Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

II.1.1Titrasi Asam dan Basa

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi


yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk debagai anu ( tak
diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan
yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetric.

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang
seksama volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralokan.
Andaikan kita ingin menentukan konsentrasi suatu larutan asam klorida, dan bahwa
tersedia di laboratorium suatu basa dengan konsentrasu yang diketahui sebesar 1,20
N. Analisis dilakukan sebagai berikut. Sebagian dari masing-masing larutan dapat
ditaruh dalam dua buret , dan suatu kuantitas asam yang mudah diukur , misalnya
15,0 mL dialirkan dari buret kelabu. Cara lain, sejumlah yang diketahui dari asam itu
dapat diambil dari dalam gelas piala dengan suatu pipet yang dikalibrasikan dengan
bantuan bola isap. Suatu indicator, seperti lakmus atau fenolftalein, ditambah kepada
asam, dan labu itu ditaruh dibawah buret yang berisi basa.

Basa dialirkan ke dalam labu itu mula-mula dengan agak cepat, kemudian
perlahan-lahan dan akhirnya setetes demi tetes sampai tetes terakhir tunggal
mengakibatkan indicator berubah warna. Perubahan warna itu merupakan tanda
bahwa sejumlah basa telah ditambahkan yang ekuivalen dengan banyaknya asam
dalam 15 mL larutan yang tak diketahui.Volume total basa yang digunakan dibaca
pad buret. Katakan volume ini 21,2 mL . Artinya 21,2 mL basa 1,2 N ditemukan tepat
menetralkan 15,0 mL larutan asam klorida yang konsentrasnya tak diketahui.
Untuk masing-masing larutan, perkalian volume,V (dalam liter) kali
normalitas N adalah banyaknya ekuivalen dari spesi yang bereaksi:

VA X NA = ekuiv A

VB X NB = ekuiv B

Dengan A dan B masing-masing menyatakan asam dan basa. Pada penetralan


banyaknya ekuivaken asam (ekuiv A ) sama dengan banyaknya ekuivalen basa (ekuiv
B) dan dapat ditulis

ekuiv A = ekuiv B

VA X NA = VB X NB

Karena factor volume muncul pada kedua ruas persamaan, maka satuan
volume apa saja dapat digunakan dalam persamaan ini, asal kedua volume itu
dinyatakan dengan satuan yang sama,misalnya kedua dalam millimeter,yakni:

LA X NA = LB X NB

Atau

mLA X NA = mLB X NB

dengan menggunakan hubungan yang terakhir ini, konsentrasi asam dapat dihitung
sebagai berikut

21,2 𝑚𝑙 𝑥 1,2 𝑁
𝑁𝑎 = = 1,7 𝑁
15 𝑚𝑙

(Keenan,)

II.1.2 Titrasi Penetralan ( Asidimetri – Alkalimetri)


Titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri, sedang untuk titrasi
atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri.
Kata metri berasal dari bahasa yunani dan berarti ilmu,proses atau seni mengukur; I
dan o dalam hubungan dengan mentri berarti sama saja, yaitu dengan atau dari
akhiran –i berasal dari bahasa latin dan –o dari bahasa yunani. Jadi asidimetri dapat
diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam ( yang diukur
jumlah basa atau garam).

(Harjadi,)

II.1.3 Netralisasi Pada Titrasi

a. Asam kuat dan Basa Kuat.

Bila kuantitas ekuimolar dari suatu asam kuat seperti asam klorida, HCL, dan
suatu basa kuat seperti Natrium Hidroksida,NaOH, dicampur dalam suatu larutan air,
ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari basa akan bersenyawa membentuk
air. Reaksi ini dikenala sebagai penetralan. Persamaan ion lengkapnya adalah

H3O+ + Cl- + Na+ + OH- Cl- + Na+ + 2H2O

Atau lebih sederhana

H+ + OH- H2O

Bila spesi asam dan basa beraksi,dikatalan spesi-spesi ini saling menetralkan.

b. Asam Kuat dan Basa Lemah

Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara
asam dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang bener-bener netral.
Memang larutan netral hanya diperoleh nila asam basa itu sama kuatnya.
Perhatikan apa yang terjadi apabila asam kuat,seperti HCl, dan ammonia ,NH3
Suatu basa lemah dicampur dalam larutan air. Larutan ammonium klorida yang
diperoleh bersifat agak asam bukannya netral, karena ion NH4 berfungsi sebagai
suatu asam bila dilarutkan didalam air.

c. Asam Lemah dan Basa Kuat

Reaksi dalam larutan dari asam lemah seperti asam asetat dengan basa kuat
NaOH. Larutan natrium asetat yang dihasilkan bersifat agak basa, bukannya netral,
karena ion asetat berfungsi sebagai basa dalam larutan air.

d. Asam Lemah dan Basa Lemah

Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari
asam asetat dalam larutan air dari asam asetat yang lemah itu dengan basa lemah
ammonia. Larutan ammonium asetat yang dihasilkan,praktis netral. Ini karena kuat
ion NH4 + tepat diimbangi oleh kuat basa dari ion C2H3O2-

(Keenan,)

II.1. 4 Berat Ekivalen

Dalam aside-alkalimetri, BE adalah berat zat yang mereaksikan atau


membutuhkan satu gram ion H+ atau OH- dengan perkataan lain BE= BM dibagi
jumlah ion H+ yang direaksikan atau diikat oleh sebuah molekul zat yang
bersangkutan

𝐵𝑀
𝐵𝐸 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵𝑀 = 𝑛. 𝐵𝐸
𝑛

Dimana n ialah jumlah ion H+ yang direaksikan oleh sebuah molekul asam atau diikat
oleh sebuah molekul

1
1 Ekivalen = 𝑛mol atau I mol = n ekivalen
Karena dalam titrasi biasanya volume diukur dalam ml, maka juga sering dipakai
jumlah miliekivalen (me)= 10-3 ekivalen

1N= larutan 1 ekivalen/liter= larutan 1me/ml

II.1.5 Bahan Baku Primer untuk Asidi Alkalimetri

Pada titrasi standarisasi diusahakan ketelitian yang sebesar-besarnya. Untuk itu perlu
dipeerhatikan hal-hal berikut:

a) Bila bahan baku primer digunakan sebagai zat padat,minimumnya hendaknya


ditimbang 200mg agar kesalahan penimbangn tak lebih dari 0,1 %. Bila BE
bahan baku primer tersebut kecil sehingga yang diperlukan jauh kurang dari
200 mg, sebaiknya dibuat dulu larutan dengan menimbang cukup banyak dan
melarutkannya dengan teliti volumenya
b) Titrant yang terpakai hendaklag 40ml atau lebuh agar kesalahan titrasi tidak
melebihi 0,1 % karena kesalahan membaca letak meniscus sekitar 0,01ml
c) Sebaiknya jangan menggunakan cara titrasi kembali, tetapi langsung menuju
titik akhir sebab tiap tahap pengerjaan merupakan sumber kesalahan
d) Selalu harus dihindarkan menstandarisasi dengan sebuah larutan baku
sekunder
e) Titrasi standarisasi sedikitnya harus rangkap tiga dengan selisih hasil
maksimum( 0,1%-0,2%)

(Harjadi,)

II.1.6 Indikator Asam Basa

Seorang analisis mengambil faedah dari perubahan besar dalam pH yang


terjadi dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik ekivalennya akan tercapai.
Ada banyak asam dan basa organic lemah yang bentuk- bentuk tak berdisosiasi dan
ionnya menunjukkan warna yang berbeda. Molekul-molekul demikian dapat
digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan dan disebut
indicator visual.

Bentuk tak terdisosiasi adalah tak berwarna, tetapi anionnya, yang mempunyai
system ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang berganti-ganti (suatu system
terkonjugasikan), berwarna kuning. Molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai
system terkonjugasikan, menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang blebih
panjang dibandingkan dengan molekul-molekul sebanding tetapi yang tanpa system
terkonjugasikan. Cahaya yang diserap sering ada pada bagian spectrum yang tampak
dengan demikian molekul atau ionnya berwarna.

Indikator terkenal fenolftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia


mulab-mula berdisosiasi menjadi satu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan
kehilangan hydrogen kedua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan;maka
dihasilkan warna merah. Metil Orange indicator lain yang secara luas digunakan,
merupakan suatu basa dan berwarna kuning dalam bentuk molecular. Penambahan
ion hydrogen akan menghasilkanm suatu kation yang berwarna merah muda.

( Underwood,)

II.2 Sifat Bahan

1.HCl

A. Sifat Fisika

1. Massa atom 36,4


2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
3. Titik leleh : -1010C
4. Energi ionisasi : 1250 kj/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
B. Sifat Kimia

1. .HCl akan berasap tebal di udara lembab.


2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
3. Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
4. Merupakan oksidator kuat.

C Fungsi:

(Anonim,2012).

2. Metil Orange

A.Sifat Fisika

1. Keadaan fisik dan penampilan: Solid. (Bubuk padat.)


2. Bau: Tidak berbau.
3. Rasa: Tidak tersedia.
4. Berat Molekul: 327,34 g / mol
5. Warna: Orange-Kuning
6. Melting Point:> 300 ° C (572 ° F)
B. Sifat Kimia
1. Sebagian larut dalam air panas. Sangat sedikit larut dalam air dingin.
2. Tidak larut dalam dietil eter. Praktis tidak larut dalam alkohol.
3. Larut dalam pirimidin.
C. Fungsi:
(Anonim,2016)
3. Na Boraks( Na 2 B4O7 )
A. Sifat Fisika
1. Massa Molar : 381.37 (decahydrate)
2. Penampilan: padatan putih
3. Densitas :1.73 g/cm³ (solid)
4. Titik Lebur: 743 °C (anhydrous)
5. Titik didih: 1575 °C
B. Sifat Kimia

1. Reaksi dengan asam klorida untuk membentuk asam borat adalah:


Na 2 B 4 O 7 · 10H 2 O + 2 HCl → 4 H 3 BO 3 + 2 NaCl + 5 H 2 O
2. The "decahydrate" cukup stabil untuk menemukan digunakan sebagai standar
primer untuk asam basa titrimetri .
3. Ketika boraks ditambahkan ke api, menghasilkan warna hijau kuning
C. Fungsi
(Anonim,2016)
4 Fenolftalein
A.Sifat Fisika
1. Rumus Kimia= C20H14O4
2. Massa molar= 318.32 g mol−1
3. Serbuk putih
4. Densitas = 1,277 g/cm3 (32 °C (90 °F))
5. λmaks= 552 nm (1st)
374 nm (2nd)
B. Sifat Kimia
1. Mudah larut dalam air
2. Tidak larut dalam benzena atau heksana, sangat mudah larut dalam etanol dan
eter, sedikit larut dalam DMSO
3. Fenolftalein dapat disintesis dari kondensasi anhidrida ftalat dengan dua
ekivalen fenol di bawah kondisi asam
C. Fungsi:
(Anonim,2016)
5. NaOH
A. Sifat Fisika

1. Rumus molekul: NaOH


2. Massa molar: 39.99711 g/mol moL
3. Penampilan : putih solid, hidroskopis
4. Kepadatan : 2.13 g/cm 3
5. Titik lebur: 318 °C, 591 K, 604 °F
6. Titik didih : 1388 °C, 1661 K, 2530 °

B. Sifat Kimia

1. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.


mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.
2. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air,
3. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida

C. Fungsi:
(Anonim,2012)
DAFTRAR PUSTAKA

Anonim.2012.” Beberapa Contoh msds “. (https://eskampiun.wordpress.com 2012


/05/01) Diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul 19.00 WIB

Anonim.2010. “Sifat Fisika dan Kimia zat Kimia”.( http://demoln.blogspot.co.id


/2012/03/) Diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul 19.00 WIB

Anonim. 2016. “Borax”. (http://id.wikipedia.org/wiki/) . Diakses pada tanggal 20


April 2016 pukul 20.30 WIB.

Anonim. 2016. “Fenolftalein”. (http://id.wikipedia.org/wiki/) . Diakses pada tanggal


20 April 2016 pukul 21.00 WIB.

Anonim. 2016. “Metyl Orange”. (http://www.sciencelab.com/msds/) . Diakses pada


tanggal 20 April 2016 pukul 20.00 WIB

Vous aimerez peut-être aussi