Vous êtes sur la page 1sur 11

TERAPI OKSIGEN

I. Pendahuluan
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan obat oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan, dengan cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem
respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan.1

Pada kegawatan kardiopulmoner, pemberian oksigen harus dilakukan secepatnya. Oksigen


dibutuhkan dalam metabolisme aerob untuk menghasilkan energi. Oksigen yang terdapat
dalam udara bebas sebesar 21% dengan tekanan parsial 150 mmHg,1 sehingga pada keadaan
kegawatan kardiopulmoner yang mengakibatkan hiposemia dan hipoksia jaringan perlu
diperbaiki dengan peningkatan fraksi oksigen dalam udara inspirasi (FiO2) dan peningkatan
tekanan oksigen dalam udara inspirasi (PO2).2

Perjalanan oksigen dari udara luar sampai pemanfaatan di dalam sel untuk metabolisme di
dalam tubuh harus melalui tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Difusi yaitu
perpindahan oksigen melewati membrane alveoli-kapiler, terjadi karena adanya perbedaan
tekanan O2 di alveoli (PAO2) dan di darah arteri (PaO2). PAO2 dapat ditingkatkan dengan
pemberian oksigen, dengan demikian peningkatan perbedaan tekanan sepanjang membran
akan memperbaiki PaO2. 2

Oksigen pertama kali diisolasi oleh Joseph Priestley, kemudian pertama kali digunakan
sebagai obat pada tahun 1794 oleh Thomas Beddoes. Selanjutnya digunakan dalam pelayanan
anesthesia pada tahun 1868 oleh EW Andrews dan dipopulerkan untuk pneumonia pada tahun
1885 oleh GE Holtzapple. 1

Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan memakai berbagai alat. Keefektifan masing –
masing alat ditentukan oleh kemampuan alat untuk menghantarkan oksigen dengan kecepatan
aliran yang cukup tinggi untuk mengimbangi kecepatan aliran inspirasi pada nafas spontan. 2
II. Indikasi Terapi Oksigen
Secara umum indikasi klinis terapi oksigen diberikan pada pasien yang menderita ketidak-
adekuatan oksigenasi jaringan yang terjadi akibat :1
1. Gagal nafas; akibat sumbatan jalan nafas, depresi pusat nafas, penyakit saraf otot,
Trauma toraks atau penyakit pada paru, misalnya ARDS
2. Kegagalan transportasi oksigen; akibat syok (kardiogenik, hipovolemik dan septik),
infark otot jantung, anemia atau keracunan CO
3. Kegagalan ekstraksi oksigen oleh jaringan akibat keracunan sianida
4. Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen, seperti pada luka bakar, trauma
ganda, infeksi berat, penyakit keganasan, kejang demam, dll
5. Pasca anestesia terutama anestesia umum dengan gas gelak atau N2O

Dengan demikian tujuan terapi oksigen pada keadaan-keadaan seperti tersebut diatas
adalah untuk :1

1. Mengoreksi hipoksemia
2. Mencegah hipoksemia
3. Mengobati keracunan karbon monoksida
4. Fasilitas absorpsi gas dari jaringan dan rongga – rongga

III. Teknik dan Alat Terapi Oksigen

Pemilihan teknik dan alat yang akan digunakan sangat ditentukan oleh kondisi pasien yang
akan diberikan terapi oksigen. Teknik dan alat yang digunakan dalam terapi oksigen
hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :1

1. Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen udara inspirasi


2. Tidak menyebabkan akumulasi CO2
3. Tahanan terhadap pernafasan minimal
4. Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen
5. Diterima dan enak dipakai oleh pasien

Berdasarkan kriteria tersebut alat – alat terapi oksigen digolongkan menjadi :

A. Berdasarkan Fraksi Oksigen


1. Sistem Fixed Performance

Fraksi oksigen alat ini tidak tergantung pada kondisi pasien. Berdasarkan aliran gasnya
alat ini dibagi menjadi :

a. Aliran tinggi, misal pada sungkup venturi


b. Aliran rendah, pada mesin anestesi
2. Sistem Variable Performance

Fraksi oksigennya tergantung pada aliran oksigennya, faktor alat dan kondisi pasien. Alat
ini ada tiga jenis :

a. Sistem no capacity, misalnya : kanul atau kateter hidung atau trakea


b. Sistem small capacity, misalnya : kateter atau kanul dengan aliran tinggi dan sungkup
semi rigid
c. Sistem large capacity, misalnya : penumask, polymask

B. Berdasarkan Ada Tidaknya Hirupan Kembali Udara Ekspirasi


1. Sistem Non Rebreathing
Pada sitem ini kontak antara udara inspirasi dengan udara ekspirasi sangat
minimal. Udara ekspirasi langsung keluar ke udara atmosfir melalui katup searah
yang dipasang pada hubungan antara pengalir gas dengan mulut atau hidung
pasien. Untuk itu harus diberikan aliran gas yang cukup agar volume semenit dan
laju aliran puncak yang dibutuhkan terpenuhi atau memasang kantung penampung
udara inspirasi yang memungkinkan penambahan sejumlah gas bila diperlukan.1

2. Sistem Rebreathing
Pada sistem ini, udara ekspirasi yang ditampung pada kantung penampung yang
terletak pada pipa jalur ekspirasi, dihirup kembali setelah CO 2 diserap oleh
penyerap CO2 selanjutnya dialirkan kembali ke pipa jalur inspirasi.1

C. Berdasarkan Kecepatan Aliran


1. Sistem Aliran Oksigen Tinggi
Sistem ini menggunakan sungkup venturi yang mempunyai kemampuan menarik udara
kamar pada perbandingan tetap dengan aliran oksigen sehingga mampu memberikan aliran
total gas yang tinggi dengan FiO2 yang tetap. Keuntungan alat ini adalah : FiO 2 ysng
diberikan stabil dan mampu mengendalikan suhu dan humidifikasi udara inspirasi, sedangkan
kelemahannya adalah : alat ini mahal, mengganti seluruh alat apabila ingin mengubah FiO 2
dan tidak enak bagi pasien.1

2. Sistem Aliran Oksigen Rendah


Sebagian dari volume tidal berasal dari udara kamar. Alat ini memberikan FiO 2 21% -
90%, tergantung dari aliran gas oksigen dan tambahan aksesoris seperti kantong penampung.
Alat yang umum digunakan dalam sistem ini adalah kanul nasal dan sungkup muka dengan
atau tanpa kantung penampung. Alat ini digunakan pada pasien dengan kondisi stabil, volume
tidalnya berkisar antara 300 – 700 ml (dewasa) dan pola nafasnya teratur.1
Pemberian oksigen dapat dibagi menjadi dua, tanpa memakai alat dan dengan memakai
alat. Pemberian oksigen dengan memakai alat dapat dibagi lagi menjadi dua invasif dan non
invasif.
1. Pemberian Oksigen Tanpa Alat
a. Mouth to mouth, konsentrasi O2 yang dapat diberikan 16%
b. Mouth to nose, konsentrasi O2 yang dapat diberikan 16%

2. Pemberian Oksigen Dengan Alat


a. Non – invasif
i. Kanul nasal (gambar 1)
Termasuk pada sistem non rebreathing, no capacity dan aliran rendah. 1 melalui kanula
nasal oksigen yang dialirkan dapat diatur dengan kecepatan aliran antara 1-6 liter/menit untuk
menambah oksigen dari udara kamar yang diinspirasi pasien. 2 Konsentrasi yang diinspirasi
pasien disebut fraksi oksigen inspirasi (FiO2), tergantung dari kecepatan aliran dan ventilasi
semenit dari pasien.2

Gambar 1. Kanul Nasal.3


Peningkatan kecepatan aliran oksigen 1 liter per menit akan meningkatkan konsentrasi
oksigen sebesar 4% (Tabel 1). Pemberian aliran yang lebih tinggi dapat berakibat
menegeringkan dan mengiritasi mukosa nasal.2

Tabel 1. Kecepatan Aliran dan Persentase Oksigen Kanul Nasal1,2

No. Kecepatan Aliran % Oksigen

1. 1 L/menit 21 – 24%
2. 2 L/menit 25 – 28%
3. 3 L/menit 29 – 32%
4. 4 L/menit 33 – 36%
5. 5 L/menit 37 – 40%
6. 6 L/menit 41 – 44%

ii. Sungkup Muka Sederhana


Sungkup muka sederhana atau dikenal dengan sungkup muka Hudson. Sungkup muka ini
mempunyai lubang tempat pipa saluran masuk O2 di dasarnya dan lubang – lubang kecil di
sekeliling sungkup muka.2 (Gambar 2)

Gambar 2. Sungkup Muka Sederhana.4


Oksigen dapat dialirkan dengan kecepatan 6 – 10 L/menit dengan FiO2 yang dicapai
sekitar 35 – 60%. Bila kecepatan aliran oksigen kurang dari 6 L/menit akan terjadi
penumpukan CO2 akibat terjadi dead space mekanik. Alat ini termasuk sistem oksigen –
sedang, aliran tinggi.2
iii. Sungkup Muka Dengan Kantung Reservoir
Sungkup muka ini terdiri atas sungkup muka sederhana yang dilengkapi dengan kantong
reservoir oksigen pada dasar sungkup muka dan satu katup satu arah yang terletak pada
lubang disamping sungkup dan satu lagi katup satu arah terletak diantara kantung reservoir
dengan sungkup muka.2 (Gambar 3) Pada saat inspirasi, katup yang terletak di bagian
samping sungkup muka menutup sehingga seluruh gas inspirasi berasal dari kantung
reservoir, sedangkan katup yang berada di antara kantung reservoir dan sungkup menutup
sehingga gas ekspirasi tidak masuk ke kantong reservoir tetapi dipaksa keluar melewati
lubang lubang kecil disamping sungkup. Pada sistem ini aliran oksigen terus menerus akan
mengisi kantung reservoir.

Gambar 3. Sungkup Muka Dengan Kantung Reservoir5


Kantung reservoir tersebut bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen udara
inspirasi, alat ini digunakan apabila memerlukan FiO2 antara 60 – 90%.1 Kecepatan aliran
pada sungkup ini sebesar 9 – 15 L/menit dan dapat memberikan konsentrasi sebesar 90 –
100%.2 (Tabel 2) Alat ini termasuk kelompok large capacity dan non rebreathing.1
Tabel 2. Kecepatan Aliran dan Persentase Oksigen Sungkup Muka Dengan Reservoir 1,2

No. Kecepatan Aliran % Oksigen

1. 6 L/menit 60 %
2. 7 L/menit 70%
3. 8 L/menit 80%
4. 9 L/menit 90%
5. 10 – 15 L/menit 95 – 100%

iv. Sungkup Muka Venturi


Alat ini relatif mahal dibandingkan dengan beberapa alat, sungkup muka venturi terdiri
dari sungkup muka dan mixing jet.1,2 (gambar 4)

Gambar 4. Sungkup Muka Venturi6

Kelebihan dengan alat ini FiO2 yang diberikan dapat dikendalikan, tidak tergantung dari
aliran gas oksigen yang diberikan. 1,2 Oksigen yang dibeerikan dapat diatur berkisar 24%,
28%, 35% dan 40% dengan kecepatan aliran 4 – 8 liter/menit, dan 45 – 50% dengan
kecepatan aliran 10 – 12 liter/menit. (Tabel 3)

Tabel 3. Kecepatan Aliran dan Persentase Oksigen Sungkup Muka Venturi 2

No. Kecepatan Aliran % Oksigen

1. 4 – 8 L/menit 24 – 40%
2. 10 – 12 L/menit 40 – 50%
Sungkup muka ini paling berguna pada pasien dengan PPOK yang diketahui memerlukan
sedikit hipoksemia untuk menjaga pacu respirasi. Sehingga diperlukan pemberian titrasi FiO 2
untuk memperbaiki saturasi O2 tanpa menekan ventilasi semenit.2 Alat ini termasuk sistem
oksigen terkendali, aliran tinggi.2

v. Kateter Nasal
Alat ini mirip denga n kanul nasal, sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya.
Tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan usia dan jenis kelamin dari pasien. Untuk anak
– anak digunakan kateter nomor 8 – 10 F, untuk wanita digunakan nomor 10 – 12 F dan untuk
1
pria digunakan nomor 12 – 14 F. Fraksi oksigen yang dihasilkan sama seperti kanul nasal.
(Gambar 5)

Gambar 5. Kateter Nasal7


b. Invasif
i. Endotracheal Tube
Pipa trachea (Endotracheal Tube) dapat dimasukkan melalui mulut (Orotracheal Tube)
atau melalui hidung (nasotracheal tube).8 (gambar 6 dan 7)

Gambar 6. Pipa Endotrakeal9


Gambar 7. Nasotracheal Tube10

Kegunaan dari pipa endotracheal adalah :2


1. Memelihara jalan nafas atas terbuka
2. Membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi
3. Memfasilitasi pemberian ventilasi dengan volume tidal yang tepat untuk memelihara
pengembangan paru yang adekuat
4. Mencegah jalan nafas dari aspirasi isi lambung atau benda padat atau cairan dari
mulut, kerongkongan atau jalan nafas atas
5. Mempermudah penyedotan dalam trakea
6. Sebagai alternatif memasukkan obat

Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran dan perkiraan ukuran yang diperlukan, dapat
dilihat pada tabel 4 :

Tabel 4. Ukuran Pipa Trakea Berdasarkan Usia8

Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai Bibir


(cm)

Prematur 2 – 2.5 10 10
Neonatus 2.5 – 3.5 12 11
1 – 6 bulan 3–4 14 11
½ - 1 tahun 3.5 16 12
1 – 4 tahun 4–5 18 13
4 – 6 tahun 4.5 – 5.5 20 14
6 – 8 tahun 5 – 5.5* 22 15 – 16
8 – 10 tahun 5.5 – 6* 24 16 – 17
10 – 12 tahun 6 – 6.5* 26 17 – 18
12 – 14 tahun 6.5 – 7 28 – 30 18 – 22
Dewasa wanita 6.5 – 8.5 28 – 30 20 – 24
Dewasa pria 7.5 – 10 32 - 34 20 – 24

(*) tersedia dengan atau tanpa kaf

Cara memilih pipa trakea untuk bayi dan anak kecil :8


Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + ¼ umur (tahun)
Panjang pipa orotracheal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)
Panjang pipa nasotracheal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)

ii. Sungkup Laring (LMA)


Sungkup Laring atau Laryngeal Mask Airway (LMA) merupakan pipa yang ujungnya
berbentuk sungkup dengan balon yang bisa dikembangkan dengan memiliki berbagai ukuran
sesuuai usia pasien.2 (gambar 8 dan tabel 5)

Gambar 8. Laryngeal Mask Airway11


Tabel 5. Ukuran LMA8

Ukuran Usia Berat (Kg)

1.0 neonatus <3


1.3 Bayi 3 – 10
2.0 Anak kecil 10 – 20
2.3 Anak 20 – 30
3.0 Dewasa kecil 30 – 40
4.0 Dewasa normal 40 – 60
5.0 Dewasa besar >60
Dikenal 2 macam sungkup laring, yaitu :8
1. Sungkup laring standar dengan satu pipa nafas
2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa nafas standar dan lainnya pipa
tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan esofagus.

LMA dimasukkan ke dalam faring tanpa laringoskop sampai terasa ada tahanan. Adanya
tahanan menunjukkan ujung distal pipa sampai pada hipofaring dan balon segera
dikembangkan sehingga mendorong sungkup menutupi pembukaan trakea, dan menjadikan
tidak ada kebocoran. Pemberian ventilasi terjadi lewat lubang yang ada pada bagian tengah
sungkup LMA.2
Indikasi pemasangan LMA adalah :2
1. Ketidakmampuan penolong memberikan ventilasi dengan alat kantung nafas sungkup
muka.
2. Henti nafas dan henti jantung.

iii. Pipa esofagus – trakea (combitude)


Combitude merupakan pipa dengan dua lumen dan dua balon. Pipa ini dipasang tanpa
perlu memvisualisasi pita suara. (gambar 9) Satu lumen mempunyai lubang – lubang ventilasi
di sisi pipa pada tingkat hipofaring dan ujung distalnya buntu. Satu lumen lainnya
mempunyai ujung yang terbuka.
Bila combitude dimasukkan ke dalam mulut dan balon faring dikembangkan, balon akan
berada diantara dasar lidah dan palatum mole, sehingga combitude berada pada posisi yang
tepat dan memisahkan orofaring dari hipofaring. Pengembangan balon esofagus akan
memisahkan trakea atau esofagus. Combutude lebih sering masuk ke dalam esofagus
dibandungkan ke dalam trakea. Kontraindikasi dari penggunaan combitude adalah pasien
dengan refleks – refleks faring atau laring.

Gambar 9. Combitude12

IV. Pemantauan Pemberian Oksigen


Untuk memantau keefektifan pemberian oksigen dan membantu titrasi konsentrasi oksigen
inspirasi, dapat dengan pemeriksaan invasif yaitu analisis gas darah dan secara non – invasif
dengan alat oksimetri denyut.2
Penggunaan oksimetri denyut dapat pula sebagai petunjuk pemilihan alat oksigenasi
(Tabel 6).

Tabel 6. Pemilihan Alat Oksigen Berdasarkan Nilai Oksimetri Denyut2

Nilai Oksimetri Denyut Arti Klinis Pilihan Alat

95 – 100% Dalam batas normal O2 4 L/menit, kanul nasal


90 - < 95% Hiposia ringan sampai Sungkup muka sederhana
sedang
85 – < 90% Hipoksia sedang sampai - Sungkup muka
berat dengan reservoir
- Ventilasi bantu
< 85% Hipoksia berat mengancam - Ventilasi dibantu
nyawa

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangku G, Senapathi AGT. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks. Jakarta.
2010
2. Karo S, Rahajoe UA, Sulistyo S. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung
Lanjut. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2008
3. http://nursingbegin.com/wp-content/uploads/2009/07/nasal-oxygen.jpg
4. Latief AS, Suryadi AK, Dachlan RM. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua.
Cetakan ke-5. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010

Vous aimerez peut-être aussi