Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 14
Miranti (P17320317048)
TK 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Aborsi dan Bunuh diri”. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, kerabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik
dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami
sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan..............................................................................................14
3.2. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Marak terjadinya tindak aborsi dan bunuh diri bukan hanya pada orang-orang
yang telah dewasa. Tetapi justru mereka yang masih remaja juga melakukannya.
Hal itu sangat memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang
Agama dan Moral? atau memang moral anak bangsa yang telah rusak? Ataukah
keduanya, tetapi pada dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan moral dan
agama.
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
aborsi.
7. Mengetahui apa hukum melayat orang yang mati karena bunuh diri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Aborsi Legal adalah aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang
berwenang.
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat
mengenalnya dengan istilah keguguran.
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka
disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum.
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang
berlaku, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis.
1. Faktor janin : dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau
plasenta.
2. Faktor maternal (Faktor Ibu) : terjadi infeksi (virus, bakteri) pada awal
trimester 1 dan 2.
3. Faktor eksternal : dapat disebabkan oleh radiasi obat-obatan dan bahan kimia
Serta perilaku pacaran dikalangan remaja yang melakukan hubungan seksual
sebelum nikah.
2. Segi jasmani
Setelah seorang wanita melakukan tindakan aborsi ini, maka ia akan tertindih
perasaan bersalah yang dapat membahayakan jiwanya. Kalau tidak secepatnya
ditolong, maka ia akan mengalami depresi berat, frustasi dan kekosongan jiwa.
Di dalam al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi,
tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak,
sebagaimana firman Allah swt :
ب ّللاُ َعلَ ْي ِه َولَعَنَهُ َوأَ َعدَّ لَهُ َعذَابًا َع ِظي ًما ِ َو َمن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمنًا ُّمتَعَ ِمدًا فَ َجزَ آ ُؤهُ َج َهنَّ ُم خَا ِلدًا فِي َها َوغ
َ َض
َط ِن أ ُ ِم ِه أَ ْربَعِينَ يَ ْو ًما ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِكَ َعلَقَةً ِمثْ َل ذَلِكَ ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِك ْ َيُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب إِ َّنََ أ َ َحدَ ُك ْم
ي أَ ْو َ ب ِر ْزقِ ِه َوأ َ َج ِل ِه َو َع َم ِل ِه َو
ٌّ ش ِق ِ ْت ِب َكت ُّ س ُل ْال َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه
ٍ الرو َح َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَعِ َك ِل َما َ ذَلِكَ ث ُ َّم ي ُْر ضغَةً ِمثْ َل ْ ُم
س ِعيدَ
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi
menjadi tiga pendapat :
- Pendapat Pertama :
- Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya
bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh
menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk
kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi
dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah
Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
- Pendapat ketiga :
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) ,
telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak
sesuatu yang bermanfaat.
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah
berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis
pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk
dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada
sebab yang darurat. Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika
sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam
hal ini, para ulama berbeda pendapat:
- Pendapat Pertama :
- Pendapat Kedua :
- Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat identik yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.
Bunuh diri adalah sebuah perbuatan munkar yang dilarang. Berikut beberapa
hadits dan firman Allah SWT yang menjelaskan tentang kecaman bagi orang yang
melakukan perbuatan bunuh diri dan pembunuhan jiwa seseorang.
9
Mengapa bunuh diri dilarang oleh Allah SWT?
Berikut firman dan hadits yang menjelaskan larangan bunuh diri:
..... dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. [QS. An-Nisaa’ : 29]
2. Surat Al-Kahfi ayat 6 yang berbunyi:
َ َ اٱل َحدِيثِأ
سفًا ۟ ُس َك َعلَ َٰ ٰٓى َءا َٰث َ ِر ِه ْمإِنلَّ ْميُؤْ ِمن
ْ َوا ِب َٰ َهذ َ فَلَ َعلَّ َك َٰ َب ِخعنَّ ْف
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati
setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al- Quran).
3. [HR. Al-Bukhâri, no. 5778; Muslim, no. 109; lafazh bagi Al-Bukhâri]
َع ْنأَبِي ُه َر ْي َر َة َ z،َي ِ الن ِب َّ ِعن َ م ََ َّ سل
َ و ِ علَي
َ ْه َ صلَّىالل َّ ُه َ ل ََ قا: َ
َق َ ُ َّ ْ
َ من َت ً
َ هاأبَدا َو َ ً َّ
َ يهخالِدامخلدافِي َ ُ ً َ َّ َ ه َّن
َ ج َ س ُه
َ ف ُه َ ق َتلَ َن ْف
َ ف
َ ٍجبَل
َ م ْن َّ م ْن َت َر
َ حسىسمَاف ِ ميَ َت َردى ِف َ ِوفِي َنار ِ دى َ
َ
ََ دي َد ٍةف
ح ِ حَ ِس ُهب ْ
َ ق َتل َنف َ َ م ْنَ هاأبَ ًدا َو َ َ خل ًدافِي َّ َ م ُ خالِ ًدا َ م َّ
َ هن َ ج ُ
َ حساه ِفي َنا ِر َّ َ هيَ َت ِ َسم ُه ِفيي
ِ د ُّ ُ فَ س ُهَ تَلَ َن ْف
هاأَبَ ًدا َ خل َّ ًدافِي َ م ُ خالِ ًدا َ م َ ه َّن َ ج َ ه ِفي َنا ِر ْ
ِ هافِيبَط ِن َ ِج ُأب َ َهي ِ د ِ َِدي َدتُ ُه ِفيي
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
Beliau bersabda, “Barangsiapa menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung,
kemudian membunuh dirinya, maka dia di dalam neraka Jahannam menjatuhkan
dirinya dari sebuah gunung, dia tinggal lama dan dijadikan tinggal lama
selamanya di dalam neraka Jahannam selama-lamanya. Dan barangsiapa
meminum racun kemudian membunuh dirinya, maka racunnya akan berada di
tangannya, dia akan meminumnya di dalam neraka Jahannam dia tinggal lama
dan dijadikan tinggal lama selamanya di dalam neraka Jahannam selama-
lamanya.Dan barangsiapa membunuh dirinya dengan besi, maka besinya akan
berada di tangannya, dia akan menikam perutnya di dalam neraka Jahannam,
dia tinggal lama dan dijadikan tinggal lama selamanya di dalam neraka
Jahannam selama-lamanya”. [HR. Al-Bukhâri, no. 5778; Muslim, no. 109; lafazh
bagi Al-Bukhâri]
4. HR. Al-Bukhari, no. 6105, 6652; Ahmad, no. 16391; lafazh ini dari Al-
Bukhâri
ِي
َ ِالنب َّ ِعن َ ،ك ِ حا َّ
َّ الض ِع ْن َثابِتِ ْبنَ م ََ َّ سلَ و َ ْهِ علَي َ صلَّىالل َّ ُه َ ل ََ قا: َ
ََ س ُه ِب َ ق َتل َ َن ْف َ م ْن َ َو،ل َ اقا َ م َ ك َ و َ اف ُهَ ًكا ِذب َ م ِ َ سال ْ إل َ ة َّ َ َ حل
َ م ْن
َ
ش ِ را ِ غ ْي ٍ مل ِ ِفب
ْ َ َ َ ُ َ
َِ ِمنابِكفرٍفهوكقتل
ه ْ ُ ً ْ ُ
ِ ومنرمىمؤ َ َ ْ َ َ
َ ،ه ْ َ
ِ ِمنِكقتل َ ْ ُ ُ ْ َ َ
ِ ولعنالمؤ،ه ِفينارِجهنم َ َّ َ َ َ ِ ِذبَب ُ ي ٍء
ِ ع ْ
10
Dari Tsâbit bin adh-Dhahhak, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau
bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam dalam keadaan
dusta, maka dia sebagaimana yang dia katakan. Barangsiapa membunuh dirinya
dengan sesuatu, dia akan disiksa dengan sesuatu itu dalam neraka Jahannam.
Melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya.Dan barangsiapa menuduh
seorang Mukmin dengan kekafiran maka itu seperti membunuhnya”. [HR. Al-
Bukhari, no. 6105, 6652; Ahmad, no. 16391; lafazh ini dari Al-Bukhâri]
Berikut ini adalah fatwa dari Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah ta’ala:
“Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang berupa intihar (melakukan bom
bunuh diri) dengan cara membawa peledak (bom) kepada sekumpulan orang-
orang kafir, kemudian meledakkannya setelah berada di tengah-tengah mereka,
sesungguhnya ini termasuk bunuh diri, wal ‘iyadzu billah. Barangsiapa yang
membunuh dirinya, maka dia kekal dan dikekalkan dalam neraka Jahannam
selamanya sebagaimana yang terdapat dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebab, bunuh diri tidak memberi kemaslahatan bagi Islam karena
ketika dia bunuh diri dan membunuh sepuluh atau seratus atau dua ratus (orang
kafir), tidaklah memberi manfaat kepada Islam dengan perbuatan tersebut di mana
manusia tidak masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah anak muda tersebut
(maksudnya adalah kisah Ashabul Ukhdud yang panjang, lihat haditsnya dalam
Riyadhus Shalihin hadits no. 30 bab: Sabar, pen).
Berdasarkan data WHO, dalam 40 detik ada satu nyawa yang melayang akibat
tindakan bunuh diri bahkan tindakan mengakhiri hidup ini menjadi penyebab
kematian terbesar kedua dikalangan usia 15-29 tahun.
Permasalahan yang di hadapi tidak jauh dari masalah cinta, ekonomi, dan
keluarga. Mereka yang melakukan bunuh diri menganggap bunuh diri adalah jalan
terbaik untuk mengakhiri suatu masalah. Dalam agama islam perbuatan bunuh diri
sangat di benci oleh Allah SWT. Dan dengan alasan apapun perbuatan bunuh diri
itu haram hukumnya. Bahkan dalam hadits dan ayat Al-Qur’an telah dijelaskan
bahwa pelaku bunuh diri akan kekal di neraka jahanam.
11
Ada yang pernah bertanya pada Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang pernah
menjabat sebagai Mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam,
“Kami pernah dapati orang yang mati tergantung di atas pohon dan di lehernya
terdapat tali. Kami tidak mengetahui apakah orang tersebut mati tercekik (karena
bunuh diri) atau ada yang membunuhnya lalu menggantungnya di atas pohon. Jika
dia membunuh dirinya sendiri dengan menggantung dirinya di atas pohon, apakah
ia dishalatkan oleh kaum muslimin?”
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menjawab, “Jika ia seorang muslim, maka ia tetap
dishalatkan baik ia mati bunuh diri atau dibunuh oleh orang lain. Jika ia sampai
membunuh dirinya sendiri, itu termasuk dosa besar. Karena seorang muslim tidak
boleh membunuh dirinya sendiri. Allah mengharamkan seseorang membunuh
dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di
dunia, niscaya pada hari kiamat, niscaya ia akan disiksa dengan cara seperti itu
pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika ia jelas bunuh diri, maka ia telah terjerumus dalam dosa besar. Namun ia
tetap dishalatkan. Walau ada yang berbeda penilaian, namun yang tepat ia tetap
dishalatkan. Sebagian muslim tetap menyolatkan, memandikan, mengafani dan
menguburkannya.
Begitu pula ketika diketahui ia dibunuh oleh orang lain secara zalim, ia tetap
dimandikan dan dishalatkan. Ia dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan
di pemakaman kaum muslimin. Wallahul musta’an. Laa hawla wa laa quwwata illa
billah, tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah.
12
هللالوسردمحمهللاالإهلإاللاقنملكىلعاولص
ُ َ هْيَ َلعيِل
َمَّلَسَوِهْيَ َلعُهَّللاىَّلَصِهَّللُالوُسَرَلاَقَفَصِقاَش َ ِمبُهَسْفَنَ َلتَقالُجَرَّ َنأ: صأالَفاَ َنأا َّ َمأ
“Ada orang yang bunuh diri dengan pisau, maka Rasulullah sallallahu’alaihi wa
sallam bersabda: “Kalau saya, maka saya tidak shalatkan dia.” (HR.An Nasa’i no.
1964 dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)
Nampaknya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyetujui para sahabat
yang menyalatinya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam enggan menyalatinya
sebagai hukuman terhadap kemaksiatannya dan sebagai pelajaran bagi orang lain
atas perbuatannya. Ini menunjukkan dianjurkannya menyalatkan pelaku maksiat
kecuali pemimpin umat. Seyogyanya dia tidak menyalatkan pelaku dosa besar yang
terus menerus dan mati dalam kondisi seperti itu. Hal ini dilakukan karena
mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya yang lain jera dan tidak
melakukan semacam itu.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
http://kuretase.com/pengertian-aborsi-secara-medis/
https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam
http://makananmpuh.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-penyebab-dan-dampak.html?m=1