Vous êtes sur la page 1sur 29

ANGGARAN DASAR

&
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GABUNGAN PERUSAHAAN EKSPOR INDONESIA
( G.P.E.I )
ANGGARAN DASAR

GABUNGAN PERUSAHAAN EKSPOR INDONESIA

( G.P.E.I )
MUKADIMAH

Pengusaha Indonesia khususnya Eksportir menyadari bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
dan falsafah bangsa telah menjadi asas dalam kehidupan bernegara. berbangsa. bermasyarakat
dan pelaksanaan pembangunan nasional termasuk didalamnya pembangunan di bidang ekonomi
yang pada hakekatnya adalah merupakan wujud pengamalan Pancasila.

Undang-undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 sebagai landasan konstitusional pembangunan


di bidang ekonomi menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan demi terwujudnya demokrasi ekonomi yang mengutamakan
kemakmuran masyarakat dan bukan kemakmuran orang seorang, oleh karena itu masyarakat
dengan binaan dan bimbingan pemerintah harus mempunyai peran besar didalamnya.

Pelaksanaan Pembangunan Nasional termasuk didalamnya Pembangunan ekonomi memerlukan


Investasi dalam jumlah yang besar, guna mengerahkan dana-dana investasi yang sumber
utamanya adalah penerimaan devisa dari hasil ekspor maka diperlukan segenap daya dan upaya,
secara terarah dan terpadu didalam satu kesatuan strategi dan implementasi dari para eksportir
Indonesia.

Bab 1 ketentuan Umum Undang-undang Nomor 1 tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri pasal 1 ayat f menyebutkan :

“Organisasi perusahaan adalah wadah persatuan dan kesatuan bagi perusahaan Indonesia yang
didirikan secara sah atas dasar kesamaan jenis usaha, mata dagangan atau jasa yang dihasilkan
ataupun diperdagangkan”.

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) yang didirikan pada tanggal 21 Februari 1961 di
Jakarta merupakan wadah para Eksportir dalam peran serta sebagai, penyalur kegiatan,
pembinaan dan pengembangan pengusaha perdagangan luar negeri/ekspor sesuai dengan
kepentingan anggotanya dan sebagai penyalur aspirasi anggota dan antar organisasi perusahaan
dengan pemerintah, dan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan secara aktif
seluruh lapisan dalam mewujudkan masyarakat Pancasila melalui Pembangunan Nasional.

Didalam perkembangan dan kegiatan organisasi, maka Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia
(GPEI) telah menjadi anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia pada tanggal 10 Juni 1973
dengan SKEP No. 19/SK/KI IVI / 1973.

Atas rachmat Tuhan Yang Maha Esa didorong oleh keinginan yang luhur para Eksportir
Indonesia turut berperan serta dalam pembangunan nasional, serta memasuki era AFTA. APEC.
WTO dan globalisasi perdagangan dunia maka disusunlah penyempurnaan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia pada Maret 1997 di Jakarta.
ANGGARAN DASAR

GABUNGAN PERUSAHAAN EKSPOR INDONESIA


EXPORTERS ASSOCIATION OF INDONESIA

BAB I

Pasal 1
Ketentuan Umum

1. Organisasi ini bernama Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia disingkat GPEI dalam
bahasa, Inggris disebut EXPORTERS ASSOCIATION OF INDONESIA adalah wadah para
Eksportir.

2. Eksportir adalah perusahaan. baik perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta
maupun usaha koperasi yang berbentuk badan hukum berkedudukan di wilayah negara
Republik Indonesia. yang melakukan kegiatan di bidang ekspor serta, sudah memiliki ijin
usaha perdagangan (SIUP).

BAB II
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA & WAKTU

Pasal 2
Nama

Organisasi ini bernama Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia disingkat GPEI, dalam
bahasa Inggris disebut EXPORTERS ASSOCIATION OF INDONESIA.

Pasal 3
Tempat Kedudukan

1. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia berkedudukan dan berkantor di Ibukota Negara


Republik Indonesia.

2. Di Ibukota propinsi/daerah tingkat I dapat dibentuk organisasi daerah yang disebut Dewan
Pengurus Daerah (DPD).

3. Bila di Ibukota Dewan Pengurus Daerah tingkat I bukan kota pelabuhan, maka Dewan
Pengurus Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dapat berkedudukan di kota Pelabuhan
di luar 1bukota propinsi.

4. Ditempat-tempat yang dianggap perlu oleh Organisasi Tingkat Pusat dapat diadakan
perwakilan.

Pasal 4
Daerah Kerja

Daerah Kerja Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia tingkat nasional meliputi sduruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk tingkat daerah/propinsi meliputi
wilayahnya masing-masing.
Pasal 5
Waktu

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961

BAB III
ASAS, LANDASAN, TUJUAN

Pasal 6
Asas

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas.

Pasal 7
Landasan

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia berlandaskan atas :

1. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan Konstitusional.

2. Undang - undang Nomor I tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri sebagai landasan
struktural.

3. Keputusan Musyawarah Nasional sebagai landasan operasional.

Pasal 8
Tujuan

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia bertujuan :

1. Menertibkan, melancarkan dan mengembangkan jalannya - perdagangan ekspor dan


menggiatkan usaha-usaha industri untuk ekspor dalam arti kata yang seluas-luasnya,
sehingga tercapainya daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya bagi pembangunan
nasional.

2. Menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan iklim usaha agar berkembang bagi
keberhasilan program ekspor untuk menunjang pembangunan nasional.

3. Mengarahkan dan menjaga kekompakan anggota.

BAB IV
TUGAS DAN USAHA

Pasal 9
Tugas

Guna mencapai tujuan yang tercantum pada pasal 8 di atas. Gabungan Perusahaan Ekspor
Indonesia mempunyai tugas :

1. Membina, mengarahkan dan mengembangkan usaha serta kegiatan anggotanya dan


bekerjasama dengan para pelaku ekonomi lainnya.

2. Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota selama tidak bertentangan dengan


peraturan yang berlaku.

3. Meningkatkan kesadaran nasional dan patriotisme dalam hal tanggung jawab sebagai warga
negara dan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari masyarakat.

4. Mengusahakan terciptanya iklim usaha yang harmonis untuk meningkatkan peran serta
anggota dalam pembangunan nasional.

5. Demi keberhasilan pelaksanaan program ekspor secara terarah dan terpadu, dianggap perlu
para eksportir menjadi anggota GPEI, sehingga hal-hal yang menyangkut kepentingan para
eksportir dapat dibantu penyelesaiannya.

6. Mengkoordinir kegiatan perdagangan ekspor sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah


dengan memperhatikan anggota.

Pasal 10
Usaha

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia berusaha :

1. Memberikan pelayanan anggota, berupa Informasi, konsultasi dan usaha-usaha lain yang
menyangkut masalah yang dihadapi anggota.

2. Mengadakan pertemuan-pertemuan guna memecahkan masalah secara bersama, antara lain


dengan mengadakan diskusi dan seminar-seminar.

3. Mengadakan syarat-syarat jual beli yang seragam dalam perdagangan ekspor dengan
memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku, mengatur arbitrasi dalam perselisihan
perdagangan yang dialami anggota.

4. Memberikan keterangan-keterangan tehnis yang diperlukan oleh Pemerintah cq.


Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan instansi terkait lainnya, yang menyangkut
perdagangan luar negeri.

5. Melakukan usaha-usaha yang bertujuan meningkatkan mutu dan keterampilan anggota baik
melalui pendidikan, latihan maupun kegiatan lainnya.

6. Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain terutama dengan produsen untuk


memelihara dan menjamin mutu yang baik dari barang ekspor.

7. Mengharuskan para anggotanya untuk menjaga mutu komoditi eskpor dan menjaga derajat
dan martabat sebagat eksportir.

8. Mengembangkan pemikiran dan memberikan saran-saran baik kepada instansi pemerintah.


lembaga-lembaga terkait mengenai masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan yang
memberikan manfaat bagi usaha perdagangan luar negeri.

9. Membina, kerjasama, secara teratur dengan Organisasi-organisasi perusahaan/pengusaha


lain.
BAB V
KERJASAMA

Pasal 11

Kerjasama dengan Pemerintah dan Organisasi-organisasi


Perusahaan/Pengusaha

Kerjasama antara Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dengan Pemerintah dan


Organisasi-organisasi perusahaan/Pengusaha terkait bertujuan :

1. Mengembangkan hubungan timbal balik dengan instansi pemerintah terkait demi efektifitas
peran serta dunia usaha dalam pembangunan nasional.

2. Mewujudkan iklim usaha yang sehat dan dinamis bagi pengembangan dunia usaha.

3. Membina kerjasama yang terpadu dengan Organisasi Perusahaan/Pengusaha yang


mempunyai keterkaitan kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia untuk menciptakan iklim usaha yang harmonis,
peningkatan mutu barang ekspor dan profesionalisme.

Pasal 12
Kerjasama dengan Luar Negeri

1. Guna mendapatkan informasi dan pengetahuan di bidang perdagangan untuk kepentingan


anggota. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia mengadakan kerjasama dengan Organisasi
Ekonomi.
Lembaga Ekonomi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan di Luar Negeri maupun perwakilannya
di dalam negeri, dalam batas saling menguntungkan dan tidak bertentangan dengan
kebijaksanaan Pemerintah.

2. Dalam pelaksanaan Pasal 12 Ayat 1 di atas, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dapat
membuka perwakilannya di luar negeri.

BAB VI
ORGANISASI

Pasal 13
Bentuk

Gabungan Perusahaan Eakpor Indonesia adalah organisasi yang berbentuk kesatuan


beserta perangkatnya dan bersikap bebas.

Pasal 14
Sifat

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia bersifat mandiri bukan organisasi Pemerintah,


bukan organisasi politik serta dalam kegiatannya tidak mencari keuntungan.
Pasal 15
Struktur

1. Dewan Pengurus Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia terdiri dari


a. Dewan Pengurus Pleno Pusat (DPPP) yang terdiri dari :
Dewan Pengurus Pusat dan Ketua-Ketua Dewan Pengurus Daerah
b. Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP (kolektif)
c. Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD (kolektif)

2. Bilamana dianggap perlu atas pertimbangan dan persetujuan Dewan pengurus pusat, maka
dibeberapa daerah yang belum memungkinkan dibentuk Gabungan Perusahaan
Ekspor Indonesia, maka daerah-daerah tersebut dapat bergabung untuk membentuk satu
Dewan Pengurus Daerah.

3. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia tingkat Pusat dan Gabungan Perusahaan Ekspor
Indonesia tingkat Daerah terikat oleh Satu garis hubungan jenjang dalam struktur
organisasi, satu kebijaksanaan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia tingkat daerah tidak
boleh bertentangan dengan kebijaksanaan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia tingkat
pusat.

4. Bilamana dianggap perlu dan atas mandat dari Musyawarah Nasional. Dewan Pengurus
Pusat dapat membekukan Dewan Pengurus Daerah Yang telah melanggar Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

5. Khusus untuk Dewan Pengurus Daerah Gabungan perusahaan Ekspor Indonesla DKI
Jakarta diatur tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi Jakarta sebagai Ibukota Negara
RI.

6. Di kota-kota tertentu di dalam negeri maupun diluar negeri jika dianggap perlu dapat
dibentuk Perwakilan Organisasi, dipimpin seorang yang ditunjuk oleh Dewan Pengurus
Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

Pasal 16
Perangkat

1. Perangkat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Pusat meliputi:


a. Musyawarah Nasional
b. Dewan Pengurus Pleno Pusat
c. Dewan Pengurus Pusat

2. Perangkat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Daerah meliputi:


a. Musyawarah Daerah
b. Dewan Pengurus Daerah

Pasal 17
Musyawarah Nasional
1. Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi Organisasi Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
2. Musyawarah Nasional dihadiri oleh :
a. Anggota-anggota Dewan Pengurus Pusat
b. Utusan yang mewakili Dewan Pengurus Daerah, paling banyak 5 (lima) orang dengan
membawa mandat.
c. Anggota kehormatan.
d. Pembina.

3. Musyawarah Nasional berwenang :


a. Menetapkan, mengesahkan dan mengadakan perubahan dan penyempurnaan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.
b. Menetapkan kebijaksanaan umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.
c. Mengadakan pemilihan dan pengangkatan Dewan Pengurus Pusat Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia melalui sistim formatur.
d. Menetapkan Rencana Kerja Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.
e. Mengesahkan atau menolak laporan umum yang berhubungan dengan pertanggung
jawaban keuangan, perbendaharaan dan aktivitas organisasi di tingkat Pusat dan
Daerah.

4. Musyawarah Nasional dinyatakan sah jika dihadiri oleh setengah ditambah satu dari jumlah
anggota Dewan Pengurus Pleno Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia yang
mewakili Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah.

5. Apabila Kuorum tidak tercapal, maka Musyawarah Nasional ditunda untuk jangka waktu
selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam.

6. Apabila dengan penundaan tersebut, kourum belum juga dicapai, maka Musyawarah
Nasional dilangsungkan dan keputusannya sah dan mengikat semua anggota.

7. Apabila waktu kepengurusan Dewan Pegurus Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor


Indonesia telah berakhir dan tidak memungkinkan mengadakan Musyawarah Nasional,
maka Dewan Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dibenarkan
menyelenggarakan referendum.

Referendum ini ditujukan kepada Dewan Pengurus Daerah-Dewan Pengurus Daerah


diseluruh Indonesia. Hasil referendum ini mengikat dan sah, dan ditetapkan sama dengan
hasil keputusan Musyawarah Nasional.

8. Hasil referendum menjadi mandat Dewan Pengurus Pusat untuk membentuk,


menyempurnakan dan sekaligus menetapkan dan mensahkan kepengurusan Dewan
Pengurus Pusat GPEI periode 5 (lima) tahun berikutnya.

Pasal 18
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia adalah perangkat organisasi


yang memegang kekuasaan tertinggi di daerah yang bersangkutan dan diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

2. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :


a. Anggota-anggota Dewan Pengurus Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.
b. Anggota Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Daerah yang bersangkutan.
c. Anggota kehormatan.
d. Pembina.

3. Musyawarah Daerah mempunyai wewenang :


Mengadakan pemilihan dan pembentukan Dewan Pengurus Daerah melalui sistim formatur
dan setelah pembentukan kepengurusan Daerah tersebut selanjutnya dapat meminta
pengesahan dari Dewan Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

Pasal 19
Musyawarah Luar Biasa

1. Musyawarah Luar Biasa diadakan untuk membicarakan hal-hal mendesak antara lain
pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, penilaian kepengurusan dan
kekayaan organisasi.

2. Musyawarah Luar Biasa yang :


a. Ditingkat Pusat ialah Musyawarah Nasional Luar Biasa
b. Ditingkat Daerah, Isiah Musyawarah Daerah Luar Biasa

3. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) dilaksanakan apabila atas usul dan
permintaan sekurang-kurangnya setengah anggota Dewan Pengurus Pusat dan setengah
anggota Dewan Pengurus Daerah ditambah satu.

4. Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) dilaksanakan apablia atas usul dan
permintaan setengah dari jumlah anggota Daerah bersangkutan ditambah satu.

5. Kewenangan peserta maupun persyaratan Musyawarah Nasional Luar Biasa dan


Musyawarah Daerah Luar Biasa sama dengan musyawarah Nasional dan Musyawarah
Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

Pasal 20
Dewan Pembina dan Dewan Pengurus

1. Dewan Pembina diangkat atas hasil sidang Dewan Pengurus Pleno Pusat (DPPP) yang
bertugas melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada DPPP.

2. Dewan Pengurus Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia terdiri dari :


a. Dewan Pengurus Pusat yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Musyawarah Nasional.
b. Dewan Pengurus Daerah yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Musyawarah Daerah.

3. Dewan Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia meliputi :

Pengurus Inti Pusat.


Pengurus Inti Pusat terdiri dari : Ketua Umum dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) Ketua,
Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara dan Wakil Bendahara
(Kolektif).

4. Dewan Pengurus Daerah Gabungan Perusahnan Ekspor Indonesia meliputi :


a. Pengurus Inti Daerah.
Pengurus Inti Daerah terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, dan sebanyak-banyaknya 3
(tiga) Ketua Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara
(Kolektif).

b. Pengurus Lengkap Daerah.


Pengurus Lengkap Daerah terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara, Wakil Bendahara dan Anggota Pengurus Lainnya.

5. Khusus untuk Dewan Pengurus Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia DKI
Jakarta Raya, Ketua Umum atau salah seorang Aggota Pengurus Pusat Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia menduduki jabatan Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengurus
Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia DKI Jakarta.

6. Dewan Pengurus Pusat dapat memberhentikan :

a. Pengurus yang dalam aktifitas usahanya bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

b. Pengurus yang bertindak ataupun perbuatannya bertentangan dengan Anggaran Dasar


dan Anggaran Rumah Tangga.

7. Pemberhentian pengurus harus disetujui dan disahkan rapat lengkap yang dihadiri oleh
paling sedikit setengah anggota pengurus ditambah satu dengan persetujuan pembina.

Pasal 21
Tugas dan Wewenang Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat
dan Ketua Dewan Pengurus Daerah

Dalam Hal-hat yang mendesak dan membutuhkan penyelesaian segera demi kelangsungan
organisasi dan kepentingan anggota-anggota, maka :

1. Ditingkat Pusat Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dapat bertindak atas nama atau
mewakili organisasi baik keluar maupun kedalam, sesuai dengan jabatannya.

2. Ditingkat Daerah, Ketua Dewan Pengurus Daerah dapat dibentuk atas nama atau mewakili
organisasi baik keluar maupun kedalam sesuai dengan jabatannya.

Pasal 22
Syarat-Syarat Pengurus

Untuk menjadi anggota Dewan Pengurus Pusat atau Dewan Pengurus Daerah Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Warga Negara Indonesia yang Pancasilais

2. Berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun

3. Bertempat kedudukan di Indonesia

4. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup luas pada sektor usaha perdagangan
luar negeri.
5. Mereka yang sudah berpengalaman berorganisasi.

6. Tidak berada dalam keadaan Failit atau secara lain telah hilang haknya untuk menguasai
kekayaannya.

7. Tidak dicabut haknya untuk memangku jabatan-jabatan tertentu atau menjalankan


pencaharian-pencaharian tertentu menurut keputusan pengadilan.

8. Dalam menjalankan jabatannya, anggota-anggota Dewan Pengurus baik Pusat dan Daerah
tidak menerima gaji melainkan uang honorarium yang jumlahnya ditetapkan oleh Ketua
Umum dan Ketua Dewan Pengurus Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia
setempat.

9. Mewakili suatu perusahaan yang sudah menjadi Anggota Gabungan Perusahaan Ekspor
Indonesia pada umumnya, atau karyawan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia yang
cakap dan telaht mempunyai masa kerja di Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun terus menerus dan loyal terhadap organisasi.

Pasal 23
Pengurus Sementara

Dewan Pengurus Pusat Gabungan, Perusahaan Ekspor Indonesia dapat menunjuk


Pengurus Sementara sampai dengan terselenggaranya Musyawarah Daerah yang bersangkutan
dan bagi kepengurusan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Daerah yang masih dalam
proses pembentukan.

Pasal 24
Rapat-Rapat

1. Untuk kepentingan pembinaan Organisasi disamping menyelenggarakan Musyawarah


Nasional dan Musyawarah Daerah, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia
menyelenggarakan rapat- rapat.

2. Rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat.


a. Diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun untuk menilai dan
menerima pertanggung-jawaban laporan keuangan, pelaksanaan rencana kerja dan
program kerja tahunan Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah.

b. Peserta Repat Dewan Pengurus Pleno Pusat


- Anggota Dewan Pengurus Pusat.
- Ketua dan atau seorang Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah.

c. Rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat adalah perangkat Organisasi setelah Musyawarah
Nasional.

3. Rapat Dewan Pengurus Pusat atau Daerah :


a. Dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat maupun Dewan Pengurus Daerah.

b. Dapat dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu sekurang-kurangnya sekali


dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 25
Sekretariat

1. a. Pada Organisasi Pusat, Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan Wakil
Sekretaris Jenderal yang dibantu seorang Sekretaris Eksekutif, Sekretaris Eksekutif
merupakan tenaga penuh.

b. Pada Organisasi Daerah, Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris Daerah dan Wakil Sekretaris
Daerah yang dibantu oleh seorang Sekretaris Eksekutif, Sekretaris Eksekutif merupakan
tenaga penuh.

2. a. Sekretaris Eksekutif pada Sekretariat Tingkat Pusat diangkat dan diberhentikan oleh
Dewan Pengurus Pusat.

b. Sekretaris Eksekutif pada Sekretariat Tingkat Daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Dewan Pengurus Daerah.

c. Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Eksekutif, Staf komite dan anggota staf
Sekretariat disesuaikan dengan peraturan organisasi atau peraturan/perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Setiap tahun selambat-lambatnya sebulan sebelum penutupan tahun buku :


a. Ditingkat Organisasi Pusat, Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal bersama
Bendahara menyampaikan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi
kepada Dewan Pengurus Pusat untuk disahkan.

b. Ditingkat Organisasi Daerah, Sekretaris Daerah dan wakil Sekretaris Daerah bersama
Bendaham menyampaikan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi
kepada Dewan Pengurus Daerah untuk disahkan.

4. Selambat-lambatnya sate tahun sesudah didirikannya organisasi. maka organisasi


mengadakan peraturan kepegawaian dan gaji karyawan Sekretariat baik di Pusat dan di
Daerah yang disesuaikan dengan keuangan masing-masing.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 26
Janis Keanggotaan

Anggota Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia terdiri dari :

a Anggota Biasa
b. Anggota Luar Biasa
c. Anggota Kehormatan

1. Anggota Biasa :

Untuk menjadi anggota biasa, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berbentuk Badan Hukum yang mencakup usaha swasta, usaha negara, dan usaha
koperasi berkedudukan di Indonesia.
b. Telah diakui dan terdaftar sebagai eksportir pada Direktorat Ekspor Departemen
Perdagangan R.I.

c. Mempunyai Surat izin tetap atau sementara dari instansi-instansi yang berwenang.

2. Anggota Luar Biasa :

Perusahaan Produsen barang-barang ekspor termasuk perusahaan-perusahaan


sortasi/upgrading barang-barang ekspor dan pedagang-pedagang perantara yang telah
mendapat izin dari pemerintah.

3. Anggota Kehormatan :

Anggota Kehormatan adalah yang telah berjasa dalam memajukan Organisasi Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia, perseorangan yang mempunyai pengalaman dan keahlian
di bidang ekspor dan bersedia membantu kemajuan ekspor Indonesia.

Pasal 27
Penerimaan Anggota

1. Setiap perusahaan perdagangan yang telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan


sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat 1 point a dan b Anggaran Dasar ini dapat menjadi
anggota Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

2. Prosedur formalitas penerimaan dan pengesahan anggota untuk keperluan administrasi


organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

3. Anggota Kehormatan diusulkan oleh Musyawarah Nasional.

Pasal 28
Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan berakhir karena :

1. Atas permintaan sendiri karena pembubaran atau failit atau telah menyerahkan kembali izin
usahanya.

2. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat keanggotaan yang dimaksud dalam pasal 26 Bab ini.

Pasal 29
Kewajiban dan Hak Anggota

1. Setiap anggota Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia berkewajiban :

a. Mengamankan dan melaksanakan Undang-undang Dasar 1945.

b. Mentaati ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan


Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Luar Biasa serta ketentuan-ketentuan
yang berlaku dilingkungan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia.

c. Memperjuangkan secara aktif tercapainya tujuan Gabungan Perusahaan Ekspor


Indonesia.
d. Membayar uang pangkal dan uang iuran.

2. Setiap anggota berhak

a. Meminta pertanggung-jawaban Dewan Pengurus atas pelaksanaan tugasnya melalui


Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah.

b. Menyampaikan usul dan saran, baik didalam maupun diluar negeri.

c. Mendapat pelayanan organisasi yang menyangkut perdagangan.

d. Menghadiri rapat-rapat anggota yang diadakan organisasi sesuai dengan peraturan-


peraturan yang berlaku.

BAB VIII
HAK SUARA, HAK BICARA DAN HAK DIPILIH

Hak suara, hak bicara, dan hak dipilih diatur sebagai berikut :

1. Anggota biasa mempunyai hak suara hak bicara dan hak di pilih.
2. Anggota Luar Biases mempunyai hak bicara dan hak pilih.
3. Anggota Kehormatan mempunyai hak bicara.
4. Pembina mempunyai hak bicara.

Pasal 30
Pemungutan Suara

1. Pemungutan suara dilakukan :


a. Secara lisan.
b. Secara tertulis.

2. Pemungutan suara untuk jabatan pengurus dilakukan dengan sistem formatur, Pemilihan
Formatur diadakan dengan cara :
a. Musyawarah dan Mufakat
b. Pemungutan suara secara bebas dan rahasia.
Tertulis, kecuali apablia disetujui secara aklamasi.

Formatur dapat terdiri dari :


a. Satu orang (tunggal)
b. Tiga orang

Pasal 31
Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan diambil atas dasar musyawarah dan mufakat.

2. Apabila tidak tercapai kesepakatan seperti yang dimaksud dalam ayat 1 (satu), maka
keputusan diambil dengan cara pemungutan suara.

3. Keputusan dapat diambil, apabila disetujui oleh setengah dari jumlah yang hadir ditambah
satu.
Pasal 32
Lingkup Keputusan

1. Keputusan Musyawarah Nasional merupakan keputusan tertinggi seluruh jajaran organisasi.

2. Keputusan Musyawarah Daerah berlaku untuk semua anggota Daerah yang bersangkutan.

BAB IX
KEPENGURUSAN DAN MASA BHAKTI PENGURUS

Pasal 33
Kepengurusan

1. Dewan Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dipilih dan diangkat oleh
Musyawarah Nasional.

2. Dewan Pengurus Daerah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dipilih dan diangkat oleh
Musyawarah Daerah.

Pasal 34
Pembina

1. Pembina diangkat oleh Musyawarah Nasional.

2. Pembina berkewajiban memberikan pertimbangan-pertimbangan dan saran kepada


Organisasi baik diminta maupun tidak.

3. Pembina mempunyat hak bicara.

4. Blia diperlukan atas usul Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat GPEI dapat mengangkat
Penasehat/Staf Ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Pasal 35
Masa Bhakti

Masa bhakti kepengurusan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia ditetapkan untuk waktu
5 (lima) tahun untuk tingkat Pusat dan Daerah dan setelah masa berlaku tersebut dapat dipilh
kembali.

BAB X

Pasal 36
Kekayaan Organisasi

Kekayaan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia diperoleh melalui :

1. Uang pangkal dan uang luran Anggota


2. Sumbangan yang tidak mengikat.
3. Usaha-usaha lain yang sah.
Pasal 37
Penggunaan Dana

1. Setiap tahun selambat-lambatnya tanggal 30 November Sekretaris Jenderal atau Wakil


Sekretaris Jenderal bersama Bendahara harus mengajukan rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja untuk disahkan Dewan Pengurus Pusat.

2. Ditingkat Organisasi Daerah kegiatan tersebut diajukan oleh Sekretaris atau Wakilnya
bersama Bendahara untuk disahkan Dewan Pengurus Daerah.

3. Tahun buku adalah tahun anggaran yang dimulai tanggal 01 Januari sampai 31 Desember.

4. Dari uang pangkal dan uang iuran anggota yang diterima oleh Dewan Pengurus Daerah atau
Perwakilan, diatur sebagai berikut:

a. 90 % (sembilan puluh) persen untuk Dewan Pengurus Daerah atau perwakilan.

b. 10 % (sepuluh) persen untuk Dewan Pengurus Pusat.

BAB XI
LAPORAN

Pasal 38
Kewajiban Membuat Laporan

1. Tiap tahun yang jatuh pada tanggal 01 April, Dewan Pengurus Daerah atau Perwakilan
menyampaikan laporan tahunannya mengenal kegiatan Organisasi dan keuangan dalam
tahun yang lampau kepada anggotanya.

2. Tiap tahun Dewan Pengurus Pusat diwajibkan menyampaikan laporan tahunan mengenal
kegiatan Organisasi dan keuangan dalam tahun yang lampau kepada Dewan Pengurus
Daerah dan Dewan Pengurus Pleno Pusat.

3. Laporan tersebut setelah disetujui oleh rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat adalah sah dan
tidak dapat digugat.

4. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan tersebut pada ayat 1 (satu) pasal ini, maka
Dewan Pengurus Daerah atau Perwakilan diwajibkan memberi segala keterangan yang
diminta oleh Dewan Pengurus Pusat.

BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 39
Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga merupakan tanggung jawab dan
hak Musyawarah Nasional.
Pasal 40
Pembubaran Organisasi

1. Pembubaran Organisasi dilakukan oleh Musyawarah Nasional yang khusus diadakan untuk
itu dan diusulkan secara tertulis 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan Pengurus Daerah.
Musyawarah Nasional tersebut harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari Dewan Pengurus Daerah dan keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari suara yang hadir.

2. Musyawarah Nasional tersebut juga menentukan penggunaan kekayaan dan harta benda
organisasi yang pelaksanaannya dilakukan oleh Panitia Likwidasi yang dibentuk dalam
Musyawarah Nasional tersebut.

BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN KHUSUS

Pasal 41
Anggaran Rumah Tangga

1. Anggaran Rumah Tangga adalah penjabaran lebih lanjut tentang ketentuan-ketentuan


Anggaran Dasar yang isinya tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.

2. Anggaran Rumah Tangga disusun dan disahkan oleh Musyawarah Nasional.

3. Hal-hal lain yang belum diatur dalain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini akan
diatur dalam suatu peraturan khusus oleh Dewan Pengurus Pusat.

BAB XIV
ATURAN PERALIHAN

Pasal 42

1. Anggaran Dasar ini disempurnakan dan disyahkan berdasarkan keputusan Musyawarah


Nasional Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia pada tanggal 08 Desember 2017 di Medan

2. Dengan Diberlakukannya Anggaran Dasar ini, maka Anggaran Dasar yang berlaku
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 43
Penutup

Anggaran Dasar ini ditetapkan mulai berlaku pada tanggal 8 Desember 2017.

PIMPINAN MUNAS G.P.E.I

Ketua Sekretaris Anggota


ANGGARAN RUMAH TANGGA

GABUNGAN PERUSAHAAN EKSPOR INDONESIA


(G.P.E.I)
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GABUNGAN PERUSAHAAN EKSPOR INDONESIA (G.P.E.I)

BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama

1. Organisasi ini bernama Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia disingkat GPEI, dalam
bahasa Inggris disebut Exporters Association of Indonesia.

2. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia didirikan pada tanggal 21 Februari 1961 untuk
waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 2
Tempat Kedudukan

1. Organisasi ini berkedudukan dan berpusat di Ibukota Republik Indonesia.

2. Di Ibukota Daerah Tingkat I dapat dibentuk Organisasi Daerah yang disebut Dewan
Pengurus Daerah (DPD).

3. Bila di Ibukota Tingkat I bukan kota Pelabuhan, maka Dewan Pengurus Daerah Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia dapat berkedudukan diluar Ibukota Propinsi.

4. Ditempat-tempat yang dianggap, perlu dapat diadakan Perwakilan.

BAB II

Pasal 3
Tugas dan Usaha

1. Tiap-tiap tugas dan usaha dilakukan berdasarkan pada program kerja.

2. Agar dapat menjalankan tugas dan usaha menurut program kerja yang telah disusun dan
disepakati, tiap Daerah dapat mengambil prakarsa dan melaporkan pelaksanaannya kepada
Dewan Pengurus Pusat.

BAB III
PENERIMAAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 4
Penerimaan

1. Calon anggota biasa dan anggota luar biasa yang telah memenuhi syarat keanggotaan
sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat 1 dan 2 Anggaran Dasar harus:

a. Mengisi formulir pendaftaran yang disediakan oleh Sekertariat Dewan Pengurus


Daerah.
b. Melunasi uang pangkal dan uang hiran pada Sekretariat Dewan Pengurus Daerah.

2. Kepada calon anggota yang diterima Menjadi anggota biasa, atau anggota luar biasa
diberikan kartu tanda anggota, lencana atau tanda-tanda lain yang dianggap sah.

Pasal 5
Anggota Kehormatan

1. Anggota kehormatan diangkat oleh Musyawarah Nasional atas usul Dewan Pengurus Pleno
Pusat.

2. Anggota kehormatan adalah perseorangan yang telah berjasa dalam memajukan organisasi
dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Berjiwa dan berkepribadian Pancasila.

b. Warga negara Indonesia

c. Bertempat kedudukan di Indonesia

d. Bukan orang yang tidak diperkenankan ikut dalam menjalankan hak pilih atau bukan
orang yang haknya untuk dipilih telah dicabut

e. Tidak berada dalam keadaan pailit.

f. Tidak pernah dihukum melakukan perbuatan pidana.

Pasal 6
Berakhirnya Keanggotaan

1. Keanggotan berakhir karena :

a. Atas permintaan sendiri

1. Anggota yang bermaksud akan mengakhiri keanggotaannya atas pemintaan sendiri,


diharuskan mengajukan permohonan berhenti secara tertulis kepada Dewan Pengurus
Daerah selambat-lambatnya dua minggu sebelum tanggal pemberhentian dimaksud.

2. Kepada anggota tersebut diberikan surat pemberhentian, maka berakhirlah kewajiban


anggota itu dan lilianglali segala hak-haknya.

b. Diberhentikan oleh Organisasi karena mencemarkan nama baik Organisasi.

2. Pemberhentian anggota :

a. Terhadap anggota yang terkena ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat lb
diatas. Dewan Pengurus Daerah mengeluarkan surat pemberhentian sementara kepada
yang bersangkutan dengan tembusan kepada Dewan Pengurus Pusat.

b. Terhadap anggota yang mendapat hukuman karena melakukan perbuatan pidana, maka
Badan Pengurus Pusat mengeluarkan surat pemberhentian tetap kepada yang
bersangkutan.
3. Hak pemberhentian anggota

Kepada anggota sebagaimana dimaksud pada ayat 2a di atas diberikan hak untuk
mengajukan pembelaan kepada Dewan Pengurus Pusat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
diterimanya keputusan pemberhentian sementara dari Dewan Pengurus Daerah.

4. Keputusan Dewan Pengurus Pusat :

Setelah mempelajari keputusan pemberhentian sementara dari Dewan Pengurus Daerah


maupun pembelaan dari anggota yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat
2a, maka Dewan Pengurus Pusat mengeluarkan keputusan menetapkan pemberhentian
tersebut atau membatalkannya.

5. Anggota kehormatan berhenti karena :

a. Atas permintaan sendiri.

b. Meninggal dunia.

c. Keputusan Dewan Pengurus Pleno Pusat atas usul Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 7
Pemberhentian Anggota Badan Pengurus

1. Anggota Dewan Pengurus Pusat dapat diberhentikan atas keputusan Musyawarah Nasional
setelah mendengar pertimbangan Dewan Pengurus Pusat.

2. Anggota Dewan Pengurus yang melanggar ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga atau ketentuan lain yang diputuskan Musyawarah Nasional atau rapat
Dewan Pengurus Pleno Pusat atau yang melakukari pelanggaran Hukum dapat
diberhentikan sementara oleh Musyawarah Nasional.

3. Anggota Dewan Pengurus Daerah dapat diberhentikan atas keputusan Musyawarah Daerah
setelah mendengar pertimbangan Dewan Pengurus Daerah.

4. Anggota Dewan Pengurus yang mengundurkan diri atas permintaan sendiri atau
diberhentikan dengan hormat dari Organisasi.

BAB IV

Pasal 8
Pimpinan Organisasi

 Organisasi Pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP).


 Organisasi Daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD).
 Perwakilan Organisasi dipimpin oleh Kepala Perwakilan.
BAB V
TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 9
Tugas Dan Kewajiban Dewan Pengurus Pusat

1. Ketua Umum dan Ketua-ketua Dewan Pengurus Pusat memimpin tugas sehari-hari dipimpin
oleh Sekertaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal.

2. Apabila Ketua Umum atau Ketua-ketua juga berhalangan untuk memimpim rapat atau tugas
sehari-hari, maka pelaksanaan pimpinan rapat ataupun tugas sehari-hari dipimpin Wakil
Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal.

3. Ketua Umum atau Dewan Pengurus Pusat mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya


pada rapat Badan Pengurus Pusat.

4. Ketua Umum atau Ketua Dewan Pengurus Pusat bersama Sekretaris Jenderal atau Wakil
Sekretaris Jenderal menandatangani Surat keluar, kecuali apabila ada ketentuan lain atau hal
khusus.

5. Salah seorang Ketua Dewan Pengurus Pusat menggantikan Ketua Umum untuk memimpin
rapat apabila Ketua berhalangan hadir demiklan pula untuk melaksanakan tugas sehari-hari.

Pasal 10
Tugas Dan Kewajiban Sekretaris Jenderal

1. Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal mengatur tugas sehari-hari dan
menandatangani surat keluar bersama Ketua Umum, kecuali terdapat ketentuan lain atau hal
khusus.

2. Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal membicarakan dengan Ketua Umum
tentang surat masuk, kecuali surat tersebut minta penyelesaian segera.

3. Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal merencanakan dan menyiapkan acara
rapat menyernpurnakan keputusan rapat dan mengirimkan segala sesuatu secara teratur dan
tepat waktu kepada para anggota Dewan Pengurus Pusat maupun Dewan Pengurus Daerah.

4. Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal adalah Anggota Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 11
Tugas Dan Kewajiban Dewan Pengurus Daerah

1. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah bersama Sekretaris Daerah atau Wakil
Sekretaris Daerah memimpin tugas sehari-hari.

2. Apabila Ketua dan Wakil Ketua juga berhalangan untuk memimpin rapat atau tugas sehari-
hari, maka pelaksanaan pimpinan rapat dan tugas sehari-hari dipimpin oleh Sekretaris
Daerah dan seorang anggota Dewan Pengurus Daerah.

3. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah secara bersama


mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pada rapat Badan Pengurus Daerah.
4. Ketua dan Wakil Ketua Baden Pengurus Daerah bersama Sekretaris Daerah atau Wakil
Sekretaris Daerah menandatangani surat keluar, kecuali apabila ada ketentuan lain atau hal
khusus.

5. Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah menggantikan Ketua untuk memimpin rapat jika
Ketua berhalangan hadir, begitu pula dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Pasal 12
Tugas Dan Kewajiban Sekretaris Daerah

1. Sekretaris Daerah atau Wakil Sekretaris Daerah mengatur tugas sehari-hari dan
menandatangani surat keluar bersama Ketua Dewan Pengurus daerah, kecuali terdapat
ketentuan lain atau hal khusus.

2. Sekretaris Daerah atau Wakil Sekretaris Daerah membicarakan dengan Ketua Dewan
Pengurus Daerah tentang surat masuk, kecuali surat tersebut minta penyelesaian segera.

3. Sekretaris Daerah atau wakil Sekretaris Daerah mengupayakan dan menyiapkan acara rapat,
menyempurnakan keputusan rapat den mengirimkan segala sesuatu secara teratur dan tepat
waktu kepada para anggota Dewan Pengurus Daerah dan anggota.

4. Sekretaris Daerah dan Wakil Sekretaris Daerah adalah Kepala Sekretariat Organisasi Daerah
dan mengadakan pembagian tugas dengan pembantu-pembantunya.

Pasal 13
Pengurus Sementara

1. Bagi Dewan Pengurus Daerah yang masih dalam proses pembentukan, Dewan Pengurus
Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dapat menunjuk Pengurus sementara yang
diberi mandat untuk membentuk Pengurus tetap melalui Musyawarah Daerah.

2. Mandat tersebut berlaku untuk 3 (tiga) bulan, bilamana dianggap perlu, Dewan Pengurus
Pusat Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia dapat memperbaharui mandat tersebut.

Pasal 14
Pergantian Antar Waktu

1. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka Jabatan Ketua Umum dijabat oleh salah
seorang Ketua yang ditetapkan dalam rapat Dewan Pengurus Pusat.

2. Apabila Ketua Dewan Pengurus Daerah berhalangan tetap, maka Jabatan Ketua dijabat oleh
salah seorang Wakil Ketua yang ditetapkan dalam rapat Dewan Pengurus Daerah.

BAB VI
MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 15
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima)


tahun.
2. Pelaksanaan Musyawarah Nasional ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat Gabungan
Perusahaan Ekspor Indonesia.

3. Untuk meenghadiri Musyawarah Nasional, Dewan Pengurus Daerah menentukan Wakil


sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dengan surat mandat.

4. Musyawarah Nasional mengadakan pemilihan dan pengangkatan Dewan Pengurus Pusat


Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia, penyusunan Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan
Ekspor Indonesia dilakukan dengan sistem formateur.

Pemungutan dilakukan
a. Secara lisan;
b. Secara tertulis;

Pemilihan formateur diadakan dengan cara:


a. Musyawarah untuk mufakat.
b. Pemungutan suara, bebas dan rahasla secara tertulis kecuali apabila disetujui secara
aklamasi.

5. Formateur dapat terdiri dari


a. Satu orang (Tunggal)
b. Tiga orang

6. Tiap peserta yang sah mempunyai I (satu) hak spara.

Pasal 16
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah, diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima)


tahun.

2. Penentuan waktu, tempat dan acara ditentukan oleh Dewan Pengurus Daerah.

3. Bile keputusan Musyawarah Daerah diambil melalui pemungutan suara, maka setiap
peserta Musyawarah Daerah yang sah mempunyai 1 (satu) hak suara.

4. Ketetapan lainnya diatur sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar Pasal 17.

Pasal 17
Rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat

1. Tempat, waktu, dan acara rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat ditentukan oleh Dewan
Pengurus Pusat.

2. Dalam hal Ketua Dewan Pengurus Daerah berhalangan menghadiri rapat Dewan Pengurus
Pleno Pusat. Ketua Dewan Pengurus Daerah dapat menunjuk Pengurus lain dengan memberl
mandat.
Pasal 18
Sanksi Pengurus Pusat Atau Daerah

1. Anggota Dewan Pengurus Pusat atau Daerah yang tiga kali berturut-turut tidak menghadiri
rapat Dewan Pengurus dengan tidak memberitahukan dan atau tidak mempunyai atasan
yang sah, diberi peringatan secara tertulis.

2. Apabila peringatan tertulis sudah diberikan untuk ketiga kalinya. tetapi yang bersangkutan
masih juga tidak hadir dalam rapat. Pengurus yang bersangkutan dapat diberhentikan
sementara.

BAB VII

Pasal 19
Notulen Rapat

1. Notulen rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat disusun oleh Sekretaris Jenderal atau Wakil
Sekretaris Jenderal, yang memuat nama anggota Dewan Pengurus Pleno Pusat, Dewan
Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah, yang hadir maupun yang tidak hadir dengan
pemberitahuan, demikian pula yang tidak hadir tanpa pemberitahuan, dan laporan lengkap
atau ringkasan tentang hal-hal yang dibicarakan dalam rapat serta keputusan-keputusan
rapat.

2. Notulen rapat Dewan Pengurus Daerah disusun oleh Sekretaris Daerah atau Wakil
Sekretaris Daerah yang memuat nama anggota Dewan Pengurus Daerah yang hadir dan
yang tidak hadir dengan pemberitahuan dan yang tidak hadir tanpa pemberitahuan, serta
laporan lengkap atau ringkasan tentang hal-hal yang dibicarakan dalam rapat maupun
keputusan rapat.

3. Peserta berhak minta dicatat dalam notulen bahwa yang bersangkutan tidak menyetujui
sesuatu keputusan.

4. Pada akhir rapat Ketua Umum atau salah satu Ketua membacakan kesimpulan atas
keputusan-keputusan rapat, hal mana dapat juga dilakukan oleh Sekretaris Jenderal atau
Wakil Sekretaris Jenderal.

5. Untuk Dewan Pengurus Daerah pada akhir rapat, Ketua atau Wakil Ketua membacakan
kesimpulan atas keputusan-keputusan rapat, hal mana dapat juga dilakukan oleh Sekretaris
Daerah atau Wakil Sekretaris Daerah.

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 20
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Pusat

1. Keuangan Organisasi Pusat dibawah pengawasan Dewan Pengurus Pusat. Dewan Pengurus
Pusat tiap tahun mengajukan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi yang
akan datang kepada Rapat Dewan Pengurus Pusat.

2. Tiap tahun Dewan Pengurus Pusat mengajukan kepada rapat Dewan Pengurus Pusat tentang
pertanggung-jawaban keuangan tahun lalu selambat-lambatnya pada tanggal 31 Maret.

Pasal 21
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

1. Keuangan Dewan Pengurus Daerah berada dibawah pengawasan Dewan Pengurus Daerah.
Dewan Pengurus Daerah tiap tahun mengajukan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Organisasi Daerah yang akan datang kepada Rapat Dewan Pengurus Daerah.

2. Tiap tahun Pengurus Daerah mengajukan kepada rapat Dewan Pengurus Daerah tentang
pertanggung-jawaban keuangan tahun lalu selambat-lambatnya pada tanggal 31 Maret.

Pasal 22
Pengawasan Dan Penggunaan Dana

1. Guna meneliti penggunaan keuangan bila perlu dapat dibentuk suatu komisi pemeriksaan
(Komisi Veriflkasi) yang anggotanya dipilih dari anggota Dewan Pengurus Pusat untuk
tingkat Pusat dan Dewan Pengurus Daerah untuk tingkat Daerah yang anggotanya
sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang.

2. Semua uang disimpan dibank, kecuali uang keperluan sehari-hari tidak melebihi jumlah
Rp. 5.000.000, (lima juta rupiah) disimpan dalam kas harian Sekretariat.

3. Segala pengeluaran uang dari bank (pengeluaran berupa cheque. atau giro) harus ditanda
tangani oleh dua orang yaitu Ketua Umum dan salah seorang Pengurus yang ditunjuk
ditingkat Pusat atau Ketua dan salah seorang Pengurus yang ditunjuk ditingkat Daerah.

Pasal 23
Uang Pangkal Dan Iuran

1. Calon anggota biasa dan calon anggota luar biasa diwajibkan membayar uang pangkal
kepada Organisasi Daerahnya masing-masing, yang besarnya ditetapkan oleh Organisasi
Daerah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah.
Pada waktu mengajukan formulir keanggotaan, uang pangkal dan uang iuran harus dibayar
lunas.

2. Bila ternyata karena sesuatu hal calon anggota tersebut tidak diterima menjadi anggota,
maka uang pangkal dan uang iuran itu dikembalikan.

3. Anggota Organisasi diwajibkan membayar uang iuran setiap bulan kepada Organisasi
Daerah masing-masing yang besarnya ditetapkan oleh Organisasi Daerah.

4. Anggota yang dengan sengaja melalaikan pembayaran uang iuran selama 6 (enam) bulan
berturut-turut dapat diberhentikan oleh Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 24
Sumber Keuangan Lain-lain

1. Uang pangkal dan uang iuran yang jumlahnya telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada
pasal 23 ditetapkan pembagiannya :
a. Dewan Penguins Daerah/Perwakilan sebesar 80% (delapan puluh persen)

b. Dewan Pengurus Pusat sebesar 20% (dua puluh persen).

Khusus untuk DKI Jakarta diatur sebagai berikut :

a. Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta sebesar 75% (tujuh puluh lima persen).

b. Dewan Pengurus Pusat sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Bilamana diperlukan, Dewan pengurus Pusat dapat menentukan jumlah persentase yang
lain setelah memperhatikan keadan keuangan Badan Pengurus Daerah DKI Jakarta.

2. Untuk memperkuat keuangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus
Daerah dibenarkan mengadakan upaya tersendiri yang sah tidak mengikat sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Setiap usaha dari Dewan Pengurus Daerah untuk menarik sumber keuangan lain, selain dari
uang pangkal dan uang iuran harus dilaporkan kepada Dewan Pengurus Pusat.

BAB IX
LAPORAN

Pasal 25
Kewajiban Membuat Laporan

1. Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal membuat laporan tahunan. Ketua Umum
atau Ketua menyerahkan laporan tersebut kepada Dewan Pengurus Pusat.

2. Laporan yang telah disetujui oleh Dewan Pengurus Pusat tersebut disampaikan kepada
segenap anggota yang harus disahkan oleh rapat Dewan Pengurus Pleno Pusat.

3. Sekretaris Daerah atau Wakil Sekretaris Daerah membuat laporan tahunan, dan oleh Ketua
atau Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah menyampaikan laporan tersebut kepada
anggota untuk disahkan pada rapat Dewan Pengurus Daerah berikutnya dan diteruskan
kepada rapat Dewan Pengurus Plano Pusat.

BAB X

Pasal 26
Peraturan Organisasi

1. Pimpinan, para anggota dan para pegawai organisasi dilarang memberitahukan kepada
pihak ketiga hal-hal yang harus dirahasiakan menurut ketentuan organisasi.

2. Hal-hal yang belum diatur didalam Anggaran Rumah tangga ini ditetapkan oleh Dewan
Pengurus Pusat sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
BAB XI

Pasal 27
Perubahan Anggaran Rumah Tangga

1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga merupakan tanggungjawab dan hak musyawarah


nasional sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar Pasal 39.

2. Dengan diberlakukannya Anggaran Rumah Tangga ini maka Anggaran Rumah Tangga yang
berlaku sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

BAB XII

Pasal 28
Penutup

Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan mulai berlaku pada tanggal : 08 Desember 2017

PIMPINAN MUNAS GPEI

Ketua Sekretaris Anggota

Vous aimerez peut-être aussi