Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“ADAPTASI”
OLEH :
KELOMPOK 3
TINGKAT II A / D IV KEPERAWATAN
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................…...2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
2.1 Pengertian Adaptasi..................................................................................................7
2.2 Tujuan Adaptasi........................................................................................................8
2.3 Dimensi Adaptasi.....................................................................................................9
2.4 Karakteristik adaptasi..............................................................................................9
2.5 Jenis Adaptasi...........................................................................................................9
2.6 Fungsi Koping..........................................................................................................9
2.7 Aspek koping............................................................................................................9
2.8 Sumber Ketahanan terhadap Stress........................................................................10
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Simpulan................................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari adaptasi
2. Untuk Mengetahui tujuan dari adaptasi
3. Untuk mengetahui dimensi dari adaptasi
4. Untuk mengetahui karakteristik dari adaptasi
5. Untuk mengetahui jenis dari adaptasi
6. Untuk mengetahui fungsi koping
7. Untuk mengetahui askep koping
8. Untuk mengetahui sumber ketahanan terhadap stress
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai contoh LAS ada dua respons yang sering dihadapi oleh seseorang atau
tenaga kesehatan khususnya dokter dan perawat dalam melaksanakan tugasnya
yaitu respons reflex nyeri dan respons inflamasi.
b. GAS
Merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress, yang melibatkan
berbagai system tubuh terutama system saraf otonom dan system endokrin. GAS
terdiri dari reaksi alarm (peringatan), resisten dan tahap pemulihan atau kehabisan
tenaga.
1) Reaksi alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat agar volume darah dapat
meningkat menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan
untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan energy untuk
keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormon lain seperti epinefrin dan
norepinefrin mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, meningkatkan alira
darah ke otot, meningkatkan pengambilan oksigen dan meningkatkan
kewaspadaan.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu unutk melakukan respon
melawan atau menghindar (figh or flight). Curah janung, ambilan oksigen dan
frekuensi pernapasan meningkat; dilatasi pupil mata untuk menghasilkan bidang
visual yang lebih besar, dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan
energy lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energy mental ini
seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.
Selama reaksi alarm, individu dihadapkan pada stressor spesifik. Respon
fisiologis individu adalah mendalam, melibatkan system tubuh utama dan dapat
berlangsung dari hitungan menit sampai jam dan dapat mengancam hidup
seseorang. Stressor yang terus menetap setelah reaksi alarm (peringatan) maka
berlanjut ke fase kedua yaitu fase resisten.
2) Tahap resisten
Tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan darah
dan curah jantung kembali ke tingkat normal. Individu berupaya untuk
beradaptasi terhadap stressor, jika stressor dapat diatasi tubuh akan memperbaiki
kerusakan yang telah terjadi , namun jika stresor terus menetap seperti kehilangan
darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan, kemudian tidak mampu
beradaptasi maka individu masuk tahap ketiga tahap kehabisan tenaga.
3) Tahap kehabisan tenaga
Terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stressor dan energy yang
diperlukan semakin menipis. Respons fisiologis menghebat tetapi tingkat energy
individu terganggu dan adaptasi terhadap stressor hilang. Tubuh tidak mampu lagi
mempertahankan dirinya terhadap dampak stressor, regulasi fisiologis
menghilang dan jika stress terus berlangsung dapat mengakibatkan kematian.
2. Adaptasi Psikologis
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stressor. Perilaku ini diarahakan pengelolaan stress dan diperoleh melalui
pembelajaran dan pengalaman, sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku
yang dapat diterima dan berhasil.
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitis, kemampuan penyelesaian
masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat. Individu bisa terlibat
penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan yang secara subyektif dapat dipandang
sebagai perilaku adaptif, namun dalam kenyataannya hal demikian malah dapat
meningkatkan stress dan bukan menyelesaikan masalah.
Perilaku adaptif psikologis disebut sebagai copingatau mekanisme coping.
Lazarus dan Folkman (1984) mengemukakan coping merupakan strategi untuk
memanajemen perilaku menuju penyelesaian masalah yang paling sederhana dan
realistis, serta berfungsi untuk membebaskan diri masalah yang nyata maupun tidak
nyata dan coping merupakan usaha kognitif dan perilaku untuk mengatasi,
mengurangi, dan tahan terhadap berbagai tuntutan (distress demand).
Berbagai tuntutan ini bisa internal atau eksternal. Tuntutan internal seperti
adanya konfilk peran yaitu seorang wanita harus memilih antara keluarganya dan
karirnya. Tuntutan interbal bisa berupa kemacetan dan atau stres pekerjaan. Coping
menghasilkan dua tujuan, pertama individu mengubah hubungan dengan dirinya
dengan lingkungannya agar menghasilkan dampak yang lebih baik. Tujuan kedua
adalah individu biasanya berusaha untuk meredakan atau menghilangkan beban
emosional yang dirasakanya.
Lazarus dan Folkman (1984) lebih lanjut menyatakan pada awalnya kata
“manajemen” dalam arti coping memiliki pengertian yang sangat penting dan
mengindikasikan coping sebagai usaha untuk keluar serta mencoba mencari solusi
dari setiap permasalahan yang ada. Pada dasarnya jika dapat mengatasi setiap masalah
yang ada dan dapat mengevakuasi kembali setiap inti dari setiap permasalahan yang
ada, kita akan dapat memberikan penilaian secara sederhana setelah mengamati setiap
perbedaan permasalahan yang ada, mentoleransi atau menerima suatu ketakutan,
ancaman dan kita akan menolak dan menghindar dari setiap masalah yang dialami
(Lazarus dan Folkman, 1984).Penilaian merupakan komponen penting dalam kaitan
stress dengan coping. Lazarus dan Folkman (dalam Mayne dan Bonano, 2003)
membedakan dua tipe penilaian, yaitu penilaian primer (primary appraisal) dan
penilaian sekunder (secondary appraisal). Penilaian primer tergantung pada tujuan,
nilai dan kepercayaan yang berhubungan dengan evaluasi yang dimiliki oleh individu
terhadap stressor. Penilaian primer ditujukan pada kejadian yang dialami sebagai
pertanyaan oleh individu untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian
tersebut dapat diartikan sebagai hal yang positif, netral atau negative dan disesuaikan
dengan tujuan, nilai dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu tersebut.
Lazarus dan Folkman (dalan Mayne dan Bonano, 2003) membedakan lima tipe
penelitian primer yaitu penilaian yang tidak relevan (irrelevant), penilaian yang
positif (benign/positive), penilaian yang penuh kekalahan (harm/loss), penilaian yang
penuh ancaman (threat), dan penilaian yang penuh kemenangan (chalenge).
Individu berhadapan dengan lingkungan yang baru atau terjadi perubahan
lingkungan ada situasi yang penuh tekanan maka individu akan melakukan penilaian
awal yaitu penilaian primer untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian
tersebut dapat diartikan sebagai awal hal yang positif, netral, atau negatif. Sesudah
penilaian awal terhadap stressor maka dilanjutkan dengan penilaian sekunder.
Penilaian sekunder merupakan penilaian terhadap kemampuan individu atau penilaian
terhadap sumber-sumber ketahanan terhadap stress seperti harga diri, hubungan yang
dimiliki dalam upaya mengatasi tekanan yang dialami (Lazarus dalam Eysenck dan
Keane, 2001).
Safaria dan Saputra (2009) mengemukakan setelah individu memberikan
penilain primer dan sekunder individu akan melakukan penilaian ulang (re-appraisal)
yang akhirnya mengarah pada pemilihan strategi coping untuk penyelesaian masalah
yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Keputusan pemilihan strategi coping dan
respons yang digunakan oleh individu untuk menghadapi situasi stress tergantung dari
faktor internal diantaranya gaya coping yang sudah terbiasa dipakai dan kepribadian
diri individu yang bersangkutan. Faktor eksternal berupa ingatan pengalaman dari
berbagai situasi dan keberadaan dukungan sosial.
c. Rasionalisasi
Stuart dan Sundeen (2002) mengemukakan rasionalisasi adaah membrikan
penjelasan yang dapat diterima secara social atau seolah-olah masuk akal
untuk menyesuaikan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak
dapat diterima. Rasionalisasi mempunyai dua unsur pembelaan yaitu:
membantu membenarkan yang dilakukan dan yang dipercaya serta
melunakkan kekecewaan yang berhubungan dengan tujuan yang tidak
dapat diraih. Fenomena adanya rasionalisasi adalah mencari-cari alasan
untuk membenarkan perilakunya atau kepercayaannya, tidak mampu
mengenal hal-hal yang bersifat dinamis atau bertentangan dan
menjadibingung, marah jika alasannya digunakan orang.
d. Identifikasi
Menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan seseorang
atau suatu hal yang dikaguminya. Identifikasi dengan pahlawan atau
dengan tokoh yang baik dapat memegang peranan penting dalam
pembentukan kepribadian anak.
e. Introyeksi
Individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau suatu
kelompok ke dalam struktur egonya sendiri (Stuart dan Sundeen, 2002).
f. Represi
Secara tidak sadar, menekan pikiran yang berbahaya dan yang menydihkan
keluar dari alam sadarnya. Represi memegang peranan penting dalam
membantu individu mengawasi semua keinginan yang berbahaya dan
dalam mengurangi gangguan sebagai akibat adanya pengalaman yang
menyakitkan.
Dalam hal pengalaman yang traumatic terjadi dengan tiba-tiba, maka
represi untuk sementara waktu dapat bekerja sebagai pembelaan diri
sampai waktu dan factor yang lain sudah dapat membuat individu tidak
begitu peka lagi terhadap kejadian tersebut. Disamping represi, ada supresi
dan keduanya berbeda. Dalam supresi, individu secara sadar menolak
pikirannya ke luar dari alam sadarnya dan memikirkan hal yang lain.
Supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa jika tidak
dilakukan terus menerus dan mengingat individu mengetahui perilakunya
demikian.
g. Regresi
Kembali ke taraf perkembangan yang telah dilalui, yang biasanya kurang
matang dan kurang aspiratif. Dalam regresi, secara tidak disadari individu
itu mengulangi atau mencoba lagi perilaku atau cara yang digunakan
terdahulu, sewaktu ia masih kanak-kanak dan tergantung pada orang lain.
Individu juga mundur dari kenyataan ke keadaan yang lebih rendah
tuntutannya, lebih sederhana atau rendah cita-citanya dan dengan suatu
kepuasan yang lebih mudah dicapai.
h. Proyeksi
Menyalahkan orang lain berhubungan dengan kesulitannya sendiri atau
mengeluarkan kepada orang lain keinginannya sendiri yang tidak baik.
Proyeksi merupakan kecendrungan seseorang untuk menyalahkan ornag
lain mengenai kesalahan dirinya sendiri. Seseorang menghubungkan
kepada orang lain keinginan dan pikirannya sendiri yang tidak dapat
diterima. Proyeksi berkembang dari pengalaman sendiri bahwa
menyalahkan orang lain tentang kegagalan sendiri, pikiran tercela akan
membantu individu tersbut dalam menghindari celaan dan hukuman
masyarakat, dan jika seseorang menganut nilai-nilai masyarakat, proyeksi
akan dapat melindungi terhadap penurunan harga dirinya.
j. Sublimasi
Keinginan yang tidak terpenuhi terutama seksual akan disalurkan pada
kegiatan lain yang dapat diterima oleh masyarakat. Sublimasi merupakan
penggunaan energi psikis umum untuk aktivitas yang baik, sehingga secara
tidak langsung dapat mengurangi ketegangan karena frustasi seksual atau
dorongan yang lain.
k. Kompensasi
Menutup kekurangan dengan menonjolkan hal yang baik atau karena
frustasi dalam suatu bidang tertentu, dicari kepuasan dalam bidang yang
lain. Kompensasi biasanya dilakukan terhadap perasaan kurnag mampu.
m. Pelepasan (Undoing)
Meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecenderungan, atau
tindakan yang tidak disetujui. Meminta maaf, menyesal, dan menjalani
hukuman merupakan bentuk pelepasan.
p. Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jaln menceritakan berbagai
kesukarannya.
r. Fiksasi
Feist dan Feist (2009) mengemukakan pada umumnya pertumbuhan psikis
lazimnya bergerak secara kontinu melalui serangkaian tahap
perkembangan, akan tetapi proses pendewasaan secara psikologis tidaklah
bebas dari momen-momen yang penuh dengan stress maupun kecemasan.
Melangkah ke tahap perkembangan lebih lanjut akan memunculkan
kecemasan yang begitu besar, maka ego bisa mengambil strategi untuk
tetap bertahan di tahap psikologis saat ini yang telah terasa lebih nyaman.
Pertahanan ini disebut fiksasi (fixation).
Fiksasi merupakan keterikatan permanen dari libido pada tahap
perkembangan sebelumnya yang lebih primitive dan bersifat universal
(Freud, 1963).
s. Menarik Diri
Perkembangan kepribadian bisa berhenti ketika manusia lari dari kesulitan.
Adler menyebut kecenderungan ini sebagai menarik diri atau perlindungan
dengan membuat jarak. Adler menyebutkan empat cara perlindungan
dalam menarik diri, yaitu:
(1) Bergerak mundur adalah kecenderungan untuk melindungi tujuan
superioritas fiksional seseorang dengan cara psikologis kembali pada
periode kehidupan yang lebih aman. Bergerak mundur mirip dengan
konsep regresi Freud yang keduanya melingkupi usaha untuk kembali
pada fase awal kehidupan yang lebih nyaman. Regresi ini terjadi secara
tidak sadar dan melindungi seseorang dari pengalaman yang penuh
kecemasan, sedangkan bergerak mundur kadang-kadang terjadi secara
sadar dan dimaksudkan untuk mempertahankan superioritas yang
berlebih. Cara ini bertujuan untuk memperoleh simpati, sikap
mengganggu yang ditawarkan secara berlebihan kepada anak-anak
yang manja.
(2) Berdiam diri adalah kecenderungan tidak bergerak ke arah mana pun,
mereka menghindari semua tanggung jawab dalam melindungi diri
mereka sendiri dari ancaman kegagalan.
(3) Keragu-raguan adalah orang yang ragu-ragu atau bimbang ketika
dihadapkan pada masalah yang sulit. Penundaan yang dilakukan pada
akhirnya memberikan alasan untuk berkata, “sekarang sudah
terlambat”. Adler percaya bahwa kebanyakan perilaku kompulsif
bertujuan untuk membuang-buang waktu. Cara ini di mata orang lain
tampak sebagai tindakan yang merugikan diri sendiri, namun keadaan
ini membantu individu-individu neurotic untuk mempertahankan rasa
harga diri mereka yang tinggi.
(4) Membangun penghalang adalah cara dengan mampu mengatasi
masalah, mereka melindungi harga diri dan wibawa mereka. Beberapa
orang membangun rumah dari jerami untuk menunjukkan kalau
mereka bisa merobohkannya, jika mereka gagal untuk mengatasinya,
mereka akan selalu bisa mencari alasan (Feist dan Feist, 2009).
2. Distancing, melakukan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau
memutuskan suatu harapan yang positif
4. Self control, adalah mengatur perasaan diri sendiri atau tindakannya dalam
hubungannya dengan penyelesaian masalahnya
6. Positive reappraisal, berupaya memberinti arti positif dari situasi yang ada dalam
masa perkembangan kepribadian, kadang kala dengan pemikiran yang religious
(Taylor, 1995)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
adaptasi adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam aktivitas individu terhadap
aspek fisiologis dan psikososial dalam merespons terhadap suatu stressor.
Secara umum, adaptasi bertujuan untuk menghadapi tuntutan secara sadar dan tidak
sadar, menghadapi tuntutan kebutuhan secara realistik, rasional, dan objektif
Ada banyak dimensi di antaranya adaptasi di antaranya adaptasi fisiologis yang
memungkinkan homeostasis fisiologis dan terjadi juga proses serupa pada dimensi
psikososial dan dimensi lainnya. mengemukakan stress dapat mempengaruhi dimensi fisik,
perkembangan, emosional, intelektual, social, dan spiritual
Respons terhadap stress mencakup adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis.
Adaptasi fisiologis berkenaan dengan respons organ-organ tubuh terhadap adanya stressor,
sedangkan adaptasi psikologis berhubungan dengan respons psikologis terhadap stressor yang
ada
Pada umumnya jenis adaptasi ada dua yaitu : adaptasi fisiologis dan adaptasi
psikologis
menyatakan coping memiliki dua fungsi umum yaitu dapat berupa focus pada
permasalahan yang dihadapi dan melakukan regulasi emosi dalam merespons atau
beradaptasi terhadap stress
Dua model coping yang diperolehnya melalui metode metaanalisis dari berbagai
literature yang membaginya menjadi coping kombatif dan coping preventif
Untuk menangani atau beradaptasi dengan stressor ini, dapat berorientasi pada
sumber-sumber ketahanan terhadap stress (Stress Resistance Resource). Inilah yang harus
dimiliki dalam penyelesaian yang memungkinkan bagi setiap orang untuk mengatasi stressor
kehidupan.
3.2 Saran
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi uraian makalah
ini, tentu banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan referensi yang
kami peroleh. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.