Vous êtes sur la page 1sur 52

LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

BAB I
PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR

1.1. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT


KASAR (Specific Gravity and Absorption of Coarse Aggregate).
1.1.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis kering oven
(bulk specific gravity), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated
surface dry), berat jenis semu (apparent specific gravity) dan penyerapan air
(water absorpsi) dari agregat kasar.

1.1.2. Teori Ringkas


Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat
dan berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan
campuran agregat dengan aspal keras, umumnya direncanakan berdasarkan
perbandingan berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat
dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat
yang sama membutuhkan jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat
dengan kadar pori yang besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
Ada 3 berat jenis yang dapat ditentukan berdasarkan manual
PB 0202-76 atau AASHTO T85-81.
A. Berat jenis kering oven (bulk specific gravity)
Berat jenis kering oven ialah berat jenis yang memperhitungkan
seluruh volume pori yang ada (volume pori yang dapat diresapi air dan
volume pori yang tidak dapat diresapi air).
Rumus Perhitungan :

A
BJ bulk =
B−C ................................................... (1. 1)

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-1

I - 1
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

B. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry)


Berat jenis kering permukaan jenuh ialah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi oleh aspal
ditambah dengan volume partikel.
Rumus perhitungan :

B
BJ SSD =
B−C ..................................................... (1. 2)

C. Berat jenis semu (apparent specific gravity)


Berat jenis semu ialah berat jenis yang memperhitungkan volume
partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati
oleh air.
Rumus perhitungan :

A
BJ semu=
A−C ...................................................... (1. 3)

D. Penyerapan air (water absorpsi)


Penyerapan air adalah perbandingan perubahan berat agregat
karena penyerapan air oleh pori-pori dengan berat agregat pada kondisi
kering.
Rumus perhitungan :

B−A
Penyerapan air = x 100 %
A ...................... (1. 4)

Keterangan :
A = Berat contoh kering oven (gram).
B = Berat contoh kering permukaan (gram).
C = Berat contoh dalam air (gram).

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-2

I - 2
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.1.3. Alat dan Bahan yang Digunakan

A. Alat yang digunakan


a. Keranjang kawat dengan ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (No.6 atau No.8)
dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5)°C.
e. Saringan 3/4”, No. 4.
f. Kain lap.
g. Talam

B. Bahan yang digunakan


a) Benda uji adalah agregat yang lolos pada saringan 3/4” dan tertahan pada
saringan No. 4 diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
sebanyak 2500 gram.
b) Air Suling.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-3

I - 3
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.1.4. Prosedur Percobaan


A. Diagram Alir Prosedur

Mulai
Pe
rsi
ap Menyiapkan peralatan :
an s Menyiapkan bahan :
- Keranjang kawat.
- Tempat air. - Agregat yang lolos saringan
- Timbangan. 3/4” dan tertahan pada
- Oven. saringan No. 4 diperoleh
- Saringan 3/4”, No. 4. dari alat pemisah contoh
- Kain lap. sebanyak 2500 gram.
- Talam - Air suling

Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan agregat.

Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai beratnya tetap.
Pr
os
Mendinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian menimbang dengan
es
pe timbangan ketelitian 0,5 gram.
ng
uji Merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24± 4 jam.
an

Mengeluarkan benda uji dari dalam air dan mengeringkannya dengan kain lap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar harus satu persatu.

Menimbang benda uji dalam keranjang kawat (lalu mengguncangkan keranjang untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya dalam air. Mengukur suhu air
untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (25°C).

A
na Perhitungan berat
A jenis dan penyerapan agregat
B kasar :
lis BJ bulk = BJ SSD =
a
B−C B−C
ha A
BJ semu=
sil A−C
B− A
Penyerapan air= x 100 %
A
Selesai

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-4

I - 4
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Gambar 1.1. Flow Chart Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar.

B. Uraian Prosedur
a. Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
b. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai beratnya tetap.
c. Mendinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
menimbangnya dengan timbangan ketelitian 0,5 gram.
d. Merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
e. Mengeluarkan benda uji dari dalam air, dan mengeringkannya dengan kain
lap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar harus
satu persatu.
f. Menimbang benda uji dalam keranjang, mengguncangkan keranjang untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan beratnya ditentukan dalam air.
Mengukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (25°C).

1.1.5. Spesifikasi Pengujian


Tabel 1.1. Data spesifikasi berat jenis dan penyerapan air.

Spesifikasi
Percobaan
Minimum Maksimum

Berat jenis kering oven (bulk specific gravity). 2.5 -

Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) 2.5 -

Berat jenis semu (apparent specific gravity) 2.5 -

Penyerapan air (water absorpsi) - 3.0%

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-5

I - 5
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.1.6. Data Pengujian


Tabel 1.2. Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
Rata-
Keterangan Rumus I II
rata
Berat sampel kering oven. A 2473,70 2489,30 2481,50
Berat sampel kering permukaan. B 2519,50 2533,00 2526,25
Berat sampel dalam air. C 1589,00 1597,00 1593,00

Berat jenis kering oven A


2,66 2,66 2,66
(bulk specific gravity). BC
Berat jenis kering permukaan jenuh B
2,71 2,71 2,71
(saturated surface dry). BC
Berat jenis semu A
2,80 2,79 2,79
(apparent specific gravity). A C
Penyerapan air B A
x 100 % 1,85 % 1,76 % 1,81 %
(water absorption ) A

1.1.7. Analisa Data


A. Pengujian 1
a. Berat jenis kering oven (bulk specific gravity) :
A
BJ bulk = B−C
2473,70 gr
= 2519,50 gr − 1589,00 gr
= 2,66
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) :
B
BJ SSD = B−C
2519 ,50 gr
= 2519 ,50 gr − 1589,00gr
= 2,71

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-6

I - 6
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) :


A
BJsemu = A−C
2473,70 gr
= 2473,70 gr− 1589,.00 gr
= 2,80
d. Penyerapan air (water absorpsi):
B− A
x 100 %
Penyerapan air = A
2519,50 gr − 2473 ,70 gr
x 100 %
= 2473,70 gr
= 1,85 %

B. Pengujian 2
a. Berat jenis kering oven (bulk specific gravity) :
A
BJ bulk = B−C
2489,30 gr
= 2533,00 gr − 1597,00 gr
= 2,66
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) :
B
BJ SSD = B−C
2533,00 gr
= 2533,00 gr − 1597,00 gr
= 2,71
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) :

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-7

I - 7
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

A
BJsemu = A−C
2489,30 gr
= 2489,30 gr − 1597,00 gr
= 2,79

d. Penyerapan air (water absorpsi):


B− A
x 100 %
Penyerapan air = A
2533 ,00 gr − 2489,30 gr
x 100 %
= 2489 ,30 gr
= 1,76 %

C. Rata – rata
a. Berat jenis kering oven (bulk specific gravity) rata-rata :
2,66 + 2 ,66
BJ bulk = 2
= 2,66
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry)
rata-rata:
2,71 + 2,71
BJ SSD = 2
= 2,71
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) rata-rata:
2,80 + 2,79
BJ semu = 2
= 2,79
d. Penyerapan air (water absorpsi )rata-rata:
1,85 % + 1,76 %
Penyerapan air = 2
= 1,81 %

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-8

I - 8
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Tabel 1.3. Rekapitulasi pengujian berat jenis dan penyerapan agregat


kasar.

Hasil Spesifika
No Pemeriksaan
pemeriksaan Min. M

1 Berat jenis kering oven (bulk specific gravity). 2,66 2,5

2 Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) . 2,71 2,5

3 Berat jenis semu (apparent specific gravity). 2,79 2,5

4 Penyerapan air (water absorpsi) 1,81 - 3,0

1.1.8. Kesimpulan
Dari hasil dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium
Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, diperoleh hasil rata-rata yaitu :
A. Berat jenis kering oven (bulk specific gravity) : 2,66
B. Berat jenis kering permukaan jenuh
(saturated surface dry) : 2,71
C. Berat jenis semu (apparent specific gravity) : 2,79
D. Penyerapan air (water absorpsi) : 1,81 %
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis dan
penyerapan agregat kasar telah memenuhi spesifikasi (lihat pada Tabel 1.1),

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I-9

I - 9
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

berat jenis yang disyaratkan minimal 2,5 dan penyerapan air maksimal
3,0 %.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 10

I - 10
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 11

I - 11
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.2. INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT


(Flakiness and Elongation Index).

1.2.1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk dari agregat
yang akan dipergunakan pada proses pekerjaan jalan.

1.2.2. Teori Ringkas


Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari mesin
pemecah batu ataupun memang merupakan sifat dari agregrat tersebut yang
jika dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat
yang lebih tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata. Indeks kepipihan (flakiness
index) adalah berat total agregat yang lolos slot dibagi dengan berat total
agregat yang tertahan pada ukuran nominal tertentu.
Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu pencampuran,
pemadatan ataupun akibat beban lalu lintas, oleh karena itu banyaknya
agregat pipih ini dibatasi dengan menggunakan nilai indeks kepipihan yang
disyaratkan.
Agregat berbentuk lonjong dapat ditemui di sungai-sungai atau
bekas dari endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran
terpanjangnya > 1,8 kali diameter rata-rata. Indeks kelonjongan (elongation
index) adalah perbandingan dalam persen dari berat lonjong yang tertahan
terhadap agregat yang tertahan.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 12

I - 12
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Rumus perhitungan :
A
Indeks kepipihan = x 100 %
C ............................ (1.5)
B
Indeks kelonjongan = x 100 %
C ....................... (1. 6)
Keterangan :
A = Berat lolos pada alat pengukur kepipihan (gram).
B = Berat lolos pada alat pengukur kelonjongan (gram).
C = Berat total (gram).

1.2.3. Alat dan Bahan yang Digunakan


A. Percobaan Indeks Kepipihan

a. Alat yang Digunakan


- Saringan 3/4”, 1/2”, dan 3/8”.
- Talam - talam.
- Alat pengukur kepipihan.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

b. Bahan yang Digunakan


Menyaring agregat dengan menggunakan saringan 3/4”, 1/2”, dan
3/8”. Kemudian memisahkan agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan
3/8” masing-masing sebanyak 500 gram.

B. Percobaan Indeks Kelonjongan

a. Alat yang Digunakan


- Saringan 3/4”, 1/2”, dan 3/8”.
- Talam - talam.
- Alat pengukur kelonjongan.
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

b. Bahan yang Digunakan

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 13

I - 13
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Menyaring agregat dengan menggunakan saringan 3/4”, 1/2”, dan


3/8”. Kemudian memisahkan agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan
3/8” masing-masing sebanyak 500 gram.

1.2.4. Prosedur Percobaan


A. Diagram Alir Prosedur Indeks Kepipihan Agregat

Mulai
Pe
rsi
ap
an
Menyiapkan peralatan : Menyiapkan bahan :
- Saringan 3/4”, 1/2” dan 3/8”. - Menyaring agregat dengan
- Talam – talam. menggunakan saringan 3/4”, 1/2”,
- Alat pengukur kepipihan. dan 3/8”. Kemudian memisahkan
- Timbangan dengan ketelitian agregat yang tertahan pada saringan
0,01 gram. 1/2” dan 3/8” masing-masing
sebanyak 500 gram.

Pr
os Menyaring agregat dengan menggunakan saringan 3/4”, 1/2” dan 3/8”.
es
pe
ng
uji
an Menimbang agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan 3/8” masing-masing
sebanyak 500 gram lalu memasukkannya pada alat pengukur kepipihan.

Menimbang agregat yang lolos dan tertahan pada alat pengukur kepipihan.

A
na Perhitungan indeks kepipihan :
lis A
a Indeks kepipihan = x 100 %
ha
KELOMPOK C
XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)
sil Ket : A = Berat lolos pada alat pengukur kepipihan (gram).
I - 14 C = Berat total (gram).

I - 14
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Selesai

Gambar 1.2 Flow Chart Pengujian Indeks Kepipihan Agregat Kasar

B. Diagram Alir Prosedur Indeks Kelonjongan Agregat

Mulai

Pe
rsi Menyiapkan peralatan : Menyiapkan bahan :
ap - Saringan 3/4”, 1/2” dan 3/8”. - Menyaring agregat dengan
an - Talam – talam. menggunakan saringan 3/4”, 1/2”,
- Alat pengukur kelonjongan. dan 3/8”. Kemudian memisahkan
- Timbangan dengan ketelitian agregat yang tertahan pada
0,01 gram. saringan 1/2” dan 3/8” masing-
masing sebanyak 500 gram.

Menyaring agregat dengan menggunakan saringan 3/4”, 1/2” dan 3/8”.


Pr
os
es
pe
ng Menimbang agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan 3/8” masing-masing sebanyak
uji 500 gram lalu memasukkannya pada alat pengukur kelonjongan.
an

Menimbang agregat yang lolos dan tertahan pada alat pengukur kelonjongan.

A
na
lis
a
ha
KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)
sil
I - 15

I - 15
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Perhitungan indeks kelonjongan :


B
Indeks kelonjongan = x 100 %
C
Ket : B = Berat lolos pada alat pengukur kelonjongan (gram).
C = Berat total (gram).

Selesai

Gambar 1.3 Flow Chart Pengujian Indeks Kelonjongan Agregat Kasar

C. Uraian Prosedur Pengujian Kepipihan Agregat Kasar

a. Menyaring agregat dengan menggunakan saringan 3/4”, 1/2” dan 3/8”.


b. Menimbang agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan 3/8” masing-
masing sebanyak 500 gram lalu memasukkannya pada alat pengukur
kepipihan.
c. Menimbang agregat yang lolos dan tertahan pada alat pengukur
kepipihan.
d. Menghitung prosentase kepipihan :
A
Indeks kepipihan = x 100 %
C
Keterangan :
A = Berat lolos pada alat pengukur kepipihan (gram).
C = Berat total (gram).

D. Uraian Prosedur Pengujian Kelonjongan Agregat Kasar

a. Menyaring agregat dengan menggunakan saringan 3/4”, 1/2” dan 3/8”.


b. Menimbang agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan 3/8” masing-
masing sebanyak 500 gram lalu memasukkannya pada alat pengukur
kelonjongan.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 16

I - 16
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

c. Menimbang agregat yang lolos dan tertahan pada alat pengukur


kelonjongan.
d. Menghitung prosentase kelonjongan :
B
Indeks kelonjongan = x 100 %
C
Keterangan :
B = Berat lolos pada alat pengukur kelonjongan (gram).
C = Berat total (gram).

1.2.5. Spesifikasi Pengujian


Tabel. 1.4. Data spesifikasi indeks kepipihan dan kelonjongan agregat
kasar

Spesifikasi
Percobaan
Minimum Maksimum

Indeks kepipihan agregat - 25%

Indeks kelonjongan agregat - 25%

1.2.6. Data Pengujian


Tabel 1.5. Pengujian indeks kepipihan agregat

Ukuran Thickness
Berat Lolos Berat Tertahan Berat Total
Gradasi Gauge
No
Saringan Lebar Panjang Slot (Gram) Slot (Gram) (Gram)
(mm) (mm) A B C
I 3/4" 1/2" 6,67 38,20 20,30 479.70 500
II 1/2" 3/8" 4,80 25,40 27,80 472,2 500

Total 48,1 951,90 1000

I 3/4" 1/2" 6,67 38,20 32,80 467,20 500


II 1/2" 3/8" 4,80 25,40 37,70 462,30 500

Total 70,50 929,50 1000

Tabel 1.6. Pengujian indeks kelonjongan agregat

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 17

I - 17
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Ukuran Thickness Berat Berat


Berat Lolos
Gradasi Gauge Tertahan Total
No
Saringan Lebar Panjang Slot (Gram) Slot (Gram) (Gram)
(mm) (mm) A B C
I 3/4" 1/2" 10,00 14,00 206,60 293,40 500
II 1/2" 3/8" 6,30 10,00 306,00 194,00 500
Total 512,60 487,40 1000
I 3/4" 1/2" 10,00 14,00 107,30 392,70 500
II 1/2" 3/8" 6,30 10,00 254,40 245,60 500
Total 361,70 638,30 1000

1.2.7. Analisa Data


A. Indeks Kepipihan
A
x 100 %
a. Pengujian 1 = C
48,10
x 100 %
= 1000,00
= 4,81 %
A
x 100 %
b. Pengujian 2 = C
70,50
x 100 %
= 1000,00
= 7,05 %
4,81 % + 7,05%
c. Pengujian rata-rata = 2
= 5,93 %

B. Indeks kelonjongan
A
x 100 %
a. Pengujian 1 = C
512,60
x 100 %
= 1000,00
= 51,26 %

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 18

I - 18
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

A
x 100 %
b. Pengujian 2 = C
361,70
x 100 %
= 1000,00
= 36,17 %
51 ,26% + 36 ,17%
c. Pengujian rata-rata = 2
= 43,71 %

1.2.8. Kesimpulan
Dari hasil dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium
Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, diperoleh hasil rata-rata :
A. Indeks kepipihan = 5,93 %
B. Indeks kelonjongan = 43,71%
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan indeks kepipihan
agregat kasar telah memenuhi spesifikasi (lihat pada Tabel 1.4), indeks
kepipihan dan kelonjongan yang disyaratkan maksimal 25 %.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 19

I - 19
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 20

I - 20
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.3. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR


1.3.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat
kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.
12 terhadap berat semula, dalam persen.

1.3.2. Teori Ringkas


Ketahanan agregat terhadap penghancuran (degradasi) diperiksa
dengan menggunakan percobaan Abrasi Los Angeles (abration los angeles
test).
Nilai tinggi menunjukkan banyaknya benda uji yang hancur akibat
putaran alat yang mengakibatkan tumbukan dan gesekan antar partikel dan
dengan bola-bola baja, nilai abrasi > 40 % menunjukkan agregat tidak
mempunyai kekerasan cukup untuk digunakan sebagai material lapisan
perkerasan. Nilai abrasi < 40 %, baik sebagai bahan lapis permukaan dan
lapis pondasi atas. Nilai abrasi < 50 %, dapat dipergunakan sebagai bahan
lapisan lebih bawah.
Rumus perhitungan :

(A − B)
Keausan = x 100 %
A ...................................... (1.7)

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 21

I - 21
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Keterangan :
A = Berat sampel sebelum keausan (gram).
B = Berat sampel sesudah keausan tertahan saringan No.12 (gram).

1.3.3. Alat dan Bahan yang Digunakan


A. Peralatan Percobaan
a. Mesin Los Angeles.
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 71 cm (28”) panjang dalam 50 cm (20”). Silinder bertumpu
pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros
mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup
lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Pada bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm (3,56“).
b. Saringan No.12, 3/4”, 1/2”, 3/8”, dan saringan – saringan lainnya
seperti tercantum dalam tabel 1.7.
c. Timbangan, dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dari berat
masing – masing antara 390 gram sampai 445 gram.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(100 ± 5)°C.

B. Benda uji
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar pada tabel 1.7.
b. Benda uji dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada
suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 22

I - 22
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Tabel 1.7. Jenis gradasi agregat kasar

Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)

Lewat Tertahan
A B C D E F G
(mm) (mm)
76,2 63,5 2500
63,5 50,8 2500
50,8 38,1 5000 5000
38,1 25,4 1250 5000 5000
25,4 19,05 1250 5000
19,05 12,7 1250 2500
12,7 9,51 1250 2500
9,51 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2,36 5000
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (Gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
+ 25 + 25 + 20 + 15 + 25 + 25 + 25

Keterangan :
= Gradasi yang digunakan

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 23

I - 23
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.3.4. Prosedur Percobaan


A. Diagram Alir Prosedur

Mulai

Pe
rsi
ap Menyiapkan alat : Menyiapkan bahan :
an - Mesin Los Angeles. - Chipping lolos saringan 3/4”
- Saringan No. 12, 3/4”, 1/2”, 3/8”. dan tertahan pada saringan
- Timbangan. 1/2” sebanyak 2500 gram.
- Bola - bola baja Æ 4,68 cm. - Chipping lolos saringan 1/2”
- Oven. dan tertahan pada saringan
3/8” sebanyak 2500 gram.

Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles.

Pr
os
es Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 putaran
pe
ng
uji Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin kemudian menyaring
an dengan saringan No. 12. Mencuci bersih butiran yang tertahan di atasnya, lalu
mengeringkannya dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap.

Perhitungan keausan dengan mesin Los Angeles :


A (A − B)
na Keausan = x 100 %
A
lis Keterangan :
a
ha A = Berat sampel sebelum keausan (gram).
sil B = Berat sampel sesudah keausan tertahan saringan no. 12 (gram).

Selesai

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 24 Gambar 1.4 Flow Chart Pengujian Keausan Agregat Kasar.

I - 24
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

B. Uraian Prosedur
a. Memasukkan benda uji dan bola-bola baja ke dalam mesin Los Angeles.
b. Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500
putaran (digunakan gradasi B).
c. Setelah selesai pemutaran, kemudian mengeluarkan benda uji dari
mesin kemudian menyaringnya dengan saringan No. 12. Mencuci
bersih butiran yang tertahan di atasnya, kemudian mengeringkannya
dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap.

1.3.5. Spesifikasi Pengujian


Tabel. 1.8. Data spesifikasi pengujian mesin Los Angeles.

Spesifikasi
Percobaan
Minimum Maksimum

Pengujian mesin Los Angeles 40%


-

1.3.6. Data Pengujian


Tabel 1.9. Pengujian keausan agregat kasar.

No. Sampel
Gradasi Saringan
I II
A B C D
Lolos Tertahan Berat Sebelum Berat Sesudah Berat Sebelum Berat Sesudah
(gr) (gr) (gr) (gr)
3/4" 1/2" 2500 2500
1/2" 3/8" 2500 3911,70 2500 4219,20
Jumlah Berat (gram) 5000 5000
Berat tertahan Saringan
3911,70 4219,20
No. 12 (gram)

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 25

I - 25
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.3.7. Analisa Data


A−B
x 100 %
A. Prosentase keausan sampel I = A
5000−3911, 70
x 100 %
= 5000
= 21,78 %
A−B
x 100 %
B. Prosentase keausan sampel II = A
5000−4219 ,20
x 100 %
= 5000
= 15,62 %

K eausan I + K eausan II
C. Prosentase keausan rata-rata = 2
21 ,78%+15 , 62%
= 2

= 18,69 %

1.3.8 Kesimpulan
Dari hasil dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium
Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, diperoleh hasil keausan rata-rata sebesar 18,69 %.
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan keausan agregat kasar
telah memenuhi spesifikasi (lihat pada Tabel 1.8), prosentase keausan yang
disyaratkan maksimal 40 %.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 26

I - 26
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 27

I - 27
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 28

I - 28
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 29

I - 29
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.4. ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR (Shieve Analysis).


1.4.1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat kasar dengan menggunakan saringan.

1.4.2. Teori Ringkas


Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan
menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan.
Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan
menggunakan 1 set saringan dimana yang paling kasar diletakkan di atas dan
yang paling halus diletakkan paling bawah. Jika agregat kasar itu “bersih”,
tidak / sedikit sekali mengandung butiran halus dapat digunakan analisa
kering. Berdasarkan besar partikel-partikel agregat kasar, agregat > 4.75 mm
menurut ASTM atau > 2 mm AASHTO.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
A. Gradasi seragam (uniform graded).
Gradasi seragam (uniform graded) adalah agregat dengan ukuran
yang hampir sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit
jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi
seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam
akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi,
stabilitas kurang, berat volume kecil.
B. Gradasi rapat (dense graded).
Gradasi rapat (dense graded) merupakan campuran agregat kasar dan
halus dalam porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga agregat

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 30

I - 30
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

bergradasi baik (well graded). Agregat dengan gradasi rapat akan


menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat, stabililitas tinggi, berat
volume besar.

C. Gradasi buruk/jelek (poorly graded).


Gradasi buruk/jelek (poorly graded) adalah campuran agregat yang
tidak memenuhi 2 kategori di atas, agregat bergradasi buruk yang umum
digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi celah (gap
graded), yaitu campuran agregat dengan 1 fraksi hilang atau 1 fraksi
sedikit sekali, atau dikenal dengan agregat bergradasi senjang.

Rumus perhitungan :
a. Komulatif tertahan = Komulatif tertahan + Berat tertahan
Jumlah komulatif tertahan
x 100 %
b.Persen total tertahan = Total agregat
c. Persen lolos = 100 % - Persen total tertahan

1.4.3. Alat dan Bahan yang Digunakan


A. Alat yang Digunakan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b. Satu set saringan : 1/2” ; 3/8” ; No. 4 ; No. 8 ; No.30 ; No. 50 ; No.100 ;
No.200 ; PAN (standar ASTM).
c. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)° C.
d. Mesin pengguncang saringan (shieve shaker).
e. Talam-talam.
f. Kuas, sikat kuningan, sendok dan lain-lain

B. Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan adalah agregat kasar (batu pecah) sebanyak
1500 gram, yang lolos saringan 1/2”.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 31

I - 31
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.4.4. Prosedur Percobaan


A. Diagram Alir Prosedur

Mulai

Pe
rsi Menyiapkan peralatan : Menyiapkan bahan :
ap - Timbangan dan neraca - Agregat Kasar (chipping)
an - Satu set saringan Diperoleh dari alat pemisah
- Oven contoh atau cara perempat
- Alat pemisah contoh sebanyak 1500 kg yang lolos
- Mesin penguncang saringan
(shieve shaker) saringan 1/2”.
- Talam – talam
- Kuas, sikat kuningan, sendok dan
lain-lain

Pr
os Mengeringkan benda uji dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C, sampai berat tetap.
es
pe
ng
uji
an Menimbang kosong masing-masing. Saringan. Menyaring benda uji lewat susunan
saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Mengguncang
saringan dengan mesin pengguncang selama 15 menit. Mendiamkan selama 5 menit, lalu
menimbang kembali saringan beserta agregat yang tertahan.

A Perhitungan analisa saringan agregat kasar :


na - Kumulatif tertahan = Kumulatif tertahan + Berat tertahan
lis - Persen total tertahan = Kumulatif tertahan / Total agregat x 100 %
a - Persen lolos = 100 - Persen total tertahan
ha
sil

Selesai

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 32

I - 32
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Gambar 1.5 Flow Chart Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar.

B. Uraian Prosedur
a. Mengeringkan benda uji dalam oven dengan suhu
(110 ± 5)° C, sampai berat tetap.
b. Menimbang kosong masing-masing saringan.
c. Menyaring benda uji lewat susunan saringan
dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas.
d. Mengguncang saringan dengan mesin
pengguncang (shieve shaker) selama 15 menit.
e. Mendiamkan selama 5 menit agar debu yang ada
di dalam saringan yang lebih halus dapat
mengendap.
f. Menimbang kembali masing-masing saringan
beserta agregat yang tertahan.
g. Menghitung prosentase tertahan dan lolos agregat
kasar.

1.4.5. Spesifikasi Pengujian


Tabel 1.10. Data spesifikasi analisa saringan untuk gradasi III

No. Spe s ifikas i ( % )


Saringan Minimum Ide al Maks imum
1/2" 100 100.0 100
3/8" 80 90 100
4 55 65 75
8 35 42.5 50
30 18 24 29
50 13 18 23
100 8 12 16
200 4 7 10

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 33

I - 33
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Ket : Spesifikasi Standarisasi Bina Marga

1.4.6. Data Pengujian


Tabel 1.11. Pengujian analisa saringan agregat kasar

No Berat Komulatif Persen Total Persen Lolos


Saringan Tertahan (gr) Tertahan (gr) Tertahan (%) (%)
A B C D E
1/2" 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8" 378.60 378.60 25.24 74.76
4 858.30 1236.90 82.46 17.54
8 91.30 1328.20 88.55 11.45
30 65.90 1394.10 92.94 7.06
50 26.30 1420.40 94.69 5.31
100 16.20 1436.60 95.77 4.23
200 42.00 1478.60 98.57 1.43
PAN 21.40 1500.00 100.00 0.00

1.4.7. Analisa Data


Contoh :
Komulatif tertahan = C + B
= 378,60 gram + 858,30 gram
= 1236,90 gram
C
x 100 %
Prosentase tertahan = Total agregat

378,60 gram
x 100 %
= 1500,00 gram

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 34

I - 34
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

= 25,24 %
Prosentase lolos = 100,00 % – D
= 100,00 % – 25,24 %
= 74,76%
Ket :
A = Nomor saringan D = Prosentase total tertahan
B = Berat tertahan E = Persen Lolos
C = Komulatif tertahan
1.4.8. Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium
Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, maka diperoleh hasil prosentase lolos :
Saringan 1/2” = 100,00 %
Saringan 3/8” = 74,76 %
Saringan No.4 = 17,54 %
Saringan No.8 = 11,45 %
Saringan No.30 = 7,06 %
Saringan No.50 = 5,31 %
Saringan No.100 = 4,23 %
Saringan No.200 = 1,43 %

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa gradasi agregat kasar


masuk dalam batasan gradasi III pada penggabungan agregat (lihat Tabel
1.10), sehingga agregat kasar tersebut dapat digunakan untuk bahan
pekerjaan kontruksi jalan.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 35

I - 35
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 36

I - 36
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 37

I - 37
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 38

I - 38
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.5. PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL


1.5.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya kelekatan
agregat terhadap aspal melalui percobaan di Laboratorium.

1.5.2. Teori Ringkas


Kelekatan agregat terhadap aspal adalah prosentase luas permukaan
batuan tertutup aspal terhadap keseluruhan luas permukaan agregat.
Faktor yang mempengaruhi lekatnya agregat dan aspal dapat
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :

A. Sifat mekanis yang tergantung dari :


a. Pori-pori dan absorpsi.
b. Bentuk dan tekstur permukaan.
c. Ukuran butiran.
B. Sifat kimiawi dari agregat.
Agregat berpori berguna untuk menyerap aspal sehingga ikatan antara
aspal dan agregat baik. Tetapi terlalu banyak pori dapat mengakibatkan
terlalu banyak aspal yang terserap yang berakibat lapisan aspal menjadi
tipis.

Agregat berbentuk kubus dan kasar lebih baik mengikat aspal dari
pada agregat berbentuk bulat dan halus. Permukaan yang kasar akan

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 39

I - 39
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

memberikan ikatan dengan aspal lebih baik dari pada agregat dengan
permukaan licin.
Disamping hal tersebut di atas, daya lekat aspal dipengaruhi juga
oleh sifat agregat terhadap air. Grani dan batuan yang mengandung silica
merupakan agregat bersifat hydrophilic yaitu agregat yang senang terhadap
air. Agregat tersebut tidak baik digunakan untuk lapisan perkerasan
beraspal, karena mudah terjadi stripping yaitu lepasnya lapis aspal dari
agregat akibat pengaruh air.
Sebaliknya agregat seperti dioritandesit disebut agregat
hydrophobic, adalah agregat yang tidak mudah terikat dengan air sehingga
ikatan antara aspal dan agregat cukup baik dan stripping yang terjadi kecil
sekali.
Pemeriksaan agregat untuk daya lekatnya terhadap aspal dilakukan
dengan percobaan stripping mengikuti PB 0205-76 atau AASHTO T182-82.
Kelekatan agregat terhadap aspal sangat berpengaruh terhadap
kekuatan dari campuran material (mix design) dalam pembuatan jalan dan
sebagainya.

1.5.3. Alat dan Bahan yang Digunakan


A. Alat yang Digunakan
1. Wadah untuk mengaduk, kapasitas minimal 500 ml.
2. Timbangan dengan kapasitas 200 gram dan ketelitian 0,1 gram.
3. Tabung gelas kimia dengan kapasitas 600 ml.
4. Saringan 6,3 mm (1/4”) dan 9,5 mm (3/8”).
5. Termometer.
6. Air suling dengan pH 6,0 – 7,0.
7. Spatula.
B. Bahan yang Digunakan
Sampel merupakan agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8”)
dan tertahan pada saringan 6,3 mm (1/4”), sebanyak 100 gram.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 40

I - 40
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.5.4. Prosedur Percobaan


A. Diagram Alir Prosedur

Mulai

Persiapan
Menyiapkan Menyiapkan
alat : bahan :
Wadah kapasitas
Menyaring
500 ml.agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8
Timbangan ketelitian 0,1 gram.
Tabung gelas kimia.
Saringan 6,3 mm (1/4”) dan 9,5 mm (3/8”).
Termometer.
Air suling dengan pH 6,0 – 7,0.
Spatula.

Mencuci agregat dengan air suling. Kemudian mengeringkan pada su

Proses pengujian
Mengambil 100 gram sampel dan memasukkan ke dalam wadah. Memanaskan wadah yang berisi sampel yang telah diberi a

Memasukkan adukan aspal dan agregat tadi ke dalam oven pada suhu 60º selama 2 jam. Setelah 2 jam, mengeluarkan adu

Memindahkan sampel yang sudah terselaput aspal ke dalam tabung gelas kimia 600 ml. Segera menambahkan air sul

Analisa hasil

Memeriksa luas permukaan sampel yang sudah terselaput aspal dengan memperkiraka

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 41
Selesai
I - 41
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Gambar 1.6 Flow Chart Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal.

B. Uraian Prosedur
a. Menyaring agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan pada
saringan 6,3 mm (1/4”), sebanyak 100 gram.
b. Mencuci agregat dengan air suling. Kemudian mengeringkan pada suhu
135-149o C hingga beratnya tetap.
c. Memasukkan sampel ke dalam wadah. Memanaskan wadah yang berisi
sampel yang telah diberi aspal sebanyak 50,5 ± 0,2 gr, selama 1 jam
dalam oven. Mengaduk sampel selama ± 2 menit.
d. Memasukkan adukan aspal dan agregat tadi ke dalam oven pada suhu
60ºC selama 2 jam. Setelah 2 jam, mengeluarkan adukan beserta
wadahnya dari oven dan mengaduknya lagi hingga dingin (suhu ruang).
e. Memindahkan sampel yang sudah terselaput aspal ke dalam tabung gelas
kimia 600 ml. Segera menambahkan air suling sebanyak 400 ml dan
membiarkannya pada suhu ruang selama 16 hingga 18 jam.
f. Memeriksa luas permukaan sampel yang sudah terselaput aspal dengan
memperkirakan luas permukaan sampel yang terselimuti telah aspal.

1.5.5. Spesifikasi Pengujian


Tabel. 1.12. Data spesifikasi kelekatan agregat terhadap aspal.

Spesifikasi
Percobaan
Minimum Maksimum

Kelekatan agregat terhadap aspal 95% 100%

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 42

I - 42
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.5.6. Data Pengujian


Tabel 1.13 Pengujian kelekatan agregat terhadap aspal.

Nomor % Kelekatan
1   > 95  
2   > 95  
3   > 95  
4   > 95  
5   > 95  
6   > 95  
7   > 95  
8   > 95  
9   > 95  
10   > 95  
Rata-rata   > 95  

1.5.7 Analisa Data


Dari hasil pengujian diperoleh nilai kelekatan aspal > 95% sebesar
100% ,sehingga diperoleh nilai kelekatan rata-rata agregat terhadap aspal
sebasar > 95 %.

1.5.8 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal di
Laboratorium Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, diperoleh nilai kelekatan rata-rata sebesar > 95 %.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 43

I - 43
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan kelekatan agregat


terhadap aspal memenuhi spesifikasi (lihat pada Tabel 1.13), nilai kelekatan
yang disyaratkan minimal 95 %.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 44

I - 44
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 45

I - 45
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.6. PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN (


Aggregate Impact Value ).
1.6.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan nilai kekuatan agregat
terhadap tumbukan.

1.6.2. Teori Ringkas


Salah satu metode yang dikembangkan untuk menguji kekuatan
batuan terhadap beban lalu lintas adalah dengan melakukan simulasi
pemberian beban terhadap suatu sampel agregat dengan cara ditumbuk
(impact). Prisipnya adalah sampel agregat ditumbuk dengan alat khusus
selama beberapa waktu. Agregat yang hancur kemudian ditimbang dan
dibandingkan dengan berat semula sampel. Perbandingan ini merupakan
nilai dari aggregate impact value (AIV).
Proses penumbukan ini adalah proses dasar pembuatan agregat di
aggregat crushing plant. Biasanya beban tumbukan ini dikombinasikan
dengan beban tekanan (crushing) baik dari arah lateral maupun aksial.
Beban tumbukan yang diterima oleh agregat pada konstruksi jalan dimulai
dari aggregat crushing plant. Kemudian di laboratorium selain melalui
pengujian ini juga pada pembuatan campuran aspal dan agregat dalam mix
design.
Rumus  :
B
AIV = x 100 %
A ........................................................ (1.11)

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 46

I - 46
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Keterangan :
AIV = Aggregate impact value (%).
A = Berat awal sampel (gram).
B = Berat sampel lolos saringan No.8 (gram).

1.6.3. Alat dan Bahan yang Digunakan


A. Alat yang Digunakan
a. Saringan 1/2”, 3/8”, dan No.8.
b. Aggregate impact machine.
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
d. Talam- talam.
B. Bahan yang Digunakan
Agregat yang lolos pada saringan 1/2” dan tertahan pada saringan
3/8” sebanyak 1000 gram.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 47

I - 47
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.6.4. Prosedur Percobaan


A. Diagram Alir Prosedur

Mulai
Pe
rsi
ap
an Menyiapkan alat : Menyiapkan bahan :

- Saringan : 1/2”, 3/8” dan No.8. - Menyaring agregat yang lolos


- Aggregate impact machine saringan 1/2” dan tertahan
- Timbangan 3/8” sebanyak 1000 gram
- Talam-talam

Menyaring agregat sebanyak 1000 gram, dengan menggunakan saringan 1/2” dan 3/8”.

Memasukkan sampel pada alat penumbuk kemudian mengatur ketinggian palu agar jarak
Pr antara bidang kontak palu dengan permukaan sampel 380 ± 5 mm.
os
es
pe Melepas pengunci palu dan membiarkan palu jatuh bebas ke sampel. Mengangkat palu
ng pada posisi semula dan melepaskan kembali (jatuh bebas). Melakukan tumbukan
uji sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak lebih dari satu detik.
an
Menyaring sampel dengan saringan No. 8, kemudian menimbang yang lolos dari saringan
No.8.

Menghitung :
A B
na AIV = x100 %
A
lis
a
ha A = Berat awal sampel (gram).
sil B = Berat sampel yang lolos saringan No. 8 (gram).

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 48

I - 48
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

Selesai

Gambar 1.7. Flow Chart Pengujian Aggregate Impact Value

B. Uraian Prosedur
a. Memasukkan sampel dalam cup (cylindrial steel cup) sedemikian rupa
hingga tidak melebihi tinggi cup (50 mm). Memasukkan sampel ke
dalam dengan sedikit menekan lalu memadatkannya dengan tangan.
b. Meletakkan aggregate impact machine pada lantai dasar yang keras.
c. Meletakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan memastikan letak cup
sudah baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.
d. Mengatur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan
permukaan sampel 380 ± 5mm.
e. Melepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel.
Mengangkat palu pada posisi semula dan melepas kembali (jatuh bebas).
Melakukan tumbukan sebanyak 15 kali dengan selisih waktu
penumbukan tidak lebih dari satu detik.
f. Setelah selesai, kemudian menyaring benda uji dengan saringan No.8 dan
menimbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram.
g. Menghitung nilai AIV dengan rumus :
B
AIV = x 100 %
A
Keterangan :
AIV = Aggregate impact value (%).
A = Berat awal sampel (gram).
B = Berat sampel lolos saringan No.8 (gram).

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 49

I - 49
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

1.6.5. Data Pengujian


Tabel. 1.14 Data pengujian aggregate impact value (AIV)

Berat (gram)
Item Pengujian
Sampel I Sampel II

Berat sampel (A) 500.00 500.00

Berat sampel setelah penekanan dan lewat


45,80 40,80
saringan 2,36 mm (B)
Berat sampel setelah penekanan dan tertahan
454,20 459,20
saringan 2,36 mm
B
Aggregate impact value = ( ) x 100 % 9,16% 8,16%
A
Rata-rata AIV (%) 8,66%

1.6.6. Analisa Data


A. Pengujian 1
B
x 100 %
a. Nilai AIV = A
45,80
x 100 %
= 500,00
= 9,16 %

B. Pengujian 2
B
x 100 %
b. Nilai AIV = A
40,80
x 100 %
= 500,00
= 8,16 %

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 50

I - 50
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

C. Rata - rata
9,16% + 8,16%
c. Nilai AIV rata-rata = 2
= 8,66 %

1.6.7. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan Aggregate impact value (AIV) agregat kasar


di Laboratorium Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, diperoleh nilai Aggregate impact value (AIV)
rata-rata sebesar 8,66 %.
Spesifikasi mengisyaratkan nilai AIV < 10% baik untuk lapisan
permukaan, sedangkan nilai AIV > 35% tidak baik untuk lapisan
permukaan. Jadi, benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan AIV baik
digunakan sebagai lapisan permukaan.

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 51

I - 51
LAPORAN LABORATORIUM REKAYASA TRANSPORTASI

KELOMPOK XIII ( Nurul,Nhieta,Ismail,Taufik)


I - 52

I - 52

Vous aimerez peut-être aussi