Vous êtes sur la page 1sur 4

PR - Social Studies No.

4 Tanda Tangan
Tanggal Pengumpulan: 7 Sept 2018 Orangtua

Nama :___________________ Kelas :67____

Outcomes:
 Mampu menentukan cara efektif agar terjadi interdepedensi antara Indonesia dan negara lain.

Petunjuk: Bacalah artikel berikut ini!

KOMPAS.com — Memiliki gaji sebesar 10 kali lipat dibandingkan uang jajan semasa kuliah dulu
rupanya tak membuat Radit (23 tahun) merasa tenang secara finansial.

Pria yang bekerja di sebuah bank ini bisa mendadak "kere" dengan saldo nol rupiah di
rekeningnya tiap akhir bulan.

Radit mengakui pengeluarannya justru berlipat-lipat saat ia mulai bekerja. Misalnya saja untuk
urusan tempat tinggal, Radit kini menyewa sebuah kamar indekos dengan harga lima kali lipat
dibanding indekosnya saat ia kuliah dulu.

Soal makan, kebiasaan Radit turut berubah. Alih-alih makan di warung makan sederhana seperti
ketika jadi mahasiswa, ia kini mampu memesan makanan dari restoran dengan metode delivery.
Dengan gaji yang besar itu pula Radit merasa semakin bebas mengeksplorasi hobi fotografinya.
Ia mulai membeli peralatan fotografi dengan harga puluhan juta rupiah. Radit mungkin bukan
satu-satunya generasi milenial yang punya penghasilan besar di awal, tapi selalu kelimpungan
belakangan. Mengapa bisa demikian? Pola hidup konsumerisme berlebihan merupakan masalah
utama para milenial yang juga first jobber, seperti Radit.

Tak dapat dimungkiri, perubahan kebiasaan konsumsi ketika pemasukan bertambah memang
sulit sekali dihindari. Secara umum, mengutip buku Kece Tanpa Kere terbitan Gramedia Pustaka
Utama (2018), perilaku konsumtif, terutama pada generasi milenial, terjadi karena tiga hal
berikut.

1. Tekanan sosial

Banyak remaja yang terlibat tawuran dengan alasan rasa solidaritas dan tekanan dari teman
sekelompoknya. Nah, hal semacam ini juga terjadi pada perilaku lain, seperti konsumerisme, dan terjadi
dalam berbagai kelompok umur. Lingkungan atau pergaulan kelompok yang cenderung konsumtif akan
memengaruhi anggota kelompok lainnya untuk turut berperilaku konsumtif.

1|Halaman
2. Sosial Media

Terlebih di era media sosial saat ini. Generasi milenial seakan tidak lepas dari unggahan di media
sosial, mulai unggahan outfit of the day (OOTD) hingga laporan kegiatan di snapchat yang bisa
sampai belasan jumlahnya setiap hari. Adanya tuntutan untuk eksis ini secara tidak langsung
akan mendorong pengguna media sosial untuk memamerkan sesuatu yang baru, entah pakaian,
gadget, tempat makan, hingga wisata kekinian. Semua hal tersebut akhirnya berujung pada
perilaku konsumtif.

3. Kurang percaya diri

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychology and Marketing Volume 19
Nomor 5 tahun 2002, orang yang meragukan diri dan harga dirinya cenderung menjadi pribadi
yang materialistis. Ketika seseorang merasa ada yang kurang dari dirinya, ia akan mencoba
mencari kompensasi dari bidang lain. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa kurang menarik,
ia akan berusaha membeli barang-barang mahal dengan harapan orang lain akan memberi nilai
lebih pada penampilannya.

4. Jebakan industri

Marcuse Herbert dalam tulisannya yang berjudul "Some Social Implications of Modern
Technology" berpendapat bahwa industri masa kini atau yang juga dikenal dengan sebutan
popular culture memang didesain sebagai lingkar perangkap yang menimbulkan perilaku
konsumtif. Orang-orang dibuat tertarik dengan barang inovatif yang akhirnya menimbulkan
keinginan untuk sesuatu yang baru secara terus-menerus. Nah, inilah alasannya mengapa
konsumen, terutama generasi milenial, seakan tidak pernah puas dengan smartphone terbaru,
misalnya.

Keempat hal tersebut sesungguhnya bisa dihindari. Pandangan hidup you only live once (YOLO) khas
milenial ini harus mulai digeser. YOLO bukan lagi berarti membenarkan diri untuk menikmati hidup dan
berbuat apa saja sebab hidup cuma sekali. Milenial akan menjadi pribadi yang berhasil, yang tetap
"kece" tanpa "kere", jika berpandangan bahwa YOLO berarti menjalani dan memanfaatkan hidup yang
cuma sekali ini dengan sebaik-baiknya. Dalam hal keuangan, misalnya. Karena hidup cuma sekali, milenial
harus mampu mengatur keuangan sebaik dan sebermanfaat mungkin. Tak ada lagi pengeluaran
berlebihan yang dilakukan hanya karena tekanan sosial, rasa percaya diri yang kurang, atau terpengaruh
oleh jebakan pasar. Dengan begitu, tak ada lagi saldo Rp 0 di akhir bulan.

Sumber Artikel : "Milenial dan Saldo Nol Rupiah di Akhir Bulan...",


https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/14/171600326/milenial-dan-saldo-nol-rupiah-di-akhir-bulan.
Penulis : Aningtias Jatmika
Editor : Sri Noviyanti

2|Halaman
1. Apa permasalahan yang ada pada artikel tersebut?

2. Apa penyebab permasalahan tersebut?

3. Pada artikel diatas, apa yang dimaksud dengan pandangan hidup “YOLO” (You Only Live Once)?
Setujukah kalian dengan padangan hidup seperti itu? Jelaskan!

4. Menurut pendapatmu, apa yang harus dilakukan agar tidak terjerat budaya konsumtif
(konsumerisme)?

3|Halaman
SOAL LATIHAN UJIAN SEKOLAH

4|Halaman

Vous aimerez peut-être aussi