Vous êtes sur la page 1sur 24

TEKNOLOGI PEMANFAATAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

SULFUR

Disusun Oleh :

Muhammad Kemal Ghifari (073001500067)

Muhammad Dwiki Ramadhan (073001500073)

Nelsen Wijaya (073001500075)

Toufik Kurohman (073001500092)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS


TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS
TRISAKTI
JAKARTA
2018

i
ABSTRAK

Belerang atau Sulfur adalah unsur kimia dalam SPU yang memiliki lambang S dannomor
atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa. Belerang, dalam bentuk
aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai
unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Belerang adalah unsure penting
untuk kehidupan dan ditemukan dalam 2 asam amino.
Belerang atau sulfur didapatkan dalam 2 bentuk yaitu sebagai senyawa sulfida dan
sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfida didapatkan dalam bentuk galena-PbS,
chalkopirit-CuFeSz dan Pirit- FeS. Kesemuanya terbentuk akibat proses hidrothermal, kecuali
yang tersebut terakhir dapat pula terjadi karena proses sedimenasi dalam kondisi tertentu.
Sedang belerang alam unsur tersebut berbentuk kristal bercampur lumpur atau merupakan hasil
sublimasi. Endapan belerang ini terbentuk oleh kegiatan solfatara, fumarola atau sebagaiakibat
dari gas dan larutan yang mengandung belerang keluar dari dalam bumi melalui rekahan-
rekahan, serta selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api aktif.Dengan demikian belerang
alam dapat dikelompokkan menjadi tipe sublimasi dan tipe lumpur. Belerang berrvarna kuning,
kekerasan 1,5-2,5, berat jenis: 2,05' bila dibakar berwarna biru, menghasilkan gas SO2 yang
berbau tidak enak' Tempat Diketemukan Seperti telah diuraikan di atas, endapan belerang
berkaitan dengan gunung api yang masih aktif.
Belerang di Indonesia banyak terdapat bebas di daerah gunung berapi. Selain terdapat
sebagai unsure bebas, juga terdapat dalam bentuk senyawa logam dalam bijih belerang.
Belerang digunakan terutama untuk membuat asam sulfat. Pada industri ban, belerang
digunakan untuk vulkanisasi karet yang bertujuan agar ban bertambah ketegangannya serta
kekuatannya. Selain itu belerang juga digunakan dalam pembuatan pupuk, bubuk
mesiu, korekapi, insektisida, dan fungisida.

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga
makalah kami yang berjudul “Teknologi Pemanfaatan Bahan Galian Industri Sulfur”
dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih
atas bimbingan yang telah diberikan oleh Bapak Ir. Agung Prumanto, MT yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang akan ditujukan sebagai salah
satu tugas Teknologi Pemanfaatan Bahan Galian Industri.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, agar dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

iii
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

BAB II GANESA............................................................................................................4

BAB III EKSPLORASI……….......................................................................................7

BAB IV PENAMBANGAN............................................................................................8

BAB V PENGOLAHAN.................................................................................................12

BAB VI PEMANFAATAN…………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24

iv
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Belerang merupakan salah satu bahan terpenting dalam industri kimia. Tidak seperti
kebanyakan mineral, belerang dapat ditemukan dalam bentuk bebas dan senyawa. Dalam bentuk bebas,
belerang dapat ditemukan di kawah gunung berapi. Sementara itu, dalam bentuk senyawa, belerang
biasanya ditemukan dalam bentuk bijih pirit (FeS2), sfalerit (ZnS), dan kalkopirit (CuFeS2).

Belerang merupakan unsur kimia yang sudah dikenal sejak masa prasejarah karena keberadaannya
dalam bentuk bebas dan wujudnya yang unik. Belerang dalam bentuk padat berwarna mencolok, yaitu
kuning terang, sehingga mudah dibedakan dari batuan di sekelilingnya. Dahulu, belerang dikenal
sebagai bongkahan kuning yang dianggap mistis. Beberapa peradaban, seperti bangsa Mesir kuno,
Timur Tengah, Cina, dan Yunani, menggunakan belerang sebagai pengawet mayat dan bahan
antibakteri. Pada tahun 1777, Antoine Lavoisier menemukan bahwa belerang dalam bentuk bebas
merupakan unsur dasar, bukan molekul.

Sebelum abad ke-20, belerang diperoleh langsung dari bongkahan yang hampir murni, namun cara ini
sekarang dianggap kuno karena terbatasnya jumlah sumber dalam bentuk demikian untuk sebagai bahan
produksi massal, terutama untuk pembuatan asam sulfat. Namun, cara ini masih ditemukan di beberapa
tempat di Indonesia, terutama di gunung-gunung berapi di Jawa. Saat ini, hampir semua belerang murni
diperoleh dari pemurnian produk sampingan (pengotor) proses gas alam dan minyak bumi. Penggunaan
utama belerang adalah sebagai komponen penting pada pupuk (kira-kira 90%), karena tumbuhan
membutuhkannya sebagai komponen makro. Aplikasi lainnya adalah sebagai bahan baku asam sulfat,
korek api, insektisida, dan fungisida.

Belerang ditambang dari dalam lapisan bumi menggunakan proses Frasch. Proses ini ditemukan
pada tahun 1894 dan merupakan proses komersial pertama di dunia dengan kemurnian yang sangat
tinggi yakni 99,5%. Namun, karena biaya produksi yang tinggi, proses ini ditinggalkan dan pada tahun
2012, hanya ada sedikit sekali plant di dunia yang beroperasi menggunakan proses ini, yakni di
Polandia dan Meksiko[1]. Proses lainnya adalah, seperti yang telah dikemukakan, menggunakan
byproduct gas alam dan minyak bumi. Penggunaan byproduct produk migas ini berkembang pada
dekade 1970-an, ketika harga minyak bumi yang rendah membuat proses ini menjadi sangat ekonomis.

Pada tahun 2011, kira-kira 69 miliar metrik ton belerang murni dihasilkan di seluruh dunia [2].
Amerika Serikat, Cina, Kanada, dan Rusia merupakan empat negara penghasil belerang murni utama,
keempatnya dengan produksi di atas 7 miliar metrik ton. Walaupun pada tahun 2012 memiliki 7 kilang

2
minyak bumi, tidak ada pabrik belerang murni yang beroperas di Indonesia, sehingga kebutuhannya
harus dipenuhi dengan impor, terutama dari Cina dan Jepang.

Tabel Produksi Belerang di Seluruh Dunia pada tahun 2011 dan 2012

Negara Produksi

2011 2012

Cina 9.600 9.600

Amerika Serikat 9.070 8.800

Kanada 7.255 7.100

Rusia 7.070 7.100

Jerman 3.905 3.700

Arab Saudi 3.300 3.300

Jepang 3.292 3.100

Negara lainnya 24.608 26.300

Total 68.100 69.000

Sumber: Mineral Commodities Summary, US Geological Survey . 2012

3
BAB II
GANESA SULFUR

Endapan belerang berkaitan dengan gunung api yang masih aktif. Tempat diketemukan
endapan belerang antara lain:
 Daerah Istimewa Aceh: G. Lamo Mete, P. We, Kab. Aceh besar (merupakan endapan
fumarola, kadar S = 30%); Meluak Gayolestan,Kec. Blangkejeraen, Kab. Aceh Tenggara
(merupakan endapan solfatara): G. Seulawah, Kab. Aceh Barat (kadar S = 45-
50%);Bumiteulong, Kab. Aceh Tengah
 Sumatera Utara: G. Sorik Merapi, Kab. Taput (enis danau kawah kadar S =20-93%)
 Sumatara Barat: LembangJaya Kab. Solok
 Jambi: Sungai Tutung, Air Hangat, Kec. Air Hangat Kab. Kerinci (terdapat sekitar mata
air panas, umumya menempel pada batuan lempung tufaan); G. Kunyit, Kec. Gunungraya
Kab. Kerinci (terdapat disekitar mata air panas pada umumnya menempel pada batuan
lempung tufaan).

Gambar 2.1
Peta Keterdapatan Belerang
 Jawa Barat: G. Papandayan (tipe sublimasi, kadar S = 9O-95%); G.Kraha (tipe sublimasi,
kadar S = 25-60%): G. Galunggung (tipe endapan lumpur), G. Putri (tipe endapan lumpur,
telah digunakan untuk industri kimia dan pupuk); G. Ciremai, G. Tangkuban Prahu;G.
Wayang. G. Matang, Kawah Saat, Kawah Mas.

4
 Jawa Tengah: G. Dieng (tipe danau kawah dan endapan lumpur,kadar S =32%): G. Telaga
Terus
 Jawa Timur: G. Arjuna, G. Welirang, K. Ijen (tipe sublimasi, kadar S=20-80%); G.Ijen
 Sulawesi Utara: G. Soputan, Kawah Masem (tipe sublimasi, kadar S= 46-56%) Ronasui,
Tomboan (tipe sublimasi kadar S = 70%): G.Ambang (tipe sublimasi kadar S =70%); G.
Ambang (tipe sublimasi,kadar S = 83-99%); G. Mahawu (tipe danau kawah dan endapan
lumpur, kadar S =70%
 Maluku: Wuslah, P. Damar (tipe sublimasi dan endapan lumpur kadar S = 55-79%).
2.2. Genesa Belerang
Deskripsi Mineral Belerang :
Nama Mineral : Belerang
Rumus kimia :S
Berat Jenis (BD) : 2,1
Sistim Kristal : Ortorombik
Belahan : Tidak sempurna
Warna : Kuning belerang sampai coklat kekuningan
Goresan : Putih
Kekerasan : 1,5-2,5 Skala Mosh
Di Indonesia semua endapan belerang mempunyai hubungan erat dengan kegiatan
gunung berapi. Endapan tersebut dapat merupakan endapan sedimen, kerak belerang, atau
endapan hidrothermal-metasomatik. Mengenai asal mula belerang ada beberapa pendapat yang
membahasnya diantaranya adalah :
1. Menurut Bischof, belerang berasal dari H2S yang merupakan hasil reduksi CaSO4 oleh
karbon dan methan. Reaksinya adalah sebagai berikut :
CaSO4 + 2C -----------> CaS + 2CO2
CaSO4 + CH4 -----------> CaS + CO2 + 2H2O
CaS + CO2 + H2O -----------> CaCO3 + H2S
2H2S + O2 -----------> 2H2O + 2S
Terbentuknya H2S menjadi belerang bisa dengan 2 cara yaitu oksidasi oleh air, tanah dan reaksi
antara H2S dengan CaSO4.
2H2S + O2 -----------> 2H2O + 2S (O2 dan air tanah)
3H2S + CaSO4 -----------> 4S + Ca(OH)2 + 2H2O

5
2. Pendapat yang mengatakan bahwa belerang berasal dari dome. Belerang disini dibentuk
oleh bakteri de sulpho vibrio desulfuricans umpamanya sulfat oleh bakteri diubah menjadi
sulfit. Selanjutnya sulfid diubah lagi menjadi belerang contohnya seperti yang terdapat di Gulf-
Coast di Amerika Serikat.
3. Pendapat yang menerangkan bagaimana terdapatnya belerang pada gipsum, dikatakan
bahwa belerang pada gipsum diendapkan langsung dari poly sulfit (suatu solut yang
mengandung sangat banyak belerang ).

Gambar 2.2 Endapan Belerang


Endapan belerang ini terbentuk oleh kegiatan solfatara, fumarola atau sebagaiakibat dari
gas dan larutan yang mengandung belerang keluar dari dalam bumi melalui rekahan-rekahan,
serta selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api aktif. Dengan demikian belerang alam
dapat dikelompokkan menjadi:
1. Tipe sublimasi, yang di dapatkan dari hasil sublimasi uap solfatara dengan kadar belerang
(S) adalah sekitar 70 – 99,9 %
2. Tipe lumpur, terdapat di dekat danau kawah dengan kadar belerang (S) adalah sekitar 40
– 60 %
3. Tipe kerak, terdapat di sekitar kawah dengan kadar belerang (S) antara 20 - 50 %

6
BAB III
EKSPLORASI SULFUR

Menurut Sukandarrumidi (1999), eksplorasi merupakan penyelidikan lapangan untuk


mengumpulkan data/ informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumber daya alam di
suatu tempat. Menurut SNI, eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan
untuk mengidentifikasi,menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan
kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian
kemungkinan dilakukanya penambangan.
Penyelidikan terhadap deposit belerang yang dapat dilakukan adalah:
1. Penyelidikan geologi daerah belerang,
2. Pengeboran dan sumur eksplorasi,
3. Sampel diperiksa di laboratorium secara analisa kimia untuk menentukan kadar
belerang dan diadakan mikroskopi bijih.

7
BAB IV
PENAMBANGAN SULFUR

Teknik penambangan belerang antara lain sebagai berikut:


1. Tambang Terbuka
2. Tambang Manual
3. Pengambilan dari Gunung Berapi
Berikut dijelaskan tentang teknik penambangan bahan galian belerang, seperti yang telah
disebutkan diatas.
4.1 Tambang Terbuka
Penambangan endapan belerang dapat dikerjakan dengan cara tambang terbuka, dimana
penggalian endapan belerangnya dapat dilakukan dengan alat shovel, dragline, excavator, atau
dapat pula dengan cara tambang semprot.

Gambar 4.1.1 Gambar 4.1.2


Shovel Dragline

Gambar 4.1.1
Dump Truk

8
4.2 Tambang Manual
Bila jumlah endapan belerang sedikit, maka penambangannya dapat dilakukan dengan
cara manual dengan menggunakan peralatan antara lain berupa cangkul, linggis, ganco dan
keranjang serta dilaksanakan dengan sistem padat karya.

Gambar 4.2.1 Gambar 4.2.2


Sekop Cangkul

Gambar 4.2.3
Keranjamg Pikul
4.3 Pengambilan dari Gunung Berapi
Deposit Sulfur di gunung berapi dapat berupa batuan, lumpur sedimen atau lumpur
sublimasi, kadarnya tidak begitu tinggi (30-60%) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600-
1000 juta ton).
Di gunung Talaga Bodas di dapat dalam bentuk lumpur dengan kadar S (30–70%) dan
jumlah deposit 300 juta ton. Tempat – tempat lainnya adalah : kawah Ijen, Gunung Welirang,
Gunung Dieng dan Gunung Tangkuban Perahu. Pemanfaatan sulfur melalui cara ini diperlukan
adanya peningkatan kadar sulfur terlebih dahulu dengan cara flotasi dan benefication.

9
Cara flotasi yaitu dengan cara menambahkan air dan frother yang nantinya akan membuat
sulfur terapung dan dapat dipisahkan. Cara benefication lebih rumit dibandingkan dengan
flotasi yaitu awalnya sulfur ditambahkan dengan air dan reagen, kemudian reagen dipanaskan
dalam autoklaf selama 1/2-3/4 jam pada tekanan 3 atm. Nantinya setiap partikel kecil dari
sulfur akan terkumpul, lalu dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah.
Setelah itu dipanaskan kembali dalam autoklaf sehingga sulfur akan terpisah sebagai lapisan S
dengan kadar 80-90%.
Salah satu yang paling menarik yaitu di Kawah Ijen. Beberapa penambang mengambil
belerang dengan cara melinggis bongkahan belerang di kaldera Gunung Ijen di Desa
Ampelgading, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (20/10). Berdasar data di
Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim, kapasitas produksi belerang
Gunung Ijen mencapai 1.736,318 ton.
Belerang ini muncul dari perut bumi karena aktivitas magma yang mendorong air dari sumber
mata air keluar ke permukaan bumi dengan membawa belerang.

Gambar 4.3.1 Gambar 4.3.2


Penyemprotan Belerang Reduksi Ukuran

Gambar 4.3.3 Gambar 4.3.3

Pemuatan Belerang Pengangkutan Belerang.

10
Penambang menggunakan cara yang sangat sederhana untuk “menangkap” belerang.
Mereka memasang pipa yang terbuat dari besi (pawon) berdiameter 16 – 20 cm. Setiap pipa
panjangnya 1 m. agar mudah memasang dan menggantinya jika rusak. Pipa tersebut dipasang
sambung menyambung mulai dari tebing atas dimana titik solfatara yang suhunya mencapai
200o C sekaligus sebagai sumber belerang hingga dasar tebing yang jauhnya antara 50 - 150
m. Melalui pipa tersebut gas belerang dialirkan kemudian tersublimasi di ujung pipa bagian
bawah dan siap ditambang. Apabila salah satu pipa rusak karena korosif, maka uap belerang
tidak mengalir sempurna dan terlepas ke udara bebas dan tidak sempat tersublimasi. Kendala
lainnya adalah ketika suhu solfatara naik melampaui 200o C, maka uap belerang tidak sempat
tersublimasi karena terbakar.

3. Pengambilan Sulfur dari Gas Buang

Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia memiliki banyak industri yang semakin
berkembang. Semakin banyak industri tersebut maka semakin banyak pabrik pengolahan dan
tentu semakin banyak gas buang yang dihasilkan. Sulfur adalah salah satu unsur yang dapat
diperoleh dari gas buang tersebut. Sulfur diperoleh dari flue gas asal pembakaran batu bara
atau pengilangan minyak bumi. Sulfur ini tidak boleh dibuang langsung ke udara karena dapat
menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu gas buang tersebut terlebih dahulu harus diabsorpsi
dengan menggunakan etanolamin dan sebagainya, kemudian dipanaskan kembali untuk
mendapatkan gasnya dan kemudian diproses lebih lanjut.

11
BAB V
PENGOLAHAN SULFUR

5.1 Proses pembuatan Sulfur


Menggunakan proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan
belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan. Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak
mentah, namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi,
yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk
mengambil kembali belerang yang terbuang.
proses untuk mengekstraksi belerang dijelaskan sebagai berikut:

5.1.1 Proses Frasch. Cadangan bawah tanah belerang biasanya terdapat pada kedalaman
antara 150-750 m dan tebalnya kira-kira 30 m. Pipa berdiameter 20 cm dimasukkan
hingga ke dasar endapan belerang. Pipa lain yang lebih kecil, berdiameter 10 cm dan
lebih pendek dimasukkan dalam pipa pertama. Pipa terakhir, bediameter 2,5 cm
dimasukkan ke dalam pipa kedua. Pipa terakhir mempunyai panjang setengah dari pipa
pertama (lihat gambar di bawah ini).Mula-mula air bersuhu 165oC dialirkan ke bawah
melalui pipa pertama. Air panas ini akan melelehkan belerang di sekitarnya dan
mendorong cairan belerang naik melalui pipa. Air bertekanan tinggi dipompa melalui
pipa yang paling kecil, menghasilkan buih bermassa jenis kecil yang akan naik ke
permukaan tanah melewati pipa berukuran sedang. Buih ini mengandung belerang,
udara, dan air. Di permukaan tanah, campuran ini didinginkan dan menghasilkan kristal
belerang berwarna kuning dari cairannya yang berwarna ungu. Kristal belerang
dihancurkan dengan dinamit menjadi pecahan yang berukuran lebih kecil sehingga
mudah diangkut ke tempat lain.

Gambar 5.1.1
Proses Frasch

12
1.1.1 Proses Claus. Pada proses Claus, mula-mula gas alam dialirkan dalam etanol amin,
HOCH2CH2NH2 dan terjadi reaksi: HOCH2CH2NH2(l) + H2S(g) ⇆ HOCH2CH2NH3+ +
HS- Setelah dipisahkan, campuran kemudian dipanaskan sehingga H2S dilepaskan
sebagai gas. Gas ini kemudian dicampur dengan gas oksigen untuk membakar sepertiga
H2S menjadi gas SO2 dan air. Gas SO2 bereaksi dengan H2S sisa membentuk belerang
dan air. 2H2S + 3O2→ 2SO2 + 2H2O
4H2S + 2SO2 → 6S + 4H2O

Gambar 5.1.2
Proses Claus

1.1.2 Pemanasan Pirit. Pirit dipanaskan tanpa udara akan menyebabkan dekomposisi S 22-
menjadi belerang dan FeS. FeS2 → FeS + S

D. Kegunaan Sulfur
Belerang adalah komponen serbuk mesiu dan digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga
berperaan sebagai fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk
fosfat. Berton-ton belerang digunakan untuk menghasilkan asam sulfat, bahan kimia yang sangat
penting. Belerang juga digunakan untuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan
alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan insultor yang baik. Belerang
sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan tubuh dan mineral tulang,
dalam kadar yang sedikit. Belerang cepat menghilangkan bau, digunakan dalam baterai, dipakai pada
fungisida dan pembuatan pupuk, digunakan pada korek dan kembang api, digunakan sebagai pelarut
dalam berbagai proses. Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai pencemar udara.
Senyawa organik yang mengandung belerang sangat penting. Kalsium sulfur, ammonium sulfat, karbon
disulfida, belerang dioksida dan asam sulfida adalah beberapa senyawa di antara banyak
senyawa belerang yang sangat penting.

Pada tanaman, sulfur dapat berfungsi sebagai pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas serta
membantu pembentukan bintil akar tanaman, Pertumbuhan anakan pada tanaman, berperan dalam

13
pembentukan klorofil serta meningkatkan ketahanan terhadap jamur. Pada beberapa jenis tanaman
antara lain berfungsi membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma dan juga aktifator enzim
membentuk papain. Gejala kekurangan sulfur pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur
nitrogen. misalnya daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning, tanaman kurus dan
kerdil, perkembangannya lambat.
Sedangkan untuk kecantikan, Sulfur bermanfaat untuk merangsang kolagen, serat yang
membuat kulit tampak lebih kencang, serta dapat mengurangi kerutan pada wajah. Dengan minum
suplemen sulfur setiap hari, maka dalam waktu 6 minggu akan terlihat hasilnya.

E. Kerugian Sulfur
Selain berguna untuk kehidupan, sulfur juga mempunyai dampak yang berbahaya bagi kehidupan
misalnya senyawa-senyawa belerang yang bertindak sebagai zat pencemaran udara dan berbahaya
seperti SO2 dan SO3.
Sulfur dioksida (SO2) adalah gas tidak berwarna. Berbau khas memerihkan mata dan dapat merusak
saluran pernapasan, sebab apabila terisap oleh pernapasan secara berlebihan akan bereaksi dengan air
dalam saluran pernapasan dan membentuk asam sulfit yang akan merusak jaringan dan menimbulkan
rasa sakit. Sulfur dioksida dapat terbentuk pada pembakaran batu bara yang mengandung belerang, dan
pemanggangan bijih sulfida. Sulfur dioksida dapat melarut dengan baik dalam air. SO2(g) + H2O(l) →
H2SO3 (aq).

Sifat SO2 yang mudah larut dan menghasilkan asam seperti dijelaskan di atas mengakibatkan persoalan
lingkungan seperti misalnya hujan asam.Terjadinya hujan asam yaitu dari pembakaran bahan bakar
posil seperti minyak dan batu bara akan di hasilkan NOx dan SOx juga partikel lain.Polutan akan tinggal
beberapa lama di udara dan kemudian musnah terdeposisi kepermukaan bumi , selama polutan diudara,
kualitas udara menurun yang dapat berakibat langsung pada kesehatan manusia seperti sesak napas /
gatal-gatal di kulit. Polutan seperti oksida sulfur (SO2) dan dioksida nitrogen (NO2) melalui reaksi
oksidasi dengan ozon akan berubah menjadi (SO3) dan NO3 selanjutnya berubah menjadi senyawa
sulfat dan senyawa nitrat. Senyawa-senyawa tersebut akan berpindah dari atmosfer kepermukaan bumi
melalui hujan dan deposisi langsung sehingga di kenal dengan deposisi basah dan deposisi kering.
Proses deposisi basah terjadi dengan pembentukan awan dan akhirnya turun sebagai hujan salju atau
kabut yang mengandung asam. Deposisi asam yang terkandung dalam hujan dapat menggambarkan
kondisi keasaman air hujan dalam angka pH. Kategori angka pH mengindikasikan hujan basa atau asam.
Bila air hujan mempunyai nilai pH di bawah 5,6 di katakan telah terjadi hujan asam di daerah tersebut.

Kerugian utama dari adanya sulfur adalah resiko korosi oleh asam sulfat yang terbentuk selama dan
sesudah pembakaran, dan pengembunan di cerobong asap, pemanas awal udara dan economizer

14
BAB VI
PEMANFAATAN SULFUR

4.1. Pemanfaatan
Belerang banyak digunakan dalam industri kimia yaitu untuk pembuatan asam sulfat
(H2SO4) yang diperlukan untuk pembuatan pupuk, penghalusan minyak bahan-bahan kimia
berat dan keperluan lain untuk metalurgi. Di samping belerang dimanfaatkan dalam industri
cat, industri karet, industri tekstil, industri korek api, bahan peledak, industri ban, pabrik kertas,
industri gula yang digunakan dalam proses sulfinasi, industri rayon, film celulosa, ebonit,
cairan sulfida, CS2, bahan anti seranggaltikus,bahan pengawet kayu, obat-obatan dan lain-lain.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Komponen Produksi Pupuk (Kadar S : 99,88%)

Belerang yang ditemukan secara langsung dari sumber alam memang tidak dapat
digunakan secara langsung. Belerang harus dirubah dalam bentuk asam sulfat dengan metode
proses pembakaran khusus. Setelah itu asam sulfat bisa menjadi campuran pembuatan beberapa
jenis pupuk pertanian seperti ammonium sulfat dan fosfat. Hal ini seperti manfaat batubara
sebagai barang tambang yang digunakan dalam industri pupuk.

Gambar 6.1.1
Pupuk ZA
2. Bahan Pembuatan Korek Api (kadar S :98%)

Bubuk belerang yang mengandung asam sulfat ternyata menjadi bahan pokok dalam
pembuatan korek api. Proses ini akan membuat lapisan bubuk belerang memiliki warna yang

15
lebih gelap dan mengkilap serta bisa memicu panas tinggi yang menyebabkan munculnya api.
Kemudian, manfaat hutan yang menghasilkan kayu pinus, digunakan sebagai batang korek
apinya.

Gambar 6.1.2
Korek Api
3. Belerang dalam Proses Industri ban (S =99,997)

Proses pengolahan karet murni membutuhkan belerang untuk membentuk karet agar
mudah dibentuk. Pembakaran yang dihasilkan dari belerang mampu membuat panas yang
cukup tinggi sehingga karet hitam yang diproduksi bisa menjadi lebih elastis dan mudah
dibentuk. Proses ini bahkan sudah dilakukan dengan bahan belerang murni tanpa pengolahan.

Gambar 6.1.3
Ban Kendaraan

4. Belerang untuk Produksi Asam Sulfat (99.8%)

Produksi asam sulfat biasanya mempergunakan manfaat oksigen, untuk proses


pemberian lapisan pada tambang belerang. Hal ini akan membuat belerang bisa diolah menjadi

16
bahan khusus yang bisa dimanfaatkan untuk komponen bahan kimia pada beberapa industri
seperti tekstil, produk kimia dan bahan peledak.

Gambar 6.1.4
Asam Sulfat
 Proses Pembuatan Asam Sulfat
Proses pembuatan asam sulfat akan dilakukan dengan cara proses kontak, dengan
digunakan katalisator vanadium (V )oksida, V2O5.
Tiga langkah utama dalam proses kontak, yaitu:
1. Pembakaran belerang menajdi belerang dioksida.
Proses produksi asam sulfat di awali dengan peleburan sulfur (S) yang digunakan sebagai
bahan baku utama dengan menggunakan steam yang dialirkan pada coil-coil di Sulfur Melter
pada tekanan 4 Kg/cm2. Kemudian sulfur cair dipompakan dari Sulfur Melter melalui pipa-
pipa dan disemprotkan ke dalam Furnace. Di dalam Furnace terjadi pembakaran belerang
dengan udara.
Reaksi: S(s) + O2(g) → SO2(g)
Udara yang digunakan disuplai oleh Main Blower yang sudah mengalami proses
pengeringan. Proses pengeringan udara dilakukan di Drying Tower dengan menggunakan asam
sulfat sirkulasi dengan konsentrasi 93%-98%. Proses pengeringan udara tersebut dimaksudkan
untuk mencegah korosi oleh gas pada pembakaran dan untuk menghilangkan kandungan air
dalam udara.
Proses pembakaran belerang cair menjadi SO2 dengan temperature pembakaran kurang
lebih 750-770oC. Gas hasil pembakaran di Furnace kemudian dialirkan ke Boiler melalui tube-
tube untuk diambil panasnya guna menghasilkan steam yang digunakan untuk mencairkan
belerang di Sulfur Melter, sebagian gas yang lain dialirkan ke Heat Exchanger bersama dengan
gas keluar dari Boiler yang telah diambil panasnya. Di dalam Heat Exchanger gas didinginkan

17
dengan menggunakan udara yang di suplai oleh Blower. Setelah itu aliran gas mengalami
proses penyaringan dan penstabilan suhu gas di Hot Gas Filter.
2. Oksidasi SO2 menjadi SO3.
Dari Hot Gas Filter aliran gas masuk ke Converter. Converter ini terdiri dari empat bed
katalis V2O5. Aliran gas masuk ke setiap bed diatur pada temperature 425-440oC. Dengan
bantuan katalis ini aliran gas tersebut (SO2) diubah menjadi gas SO3. Reaksi ini merupakan
reaksi eksoterm sehingga gas tersebut harus didinginkan pada tahap-tahap katalis.
Aliran gas keluar bed I dan bed II didinginkan dalam 1 st and 2nd Heat Exchanger.
Sedangkan aliran gas dari bed III langsung masuk ke bed IV karena perbedaan temperature gas
keluar dan bed III dan bed IV sudah kecil.
Reaksi: 2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) ∆H = -196,6 kJ/mol
Dari converter aliran gas SO3 masuk ke dalam SO3 Cooler A untuk didinginkan.
Kemudian didinginkan lebih lanjut ke SO3 Cooler B setelah itu aliran gas tersebut masuk ke
Absorbing Tower.
3. Reaksi SO3 dengan air menjadi H2SO4.
Di Absorbing Tower terjadi proses penyerapan gas SO3 dengan menggunakan sirkulasi
asam sulfat dengan konsentrasi 98-99% yang diatur di AT Pump Tank. Asam resirkulasi
tersebut kemudian diencerkan dengan menambahkan air dan setelah itu baru dialirkan kembali
ke dalam AT Pump Tank. Asam sulfat yang dihasilkan pada AT Pump Tank setelah mencapai
level maksimum yang ditentukan, kemudian ditransfer dan ditampung di Sulphuric Acid
Storage Tank.
Reaksi: SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)

Gambar 6.1.5

18
Diagram Alir Pembuatan Asam Sulfat cara Kontak
Untuk meningkatkan produksi, laju pembentukan gas SO3- merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, perlu ditinjau asas Le Chatelier dari reaksi kesetimbangan tersebut. Reaksi (2)
merupakan reaksi eksoterm yang menyangkut perubahan 2 mol gas SO2 dengan 1 mol gas O2
menjadi 3 mol SO3 sehingga hasilnya akan maksimum jika:
1. Tekanan diperbesar
Reaksi akan bergeser ke kanan jika tekanannya dinaikkan. Pada kenyataannya reaksi ini
dapat berlangsung dengan baik pada tekanan 1 atmosfer (1 atm). Kenaikan tekanan
menyebabkan kenaikan jumlah produk yang kurang berarti dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan. Oleh karena itu, proses kontak dilakukan pada tekanan 1 atm.
2. Reaksi berlangsung pada suhu rendah
Reaksi (2) akan bergeser ke kanan jika suhu diturunkan. Akan tetapi, jika suhu
diturunkan reaksi akan berjalan lambat. Hal ini sesuai dengan azas laju reaksi, ketika suhu
semakin turun, reaksi akan berlangsung semakin lambat. Untuk mengatasi hal ini, maka
ditambahkan katalis V2O5. Penambahan katalis menyebabkan jalannya reaksi berubah, tetapi
dengan energi pengaktifan lebih rendah.
Tahap 1: SO2(g) + V2O5(s) → SO3(g) + V­2O4(s)
Tahap 2: V2O4(s) + ½ O2(g) → V2O5(s)
Reaksi total : SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g)
Proses reaksi SO3 dengan air berlangsung eksoterm sehingga suhu dalam proses reaksi
akan naik. Kenaikan suhu mengakibatkan gas SO3 terurai kembali menjadi SO2 dan O2. Untuk
mencegah hal tersebut, proses reaksi SO3 dengan H2O tidak dilakukan secara langsung, tetapi
melalui pengenceran SO3 dalam H2SO4. Larutan uap SO3 dalam H2SO4 encer ini dikenal
dengan H2SO4 pekat atau oleum. Kadar asam sulfat dalam oleum ini mencapai 98% dan lebih
dikenal sebagai asam sulfat berasap.
 Kegunaan Asam Sulfat
Secara umum asam sulfat digunakan untuk:
a. Industri pupuk (ZA, SP 36, SP 18)
b. Bahan kimia (Asam Fosfat, Tawas, PAC, Serat Rayon, Alkohol, Detergen)
c. Industri makanan (bumbu masak (MSG), Lysine, dll)
d. Industri Tekstil, spiritus, utilitas pabrik, dan pertambangan
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, produksi asam sulfat suatu
negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut. Kegunaan
asam sulfat, yaitu:
19
1. Penggunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam
"metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan
juga trinatrium fosfat untuk deterjen.
2. Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.
3. Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium sulfat.
Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas
untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp
menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk
membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan bauksit
dengan asam sulfat: Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 3 H2O
4. Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam
sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah
sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Lestari Sri. 2008. Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia. Jakarta Selatan : PT Kawan Pustaka

 Nandha. 2011. Makalah Belerang. http://nandhasmyblog.blogspot.com/2011/03/makalah-


belerang.html (diakses pada tanggal 9 mei 2012).
 Anonim. 2012. Sulfur. Redaksi chem-is-try.org (diakses pada tanggal 9 mei 2012).

 Wilkinson dan Cotton. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.

 Pasaribu, Egy. 2012. Makalah Belerang. https://www.scribd.com/doc/307506176/makalah-Belerang


(diakses pada tanggal 12 April 2018).

21

Vous aimerez peut-être aussi