Vous êtes sur la page 1sur 20

MAKALAH AGAMA ISLAM

ABORSI DAN BUNUH DIRI

Disusun Oleh:

Kelompok 14

Zahrah Salsabila ( P17320317001)

Miranti (P17320317048)

TK 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2017/2018

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Aborsi dan Bunuh diri”. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, kerabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik
dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami
sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Wassalamualaikum wr.wb

Bogor, 16 September 2017


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 1

1.3. Tujuan Makalah...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Jenis Aborsi.................................................................... 3


2.2. Penyebab Aborsi..................................................................................... 4

2.3. Akibat Aborsi.......................................................................................... 4

2.4. Pandangan Aborsi menurut agama Islam............................................... 5

2.5. Bunuh Diri dalam Pandangan Islam....................................................... 9

2.6. Azab Pelaku Bunuh Diri dalam Islam.................................................... 11

2.7. Hukum Menyalatkan Orang yang Mati Bunuh Diri............................... 12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..............................................................................................14

3.2. Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang ini banyak tindakan-tindakan yang tidak manusiawi.


Misalnya aborsi dan bunuh diri. Kasus aborsi dan bunuh diri sekarang ini bukan
lagi hal yang awam didengar, justru malah menjadi hal yang biasa didengar.
Padahal tindakan ini sangat tidak manusiawi dipandang dari segi moral, agama,
dan budaya.

Sering kali kita melihat berita-berita di televisi yang memberitakan tindak


aborsi dan bunuh diri. Janin-janin yang umurnya baru beberapa bulan, bahkan
beberapa minggu ditemukan di tong sampah, di got, bahkan didalam kantong
plastik. Begitu pula dengan tindakan bunuh diri.

Marak terjadinya tindak aborsi dan bunuh diri bukan hanya pada orang-orang
yang telah dewasa. Tetapi justru mereka yang masih remaja juga melakukannya.
Hal itu sangat memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang
Agama dan Moral? atau memang moral anak bangsa yang telah rusak? Ataukah
keduanya, tetapi pada dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan moral dan
agama.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan aborsi dan jenis-jenisnya ?

2. Apakah faktor yang menyebabkan melakukan aborsi ?

3. Apa akibat dari aborsi ?

4. Bagaimana pandangan aborsi menurut agama Islam ?

5. Bunuh diri dalam pandangan islam?


6. Azab pelaku bunuh diri dalam islam?

7. Hukum melayat orang yang mati bunuh diri?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian aborsi dan jenis-jenisnya.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan melakukan

aborsi.

3. Mengetahui akibat apa saja yang dapat timbul setelah aborsi.

4. Mengetahui pandangan aborsi menurut agama Islam.

5. Mengetahui bunuh diri dalam pandangan islam.

6. Mengetahui azab pelaku bunuh diri.

7. Mengetahui apa hukum melayat orang yang mati karena bunuh diri.
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Aborsi

Aborsi menurut pengertian medis adalah mengeluarkan hasil konsepsi atau


pembuahan, sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibunya. Sedangkan menurut
bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata “ ajhadha - yajhidhu “
yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau
bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi didalam istilah fikih juga sering disebut
dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “ ilqaa’ ( melempar ) atau “ tharhu “ (
membuang ). Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai
banyak macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan
dan dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut. Dalam Kamus
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah pengguguran. Aborsi ini
dibagi menjadi dua :
1. Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu
alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

2. Aborsi Legal adalah aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak yang
berwenang.

Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :

1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat
mengenalnya dengan istilah keguguran.

2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara


sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :

a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan, maka
disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum.

b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang
berlaku, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis.

Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah : menggugurkan


secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas permintaan atau
kerelaan ibu yang mengandungnya.

2.2 Faktor yang Menyebabkan Melakukan Aborsi

1. Faktor janin : dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau
plasenta.

2. Faktor maternal (Faktor Ibu) : terjadi infeksi (virus, bakteri) pada awal
trimester 1 dan 2.

3. Faktor eksternal : dapat disebabkan oleh radiasi obat-obatan dan bahan kimia
Serta perilaku pacaran dikalangan remaja yang melakukan hubungan seksual
sebelum nikah.

2.3 Akibat yang Timbul Setelah Aborsi


Tindakan-tindakan aborsi dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif pada
tubuh kita, yang meliputi dimensi jasmani dan psikologis. Akibat-akibatnya adalah:
1. Segi jasmani

- Tindakan kuret pada aborsi bisa menimbulkan efek-efek pendarahan atau


infeksi, dan apabila dikerjakan bukan oleh dokter ahlinya maka alat-alat kuret
yang dipakai mungkin tembus sampai ke perut dan dapat mendatangkan
kematian.
- Penyumbatan pembuluh darah yang terbuka oleh gelembung udara, karena
banyak pembuluh darah yang terbuka pada luka selaput lendir rahim dan
gelembung udara bisa masuk ikut beredar bersama aliran darah dan apabila tiba
pada pembuluh darah yang lebih kecil, yaitu pada jantung , paru-paru, otak atau
ginjal, maka bisa mengakibatkan kematian.
- Perobekan dinding rahim oleh alat-alat yang dimasukkan ke dalamnya akan
mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga perut yang makin lama makin
banyak yang menyebabkan kematian.
- Penanganan aborsi yang tidak steril bisa mengakibatkan keracunan yang
membawa kepada kematian.
- Menstruasi menjadi tidak teratur
- Tubuh menjadi lemah dan sering keguguran

2. Segi jasmani

Setelah seorang wanita melakukan tindakan aborsi ini, maka ia akan tertindih
perasaan bersalah yang dapat membahayakan jiwanya. Kalau tidak secepatnya
ditolong, maka ia akan mengalami depresi berat, frustasi dan kekosongan jiwa.

2.4 Pandangan Aborsi menurut agama Islam

Di dalam al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi,
tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak,
sebagaimana firman Allah swt :

‫ب ّللاُ َعلَ ْي ِه َولَعَنَهُ َوأَ َعدَّ لَهُ َعذَابًا َع ِظي ًما‬ ِ ‫َو َمن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمنًا ُّمتَعَ ِمدًا فَ َجزَ آ ُؤهُ َج َهنَّ ُم خَا ِلدًا فِي َها َوغ‬
َ ‫َض‬

“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,


maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar(
Qs An Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya
Rosulullah saw bersabda :

َ‫ط ِن أ ُ ِم ِه أَ ْربَعِينَ يَ ْو ًما ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِكَ َعلَقَةً ِمثْ َل ذَلِكَ ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِك‬ ْ َ‫يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب‬ ‫إِ َّنََ أ َ َحدَ ُك ْم‬
‫ي أَ ْو‬ َ ‫ب ِر ْزقِ ِه َوأ َ َج ِل ِه َو َع َم ِل ِه َو‬
ٌّ ‫ش ِق‬ ِ ْ‫ت ِب َكت‬ ُّ ‫س ُل ْال َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه‬
ٍ ‫الرو َح َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَعِ َك ِل َما‬ َ ‫ذَلِكَ ث ُ َّم ي ُْر‬ ‫ضغَةً ِمثْ َل‬ ْ ‫ُم‬
‫س ِعيد‬َ

“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam


perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga ,
berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu
penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun
yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )

Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi


menjadi dua bagian sebagai berikut :

1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh

Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi
menjadi tiga pendapat :

- Pendapat Pertama :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan


sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan
obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 ) . Pendapat ini dianut oleh para ulama
dari madzhab Hanafi, Syafi’I dan Hambali. Tetapi kebolehan ini
disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya ( Syareh Fathul Qadir :
2/495 ) . Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang
menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan
penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh
digugurkan.

- Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya
bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh
menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk
kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi
dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah
Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )

- Pendapat ketiga :

Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya


bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan
ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini
adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53,
Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) ,
telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak
sesuatu yang bermanfaat.

Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu


jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah
satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori
Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.

2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh

Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah
berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis
pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk
dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada
sebab yang darurat. Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika
sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam
hal ini, para ulama berbeda pendapat:
- Pendapat Pertama :

Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya


tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan
membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut
oleh Mayoritas Ulama.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

ِ ‫س الَّ ِتي َح َّر َم ّللاُ ِإالَّ ِبال َح‬


‫ق‬ َ ‫َوالَ ت َ ْقتُلُواْ النَّ ْف‬

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al
Israa’: 33 )

Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan,


sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka
sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh
dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh
membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang
pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan
sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).

Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu


akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi
jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak
dibolehkan.

- Pendapat Kedua :

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh


kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari
pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada
secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya
terakhir ( Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 ). Prediksi tentang keselamatan Ibu dan
janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak
mutlak benarnya. Wallahu A’lam.

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama


sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh
jiwa yang diharamkan Allah swt.

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah


Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk
penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

Menurut Fatwa MUI

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 tahun 2005, tentang aborsi


menetapkan ketentuan hukum aborsi sebagai berikut :

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada


dinding rahim ibu.

2. Aborsi dibolehkan karena adanya udzur, baik yang bersifat darurat


maupun hajat. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir
mati. Sedangkan hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami
kesulitan besar.

a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang


membolehkan aborsi adalah perempuan hamil menderita sakit fisik berat
seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit
fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh tim dokter . Dalam keadaan
di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat


membolehkan aborsi adalah :

- Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat identik yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.

- Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang


yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum
janin berusia 40 hari.

3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat


zina.
2.5 Bunuh Diri dalam Pandangan Islam

Bunuh diri adalah sebuah perbuatan munkar yang dilarang. Berikut beberapa
hadits dan firman Allah SWT yang menjelaskan tentang kecaman bagi orang yang
melakukan perbuatan bunuh diri dan pembunuhan jiwa seseorang.

Hadits-hadits Nabi SAW :


‫ َلاَقضرَةَرْيَرُه ِى َباْنَع‬: ‫صِهللُُلْوُس ََرلاَق‬:
ٍ َ ‫َجرا َن ِىفَوُهَفُهَسْف ََنلَتَق‬
‫ف َلبَجْنِمىَّدَرَتْن َم‬ َّ
ِ ً ‫اًد ََبااَه ْ ِيفاًدلَخُما‬،‫َسْف ََنلَتَقَفاًّمُسىَّسَحَتْنَم َو‬
ِ ‫دلاَخاَهْيِفىَّدَرَتَيَمَّنَه‬
ُ ُّ َّ ُ
‫دلاَخَمنَه َجِرا َنىِفهاسَحَتَيِهِدَيىِفُهمُسَفه‬ َّ َّ
ِ ً ‫اًد ََبااَه ْ ِيفاًدلَخُما‬،‫ٍةَدْيِدَحِبُهَسْف ََنلَتَقْنَم َو‬،‫هتَدْيِد َحَف‬ُ ُ ‫ِهِدَيىِف‬
ُ َّ
‫هبأَّجَوَتَي‬ ِ ‫دلاَخَمَّنَه‬
ِ َ ‫َجرا َن ِىفا‬ ِ ً ‫اًد ََبااَه ْ ِيفاًدلَخُما‬. ‫ىئاسنلاوىذمرتلاوملسموىراخبلا‬
Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
menerjunkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka dia di neraka jahannam
menerjunkan diri di dalamnya, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya.
Dan barangsiapa minum racun untuk bunuh diri, maka racunnya itu di tangannya
dia meminumnya di neraka jahannam kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-
lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata tajam
itu di tangannya dia melukai dengannya di neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan
di dalamnya selama-lamanya”. [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai]

9
Mengapa bunuh diri dilarang oleh Allah SWT?
Berikut firman dan hadits yang menjelaskan larangan bunuh diri:

1. Surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

... ‫ْمُكَسُف ْ َناآْوُلُت ْ َق َتُل َو‬،‫َهللا ِنا‬ ِ ُ ‫اًمْيِح َرْم‬. ‫ءاسنلا‬:29


َّ ‫ك َبناَك‬

..... dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. [QS. An-Nisaa’ : 29]
2. Surat Al-Kahfi ayat 6 yang berbunyi:

َ َ ‫اٱل َحدِيثِأ‬
‫سفًا‬ ۟ ُ‫س َك َعلَ َٰ ٰٓى َءا َٰث َ ِر ِه ْمإِنلَّ ْميُؤْ ِمن‬
ْ َ‫وا ِب َٰ َهذ‬ َ ‫فَلَ َعلَّ َك َٰ َب ِخعنَّ ْف‬
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati
setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al- Quran).

3. [HR. Al-Bukhâri, no. 5778; Muslim, no. 109; lafazh bagi Al-Bukhâri]
َ‫ع ْنأَبِي ُه َر ْي َر َة‬ َ z،َ‫ي‬ ِ ‫الن ِب‬ َّ ِ‫عن‬ َ ‫م‬ ََ َّ ‫سل‬
َ ‫و‬ ِ ‫علَي‬
َ ‫ْه‬ َ ‫صلَّىالل َّ ُه‬ َ ‫ل‬ ََ ‫قا‬: َ
َ‫ق‬ َ ُ َّ ْ
َ ‫من َت‬ ً
َ ‫هاأبَدا َو‬ َ ً َّ
َ ‫يهخالِدامخلدافِي‬ َ ُ ً َ َّ َ ‫ه َّن‬
َ ‫ج‬ َ ‫س ُه‬
َ ‫ف ُه‬ َ ‫ق َتلَ َن ْف‬
َ ‫ف‬
َ ٍ‫جبَل‬
َ ‫م ْن‬ َّ ‫م ْن َت َر‬
َ ‫حسىسمَاف‬ ِ ‫ميَ َت َردى ِف‬ َ ِ‫وفِي َنار‬ ِ ‫دى‬ َ
َ
ََ ‫دي َد ٍةف‬
‫ح‬ ِ ‫ح‬َ ِ‫س ُهب‬ ْ
َ ‫ق َتل َنف‬ َ َ ‫م ْن‬َ ‫هاأبَ ًدا َو‬ َ َ ‫خل ًدافِي‬ َّ َ ‫م‬ ُ ‫خالِ ًدا‬ َ ‫م‬ َّ
َ ‫هن‬ َ ‫ج‬ ُ
َ ‫حساه ِفي َنا ِر‬ َّ َ ‫هيَ َت‬ ِ َ‫سم ُه ِفيي‬
ِ ‫د‬ ُّ ُ ‫ف‬َ ‫س ُه‬َ ‫تَلَ َن ْف‬
‫هاأَبَ ًدا‬ َ ‫خل َّ ًدافِي‬ َ ‫م‬ ُ ‫خالِ ًدا‬ َ ‫م‬ َ ‫ه َّن‬ َ ‫ج‬ َ ‫ه ِفي َنا ِر‬ ْ
ِ ‫هافِيبَط ِن‬ َ ِ‫ج ُأب‬ َ َ‫هي‬ ِ ‫د‬ ِ َ‫ِدي َدتُ ُه ِفيي‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
Beliau bersabda, “Barangsiapa menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung,
kemudian membunuh dirinya, maka dia di dalam neraka Jahannam menjatuhkan
dirinya dari sebuah gunung, dia tinggal lama dan dijadikan tinggal lama
selamanya di dalam neraka Jahannam selama-lamanya. Dan barangsiapa
meminum racun kemudian membunuh dirinya, maka racunnya akan berada di
tangannya, dia akan meminumnya di dalam neraka Jahannam dia tinggal lama
dan dijadikan tinggal lama selamanya di dalam neraka Jahannam selama-
lamanya.Dan barangsiapa membunuh dirinya dengan besi, maka besinya akan
berada di tangannya, dia akan menikam perutnya di dalam neraka Jahannam,
dia tinggal lama dan dijadikan tinggal lama selamanya di dalam neraka
Jahannam selama-lamanya”. [HR. Al-Bukhâri, no. 5778; Muslim, no. 109; lafazh
bagi Al-Bukhâri]

4. HR. Al-Bukhari, no. 6105, 6652; Ahmad, no. 16391; lafazh ini dari Al-
Bukhâri

ِ‫ي‬
َ ِ‫النب‬ َّ ِ‫عن‬ َ ،‫ك‬ ِ ‫حا‬ َّ
َّ ‫الض‬ ِ‫ع ْن َثابِتِ ْبن‬َ ‫م‬ ََ َّ ‫سل‬َ ‫و‬ َ ‫ْه‬ِ ‫علَي‬ َ ‫صلَّىالل َّ ُه‬ َ ‫ل‬ ََ ‫قا‬: َ
ََ ‫س ُه ِب‬ َ ‫ق َتل َ َن ْف‬ َ ‫م ْن‬ َ ‫ َو‬،‫ل‬ َ ‫اقا‬ َ ‫م‬ َ ‫ك‬ َ ‫و‬ َ ‫اف ُه‬َ ً‫كا ِذب‬ َ ‫م‬ ِ َ ‫سال‬ ْ ‫إل‬ َ ‫ة‬ َّ َ َ ‫حل‬
َ ‫م ْن‬
َ
‫ش‬ ِ ‫را‬ ِ ‫غ ْي‬ ٍ ‫مل‬ ِ ِ‫فب‬
ْ َ َ َ ُ َ
َِ ِ‫منابِكفرٍفهوكقتل‬
‫ه‬ ْ ُ ً ْ ُ
ِ ‫ومنرمىمؤ‬ َ َ ْ َ َ
َ ،‫ه‬ ْ َ
ِ ِ‫منِكقتل‬ َ ْ ُ ُ ْ َ َ
ِ ‫ولعنالمؤ‬،‫ه ِفينارِجهنم‬ َ َّ َ َ َ ِ ِ‫ذبَب‬ ُ ‫ي ٍء‬
ِ ‫ع‬ ْ

10
Dari Tsâbit bin adh-Dhahhak, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau
bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam dalam keadaan
dusta, maka dia sebagaimana yang dia katakan. Barangsiapa membunuh dirinya
dengan sesuatu, dia akan disiksa dengan sesuatu itu dalam neraka Jahannam.
Melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya.Dan barangsiapa menuduh
seorang Mukmin dengan kekafiran maka itu seperti membunuhnya”. [HR. Al-
Bukhari, no. 6105, 6652; Ahmad, no. 16391; lafazh ini dari Al-Bukhâri]

Fatwa ulama mengenai bom bunuh diri

Berikut ini adalah fatwa dari Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah ta’ala:

“Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang berupa intihar (melakukan bom
bunuh diri) dengan cara membawa peledak (bom) kepada sekumpulan orang-
orang kafir, kemudian meledakkannya setelah berada di tengah-tengah mereka,
sesungguhnya ini termasuk bunuh diri, wal ‘iyadzu billah. Barangsiapa yang
membunuh dirinya, maka dia kekal dan dikekalkan dalam neraka Jahannam
selamanya sebagaimana yang terdapat dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sebab, bunuh diri tidak memberi kemaslahatan bagi Islam karena
ketika dia bunuh diri dan membunuh sepuluh atau seratus atau dua ratus (orang
kafir), tidaklah memberi manfaat kepada Islam dengan perbuatan tersebut di mana
manusia tidak masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah anak muda tersebut
(maksudnya adalah kisah Ashabul Ukhdud yang panjang, lihat haditsnya dalam
Riyadhus Shalihin hadits no. 30 bab: Sabar, pen).

2.6 Azab Pelaku Bunuh Diri dalam Islam

Berdasarkan data WHO, dalam 40 detik ada satu nyawa yang melayang akibat
tindakan bunuh diri bahkan tindakan mengakhiri hidup ini menjadi penyebab
kematian terbesar kedua dikalangan usia 15-29 tahun.

Permasalahan yang di hadapi tidak jauh dari masalah cinta, ekonomi, dan
keluarga. Mereka yang melakukan bunuh diri menganggap bunuh diri adalah jalan
terbaik untuk mengakhiri suatu masalah. Dalam agama islam perbuatan bunuh diri
sangat di benci oleh Allah SWT. Dan dengan alasan apapun perbuatan bunuh diri
itu haram hukumnya. Bahkan dalam hadits dan ayat Al-Qur’an telah dijelaskan
bahwa pelaku bunuh diri akan kekal di neraka jahanam.

Ternyata, orang yang melakukan perbuatan bunuh diri akan mengalami 3


penderitaan:
1) Penderitaan di dunia yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tersebut.
2) Penderitaan menjelang kematiannya.
3) Penderitaan kekal di akhirat kelak.

11

2.7 Hukum Menyalatkan Orang yang Mati Bunuh Diri

Bolehkah menyalatkan orang yang mati bunuh diri? sebagian muslim


menganggap ia tidak boleh disalatkan. Namun, bagaimana pandangan islam itu
sendiri?

Ada yang pernah bertanya pada Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang pernah
menjabat sebagai Mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam,
“Kami pernah dapati orang yang mati tergantung di atas pohon dan di lehernya
terdapat tali. Kami tidak mengetahui apakah orang tersebut mati tercekik (karena
bunuh diri) atau ada yang membunuhnya lalu menggantungnya di atas pohon. Jika
dia membunuh dirinya sendiri dengan menggantung dirinya di atas pohon, apakah
ia dishalatkan oleh kaum muslimin?”

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menjawab, “Jika ia seorang muslim, maka ia tetap
dishalatkan baik ia mati bunuh diri atau dibunuh oleh orang lain. Jika ia sampai
membunuh dirinya sendiri, itu termasuk dosa besar. Karena seorang muslim tidak
boleh membunuh dirinya sendiri. Allah mengharamkan seseorang membunuh
dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,

‫للا ِنإْمُكَسُف ْ َنأاوُلُت ْ َقتُل َو‬


َّ ‫ك َبناَك ََّه‬
ِ ُ ‫اًميِحَرْم‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa’: 29).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ِةَماَيِقْلاَمْوَيِهِبَبِذُعٍءْىَشِبُهَسْفَنَ َلتَقْنَم‬

“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di
dunia, niscaya pada hari kiamat, niscaya ia akan disiksa dengan cara seperti itu
pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika ia jelas bunuh diri, maka ia telah terjerumus dalam dosa besar. Namun ia
tetap dishalatkan. Walau ada yang berbeda penilaian, namun yang tepat ia tetap
dishalatkan. Sebagian muslim tetap menyolatkan, memandikan, mengafani dan
menguburkannya.

Begitu pula ketika diketahui ia dibunuh oleh orang lain secara zalim, ia tetap
dimandikan dan dishalatkan. Ia dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan
di pemakaman kaum muslimin. Wallahul musta’an. Laa hawla wa laa quwwata illa
billah, tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah.

12

Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Umat Islam bersepakat bahwa


orang yang melakukan dosa meskipun melakukan dosa besar tetap dishalatkan.
Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,

‫هللالوسردمحمهللاالإهلإاللاقنملكىلعاولص‬

“Shalatkanlah setiap orang yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallahu Muhammad


Rasulullah (Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan
Muhammad itu utusan Allah)”, meskipun dalam sanadnya ada kelemahan. Apa
yang kami sebutkan dari ijma (konsensus) dapat menguatkan dan
menshahihkannya.” (Al Istidzkar, 3: 29)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Al Qadhi mengatakan, menurut


pendapat para ulama, setiap jenazah muslim baik meninggal karena suatu
hukuman, dirajam, bunuh diri dan anak zina tetap dishalatkan. Imam Malik dan
lainnya berpendapat bahwa pemimpin umat sebaiknya tidak menyalati orang
seperti itu ketika ia dihukum mati karena suatu hukuman. Dari Az Zuhri, ia berkata
bahwa orang yang terkena hukuman rajam dan yang diqishash tetap dishalatkan.
Adapun Abu Hanifah berpendapat bahwa orang yang berbuat keonaran dan orang
yang terbunuh dari kalangan kelompok pembangkang tidak dishalatkan.”
(Lihat Syarh Muslim karangan Nawawi)
Dalil yang menunjukkan akan kewajiban shalat kepada pelaku kemaksiatan
adalah apa yang diriwayatkan oleh Samurah radhiyallahu anhu,

ُ َ ‫هْيَ َلعيِل‬
‫ َمَّلَسَوِهْيَ َلعُهَّللاىَّلَصِهَّللُالوُسَرَلاَقَفَصِقاَش َ ِمبُهَسْفَنَ َلتَقالُجَرَّ َنأ‬: ‫صأالَفاَ َنأا َّ َمأ‬

“Ada orang yang bunuh diri dengan pisau, maka Rasulullah sallallahu’alaihi wa
sallam bersabda: “Kalau saya, maka saya tidak shalatkan dia.” (HR.An Nasa’i no.
1964 dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)
Nampaknya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyetujui para sahabat
yang menyalatinya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam enggan menyalatinya
sebagai hukuman terhadap kemaksiatannya dan sebagai pelajaran bagi orang lain
atas perbuatannya. Ini menunjukkan dianjurkannya menyalatkan pelaku maksiat
kecuali pemimpin umat. Seyogyanya dia tidak menyalatkan pelaku dosa besar yang
terus menerus dan mati dalam kondisi seperti itu. Hal ini dilakukan karena
mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya yang lain jera dan tidak
melakukan semacam itu.

13

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan

http://kuretase.com/pengertian-aborsi-secara-medis/

https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/hukum-aborsi-dalam-islam

http://makananmpuh.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-penyebab-dan-dampak.html?m=1

Vous aimerez peut-être aussi