al-fawārisi
naḥsyalu
Dan di pelataran kemuliaan ini hiduplah nenek moyang yang mulia,
diantaranya Zararah, Mujasyi‟, Abu Faraz dan Nahsyal.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Sosiologi pengarang menyangkut masalah pengarang sebagai


penghasil karya sastra. Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial
pengarang, dan ketertiban pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa kalimat yang telah


ٍ َ‫ بَ ْيخًا َص َسا َسةُ ٍُحْ خ‬Baytān zarārah muḥtabin bifinā‟iḥi
diberi garis bawah ‫ب بِ ِفنَائِ ِه‬
ini masih menunjukan kemuliaan suku Farazdaq terhadap suku Jarir yang
41

membanggakan para leluhurnya yang hidup dalam kemuliaan. Hal ini


menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh konflik di masa
lalu antara dirinya dengan Jarir.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang
membanggakan dirinya untuk menunjukan kemuliaan leluhurnya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan kebanggaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Sosiologi karya sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi


karya sastra. Isi kandungan karya sastra tersebut meliputi, tujuan, serta
hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang
berkaitan dengan masalah sosial di masyarakat.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ُ‫بَ ْيخًا َص َسا َسة‬
ٍ َ‫ ٍُحْ خ‬Baytān zarārah muḥtabin bifinā‟iḥi bahwa Farazdaq
‫ب بِفِنَائِ ِه‬
mempunyai tujuan untuk menyombongkan diri dihadapan suku Jarir
dengan mengatakan bahwa leluhurnya adalah seorang yang mulia.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
42

pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah


permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi Fakhr yang mendukung golonganya dan muncul pula puisi-puisi
politik. Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan
puisi-puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Fahkr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ُ‫بَ ْيخًا َص َسا َسة‬
ٍ َ‫ ٍُحْ خ‬Baytān
‫ب بِفِنَائِ ِه‬ zarārah muḥtabin bifinā‟iḥi kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk menunjukan bahwa Farazdaq adalah seorang
yang berasal dari keturunan yang mulia.Maka bait puisi yang menunjukan
kesombongan itu merupakan bait yang bertemakan Fakhr. Seperti yang
dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa Fakhr adalah jenis
puisi yang bertujuan untuk membangga-banggakan dirinya sendiri atau
kaumnya dengan menyebutkan kebaikan dan kelebihan yang dimiliki
pujangganya, dan juga sering digunakan untuk membangkitkan semangat
kaumnya.

Data 4

ُ ‫ أَبَ ًدا إِ َذا ُع َّد ال َف َع‬# ‫ك ِمثْ لُ ُه ْم‬ ِ ِ


‫ض ُل‬
َ ْ‫ال األَف‬ َ ِ‫ََل ََيْتَِ ِْب بِفنَاء بَْيت‬
Lā yaḥtabi bifināi baytika miṡluḥum # abādan iẑā „udda al-fa‟ālu al-
afḍalu
43

Tidak ada di kaummu wahai Jarir seperti mereka yang mulia, dimana
ketika kami menghitung kebaikan-kebaikan mereka.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa bait tersebut


merupakan celaan Farazdaq terhadap suku Jarir yang dibandingkan dengan
keberanian suku Farazdaq, suku Jarir sangatlah lemah. Hal ini tergambar
dalam kalimat yang telah diberi garis bawah ٌْ ُ‫ل ٍِ ْثيُه‬
َ ِ‫ َلََحْ خَ ِب ْي بِفِنَا ِء بَ ْيخ‬Lā yaḥtabi
bifināi baytika miṡluḥum ini menunjukan kelemahan suku Jarir yang tidak
akan pernah bisa mengalahkan keberanian suku Farazdaq. Hal ini
menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh konflik di masa
lalu antara dirinya dengan Jarir. Sehingga dia tidak puas jika hanya
menyombongkan dirinya saja, melainkan dia menghinanya demi meraih
kemenangan dalam contest verba politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang menghinakan suku Jarir
untuk menjatuhkan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi

.
44

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ‫َلََحْ خَبِ ْي بِفِنَا ِء‬
‫ل ٍِ ْثيُهُ ٌْ أَبَ ًذا‬
َ ِ‫ بَ ْيخ‬Lā yaḥtabi bifināi baytika miṡluḥum bahwa Farazdaq
mempunyai tujuan untuk merendahkan suku Jarir dengan mengatakan
bahwa sukunya tidak akan pernah bisa mengalahkan keberanian
leluhurnya.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Hijā yang menjatuhkan golongan lawan bicaranya
dalam seni contest verba politik dan muncul pula puisi-puisi politik.
45

Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-


puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Hijā hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫َلََحْ خَبِ ْي‬
‫ل ٍِ ْثيُهُ ٌْ أَبَ ًذا‬
َ ِ‫ بِفِنَا ِء بَ ْيخ‬Lā yaḥtabi bifināi baytika miṡluḥum kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk menjatuhkan suku Jarir dengan mengatakan
bahwa sukunya tidak akan bisa mengalahkan keberanian suku Farazdaq
karena mereka adalah golongan-golongan yang lemah. Maka bait puisi
yang menunjukan sebuah celaan itu merupakan bait yang bertemakan Hijā.
Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa Hijā,
adalah puisi yang digunakan untuk mencaci dan mengejek seorang musuh
dengan menyebutkan kejelekan dan kelemahan orang itu.

Data 5

ِ ‫ك بِِو‬ ِ
‫اب املْن ِزُل‬
ُ َ‫الكت‬ َ َ‫ َوق‬# ‫ت بِنَ ْسج َها‬
َ ‫ضى َعلَْي‬ ُ ‫العْن َكبُ ْو‬
َ ‫ك‬ َ ‫ت َعلَْي‬
ْ َ‫ضَرب‬
َ
َ
Ḍarabat „alayka al-„ankabut binasjiḥā # wa qaḍā „alayka biḥi al-kitābu
al-manzilu
Dibangunkan untukmu rumah yang lemah seperti laba-laba di mana Allah
jadikan permisalan kelemahan dalam firman-Nya. “perumpamaan orang-
orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah kalau mereka mengetahui”(QS:Al-
Ankabut:41)

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan
ketertiban pengarang di luar karya sastra.
46

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa bait tersebut


merupakan bait yang berupa celaan Farazdaq terhadap suku Jarir yang
mengatakan rumah Jarir kecil seperti rumah laba-laba. Hal ini tergambar
ُ ْ‫ل اى َع ْن َنبُى‬
dalam kalimat yang telah diberi garis bawah ‫ث بِنَ ْس ِجهَا‬ ْ َ‫ض َشب‬
َ ‫ج َعيَ ْي‬ َ
Ḍarabat „alayka al-„ankabut ini menunjukan kehinaan suku Jarir yang
rumahnya dikatakan serupa dengan rumah laba-laba. Hal ini menunjukan
bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh konflik di masa lalu antara
dirinya dengan Jarir. Sehingga dia tidak puas jika hanya menyombongkan
dirinya saja, melainkan dia menghinanya demi meraih kemenangan dalam
contest verba politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang menghinakan suku Jarir
untuk menjatuhkan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
47

tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ‫ل‬ ْ َ‫ض َشب‬
َ ‫ج َعيَ ْي‬ َ
ُ ْ‫ اى َع ْن َنبُى‬Ḍarabat „alayka al-„ankabut bahwa Farazdaq mempunyai tujuan
‫ث‬
untuk merendahkan suku Jarir dengan mengatakan bahwa rumah suku
Jarir itu sangat kecil sehingga diserupakan dengan rumah laba-laba yang
tertulis di dalam kitab.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Hijā yang menjatuhkan golongan lawan bicaranya
dalam seni contest verba dan muncul pula puisi-puisi politik. Secara
politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-puisinya
demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

e) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan Hijā


hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫ل‬ ْ َ‫ض َشب‬
َ ‫ج َعيَ ْي‬ َ
ُ ْ‫ اى َع ْن َنبُى‬Ḍarabat „alayka al-„ankabut kalimat tersebut mengandung
‫ث بِنَ ْس ِجهَا‬
tujuan untuk menjatuhkan suku Jarir dengan mengatakan bahwa rumah
sukunya diserupakan dengan rumah laba-laba yang sangat kecil . Maka
bait puisi yang menunjukan sebuah celaan itu merupakan bait yang
48

bertemakan Hijā. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-


26) bahwa Hijā, adalah puisi yang digunakan untuk mencaci dan mengejek
seorang musuh dengan menyebutkan kejelekan dan kelemahan orang itu.

Data 6

‫س ال َف َع ِال َو َجْن َد ُل‬ ِ ِ


ُ ‫َوإِذَا بَ َذ ْخ‬
ُ ‫ ُس ْفيَا ُن أ َْو عُ ُد‬# ‫ت َوَرايَِِت َيَْشي ِبَا‬
Wa iẑā baẑakhtu warāyaty yamsyī biḥā # sufyānu aw „udusu al-fa‟āli
wajandalu
Dan apabila aku berbangga-bangga wahai Jarir, maka sesungguhnya kami
berbangga-bangga dengan panji kami (nenek moyang) yang mulia
seperti, Sufyan “Udus Al-Fa‟al” dan Jandal.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa bait tersebut berupa


kebanggaan Farazdaq terhadap leluhurnya dengan menyebut nama-nama
leluhurnya. Hal ini tergambar dalam kalimat yang telah diberi garis bawah
ُ ‫ َوإِ َرا بَ َز ْخ‬Wa iẑā baẑakhtu warāyaty yamsyī biḥā ini
‫ج َو َساََخِي ََ َْ ِشي ِب َها‬
menunjukan bahwa Farazdaq menyombongkan atas leluhurnya terhadap
suku Jarir. Hal ini menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh
oleh konflik di masa lalu antara dirinya dengan Jarir. Sehingga dia tidak
puas jika hanya menyombongkan dirinya saja, melainkan dia menyebutkan
leluhurnya untuk meyakinkan para masyarakat bahwa suku Farazdaq jauh
lebih baik dibandingkan dengan suku Jarir dan demi meraih kemenangan
dalam contest verba politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
49

sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang membanggakan leluhurnya


untuk memuliakan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan dua kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait
tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
ُ ‫َوإِ َرا بَ َز ْخ‬
tersebut tergambar pada kalimat yang telah diberi garis bawah ‫ج‬
‫ َو َساََخِي ََ َْ ِشي بِهَا‬Wa iẑā baẑakhtu warā yaty yamsyī biḥā bahwa Farazdaq
mempunyai tujuan untuk menyombongkan dirinya dengan menyebutkan
kemuliaan leluhurnya dihadapan Jarir dan masyarakat.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.
50

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Fakhr yang membanggakan leluhurnya terhadap lawan
bicaranya dalam seni contest verba dan muncul pula puisi-puisi politik.
Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-
puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


ُ ‫َوإِ َرا بَ َز ْخ‬
Fakhr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫ج‬
‫ َو َساََخِي ََ َْ ِشي بِهَا‬Wa iẑā baẑakhtu warā yaty yamsyī biḥā kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk membanggakan diri mengatakan bahwa
leluhurnya itu adalah orang-orang yang mulia. Maka bait puisi yang
menunjukan sebuah kebanggan itu merupakan bait yang bertemakan
Fakhr. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa
Fakhr adalah jenis puisi yang bertujuan untuk membangga-banggakan
dirinya sendiri atau kaumnya dengan menyebutkan kebaikan dan kelebihan
yang dimiliki pujangganya, dan juga sering digunakan untuk
membangkitkan semangat kaumnya.

Data 7

‫ َو ْاألَ ْكَرُم ْو َن إِ َذا يُ َع ُّد ْاأل ََّو ُل‬# ‫اى ُم‬


ُ‫ص‬ َ ‫األَ ْكثَ ُرْو َن إِذاَ يُ َع ُّد َح‬
Al-akṡiruna iẑā yu‟addu ḥaṣāhimi # wa al-akramuna iẑā yu‟addu al-
awwalu
Dan mereka adalah orang yang paling banyak bilangannya dan lebih
dahulu menuju kemuliaan.
51

Analisis

e) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa bait tersebut


merupakan kebanggaan Farazdaq terhadap leluhurnya dengan menyebut
leluhurnya adalah orang yang paling mulia. Hal ini tergambar dalam
kalimat yang telah diberi garis bawah‫ َو ْالَ ْم َش ٍُىْ َُ إِ ْرَُ َع َذ ْالَو ُه‬wa al-akramuna
iẑ‟ yu‟addu al-awwalu ini menunjukan bahwa Farazdaq menyombongkan
atas leluhurnya terhadap suku Jarir. Hal ini menunjukan bahwa pemikiran
Farazdaq terpengaruh oleh konflik di masa lalu antara dirinya dengan Jarir.
Sehingga dia tidak puas jika hanya menyombongkan dirinya saja,
melainkan dia menyebutkan leluhurnya untuk meyakinkan para
masyarakat bahwa suku Farazdaq jauh lebih baik dibandingkan dengan
suku Jarir dan demi meraih kemenangan dalam contest verba politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang membanggakan leluhurnya
untuk memuliakan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.
52

f) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan dua kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait
tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah َُ ْ‫َو ْالَ ْم َش ٍُى‬
‫ إِ ْرَُ َع ُّذ ْالَو ُه‬wa al-akramuna iẑ‟ yu‟addu al-awwalu bahwa Farazdaq
mempunyai tujuan untuk menyombongkan dirinya dengan menyebutkan
leluhurnya adalah orang yang paling mulia dihadapan Jarir dan
masyarakat.

g) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Fakhr yang membanggakan leluhurnya terhadap lawan
bicaranya dalam seni contest verba dan muncul pula puisi-puisi politik.
53

Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-


puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

h) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Fakhr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah
‫ َو ْالَ ْم َش ٍُىْ َُ إِ ْرَُ َع ُّذ ْالَو ُه‬wa al-akramuna iẑ‟ yu‟addu al-awwalu kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk membanggakan diri mengatakan bahwa
leluhurnya itu adalah orang-orang yang mulia. Maka bait puisi yang
menunjukan sebuah kebanggan itu merupakan bait yang bertemakan
Fakhr. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa
Fakhr adalah jenis puisi yang bertujuan untuk membangga-banggakan
dirinya sendiri atau kaumnya dengan menyebutkan kebaikan dan
kelebihan yang dimiliki pujangganya, dan juga sering digunakan untuk
membangkitkan semangat kaumnya.

Data 8

‫ إِلَْي ِو ََيْلُ ْوا املْن َه ُل‬،‫ ِوْرَدالْ َع ِشي‬# ‫إِ َّن الز َح َام لِغَ ِْْيُك ْم فَتَ َرقَبُوا‬
َ
Inna az-zaḥāma ligayrikum fataraqabu # wirda al-„asyyi ilayyhi yakhlu
al-manhalu
Adapun kaummu wahai Jarir, sesungguhnya mereka itu lemah. Dan bukti
jika mereka lemah adalah ketidaksanggupannya dalam berebut air.
Kemudian mereka itu menunggu hingga malam hari, sepi dari desakan
orang-orang.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.
54

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa ungkapaan berupa


hinaan Farazdaq terhadap leluhurnya Jarir dengan mengatakan kaumnya
hanya brani mengambil air ketika keadaan sepi, hal ini menunjukan bahwa
orang yang tidak brani berdesak-desakan adalah orang yang lemah. Hal ini
tergambar dalam kalimat yang telah diberi garis bawah‫إُِ اىض َحا ًَ ىِ َغي ِْش ُم ٌْ فَخَ َشقَبُىا‬
Inna az-zaḥāma ligayrikum fataraqabu ini menunjukan bahwa Farazdaq
merendahkan kaum Jarir atas leluhurnya ketika mendatangi sumber air.
Hal ini menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh konflik
di masa lalu antara dirinya dengan Jarir. Sehingga dia tidak puas jika
hanya menyombongkan dirinya saja, melainkan dia menyebutkan
kelemahan suku Jarir demi meraih kemenangan dalam contest verba
politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang merendahkan leluhurnya
untuk menghinakan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
55

Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan


anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ًَ ‫إُِ اىض َحا‬
‫ ىِ َغي ِْش ُم ٌْ فَخ ََشقَبُىا‬Inna az-zaḥāma ligayrikum fataraqabu bahwa Farazdaq
mempunyai tujuan untuk merendahkan suku Jarir dalam hal berebut
mengambil air dengan mengatakan kaumnya tidak mampu berebut air
tetapi mereka mendatangin sumber air dalam keadaan sepi di malam hari.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Hijā yang merendahkan kaum Jarir dalam seni contest
verba dan muncul pula puisi-puisi politik. Secara politis mereka diikat
oleh keharusan untuk menegakkan puisi-puisinya demi untuk mendukung
kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Hijā, hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ًَ ‫إُِ اىض َحا‬
‫ ىِ َغي ِْش ُم ٌْ فَخ ََشقَبُىا‬Inna az-zaḥāma ligayrikum fataraqabu kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk merendahkan kaum Jarir yang tidak bisa
56

berebut air. Maka bait puisi yang menunjukan sebuah hinaan itu
merupakan bait yang bertemakan Hijā. Seperti yang dikemukakan oleh Al-
Hasyimi (1965: 25-26) bahwa Hijā, adalah puisi yang digunakan untuk
mencaci dan mengejek seorang musuh dengan menyebutkan kejelekan dan
kelemahan orang itu.

Data 9

‫الو َغى َسنَتَ َس ْربَ ُل‬ ِ ِ ِ َّ ‫ و‬# ‫حلَل امللُو ِك لِباسنَا ِِف أ َْىلِنَا‬
َ ‫السابغَات إ ََل‬ َ ُ َ ُْ ُ ُ
Ḥulalu al-muluki libāsunā fiahlinā # wa as-sabigāti ilā al-wagā
sanatasarbalu
Pakaian raja adalah pakaian kami, kemewahan dalam peperangan, kami
pakai.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa ungkapan tersebut


adalah sebuah kebanggaan Farazdaq terhadap sukunya dengan mengatakan
pakaian raja adalah pakaian kami. Hal ini tergambar dalam kalimat yang
ِ ْ‫ ُحيَ ُو اى َُيُى‬Ḥulalu al-muluki libāsunā fiahlinā
telah diberi garis bawah‫ك ىِبَا ُسنَا‬
ini menunjukan bahwa Farazdaq menyombongkan atas kebesaran sukunya
terhadap suku Jarir. Hal ini menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq
terpengaruh oleh konflik di masa lalu antara dirinya dengan Jarir.
Sehingga dia tidak puas jika hanya menyombongkan dirinya saja,
melainkan dia menyebutkan kebesaran pakainnya untuk meyakinkan para
masyarakat bahwa suku Farazdaq jauh lebih baik dibandingkan dengan
suku Jarir dan demi meraih kemenangan dalam contest verba politik.
57

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang membanggakan leluhurnya
untuk memuliakan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
ِ ْ‫ُحيَ ُو اى َُيُى‬
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ‫ك‬
‫ ىِبَا ُسنَا‬Ḥulalu al-muluki libāsunā fiahlinā bahwa Farazdaq mempunyai
tujuan untuk menyombongkan dirinya dengan menyebutkan kemuliaan
dan kebesaran seragam kebesaranya dihadapan Jarir dan masyarakat.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
58

mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Fakhr yang membanggakan leluhurnya terhadap lawan
bicaranya dalam seni contest verba dan muncul pula puisi-puisi politik.
Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-
puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Fakhr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫ُحيَ ُو‬
ِ ْ‫ اى َُيُى‬Ḥulalu al-muluki
‫ك ىِبَا ُسنَا‬ libāsunā fiahlinā kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk membanggakan diri mengatakan bahwa baju
kebesaran sukunya adalah baju sang raja. Maka bait puisi yang
menunjukan sebuah kebanggan itu merupakan bait yang bertemakan
Fakhr. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa
Fakhr adalah jenis puisi yang bertujuan untuk membangga-banggakan
dirinya sendiri atau kaumnya dengan menyebutkan kebaikan dan kelebihan
yang dimiliki pujangganya, dan juga sering digunakan untuk
membangkitkan semangat kaumnya.

Data 10

‫ إِ َذ َاما ََْن َه ُل‬،‫ َوََتَالُنَا ِجنِّا‬# ً‫ال َرَزانَة‬


َ َ‫َح ََل ُمنَا تَ ِز ُن اجلِب‬
ْ‫أ‬
Aḥlāmunā tazinu al-jibāla zarānah # watakhālunā jinnan iẑā mā najhalu
Orang-orang yang memiliki akal yang benar tetap seperti gunung
(tenang). Akan tetapi,ketika kami dalam peperangan kami ringan seperti
Jin dan taka da seorangpun yang dapat melawan kami krtika marah.
59

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa ungkapan tersebut


adalah sebuah kebanggaan Farazdaq terhadap sukunya dengan mengatakan
kaumnya bagaikan Jin ketika perang maka mereka bukanlah orang yang
lemah. Hal ini tergambar dalam kalimat yang telah diberi garis bawah
‫ إِ ًرا ٍَا نَجْ هَ ُو‬،‫ َوحَ َخاىُنَا ِجنًّا‬watakhālunā jinnan iẑā mā najhaluini menunjukan
bahwa Farazdaq menyombongkan atas keberanian sukunya terhadap suku
Jarir. Hal ini menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh
konflik di masa lalu antara dirinya dengan Jarir. Sehingga dia tidak puas
jika hanya menyombongkan dirinya saja, melainkan dia menyebutkan
keberanian sukunya untuk meyakinkan para masyarakat bahwa suku
Farazdaq jauh lebih berani dan kuat dibandingkan dengan suku Jarir dan
demi meraih kemenangan dalam contest verba politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang membanggakan leluhurnya
untuk memuliakan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.
60

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ،‫َوحَ َخاىُنَا ِجنًّا‬
‫ إِ ًرا ٍَا نَجْ هَ ُو‬watakhālunā jinnan iẑā mā najhalu bahwa Farazdaq mempunyai
tujuan untuk menyombongkan dirinya dengan menyebutkan keberanian
kaumnya dalam berperang dihadapan Jarir dan masyarakat.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Fakhr yang membanggakan leluhurnya terhadap lawan
bicaranya dalam seni contest verba dan muncul pula puisi-puisi politik.
61

Secara politis mereka diikat oleh keharusan untuk menegakkan puisi-


puisinya demi untuk mendukung kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


Fakhr hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ‫َوحَ َخاىُنَا‬
‫ إِ ًرا ٍَا نَجْ هَ ُو‬،‫ ِجنًّا‬watakhālunā jinnan iẑā mā najhalu kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk membanggakan sukunya dengan mengatakan
bahwa keberanian kaumnya bagaikan Jin ketika berperang. Maka bait puisi
yang menunjukan sebuah kebanggan itu, merupakan bait yang bertemakan
Fakhr. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-26) bahwa
Fakhr adalah jenis puisi yang bertujuan untuk membangga-banggakan
dirinya sendiri atau kaumnya dengan menyebutkan kebaikan dan kelebihan
yang dimiliki pujangganya, dan juga sering digunakan untuk
membangkitkan semangat kaumnya.

Data 11

ِ ‫ ثَه ََل َن َذا اهلضب‬# ‫ إِن أَرْدت بِنَاءنَا‬،‫فَ ْادفَع بِ َكفك‬


‫ات َى ْل َسيَتَ َح ْل َح ُل‬ََ َ ْ َ َ َ َ ْ
Fadfa‟ bikafika inaradta bināanā ṡahlāna ẑā al-haḍabāti hal
sayataḥalḥalu
Maka menyerahlah dengan pertahanan mu wahai Jarir untuk memperoleh
kemuliaan seperti kami. Dan apabila kamu berusaha, maka kamu seperti
orang yang berusaha menggeser gubung “Tsahlan”dari tempatnya dan ini
mustahil.

Analisis

a) Sosiologi pengarang

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sosiologi pengarang


menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.
Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban
pengarang di luar karya sastra.
62

Berkaitan dengan kutipan bait di atas bahwa ungkapaan berupa


kehinaan Farazdaq terhadap suku Jarir dengan merendahkan kaumnya
tidak akan bisa menggoyahkan kum Farazdaq. Hal ini tergambar dalam
kalimat yang telah diberi garis bawah‫ إُِ أَ َسدْثَ بِنَا َءنَا‬،‫ل‬
َ ‫ فَا ْدفَ ْع بِ َنف‬ṡahlāna ẑā al-
haḍabāti hal sayataḥalḥalu ini menunjukan bahwa Farazdaq
merendahkan kaum Jarir bahwa mereka tidak akan bisa menggoyahkan
kaum Farazdaq dengan menyaingi kemuliaannya dalam berperang. Hal ini
menunjukan bahwa pemikiran Farazdaq terpengaruh oleh konflik di masa
lalu antara dirinya dengan Jarir. Sehingga dia tidak puas jika hanya
menyombongkan dirinya saja, melainkan dia menyebutkan kelemahan
suku Jarir demi meraih kemenangan dalam contest verba politik.

Farazdaq juga terpengaruh oleh lawan bicaranya yang merupakan


musuhnya di masa lalu dan lawan bicara dalam seni contest verba
sehingga Farazdaq mengungkapkan bait yang merendahkan kaumnya
untuk menghinakan sukunya.

Adapun dari sisi profesionalisme dalam kepengarangan Farazdaq


mengungkapkan sebuah celaan tersebut dengan tegas karena, pada masa
Dinasti Umayyah penyair menjadi profesi yang sangat didukung oleh
pemerintah untuk mengungkapkan aspirasi golonganya melalui media
puisi.

b) Sosiologi karya sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa sosiologi karya


sastra ini berfokus pada kajian dari sosiologi karya sastra. Isi kandungan
karya sastra meliputi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait puisi di atas bahwa kutipan bait


tersebut mencerminkan adanya konflik pada hubungan sosial antara
Farazdaq dan Jarir yang dimana mereka berdua adalah merupakan
63

anggota dari masyarakat yang lahir pada masa tersebut. Pertikaian


َ ‫فَا ْدفَ ْع بِ َنف‬
tersebut tergambar pada kalimat yang telah di beri garis bawah ،‫ل‬
‫ إُِ أَ َسدْثَ بِنَا َءنَا‬ṡahlāna ẑā al-haḍabāti hal sayataḥalḥalu bahwa Farazdaq
mempunyai tujuan untuk merendahkan suku Jarir dalam berperang
bahwa mereka tidak akan bisa menggoyahkan dan menyaingi kaum
Farazdaq.

c) Sosiologi masyarakat pembaca

Dampak dari sosiologi pembaca merupakan satu model kajian


sosiologi sastra yang memfokuskan hubungan antara karya sastra dengan
pembaca. Hal-hal yang menjadi wilayah kajiannya antara lain adalah
permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra, serta sejauh
mana karya sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan
dan perkembangan sosial.

Kaitanya dengan kutipan bait di atas mengenai dampak sosial


dalam masyarakat sekitarnya tergambar dengan adanya puisi Naqā‟iḍ
Farazdaq ini membuat propaganda pada masyarakat dalam memandang
suku Jarir. Selain itu juga dengan adanya fanatisme golongan yang
didukung oleh para penyair maupun orator. Implikasinya, muncul puisi-
puisi yang bertema Hijā yang merendahkan kaum Jarir dalam seni contest
verba dan muncul pula puisi-puisi politik. Secara politis mereka diikat
oleh keharusan untuk menegakkan puisi-puisinya demi untuk mendukung
kebesaran dinasti Umayyah.

d) Tema

Kutipan bait di atas merupakan kutipan puisi yang bertemakan


َ ‫فَا ْدفَ ْع بِ َنف‬
Hijā, hal ini tergambar dari kalimat yang telah diberi garis bawah ،‫ل‬
‫ إُِ أَ َسدْثَ بِنَا َءنَا‬ṡahlāna ẑā al-haḍabāti hal sayataḥalḥalu kalimat tersebut
mengandung tujuan untuk merendahkan kaum Jarir yang tidak bisa
menggoyahkan dan mengalahkan kemuliaan kaum Farazdaq. Maka bait
64

puisi yang menunjukan sebuah kehinaan itu merupakan bait yang


bertemakan Hijā. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Hasyimi (1965: 25-
26) bahwa Hijā, adalah puisi yang digunakan untuk mencaci dan
mengejek seorang musuh dengan menyebutkan kejelekan dan kelemahan
orang itu.

Puisi Naqā‟iḍ yang diungkapkan oleh Farazdaq di masa


kepemerintahan Dinasti Umayyah yang diungkapkan untuk melawan Jarir
sebagai lawan bicaranya dalam seni contest verba politik berhasil
memberikan sebuah cerminan keadaan sosial masyarakat yang terjadi pada
masa tersebut. Melalui karya puisinya Farazdaq mengungkapkan
aspirasinya terhadap kepemerintahan Dinasti Umayyah dengan
menciptakan sebuah karya puisi yang ditujukan untuk mengalahkan kaum
Jarir yang memang pada saat itu mereka berdua menjadi jubir dalam seni
contest verba politik.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dapat penulis simpulkan mengenai motivasi


Farazdaq dalam mengungkapkan puisnya. Adapun motifnya sebagai
berikut:

1. Farazdaq termotivasi untuk memuliakan dan membanggakan


kaumnya dan untuk membakar semangatnya supaya tidak takut
dalam menghadapi kaum Jarir.
2. Puisi Farazdaq bermotif untuk mengalahkan kaum Jarir dalam
contest verba politik dengan menjatuhkan kaumnya lewat hinaan
dan ejekan terhadap kaumnya.
3. Selain itu juga puisi tersebut bermotif untuk memberikan
propaganda pada kehidupan masyarakat sekitar dalam memandang
kaum Jarir.

Adapun faktor-faktor sosial yang mempengaruhi Farazdaq dalam


mengungkapkan puisinya adalah sebagai berikut:

1. Pemikiran Farazdaq dipengaruhi oleh latar belakang


hubungan konflik sosial antara kaumnya dengan kaum Jarir yang
mengalami konflik berkepanjangan selama masa hidupnya.
2. Ungkapan Farazdaq dalam puisinya yang tegas dan tajam
ini dipengaruhi oleh setatus sosial Farazdaq pada saat itu menjadi
jubir dalam seni contest verba politik yang dimana pemerintahpun
memberikan perhatin khusus terhadap karya puisi pada masa
tersebut.
3. Pengaruh politik terhadap kehidupan sosial masyarakat
sekitar yang merupakan masyarakat penikmat karya tersebut,
khususnya propaganda terhadap masyarakat dalam memandang

65
66

kaum Jarir. Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok


fanatisme dan sekte yang mempunyai penyair-penyair yang
dijadikan untuk orator dalam menyampaikan aspirasi kaumnya
masing-masing.

Adapun hasil dari analisa mengenai tema-tema yang terkandung


dalam puisi Naqā‟iḍ Farazdaq dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut
mengandung tema Fakhr dan Hijā. Hal ini diambil dengan pertimbangan
sebagai berikut:

1. Tema Fakhr yang terkandung dalam puisi Naqā‟iḍ Farazdaq


tergambar dalam bait puisinya yang ke 1, 2, 3, 6, 7, 9,10. Secara
keseluruhan Farazdaq membanggakan leluhurnya dan
membandingkan kemuliannya dengan leluhur Jarir dengan
bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa
Farazdaq lebih baik dari pada Jarir dalam hal nasab atau
keturunannya.
2. Tema Hijā yang terkandung dalam puisi Naqā‟iḍ Farazdaq
tergambar dalam bait puisinya yang ke 4, 5, 8, 11. Secara
keseluruhan Farazdak menghina kaum Jarir dengan menyebutkan
kejelekanya dan kelemahanya seperti, kelemahanya dalam berebut
air, kecilnya rumah kaum Jarir yang diserupai dengan rumah laba-
laba, kelemahan kaumnya bahwa mereka tidak akan bisa
mengalahkan keberanian kaum Farazdaq.
67

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah penulis selesaikan, tentunya


penelitian ini masih banyak kekurangan baik secara teknis penulisan
maumpun penyajian. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada pembaca supaya penulis menjadi
lebih baik lagi.

Dalam penelitian ini penulis menemukan banyak pengalaman yang


bisa penulis uraikan dalam bentuk saran-saran yang membangun untuk
para peneliti berikutnya. Bagi para peneliti yang ingin menjadikan puisi
Arab sebagai objek kajian. Sebaiknya, harus mengerti dan memahami
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan puisi, terkhusus dalam ilmu balaghah.
Hal ini dikarenakan sebuah puisi memilik banyak nuansa yang sangat
dalam dari sisi maknanya. Setelah itu baru peneliti memahami puisi
tersebut dari konteks kesejarahannya, supaya makna yang diuraikan tidak
melenceng dari arti sebenarnya.
68

Daftar Pustaka

Abdurrohman. 1994. ‫األداب العربية وتارخيه‬: ‫اىََينت اىعشبيت اىسعىدَت‬.

Al-Hasyimi, Ahmad, 1965. Mizan az-Zahab fi Sina‟ati Syi‟r al-Arab.


Mesir : Al-Maktabah at-Tijariyyah al-Kubra.

Arini, Novi, 2013. Tema Satire dalam Puisi Jarir Ibn Athyyah Ibn
Khathfy. Jurnal Ilmiyah. Jakarta: Program Studi Arab Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Bustam, Maulia Rosa, 2015. Sejarah Sastra Arab dari Beragam


Perspektif. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar


Ringkas. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Eko, Wahyu, 2014. Kajian Puisi Al Farazdaq. Makalah. Jakarta

Endaswara, Suwardi, 2003. Metode Penelitian Sastra. Jogjakarta: PT Buku


Seru.

Fitriyani, H. Wildan Wargadinata Laily, 2008. Sastra Arab dan Lintas


Budaya: Malang.

Hadi, Sutrisno, 2000. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Haque, Nafissa, 2014. Analisis Sosiologi dalam Kumpulan Puisi


“Patiwangi” Karya Oka Rusmini. Universitas Negeri Surabaya.

Hindun; Zulfa Purnamawati, 2011.Bahan Ajar Kajian Sastra Arab.


Yogyakarta: Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
UGM.

Kamil, Sukron. 2012. Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Moderen:
Jakarta: Rajawali Pers.
69

Mahmudah, Rafa‟ah. 2011. ‫الشعر السياسي للشيعي في العصر األموي‬. ‫جاٍعت ششَف‬
‫هذاَت هللا اإلسالٍيت اىحنىٍيت‬

Muchammad, Ibrảhi:m Abdur-Rachmản. 1982. An-Nazhariyyatu wa-


tathbiq fil-Adabil-Muqảran. Dảrul-„Audah, Bayrût.

Mufti, Asep Ramdlani. 2013. Puisi Sebagai Alat Propaganda Pada Masa
Dinasti Umayyah. Universitas Indonesia.

Mukhlis, Abdul. 2014. Pengaruh Politik terhadap Puisi Arab.Universitas


Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Rene, wllek dan Austin Werren, 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta:


Penerbit PT.Gramedia.

Syahyn, hanim sayid. Tanpa tahun. ‫نصوص أدبية من العصر األموى‬. ‫جاٍعت الصهش‬.

Sugiono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.


Bandung: Penerbit Alfabeta.

Semi, M. Atar, 2006. Metode Kritik Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.

Semi, M. Atar,1990.Metode Penelitian Sastra. Bandung: Penerbit


Angkasa.

Sutiasugmara, Males. 2000. Kesusastraan Arab. Zikrul Hakim: Jakarta.

Wardiah, Zarni. 2012. Tinjauan Sosiologi Sastra.Universitas Andalas:


padang

Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra.hal. Universitas Yogyakarta.

Vous aimerez peut-être aussi