Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan obat oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan, dengan cara meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem
respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan.1
Perjalanan oksigen dari udara luar sampai pemanfaatan di dalam sel untuk metabolisme di
dalam tubuh harus melalui tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Difusi yaitu
perpindahan oksigen melewati membrane alveoli-kapiler, terjadi karena adanya perbedaan
tekanan O2 di alveoli (PAO2) dan di darah arteri (PaO2). PAO2 dapat ditingkatkan dengan
pemberian oksigen, dengan demikian peningkatan perbedaan tekanan sepanjang membran
akan memperbaiki PaO2. 2
Oksigen pertama kali diisolasi oleh Joseph Priestley, kemudian pertama kali digunakan
sebagai obat pada tahun 1794 oleh Thomas Beddoes. Selanjutnya digunakan dalam pelayanan
anesthesia pada tahun 1868 oleh EW Andrews dan dipopulerkan untuk pneumonia pada tahun
1885 oleh GE Holtzapple. 1
Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan memakai berbagai alat. Keefektifan masing –
masing alat ditentukan oleh kemampuan alat untuk menghantarkan oksigen dengan kecepatan
aliran yang cukup tinggi untuk mengimbangi kecepatan aliran inspirasi pada nafas spontan. 2
II. Indikasi Terapi Oksigen
Secara umum indikasi klinis terapi oksigen diberikan pada pasien yang menderita ketidak-
adekuatan oksigenasi jaringan yang terjadi akibat :1
1. Gagal nafas; akibat sumbatan jalan nafas, depresi pusat nafas, penyakit saraf otot,
Trauma toraks atau penyakit pada paru, misalnya ARDS
2. Kegagalan transportasi oksigen; akibat syok (kardiogenik, hipovolemik dan septik),
infark otot jantung, anemia atau keracunan CO
3. Kegagalan ekstraksi oksigen oleh jaringan akibat keracunan sianida
4. Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen, seperti pada luka bakar, trauma
ganda, infeksi berat, penyakit keganasan, kejang demam, dll
5. Pasca anestesia terutama anestesia umum dengan gas gelak atau N2O
Dengan demikian tujuan terapi oksigen pada keadaan-keadaan seperti tersebut diatas
adalah untuk :1
1. Mengoreksi hipoksemia
2. Mencegah hipoksemia
3. Mengobati keracunan karbon monoksida
4. Fasilitas absorpsi gas dari jaringan dan rongga – rongga
Pemilihan teknik dan alat yang akan digunakan sangat ditentukan oleh kondisi pasien yang
akan diberikan terapi oksigen. Teknik dan alat yang digunakan dalam terapi oksigen
hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :1
Fraksi oksigen alat ini tidak tergantung pada kondisi pasien. Berdasarkan aliran gasnya
alat ini dibagi menjadi :
Fraksi oksigennya tergantung pada aliran oksigennya, faktor alat dan kondisi pasien. Alat
ini ada tiga jenis :
2. Sistem Rebreathing
Pada sistem ini, udara ekspirasi yang ditampung pada kantung penampung yang
terletak pada pipa jalur ekspirasi, dihirup kembali setelah CO 2 diserap oleh
penyerap CO2 selanjutnya dialirkan kembali ke pipa jalur inspirasi.1
1. 1 L/menit 21 – 24%
2. 2 L/menit 25 – 28%
3. 3 L/menit 29 – 32%
4. 4 L/menit 33 – 36%
5. 5 L/menit 37 – 40%
6. 6 L/menit 41 – 44%
1. 6 L/menit 60 %
2. 7 L/menit 70%
3. 8 L/menit 80%
4. 9 L/menit 90%
5. 10 – 15 L/menit 95 – 100%
Kelebihan dengan alat ini FiO2 yang diberikan dapat dikendalikan, tidak tergantung dari
aliran gas oksigen yang diberikan. 1,2 Oksigen yang dibeerikan dapat diatur berkisar 24%,
28%, 35% dan 40% dengan kecepatan aliran 4 – 8 liter/menit, dan 45 – 50% dengan
kecepatan aliran 10 – 12 liter/menit. (Tabel 3)
1. 4 – 8 L/menit 24 – 40%
2. 10 – 12 L/menit 40 – 50%
Sungkup muka ini paling berguna pada pasien dengan PPOK yang diketahui memerlukan
sedikit hipoksemia untuk menjaga pacu respirasi. Sehingga diperlukan pemberian titrasi FiO 2
untuk memperbaiki saturasi O2 tanpa menekan ventilasi semenit.2 Alat ini termasuk sistem
oksigen terkendali, aliran tinggi.2
v. Kateter Nasal
Alat ini mirip denga n kanul nasal, sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya.
Tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan usia dan jenis kelamin dari pasien. Untuk anak
– anak digunakan kateter nomor 8 – 10 F, untuk wanita digunakan nomor 10 – 12 F dan untuk
1
pria digunakan nomor 12 – 14 F. Fraksi oksigen yang dihasilkan sama seperti kanul nasal.
(Gambar 5)
Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran dan perkiraan ukuran yang diperlukan, dapat
dilihat pada tabel 4 :
Prematur 2 – 2.5 10 10
Neonatus 2.5 – 3.5 12 11
1 – 6 bulan 3–4 14 11
½ - 1 tahun 3.5 16 12
1 – 4 tahun 4–5 18 13
4 – 6 tahun 4.5 – 5.5 20 14
6 – 8 tahun 5 – 5.5* 22 15 – 16
8 – 10 tahun 5.5 – 6* 24 16 – 17
10 – 12 tahun 6 – 6.5* 26 17 – 18
12 – 14 tahun 6.5 – 7 28 – 30 18 – 22
Dewasa wanita 6.5 – 8.5 28 – 30 20 – 24
Dewasa pria 7.5 – 10 32 - 34 20 – 24
LMA dimasukkan ke dalam faring tanpa laringoskop sampai terasa ada tahanan. Adanya
tahanan menunjukkan ujung distal pipa sampai pada hipofaring dan balon segera
dikembangkan sehingga mendorong sungkup menutupi pembukaan trakea, dan menjadikan
tidak ada kebocoran. Pemberian ventilasi terjadi lewat lubang yang ada pada bagian tengah
sungkup LMA.2
Indikasi pemasangan LMA adalah :2
1. Ketidakmampuan penolong memberikan ventilasi dengan alat kantung nafas sungkup
muka.
2. Henti nafas dan henti jantung.
Gambar 9. Combitude12
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G, Senapathi AGT. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks. Jakarta.
2010
2. Karo S, Rahajoe UA, Sulistyo S. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung
Lanjut. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2008
3. http://nursingbegin.com/wp-content/uploads/2009/07/nasal-oxygen.jpg
4. Latief AS, Suryadi AK, Dachlan RM. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua.
Cetakan ke-5. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010