Vous êtes sur la page 1sur 25

askep hernia inguinalis lateral

1. Konsep Medis
A. Pengertian

Hernia Ingunalis Lateral adalah hernia yang melalui alunus

ingunalis intermus/lateralis menyelusuri kanalis ingunalis dan keluar

dari rongga perut melalui analus ingunalis ekserna/medilis (Mansjoer

A, 2000).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga

disebut saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran

berotot yang memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada

prinsipnya fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah


mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui

proses Ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan


masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna makanan

dimulai dalam lambung dan usus halus dan Absorption yang terjadi

terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses

eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.


7
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ
beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut,
esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas,
dan kandung empedu.
Faktor psikologis atau emosi seperti stress dan kecemasan

akan mempengaruhi fungsi-fungsi GI. Stress dapat

dimeanifestasikan sebagai anoreksia, nyeri epigastrium dan

abdomen, atau diare. Faktor fisik yang dapat mempengaruhi fungsi-

fungsi GI seperti intake diet, mengkonsumsi minuman/makanan yang

beralkohol atau caffeine, merokok, kelemahan. Beberapa gangguan

organik yang mempengaruhi misalnya penyakit peptic ulcer, ulceratisi

colitis yang dapat menyebabkan gangguan GI.

Struktur dan Fungsi Sistem GI

Saluran GI merupakan tabung sepanjang 9 meter yang

berentang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada umumnya saluran

ini terdiri dari 4 lapisan yaitu mulai dari dalam lapisan mukosa,

submukosa, otot dan serosa.

Saluran GI diaktifkan oleh sistem saraf otonom yaitu saraf

parasimpatis, sedang saraf simpatis bersifat menghambat sistem

GI. Misalnya adanya peristaltik yang meningkat karena


perangsangan /stimulasi saraf parasimpatis dan terjadi penurunan

akibat stimulasi saraf simpatis.


Sistem GI dan organ yang terkait (organ asesoris) rata-rata
memperoleh cardiac output sebanyak 25 % sampai dengan 30 %.
Sirkulasi dalam sistem GI terutama pada aliran darah vena dimana
Sistem GI mengalirkan darah vena melalui vena portal. Bagian atas
sistem GI menerima darah dari arteri splanikus. Usus halus
menerima darah dari cabang arteri hepatik dan arteri mesenterika
superior. Usus besar menerima darah terutama dari arteri
mesenterika superior dan inferior.
Dua jenis gerakan saluran GI yaitu mencampur dan
mengaduk. Gerakan ini menyebabkan teriadinya segmentasi dan
peristaltik. Sekresi dari sistem GI yang terdiri dari enzim dan
hormon untuk mendukung pencernaan, dan mukus akan memberikan
perlindungan dan melunakkan, juga air dan elektrolit.
Organ abdominal dibungkus oleh peritoneum. Terdapat 2
lapisan yaitu peritoneum parieteal yang merupakan dinding dari
rongga peritoneum dan peritoneum visceral yang membungkus organ
abdomen. Berikut ini akan diuraikan sistem pencernaan tersebut
sebagai berikut:

a. M u l u t

Rongga mulut dibentuk oleh pipi, langit-langit keras, dan


langit-langit lembut. Lidah pada bagian dasar rongga mulut. Bibir
merupakan jaringan penutup yang terdapat pada bagian depan mulut
yang berfungsi membuka/menutup mulut.
Fungsi mulut adalah :
1. Mengunyah
2. Sekresi saliva dari kelenjar parotis, sublingual, dan
submandibularis

3. Menelan yang merupakan aktifitas refleks gerakan makanan

dalam mulut melalui faring kedalan esofagus. Makanan ini berupa

bolus.

b. Esofagus
Esofasgus merupakan saluran berotot yang terletak dibagian

belakang trakhea dan laring. Dibagian bawah dari esofagus

terdapat sphincter yang befungsi mencegah aliran balik isi lambung

ke esofagus.

Fungsi esofagus adalah adalah Menerima bolus dari faring dan

menyalurkan kedalam lambung.

c. Lambung

Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen

dan mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian

utama yaitu fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil

dari antrum

Fungsi lambung adalah :

1. Mencerna makanan secara mekanikal.

2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500


– 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene

utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan

air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran


darah.

3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali

protein dirobah menjadi polipeptida


4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi

air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.


5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam

lambung oleh HCL.


6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam
lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus.

d. Usus Halus
Panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2.5 cm.
Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus
dibagi dalam duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum panjangnya
25 cm, jejenum 2.5 m dan ileum 3.5 m.

Bagian mukosa dan submukosa yang disebut villi yang dapat

meningkatkan area permukaan usus guna memungkinkan absorpsi

maksimal. Setiap villus dikelilingi oleh jaringan kapiler dan pembuluh

limfe yang disebut Lacteal. Lacteal akan mengabsorpsi lemak dan

vitamin yang larut dalam lemak.jaringan kapiler akan mengabsorpsi

nutrisi yang lain dan air.


Fungsi usus halus adalah :

1. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum

akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus.


2. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell)
mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang
bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu
peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang
mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
3. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin,
secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu,
pancreatic juice, dan gastric juice.

4. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari


hati masuk kedalam duodenum. Pencernaan secara kimiawi terutama

terjadi dalam jejenum yang siap untuk diabsorpsi kedalam kapiler

darah dan lacteal dari villi. Karbohidrat oleh enzim amilase (berasal

dari saliva dan pankreas) menjadi disakarida (sukrosa, maltosa dan

laktosa), yang oleh sucrase, maltase dan lactase menjadi

monosakarida (fruktosa, glucosa, dan galaktosa). Protein, oleh

enzim pepsin (dari lambung) dan trypsin (dari pankreas) menjadi


peptida, yang oleh peptidase (dari usus halus) menjadi asam

amino.Lemak, oleh empedu diemulsikan, dan selanjutnya oleh lipase

menjadi monogliserida dan asalm lemak bebas.

5. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usu kedalam

kapiler darah dan lacteal dari villi.


6. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan

mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada

usus menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk diabsorpsi.

Peristaltik akan mendorong chyme melalui saluran dengan rata-rata

1 – 2 cm per menit. Chyme tinggal dalam usus halus selama 3-10

jam, dan zat sisa akan bergerak kedalam usus besar.

Stimulasi oleh sistem simpatis akan menghambat motilitas

dan aktifitas sekresi usus halus. Sistem parasimpatis terutama


saraf vagus(N X) akan meningkatkan tonus otot intestinal, motilitas,

dan proses pencernaan.

e. Hati
Adalah organ terbesar yang terdapat dalam rongga
abdomen, yang pada orang dewasa kira-kira seberat 1,37 kg.
Letaknya pada hipokondria kanan dan area hipogastik. Unit
fungsional dari hati disebut lobulus yang mengandung hepatosit (sel
hati) yang ada disekitar vena sentral hati. Kapiler (sinusoid)
berlokasi diantara hepatosit dan bersama dengan sel Kuffer yang
mempunyai fungsi pagosit (mengeluarkan bakteri dan toksin dari
tubuh). Saluran empedu interlobaris membentuk kapiler empedu
(canaliculi). Sel hepatik akan mensekresi empedu kedalam canaliculi.
Sistem sirlulasi portal (enterohepatic) membawa darah yang
berasal dari lambung, usus, limfa, dan pankreas. Darah masuk
kedalam hati melalui vena portal..
Fungsi :
Menghasilkan , menyimpan dan mentransfortasi serta ekresi
sejumlah substan/zat yang diperlukan dalam :
1. Metabolisme karbohidrat yaitu mengkonversi glucose menjadi
glycogen (glygenesis),
2. Metabolisma protein yaitu sintesa asam amino nonessential,
sintesa plasma protein, sintesa faktor-faktor pembekuan, dan
mem urea dari NH3
3. Metabolisme lemak yaitu mensintesa lipoprotein, memecahkan
triglyserida menjadi asam lemak dan gliserol, membentuk ketone
bodies, mensintesa asam lemak dari asam amino dan glucose,
mensintesa dan memecahkan sholesterol.
4. Detoksifikasi : menginaktivasi obata-obatan dan zat lainnya

serta mengekresi zat-zat yang tidak diperlukan

5. Memproduksi empedu : membentuk empedu yang mengandung

garam empedu, pigmen empedu dan cholesterol (empedu dihasilkan

setiap hari sekitar 1 liter).

6. Menyimpan : Glucose dalam bentuk glycogen, vitamin yang larut

dalam lemak (A,D,E,K) dan yang larut dalam air (B1, B2,
Cobvalamin, Vit C), asam lemak, mineral –mineral, asam amino

dalam bentuk albumin dan ( globulin.

7. Sistem pagosit (sel kuffer) : memecahkan eritrosit yang sudah


tua, eritrosit, bakteri, dan partikel lainnya, memecahkan hemoglobil

dari eritrosit kedalam bilirubin dan biliverdin.

f. Usus Besar

Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-

rata panjangnya 1,5 m. Usus halkus terbagi kedalam cecum, colon,

dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari

cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon transversal,

colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar

adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus

berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus.


Fungsi utama usus besar adalah :
1. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik

akan menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal.

2. Sekresi. Pada umunya memproduksi mukus yang melindungi

mukosas akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang

memungkinkan bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan

menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.

3. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan

mengabsorpsi 90 % air dan garam dan mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mensintesa vitamin. Bakteri pada uisus halus akan mensintesa

vitamin K, thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.

5. Membentuk feces. Feces terdiri dari ¾ air dan ¼ massa

padat. Massa padat termasuk sisa makanan dan sel yang mati.

Pigmen empedu memberikan warna pada feces. Dan menstimulasi


gerakan isi usus kearah pelepasan.

6. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh

keluar. Pada saat feces dan gas berada dalam rektum, tekanan

dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya refleks defekasi.

Kanalis Inguinalis

Pleksus saraf dalam dinding usus besar akan mempertahankan


tonus otot secara kontinu pada usus besar dan menstimulasi gerakan

usus. Impuls saraf parasimpatis dari saraf vagus menstimulasi


bagian proksimal colon.

Kanalis Ingunalis pada pria berisi funikulus spermatikus dan


pada wanita berisi ligamentum rotundum.
Batas kanalis ingunalis :

1. Anulus ingunalis internus berada di eraniolateral yang merupakan

bagian terbuka dari fasia transveralis dan poneurosis transverses

abdominis. Annulus internus terletak di pertengahan antara SIAS

dengan tuberkulum pugikan dan 1 jari dari di atas ligamentum

ingunalis.

2. Anulus ingunalis eksternus berada di eaudomedil, diatas

tuberlakum pugikum yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis

m. oblikus eksternus.

3. Atapnya adalah aponeurosis M. oblikus eksternus.

4. Dasarnya terdapat ligametum ingunalis.

Trigonum hasselbach, merupakan daerah yang dibatasi:

a). Inferior oleh ligamentum ingunalis.

b). Di bagian lateral oleh vasa efigastrika inferior.


c). Di bagian medial oleh tepi lateral m rektur abdominis.

d). Dasarnya dibentuk oleh ransverses.

C. Etiologi
Kongential terjadi akibat prosessus vaginalis perisisten disertai

dengan annulus yang terbuka lebar.

Terutama ditemukan adanya faktor kausal yang berperan


untuk timbulnya Hernia:

1. Prosesus vaginalis yang cepat terbuka


2. Peninggian tekanan intraabdomen

a. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat


b. Batuk kronik: bronchitis kronik, TBC
c. Hipertropi prostat, stikter ureta, konstipasi, asites

3. Kelemahan otot dinding perut

a. Usia tua, sering melahirkan

b. Kerusakan, N Mouguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi

(bedah digestif)

D. Insiden

Hernia ingunalis pada bayi dan anak sekitar 1-2 %, sisi kanan

biasanya lebih sering (60 %) dibanding sisi kiri (20 %) dan bilateral

sebanyak 10-15 % Hernia ingunalis lateralis hampir selalu

disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal dan kelemahan

otot dinding perut. Umumnya terjadi bilateral, khususnya pria tua.

Hernia ini jarang menimbulkan inkarserasi.

E. Patofisiologi

Kanalis ingunalis adalah kanal yang normal pada bulan ke-8


kehamilan terjadi testis melalui kanal tersebut.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosessus ini lebih

mengalami obiterasi sehingga ini rongga perut tidak dapat melalui

kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini

tidak menutup.

Bila prosessus terbuka terus (karena tidak mengalami

obliterasi), akan timbul Hernia ingunalis congenital. Pada orang

dewasa kanalis tersebut telah tertutup, namun karena lokus minoris


resistensie, maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat kanal tersebut dapat terbuka kembali Hernia

ingunalis lateralis.

F. Manifestasi Klinik

Umumnya pasien mengatakan turun berok atau kelingsir atau

mengatakan adanya benjolan diselengkangan.kemaluan, benjolan

tersebut biasa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila

menangis mengejam atau mengangkat benda berat atau bila posisi

pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat

ditemukan nyeri.

Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien

diminta mengejam dan merasakan apakah ada massa yang

menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh jari maka

itu adalah Hernia ingunalis lateral, sedangkan bila sisi jari maka

diagnosanya adalah Hernia ingunalis medialis.

G. Test Diagnostik

Lab : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran

diferensial.
1. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih

2. Pemeriksaan ronsen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain

3. Ronsen data untuk mengesampingkan pneumonia


(Tucker, 1999)

H. Penatalaksanaan Medik

Operatif merupakan satu pengobatan yang rasional, untuk


Hernia prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan herniorafi.
1. Konservatif seperti pemberian sedatif. Kompres, posisi tidur

Trandelenburg hanya ditujukan pada hernia kanal.

2. Pembedahan

a. Herniotomi : kantong hernia dibuka dan didorong kedalam rongga

abdomen kantong proximal dijahit, ikat stangulasi, mungkin

dipotong, kantong distal dibiarkan.

b. Herniorafi : setelah heniotomi dilakukan tindakan memperkecil

annulus internus diperkuat dinding belakang kanalis ingunal ini

penting untuk mencegah terjadinya residif.

II. Konsep Keperawatan

A. Proses keperawatan pada klien Hernia

1. Pengkajian :

a) Preoperasi

1) Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak berkurang

pada lipatan paha.


2) Rewel karena nyeri

3) Anoreksia

4) Muat muntah

5) Distensi abdomen

6) Tak ada peristaltic Usus.

7) Dehidrasi
8) Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan

mengakibatkan syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis

metabolik

b) Pasca Operasi

1) Nyeri abdominal, tiba-tiba hilang dan nyeri pada perforasi diikuti

dengan peningkatan nyeri menyebar

2) Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang

maksimal.

3) Distensi abdomen secara progrersif.

4) Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri).

5) Diare atau konstipasi.

6) Penurunan atau hilangnya bising usus.

7) Demam.

8) Takipnea.
9) Pucat atau kemerahan.

10) Peka rangsang.

11) Gelisah dan dehidrasi (Tucker, 1999)

c. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan

gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis adalah:

1. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian

preoperasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek

pembedahan.

2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.


3. Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi

berhubungan dengan pembedahan.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut,

insisi dan pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi.

5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas

fisik skunder terhadap pembedahan.

6. penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

d. Intervensi

1. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian

preoperasi dan pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek

pembedahan.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi dan
pasca operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau
gugup, ekspresi ceria.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan apa yang terjadi Pengetahuan tentang apa
selama periode praoperasi yang diperkirakan
dan pasca operasi, membantu mengurangi
persiapan kulit, alasan ansietas dan meningkatkan
status puasa, obat-obatan kerjasama pasien selama
praopeasi, tinggal diruang pemulihan.
pemulihan, dan program mempertahankan konstan
pasca operasi informasikan memberikan
pasien bahwa obat nyeri kontrol. nyeri terbaik
sebelum nyeri menjadi
berat.
2. Ajarkan dan usahakan
pasien untuk : Untuk mendorong
keterlibatan pasien dalam
a. Nafas dalam
perawatan diri.
b. Berbalik
c. Turun dari tempat
tidur
d. Membabat bagian
yang dibedah ketika
batuk

Jika ada, gunakanlah


program audiovisual untuk
membedakan khusus.
3. Biarkan pasien dan orang
terdekat mengungkapkan
Dengan mengungkapkan
perasaan tentang
perasaan membantu
pengalaman pembedahan.
pemecahan masalah dan
Perbaiki jika ada yang
memungkinkan pemberi
kekeliruan konsep. Rujuk
perawatan untuk
pernyataan khusus tentang
mengidentifikasi kekeliruan
pembedahan kepada ahli
yang dapat menjadi sumber
bedah.
kekuatan orang terdekat
adalah sistem .
Pendukung bagi pasien.
Agar efektif, system
4. Lengkapi daftar aktivitas
pendukung harus
pada daftar cek praoperasi
mempunyai mekanisme
(Apendiks K). Beritahu
yang kuat.
dokter jika ada kelainan
Daftar cek memastikan
dari hasil tes laboratorium
semua aktivitas yang
praoperasi.
diperlukan telah lengkap.
Aktivitas tersebut dirancang
5. Tegaskan penjelasan-
untuk memastikan pasien
penjelasan dari dokter. telah siap secara fisiologi,
untuk pembedahan,
sehingga mengurangi resiko
lamanya penyembuhan.
Pengulangan-pengulangan
tersebut mendorong untuk
belajar.

2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan

Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak

mengeluh nyeri atau nyeri berkurang .

INTERNVENSI RASIONAL
1. Pantau :
Untuk mengenal indikasi
a. Tekanan darah, ,nadi
kemajuan atau penyimpangan
dan pernafasan
dari hasil yang diharapkan
setiap 4 jam
b. Intensitas nyeri
c. Tingkat kesadaran
Pasien yang paling dapat
menilai intensitas nyeri,
sebab nyeri adalah
2. Berikan obat analgetik jika
pengalaman subyektif.
dibutuhkan dan evaluasi
Analgesik yang kuat
keefektifannya. berikan obat
diperlukan untuk nyeri yang
analgestik sesuai dengan
lebih hebat.
nyeri yang dirasakan pasien.

a. Nyeri ringan-
analgetik oral-oral
non-narkotik.
b. Nyeri sedang-
analgetik orl-oral
narkoti atau obat
entiinflamasi
nonsteroid (nsaid)
seperti torodal. Ini merupakan indikasi
c. Nyeri hebat-analgetik bahwa perlu analgesik yang
narkotik secara lebih besar bila mulai ada
parenteral. komplikasi.

3. Memberitahu dokter jika nyeri


bertambah buruk atau tidak
ada respons terhadap
analgetik yang diberikan
sampai pemberian obat
selanjutnya.
4. Memberitahukan dokter efek
Defresi pernafasan adalah
yang merugikan dari
efek samping yang paling
analgesik narkotik dan
utama dari analgetik narkotik
intervensi dengan tepat:
antagonis..
a. Depresi pernafasan
1) pernafasan tidak teratur
kurang dari 12 menit.
2) berikan nalokson hci(narcan)
iv sesuai pesanan.
3) berikan separuh dosis obat
narkotik selama pengaruh
anesta.
b. Sedasi
Jika pasien sulit untuk Sedasi yang berlebihan
bangun, kurangi jumlah adalah gejala-gejala takar
analgesik dan hindarkan lajak obat. Pasien dengan
pemberian obat yang lain gagal ginjal, penyakit hepar
yang menyebabkan dan lanai adalah paling
penekanan system syaraf mudah terkena efek samping
pusat (hipnotik). takar lajak obat.
c. Konstipasi
Anjurkan masukan cairan Kontipasi adalah masalah
bebas, makanan tinggi serat bagi yang menggunakan
dan lunak fases. analgetik narkotik yang lama.
d. Retensi Urin
Kateter dianjurkan jika pasien
mengeluh tidak mampu untuk Rertensi urine lebih sering
mengeluarkan urine terjadi pedang analgetik
walaupun dengan mengedan narkotik, yang mengontrol
yang menyertai distensi nyeri kuat
suprapubis.
5. Bantu pasien untuk
mengambil posisi yang
nyaman. Tinggikan
ekstremitas yang terasa sakit.
Tekuk lutut dengan Tempatkan tubuh pada posisi
menggunakan bantal atau yang nyaman untuk
penyokong lutut ditempat mengurangi penekanan dan
tidur untuk menurunkan mencegah untuk mengurangi
ketegangan otot-otot perut penekanan dan mencegah
setelah tindakan bedah atau otot-otot tegang membantu
bila ada nyeri dipunggung. menurunkan rasa tidak
6. Pakai kompres es atau nyaman.
kompres panas (kalau tidak
ada kontraindikasi).
Hindarkan kompres panas
untuk luka dan insisi baru.
7. Ajarkan pasien teknik bernafas Dingin mencegah
berirama untuk nyeri yang pembengkakan. Panas
ringan sampai yang sedang melemaskan otot dan
dalam hubungannya dengan pembuluh darah berdilatasi
nyeri yang lain meringankan untuk meningkatkan
intervensi. sirkulasi.
Distaksi mengganggu
stimulas nyeri dengan
mengurangi rasa nyeri.
Distaksi tidak mengubah
intensitas nyeri. Paling baik
digunakan untuk periode
pendek pada nyeri ringan
sampai sedang.
.8. Berikan istirahat sampai nyeri Istirahat menurunkan
hilang. Kurangi kebisingan pengeluaran energi.
dan sinar yang terang.Jaga Vasokonstruksi perifer terjadi
kehangatan pasien dengan pada nyeri hebat dan
selimut ekstra. menyebabkan pasien panas
merasa dingin. Biasanya
rangsangan lingkungan yang
kuat, memperhebat persepsi
pasien

3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan

pembedahan.
Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan

luka.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau keadaan tepi luka ketika Untuk mengidentifikasi kemajuan
mengganti verban. atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2. Agar pasien menahan insisi Untuk mencegah tegangan pada
abdomen ketika batuk. jahitan.
3. Jika terjadi dehisens, tutup insisi Lembab melindungi jaringan agar
dengan verban steril yang tidak mengering.
dibasahi larutan saline untuk
melindunginya.Beritahu dokter.
4. Berikan perawatan luka dengan Infeksi luka adalah penyebab
menggunakan teknik aseptik utama dehisens.
yang ketat.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi

perkemahan akurat, insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum

sekunder terhadap herntrofi.

Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa

keluhan ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara

5000-10.000/mm3.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau
a. Untuk kesulitan berkemih setiap Untuk mengidentifikasi indikasi
8 jam. kemajuan atau penyampaian dari
b. Masukkan dan keluaran setiap 8 hasil yang diharapkan.
jam.
c. Warna dan ukuran skrotum setiap
hari.
d. Penampilan luka pada
penggantian balutan.
e. Suhu setiap 4 jam.
2. Laporkan pada dokter temuan Temuan ini menandakan retensi
tentang: perkemihan akut dan memerlukan
a. Ketidakmampuan berkemih katerisi untuk mengosongkan
disertai dengan distensi kandung kemih. Retensi
suprapubis perkemihan meningkatkan risiko
b. Sering kemih dengan jumlah infeksi saluran kemih.
sedikit. Katerisasi sesuai pesanan.
3. Konsultasi dokter bila pasien Temuan ini menandakan infeksi
mengalami bengkak dan ekimosis kompres dingin dan peninggian
skrotum atau nyeri berkemih membantu menghilangkan
dengan bau tak sedap, urine bengkak. Antibiotik diperlukan
keruh. Berikan kompres es dan untuk mengatasi infeksi. Cairan
sokong scrotal sesuai pesanan. membantu pembilasan ginjal dan
Berikan antibiotik yang meningkatkan antibiotik lebih
diprogramkan.Tingkatkan baik.
masukan cairan sampai
sedikitnya 2-3 setiap hari.

5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan

mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.

Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL


terpenuhi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan tingkat bangunan yang Untuk mendorong kemandirian
diperlukan. Berikan bantuan
dengan ADL sesuai keperluan.
Membiarkan pasien melakukan
sebanyak mungkin untuk dirinya.
2. Berikan waktu yang cukup bagi
pasien untuk melaksanakan Membebani pasien dengan
sktivitas. aktivitas menyebabkan frustasi.
3. Instruksikan pasien adaptasi
diperlukan untuk melaksanakan Untuk mendorong kemandirian
ADL. Dimulai dengan tugas yang pujian memotivasi untuk terus
mudah dilakukan dan berlanjut belajar.
sampai tugas yang sulit.Berikan
pujian untuk keberhasilan
tersebut.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di

rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan diri saat pasien pulang.

Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan

dengan tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan.

RASIONAL
INTERVENSI
1. Pastikan pasien memiliki Instruksi verbal akan mudah
instruksi tertulis tentang terlupakan
perawatan diri dan perjanjian
untuk kunjungan evaluasi.
2. Ajarkan dan biarkan pasien Praktik akan membantu pasien
merawat luka jika penggantian mengembangkan keyakinannya
verban perlu dilakukan di rumah. dengan perawatan diri. Juga
Tekankan pentingkan mencuci memungkinkan perawat
sebelum dan sesudah merawat mengevaluasi kemampuan pasien
luka melaksanakan keterampilan
tersebut sendiri dan menentukan
apakah diperlukan
bantuan. Tindakan untuk
mencegah infeksi harus
3. Evaluasi kebutuhan bantuan dilanjutkan sampai luka benar-
perawatan di rumah tersedianya benar sembuh.
sistem pendukung yang memadai Layanan sosial atau perencanaan
untuk memberikan bantuan yang pemulangan pasien berfungsi
diperlukan. Hubungi perencana sebagai penghubung yang penting
atau pemulangan pasien untuk untuk memindahkan pasien ke
mengatur bantuan perawatan di lingkungan rumah atau fasilitas
rumah jika memerlukan bantuan perawatan luar untuk memastikan
tetapi tidak mempunyai system kelanjutan penyembuhan atau
pendukung di rumah. rehabilitasi.
4. Instruksikan pasien untuk
memberitahu dokter jika terjadi
infeksi luka, kemerahan, nyeri
tekan, drainase, demam.
5. Pastikan pasien mempunyai Diperlukan antibiotik untuk
persediaan yang cukup untuk mengatasi infeksi.
perawatan luka dan resep untuk
analgetik.

Persediaan penting untuk


mengurangi kecemasan yang pada
umumnya berhubungan dengan
pemulangan pasien. Analgetik
memberi kenyamanan dan
mendorong untuk tidur.
6. Instruksikan agar pasien Pembedahan adalah stresor.
beristirahat sepanjang hari, secara
bertahap melakukan aktivitas
serta menghindari benda-benda
berat dan latihan yang berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol,
EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek


Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi


keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta

Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta


Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC,
Jakarta

Sumber : http://johandree.blogspot.com/2012/06/askep-hernia-
inguinalis-lateral.html#ixzz2AIe34GuF

Vous aimerez peut-être aussi