Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagaimana
uraianntersebut, maka dalam makalah ini saya akan membahas mengenai salah satu masalah
yangdiakibatkan oleh terjadinya infeksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri,
cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis.

Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia. Secara umum gejala
ensefalitis berupa demam, kejang dan kesadaran menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada
semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa konsep dasar encephalitis ?
1.2.2 Bagaimana patofisiologi encephalitis ?
1.2.3 Apa etiologi encephalitis?
1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala klinis encephalitis ?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan penunjang encephalitis ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksaan medis encephalitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 TujuanUmum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensephalitis serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami tentang konsep dasar encephalitis
b. Mengetahui patofisiologi encephalitis
c. Mengetahui etiologi encephalitis
d. Mengetahui tanda dan gejala encephalitis
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang encephalitis

1
f. Mengetahui penatalaksanaan medis encephalitis

1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang penyakit
beserta konsep asuhan keperawatan dari ensefalitis. Penulis berharap dengan disusunnya
makalah ini, para pembaca lebih mengetahui tentang ensefalitis.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Defenisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan
oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary
amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang
sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong
terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
2.1.2 Klasifikasi
1. Ensefalitis Karena Bakteri
a. Ensephalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,
streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
- Patogenesis :
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis,
sinusitis, atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru,
bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang
menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap
kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan
dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi
jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah
terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
- Manifestasi klinis :
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ;
1.Demam
2.Kejang
3.Kesadaran menurun
Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum,
tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik
dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.Tanda-tanda deficit neurologist
tergantung pada lokasi dan luas abses.
b. Ensephalitis Siphylis
- Patogenesis:
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh
umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang
3
terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah
sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga
menginvasi susunansaraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks
serebri dan bagian- bagian lain susunan saraf pusat.
- Manifestasi klinis:
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian :
1. Gejala-gejala neurologist
Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan, afasia, apraksia,
hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering dijumpai pupil Agryll-
Robertson,nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul
gangguanan-gangguan motorik yang progresif.
2. Gejala-gejala mental
Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang mundur
perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya
konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu.
2.Ensephalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
1. Virus RNA Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili 4 Rabdovirus : virus
rabies Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus
dengue) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria .
2. Virus DNA Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,
sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia Retrovirus :
AIDS - Manifestasi klinis Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo,
nyeri badan, nausea, kesadaran menurun, timbul serangan kejang-kejang,
kaku kuduk, hemiparesis dan paralysis bulbaris.
3. Ensephalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan
utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang
terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga
menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis
fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.
Gejala-gejala yang timbul : demam tinggi.kesadaran menurun hingga koma.
Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-
gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh
manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan
otak. c. Amebiasis 5 Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung
ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningo-
encefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri
kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
c. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa
dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat
tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak.
Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna.
Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejaja-gejala
neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.

4
4.Ensephalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans,
Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor
mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat ialah
meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah
daya imunitas yang menurun.
5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang
terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi
trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur,
kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik
menunjukan lesi yang tersebar.

2.2 Patofisiologi

Virus / Bakteri

Mengenai CNS

Ensefalitis

Kejaringan susunan saraf pusat

TIK meningkat Kerusakana susunan saraf pusat

nyeri kepala - gangguan penglihatan

kejang spastic

- gangguan bicara

mual, muntah - gangguan pendengaran

5
- kelemahan gerak

BB turun

- gangguan sensorik
motorik
nutrisi kurang

Patogenesis dari encephalitis mirip dengan pathogenesis dari viral meningitis,


yaitu virus mencapai Central Nervous System melalui darah (hematogen) dan melalui
saraf (neuronal spread). Penyebaran hematogen terjadi karena penyebaran ke otak
secara langsung melalui arteri intraserebral. Penyebaran hematogen tak langsung
dapat juga dijumpai, misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari
arteri tersebut itu kuman dapat tiba di likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi
melalui penerobosan dari pia mater.
Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi penyebaran melalui
neuron, misalnya pada encephalitis karena herpes simpleks dan rabies. Pada dua
penyakit tersebut, virus dapat masuk ke neuron sensoris yang menginnervasi port
d’entry dan bergerak secara retrograd mengikuti axon-axon menuju ke nukleus dari
ganglion sensoris. Akhirnya saraf-saraf tepi dapat digunakan sebagai jembatan bagi
kuman untuk tiba di susunan saraf pusat.

Sesudah virus berada di dalam sitoplasma sel tuan rumah, kapsel virus
dihancurkan. Dalam hal tersebut virus merangsang sitoplasma tuan rumah untuk
membuat protein yang menghancurkan kapsel virus. Setelah itu nucleic acid virus
berkontak langsung dengan sitoplasma sel tuan rumah. Karena kontak ini sitoplasma
dan nukleus sel tuan rumah membuat nucleic acid yang sejenis dengan nucleic acid
virus. Proses ini dinamakan replikasi.
Karena proses replikasi berjalan terus, maka sel tuan rumah dapat
dihancurkan. Dengan demikian partikel-partikel viral tersebar ekstraselular. Setelah
proses invasi, replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbullah manifestasi-
manifestasi toksemia yang kemudian disususl oleh manifestasli lokalisatorik. Gejala-
gejala toksemia terdiri dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh.
Sedang manifestasi lokalisatorik akibat kerusakan susunan saraf pusat berupa
gannguan sensorik dan motorik (gangguan penglihatan, gangguan berbicara,gannguan
pendengaran dan kelemahan anggota gerak), serta gangguan neurologis yakni

6
peningkatan TIK yang mengakibatkan nyeri kepala, mual dan muntah sehinga terjadi
penurunan berat badan.

2.3 Etilogi/Penyebab
1. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :
a. Infeksi virus yang bersifat epidermik :
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
2. Golongan virus ARBO : Western Equire Encephalitis, St. Louis
Encephalitis, Eastern Equire Encephalitis, Japanese B. Encephalitis, Murray
Valley Encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic :
Rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic,
choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi
belum jelas.
c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-
vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti
infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik (Robin cit. Hassan, 1997).
2. Reaksi toksin seperti pada thypoin fever, campak, chicken pox.
3. Keracunan : arsenik, CO

2.4 Tanda dan Gejala Klinis


Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah encephalitis adalah:
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang

2.5 Pemeriksaaan Penunjang yang diperlukan

1. Biakan:
• Dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
• Dari likuor serebro spinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
• Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
• Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
7
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibody tubuh. IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : jika di tubuh terdapat virus west mile dalam analisis sampel
darah akan menunjukkan peningkatan antibodi terhadap virus atau terjadi
peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal :. Likuor serebo spinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa
5. EEG / Electroencephalography: EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi system saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.
6. CT scan : pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti encephalitis herpes
simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.
(Victor, 2001)

2.6 Penatalaksaan Medis (terapi medis)


Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :

1. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.

2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter

a. Ampicillin : 200 mg/kg/BB/24 jam, dibagi 4 dosis.


b. Kemicetin : 100 mg/kg/BB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila ensefalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV ensefalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kg/BB per hari dan
dilanjutkan selama 10=14 hari untuk mencegah kekambuhan.

d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

3. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak

a. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan


tergantung keadaan anak.
8
b. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dengan pipa
giving set untuk menghilangkan edema otak.

c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk


menghilangkan edema otak.

4. Mengontrol kejang : obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.


Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

b. Bila dalam 15 menit belum teratasi/kejang lagi bisa diulang dengan dosis yang
sama.

c. Sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

5. Mempertahankan ventilasi : bebaskan jalan nafas, berikan Oksigen sesuai


kebutuhan (2-3/menit).

6. Penatalaksanaan shock septik.

7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

8. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang


mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,
selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Dapat juga diberikan
antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.

9
BAB 3
TINJAUAN ASKEP

3.1 Pengkajian
I. Identitas
Umur : dapat menyerang semua kelompok umur.
Jenis Kelamin : tidak terdapat perbedaan.
Status ekonomi : sering terjadi keadaan nutrisi yang buruk, karena faktor
ekonomi. Lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan menunjang juga terjadinya penyakit
ini.
II. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama :
Panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun
2. Riwayat penyakit sekarang :
Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan meningkat
kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala
3. Riwayat penyakit dahulu :
Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh :
Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus,
E, Coli, dan lain-lain.
III. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat:
Riwayat imunisasi yang telah diberikan
2. Pola nutrisi dan metabolisme :
Terjadi perubahan dalam kebiasaan atau jenis makanan yang diberikan akibat
dari kondisi penyakitnya

10
3. Pola eliminasi :
Terjadi perubahan dari karakteristik feses dan urine (warna , konsistensi, bau),
dapat terjadi inkontinensia atau retensi dari urin atau alvi, nyeri tekan
abdomen.
4. Pola tidur dan istirahat:
Anak menjadi mudah terangsang/irritable, terjadi kejang spastik, penurunan
kesadaran (apatis-koma).
5. Pola aktivitas:
Dapat ditemukan gerakan-gerakan yang involunter, hipotonia, keterbatasan
dalam rentang gerak, ataksia, kelumpuhan, masalah dalam hal berjalan atau
keterbatsan akibat dari kondisi penyakitnya.
6. Pola hubungan dan peran :
Terjadi perubahan status mental
7. Pola persepsi dan konsep diri:
Pada anak usia toddler tidak dapat diikuti
8. Pola sensori dan kognitif :
Pada anak usia toddler dengan keadaan terjadi penurunan tingkat kesadaran
terjadi penurunan status mental, bisa terjadi letargi sampai kebingungan yang
sangat berat hinggga koma, delusi atau halusinasi/psikosis organik.
9. Pola reproduksi seksual
10. Pola penanggulangan stress
11. Pola tata nilai dan kepercayaan

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit d/d gelisah.
b. Hipertemia b/d trauma d/d kejang
c. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan sistem syaraf pusat d/d defisit
penglihatan parsial

11
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,
1994). Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit d/d gelisah.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memeperbesar efek
terapi analgetik.
Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari
tenang, ruangan agak gelap luar atau sensitivitas terhadap cahaya dan
sesuai indikasi. meningkatkan istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan kemudian.
Tingkatkan tirah baring, bantu Menurunkan gerakan yang dapat
kebutuhan perawatan diri meningkatkan nyeri.
pasien.
Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan ketegangan
aktif/pasif secara tepat dan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
masase otot daerah rasa tidak nyaman tersebut.
leher/bahu.
Kolaborasi :
Berikanan algesik sesuai Obat ini dapat digunakan untuk
indikasi. meningkatkan kenyamanan /istirahat umum.

b. Hipertemia b/d trauma d/d kejang


Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal.

12
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Pantau suhu pasien, Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses
perhatikan menggigil/ penyakit infeksius akut.
diaforesis.
Kolaborasi : Digunakan untuk mengurangi demam dengan
Berikan antipiretik sesuai aksi sentralnya pada hipotalamus
indikasi..
Berikan kompres mandi Dapat membantu mengurangi demam.
hangat, hindari penggunaan
alkohol.
Berikan pengamanan pada Melindungi mulut agar lidah tidak tergigit
pasien dengan memberi saat terjadi kejang.
bantalan, penghalang tempat
tidur tetap terpasang dan
berikan pengganjal pada
mulut,jalan napas tetap bebas.

c. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan sistem syaraf pusat d/d defisit penglihatan
parsial.
Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.
Kriteria hasil :Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan
residual.
Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.
INTERVENSI RASIONAL
Kesadaran akan tipe/daerah yang
Mandiri :
terkena membantu dalam mengkaji/
Lihat kembali proses
mengantisipasi defisit spesifik dan
patologis kondisi individual.
keperawatan
Munculnya gangguan penglihatan
Evaluasi adanya gangguan
dapat berdampak negatif terhadap
penglihatan
kemampuan pasien untuk menerima

13
lingkungan.
Menurunkan/ membatasi jumlah
Ciptakan lingkungan yang
stimuli yang mungkin dapat
sederhana,pindahkan perabot
menimbulkan kebingungan bagi
yang membahayakan.
pasien.

3.4 Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan pasien
dengan masalah ensefalitis meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit d/d gelisah.
NO IMPLEMENTASI
1 Memberikan tindakan nyaman.
Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak
2
gelap sesuai indikasi.
3 Mengkaji intensitas nyeri.
Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan
4
perawatan diri pasien.
Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara
5
tepat dan masase otot daerah leher/bahu.
Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai
6
indikasi.

b. Hipertemia b/d trauma d/d kejang

NO IMPLEMENTASI
Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/
1
diaforesis.
Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai
2
indikasi.
Memberikan kompres mandi hangat, hindari
3
penggunaan alkohol.
Memberikan pengamanan pada pasien dengan
4 memberi bantalan, penghalang tempat tidur tetap
terpasang dan merikan pengganjal pada mulut, jalan

14
napas tetap bebas.

c. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan sistem syaraf pusat d/d defisit
penglihatan parsial.
NO IMPLEMENTASI
Melihat kembali proses patologis kondisi
1
individual.
2 Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan
Menciptakan lingkungan yang sederhana,
3
pindahkan perabot yang membahayakan.

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
(Lynda Juall Capenito, 1999:28). Evaluasi akhir yang dapat di capai pada penanganan
klien dengan Ensefalitis adalah :
1. Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
2. Klien tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.
3. Klien tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
4. Klien mengalami perbaikan citra tubuh

15
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,
malaria, atau primary amoebic meningo encephalitis, juga dapat menyebabkan
ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang.

4.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam
tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut
terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

16
Daftar Pustaka

Anonymous. 2014. Definition of encephalitis. (Online),


(http://www.slideshare.net/sobi7777/anatomi-dan-fisiologi-sistem-persarafan), diakses 3
Agustus 2018 pukul 18.35 WIB.

Intan, putri. 2015. Ensefalitis (Online), ( https://www.academia.edu/11839089/Ensefalitis),


diakses 3 Agustus 2018 pukul 19.40 WIB.

Kenanga. 2017. Makalah Encephalitis (Online),


(https://www.academia.edu/34971346/MAKALAH_ENCEPHALITIS_angra), diakses 3
Agustus 2018 pukul 19.44 WIB.

Shodikin, M. 2013. Anatomi dan fisiologi system persarafan (Online),


(http://www.slideshare.net/sobi7777/anatomi-dan-fisiologi-sistem-persarafan), diakses 3
Agustus 2018 pukul 18.20 WIB.

Fransisca. 2015. ENSEFALITIS (Online),


(https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/ensefalitis2.pdf), diakses 6 Agustus 2018
pukul 14.23 WIB.

17

Vous aimerez peut-être aussi