Vous êtes sur la page 1sur 36

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Menurut Hendrik L Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan
keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk
mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah
satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang merupakan sanitasi dasar.1,2
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku
penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air
yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Buruknya kondisi
sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau
sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya.3
Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) 2006 menunjukan
47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang tempat (BABS) ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya
angka kejadian diare di Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar
423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.3
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di
Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas
umum (4,2%). Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki fasilitas BAB,
masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan BAB
sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB
milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%); sedangkan
proporsi rumah tangga BAB di fasilitas milik bersama dan umum maupun BAB sembarangan di
1
perdesaan (masing-masing 6,9%, 5,0%, dan 20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di
perkotaan (6,6%, 3,5%, dan 5,1%).4
Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014-2018
didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan
BABS. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian
memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan 38% BABS.5
Berdasarkan data pencatatan program pengawasan jamban keluarga di Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Tirtajaya, Kecamatan
Tirtajaya, Kabupaten Karawang, dalam bentuk angka yang sudah diolah dan disajikan dalam
PKP dan laporan tahunan program, didapatkan cakupan hasil pengawasan / inspeksi jamban
keluarga yaitu 10.17% dari target 75% dengan besar masalah 86,44% dan cakupan jamban
keluarga yang memenuhi syarat yaitu 5,77% dari target 75% dengan besar masalah 92,30%. Di
puskesmas kecamatan Tirtajaya, kunjungan sepuluh penyakit terbanyak adalah ISPA, demam
yang tidak diketahui sebabnya, tukak lambung, sakit kepala, rematisme, hipertensi primer,
gangguan kulit dan jaringan, diabetes melitus, diare dan gastroenteritis, dan thypus abdominalis.
Dimana terdapat diare di dalamnya yang sangat berhubungan erat dengan program pengawasan
jamban.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan evaluasi program untuk mengetahui tingkat
keberhasilan program pengawasan jamban keluarga, dan jumlah jamban yang memenuhi syarat
di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan
Desember 2017.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:
1. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi lingkungan 45%, perilaku
30%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.
2. Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3
tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap
tahunnya.

2
3. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang
tempat (BABS).
4. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia menggunakan
fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas umum (4,2%).
Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan
BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%.
5. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014-2018
didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan BABS.
6. Berdasarkan data pencatatan program pengawasan jamban keluarga di Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Tirtajaya,
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang didapatkan cakupan hasil pengawasan /
inspeksi jamban keluarga yaitu 10.17% dari target 75% dengan besar masalah 86,44%
dan cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 5,77% dari target 75%
dengan besar masalah 92,30%.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program serta menemukan dan
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam program pengawasan jamban di UPTD
Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017 melalui
pendekatan sistem.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Diketahuinya jumlah sarana jamban keluarga yang ada, jumlah jamban keluarga yang
diperiksa, jumlah jamban keluarga yang memenuhi syarat di wilayah kerja UPTD
Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017.

3
2. Diketahuinya hasil dari cakupan program pengawasan jamban keluarga di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode periode Januari sampai dengan
Desember 2017.
3. Diketahuinya presentase cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember
2017.
4. Diketahuinya jumlah penyuluhan tentang sarana jamban keluarga di wilayah kerja
UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi


1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.

4
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan
lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah kerja UPTD
Puskesmas DTP Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa barat.
2. Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa barat.
3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar
dapat berjalan dengan baik.
4. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu
dari pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

1.4.4 Bagi Masyarakat


1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
DTP Tirtajaya
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi
daerah-daerah lain di Indonesia.
3. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang memenuhi syarat untuk
kebutuhan sehari-hari

1.5. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya
Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Januari sampai dengan Desember 2017.

5
Bab II
Materi dan Metode

2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Januari sampai dengan
Desember 2017 di UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Dinas ) Puskesmas DTP ( Dengan
Tempat Perawatan ) Tirtajaya , Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
antara lain:

1. Pendataan jumlah sarana jamban keluarga yang ada.


2. Jumlah penduduk yang menggunakan jamban
3. Jumlah jamban keluarga yang diperiksa
4. Jumlah jamban keluarga yang memenuhi syarat
5. Jenis jamban yang ada atau yang digunakan
6. Pemetaan sarana jamban keluarga yang memenuhi syarat
7. Jumlah penyuluhan yang dilakukan tentang jamban keluarga
8. Pencatatan dan Pelaporan

2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
pengawasan jamban di UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan
Desember 2017 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur
yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan
sistem.

6
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Bagan 1. Teori Pendekatan Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pemantauan (controlling).

7
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur


Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan jamban keluarga.
Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan
jamban keluarga.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya dan jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan
fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas pembuangan tinja (jamban) yang digunakan sendiri
atau bersama,yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes
RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah
satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap
sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS (Buang
Air Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free (ODF).

8
Bab IV
Penyajian Data

4.1. Sumber Data


Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari data sekunder, yaitu:
1. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya Kabupaten Karawang tahun 2017
2. Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas DTP
Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode Januari sampai Desember 2017
3. Laporan Bulanan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan , UPTD Puskesmas DTP
Tirtajaya Kabupaten Karawang Periode Januari sampai Desember 2017
4. Data demografi UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya Kabupaten Karawang tahun 2017

4.2. Data Umum


4.2.1. Data Geografis
UPTD Puskesmas Tirtajaya berada di lingkungan wilayah Kecamatan Tirtajaya,
yang lokasinya terletak di bagian Utara Kabupaten Karawang, yaitu di Dusun Jamantri II,
Desa Sabajaya, Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang. Luas wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya lebih kurang 11.362 ha, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa


b. Sebelah Timur : Kecamatan Cibuaya
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Jayakerta
d. Sebelah Barat : Kecamatan Batujaya

Gambar 2. Peta wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya


9
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya mencakup 11 (sebelas) desa di antaranya,
yaitu Desa Pisangsambo, Desa Sabajaya, Desa Medankarya, Desa Tambaksumur, Desa
Tambaksari, Desa Srijaya, Desa Srikamulyan, Desa Kutamakmur, Desa Bolang, Desa
Gempolkarya, dan Desa Sumurlaban.

4.2.2 Data Demografi

Berdasarkan data yang dimiliki oleh UPTD Puskemas Tirtajaya pada tahun 2017,
4
didapatkan gambaran, sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk yang mendiami wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya,


Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang ialah sebanyak 63.222 jiwa, dengan
proporsi jumlah penduduk laki-laki lebih mencapai 29.465 jiwa, dan jumlah penduduk
perempuan mencapai 33.757 jiwa.
b. UPTD Puskesmas Tirtajaya memiliki 27.424 KK dengan KK terbanyak mendiami Desa
Pisangsambo.
c. Tingkat pendidikan terbanyak ditempati oleh lulusan SD/SLTP, sebanyak 16.401 jiwa
dengan tingkat pendidikan dengan jumlah paling rendah ditempati oleh lulusan
Perguruan Tinggi.
d. Sarana pendidikan yang dimiliki oleh UPTD Puskesmas Tirtajaya dengan jumlah
terbanyak ditempati oleh SD/MI sebanyak 40 sarana, dengan SMA/SMK menjadi
sarana pendidikan yang menempati jumlah terendah.
e. Penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya dengan mata pencaharian petani
menempati jumlah terbanyak sebanyak 35.08% dari penduduk di wilayah Tirtajaya.
f. Jumlah penduduk miskin di wilayah Tirtajaya sebanyak 37.635 jiwa.
g. Agama yang dianut sebagian besar penduduk adalah agama Islam dengan persentase
100%

10
4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya, antara lain:
Puskesmas Induk (1), Posyandu (46), Poned (1), Posbindu (7), Klinik Kesehatan (4), Praktik
Dokter Swasta (2), Praktik Bidan Swasta (28), Puskesmas Pembantu (4), Apotik (3).

4.3. Data Khusus


4.3.1. Masukan
A. Tenaga (Man)
- Penanggung jawab program pengawasan jamban keluarga: 1 orang sebagai
koordinator program dan pelaksana program
B. Dana (Money)
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :
- BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) : Tersedia
C. Sarana (Material)
1. Sarana medis:
- Sanitarian kit : Tidak ada
2. Sarana non medis:
- Infocus : Ada
- Layar : Ada
- Leaflet : Tidak ada
- Lembar balik : Tidak ada
- Poster : Tidak ada
- Formulir wawancara/
formulir pengawasan sarana jamban : Ada
- Buku pedoman Kesling : Ada
- Alat tulis : Ada
- Sarana transportasi dinas : Ada

11
D. Metode (Method)
1. Pendataan dilakukan setiap awal tahun berupa jumlah jamban yang ada,
jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang
digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang
jumlah jamban yang ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku
potensi desa yang disesuaikan dengan Puskesmas Tirtajaya.
2. Penyuluhan/pemicuan mengenai sarana jamban yang memenuhi syarat
kesehatan yang berdasarkan program STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat). Penyuluhan dilakukan di dalam dan di luar gedung.
3. Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat. Pemetaan jamban
dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa binaan. Pemetaan
dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan
untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui
lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi sarana
jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas sanitasi yang
layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis
lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
4. Pengawasan/inspeksi sarana jamban keluarga
Inspeksi dilakukan secara berkala 8 kali dalam 1 bulan (1 minggu 2
kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan
kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di
wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya.

12
Kemenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap
individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS. Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBABS), suatu kondisi ketika setiap individu
dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBABS
diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang berupa jamban sehat.
Kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan
yaitu :6
 Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan
yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
 Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitar.

5. Pencatatan dan Pelaporan


 Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam
format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir
lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data
dalam bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik
(bulanan dan tahunan).
 Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan
diberikan secara periodik (bulanan dan tahunan).

13
4.3.2. Proses
A. Perencanaan
 Melakukan pendataan 1 kali setahun setiap awal tahun tentang sarana jamban
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya. Pendataan sarana jamban
keluarga meliputi jumlah rumah, jumlah jamban keluarga yang ada, jumlah
jamban keluarga yang memenuhi syarat, jumlah jamban keluarga yang tidak
memenuhi syarat, jenis jamban keluarga yang digunakan, dan jumlah
keluarga yang tidak memiliki jamban.
 Merencanakan pelaksanaan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban
sebanyak 8 kali dalam sebulan (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan
lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 11.00 WIB. Perencanaan
kegiatan dibuat 1 bulan sebelumnya mengenai jadwal tempat dan waktu
dilakukannya pengawasan jamban.
 Merencanakan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat 1 tahun sekali
pada pertengahan tahun sekitar bulan Juni-Juli.
 Merencanakan kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan 1 kali) yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui kerjasama dengan
lintas program (Program Promosi Kesehatan) dan lintas sektor (RT dan RW
setempat). Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM.
 Pencatatan dan pelaporan :
- Pencatatan : setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul
12.00-14.00 WIB).
- Pelaporan : setiap awal bulan.

14
B. Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program pengawasan jamban sehat, berupa pembagian tugas secara umum di
Puskesmas Tirtajaya berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu:

Kepala Puskesmas/Penanggung Jawab


Program
Teti Suhernayati, SKM

Koordinator Kesehatan Lingkungan/Pelaksana


Suhendar, Amk

Bagan 2. Struktur Organisasi Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tirtajaya

Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi berdasarkan jabatan:


1. Kepala Puskesmas
1. Sebagai penanggung jawab program
2. Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan
3. Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan
lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya.
2. Koordinator Kesehatan Lingkungan/Pelaksana
1. Koordinator program.
2. Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah
setempat.
3. Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil
pencatatan kepada Kepala Puskesmas Tirtajaya setiap awal bulan.

15
C. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
 Dilakukan pendataan 1 kali selama 1 tahun di tiap-tiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Tirtajaya, yang dilakukan pada awal tahun yakni pada bulan
Januari tahun 2017. Data yang didapatkan merupakan data jumlah rumah,
jumlah jamban keluarga yang ada, data didapatkan melalui data kecamatan.
Sedangkan pendataan jumlah jamban yang diperiksa dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan dilakukan setiap bulan.
 Dilakukan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban hanya 2 kali dalam 1
bulan.
 Tidak dibuat pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
 Penyuluhan jamban sehat dari petugas kesehatan lingkungan ataupun lintas
program dan lintas sektor dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun.
 Pencatatan dilakukan setiap melakukan kegiatan dan dilakukan pelaporan
setiap awal bulan.
D. Pengawasan
 Adanya pencatatan setiap melakukan kegiatan dan pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan
sekali.
 Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tirtajaya tentang hasil pencapaian
program pengawasan jamban antara programmer dengan kepala puskesmas
dalam rapat mini lokakarya bulanan.

16
4.3.3. Keluaran
A. Cakupan Hasil Pengawasan / Inspeksi Jamban Keluarga
𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Cakupan : (829*/8151*) x 100% = 10.17%


Target : 75% per tahun, untuk periode Januari sampai dengan Desember
2017 (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang).
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target, jadi besarnya masalah adalah
75% - 10.17% = (64.83/75) x 100% = 86,44%

B. Cakupan Jamban Keluarga yang Memenuhi Syarat


𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Cakupan : (471*/8151*) x 100% = 5,77%


Target : 75% per tahun, untuk periode Januari sampai dengan Desember
2017 (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang).
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target, jadi besarnya masalah adalah
75% - 5,77% = (69,23/75) x 100% = 92,30%

C. Cakupan Penyuluhan Jamban Keluarga

Cakupan : (2/12) x 100% = 16.66%


Target : 100% per tahun, untuk periode Januari sampai dengan Desember
2017.
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target, jadi besarnya masalah adalah
100% - 16.66% = (83.34/100) x 100% = 83.34%

D. Cakupan Jumlah Pelatihan Kader

Tidak dilakukan pelatihan kader.

Kesimpulan : Besarnya masalah 100%


17
Keterangan :
(*) diambil dari hasil laporan bulanan pemeriksaan dan data dasar penyehatan
lingkungan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya periode Januari sampai
dengan Desember 2017.

E. Catatan dan Pelaporan


 Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil
pengawasan/inspeksi jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang diperiksa
serta jumlah jamban yang memenuhi syarat.
 Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirtajaya.

4.3.4. Lingkungan
A. Lingkungan Fisik
 Lokasi :
Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi
yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor, namun ada beberapa tempat yang jaraknya dari puskesmas cukup
jauh sekitar 7 km dengan waktu tempuh 25 menit. Sebagian jalan masih
berlubang dan rusak bahkan ada beberapa jalan yang belum diaspal
sehingga mempengaruhi pelaksanaan program terutama saat musim hujan
sehingga beberapa tempat menjadi tergenang air sehingga sulit dilewati
karena tidak terlihat mana jalanan yang berlubang dan membahayakan
petugas.

18
 Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan. Tetapi
bila musim hujan akses ke beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya sulit dilewati karena banjir dan lubang-lubang di jalan yang
tergenang air sehingga sulit dilewati karena tidak terlihat mana jalanan yang
berlubang.
 Kondisi Geografis :
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban.
B. Lingkungan Non Fisik
 Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan
program. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih
rendah yaitu kebanyakan adalah SD.
 Perilaku masyarakat yang masih sering BAB sembarangan seperti di saluran
irigasi, sungai, pinggir pantai, dan sawah mempengaruhi keberhasilan
program.

4.3.5. Umpan Balik


Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas setiap bulan yang membahas
laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

4.3.6. Dampak
A. Langsung
Masyarakat tidak mudah terkena penyakit yang penularannya melalui fekal oral.
B. Tidak langsung
Meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang kaitannya dengan kesehatan
lingkungan

19
Bab V
Pembahasan Masalah

5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran


No Variabel Tolak Ukur (%) Pencapaian (%) Masalah (%)
1 Cakupan hasil pengawasan / 75 10.17 (+) 86.44
inspeksi jamban keluarga
2 Cakupan jamban keluarga 75 5.77 (+) 92.30
yang memenuhi syarat
3 Cakupan penyuluhan tentang 100 16.66 (+) 83.34
jamban sehat
4 Cakupan jumlah pelatihan 100 0 (+) 100
kader

5.2 Masalah Menurut Variabel Masukan


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1 Tenaga Tersedianya petugas sebagai Terdapat 1 orang tenaga yang (+)
(Man) koordinator dan pelaksana merangkap sebagai
program pengawasan jamban koordinator dan pelaksana
yang terampil di bidangnya program pengawasan jamban,
namun dalam melaksanaan
pekerjaanya kurang optimal
karena beliau berlatar
belakang sebagai perawat

20
2 Dana Tersedianya dana yang Ada, namun tidak jelas besar Tidak dapat
(Money) berasal dari BOK dan perincian dananya diukur
3 Sarana Sanitarian kit Tidak ada (+)
(Material) Infocus Ada
Layar Ada
Leaflet Tidak ada
Lembar balik Tidak ada
Poster Tidak ada
Formulir wawancara Ada
Buku pedoman Ada
Alat tulis Ada
Sarana transportasi dinas Ada
4 Metode 1. Pendataan 1. Pendataan dilakukan tetapi 1. (+)
(Method) hanya terbatas pada
jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak
ada pendataan mengenai
jenis jamban yang
digunakan
2. Penyuluhan mengenai 2. Penyuluhan hanya 2. (+)
sarana jamban yang dilakukan 2 kali dalam 1
memenuhi syarat tahun
kesehatan yang dilakukan
di dalam dan di luar
gedung
3. Pemetaan jamban yang 3. Tidak dilakukan pemetaan 3. (+)
sudah memenuhi syarat sarana jamban yang
memenuhi syarat

21
4. Pengawasan/inspeksi 4. Pengawasan/inspeksi 4. (+)
sarana jamban sarana jamban hanya
dilakukan 2 kali dalam
sebulan
5. Pencatatan dan pelaporan 5. Ada pencatatan setiap 5. (-)
dilakukan kegiatan dan
pelaporan setiap awal
bulan

5.3 Masalah Menurut Variabel Proses


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1. Perencanaan Terdapat perencanaan Sudah dibuat jadwal (+)
mengenai jadwal kegiatan kegiatan pengawasan /
pengawasan / inspeksi inspeksi jamban setiap 1
jamban yang dilakukan 1 bulan sebelum kegiatan,
bulan sebelumnya. namun jadwal yang dibuat
tersebut tidak mencakup
tempat dan waktu kegiatan
secara rinci.
2. Pengorganisasian Dibentuk struktur Struktur organisasi sudah (+)
organisasi, kepala jelas namun koordinasi di
puskesmas sebagai lintas program dan lintas
penanggung jawab sektoral antar petugas
program, , kemudian pelaksana program
melakukan koordinasi pengawasan jamban belum
dengan pelaksana program optimal

22
3. Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan
metode yang telah
ditetapkan dilaksanakan
secara berkala:

1. Pendataan dilakukan 1 1. Pendataan telah 1. (+)


kali setahun dilakukan 1 tahun
sekali. Namun datanya
terbatas hanya pada
jumlah jamban yang
ada dan jumlah jamban
yang memenuhi syarat.
Tidak ada data
mengenai jenis jamban
yang digunakan.
2. Pengawasan/inspeksi 2. Pengawasan/inspeksi 2. (+)
dilakukan 8 kali dalam 1 hanya dilakukan 2 kali
bulan dalam 1 bulan
3. Pemetaan sarana 3. Belum dilakukan 3. (+)
jamban yang memenuhi pemetaan jamban
syarat 1 tahun sekali
4. Penyuluhan dilakukan 4. Penyuluhan yang hanya 4. (+)
12 kali dalam 1 tahun dilakukan 2 kali dalam
1 tahun
5. Pencatatan dan 5. Pencatatan dilakukan 5. (-)
pelaporan setiap melakukan
kegiatan dan dilakukan
pelaporan setiap awal
bulan.

23
4. Pengawasan 1. Pencatatan dan 1. Pencatatan dilakukan 1. (-)
pelaporan setiap setiap melakukan
bulan/tahunan secara kegiatan dan pelaporan
berkala tentang setiap awal bulan
kegiatan pengawasan
jamban ke tingkat
Kabupaten
2. Rapat bulanan hasil 2. Adanya rapat bulanan 2. (-)
pencapaian program
pengawasan jamban

5.4 Masalah Menurut Variabel Lingkungan


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1 Fisik 1. Lokasi 1. Semua lokasi dapat dijangkau 1. (-)
dengan sarana trasportasi
yang ada
2. Iklim 2. Bila musim hujan jalanan 2. (-)
becek dan banjir namun
masih bisa dilalui
3. Kondisi geografis 3. Kondisi geografis tidak 3. (-)
mempengaruhi kegiatan
program
2 Non Fisik 1. Keadaan sosial 1. Sebagian besar penduduk 1. (+)
ekonomi Kecamatan Tirtajaya bermata
pecaharian sebagai petani
dan termasuk penduduk
tingkat ekonomi rendah.
24
2. Tingkat pengetahuan 2. Tingkat pengetahuan 2. (+)
masyarakat tentang kesehatan
lingkungan masih rendah
3. Perilaku masyarakat 3. Perilaku masyarakat yang 3. (+)
masih BAB sembarangan

5.5 Masalah Menurut Variabel Umpan Balik


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1 Umpan Balik Rapat kerja bulanan untuk Adanya rapat bulanan dengan (-)
membahas laporan kegiatan Kepala Puskesmas Tirtajaya
evaluasi program yang mengenai laporan kegiatan
dilaksanakan evaluasi program

25
Bab VI
Perumusan Masalah

6.1 Masalah Sebenarnya (Menurut Keluaran)


A. Cakupan hasil pengawasan / inspeksi jamban keluarga yaitu 10.17% dari target 75%
dengan besar masalah 86,44%
B. Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 5,77% dari target 75% dengan
besar masalah 92,30%
C. Cakupan penyuluhan jamban yang dilakukan sebanyak 16,66% dari target 100% dengan
desar masalah 83,34%
D. Cakupan jumlah pelatihan kader yang terdapat di kecamatan yaitu tidak dilakukan
dengan besar masalah 100%

6.2 Masalah dari Unsur Lain (Penyebab)


6.2.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
Terdapat 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan jamban, namun dalam melaksanaan pekerjaanya kurang
optimal karena beliau berlatar belakang sebagai perawat. Oleh sebab hanya
seorang diri dengan wilayah kerja yang luas/jumlah KK yang banyak maka hasil
kerjanya kurang optimal.
B. Dana (Money)
Dana dari BOK tersedia, namun tidak jelas besar dan perincian dananya.
C. Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu Program Sarana
Jamban Keluarga terutama dalam hal penyuluhan, seperti leaflet, lembar balik,
poster yang mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.

26
D. Metode (Method)
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, tidak dibuatnya pemetaan
sarana jamban.

6.2.2 Proses
A. Perencanaan
Sudah dibuat jadwal kegiatan pengawasan / inspeksi jamban setiap 1 bulan
sebelum kegiatan, namun jadwal yang dibuat tersebut tidak mencakup tempat
dan waktu kegiatan secara rinci.
B. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas namun koordinasi di lintas program dan lintas
sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum optimal.
C. Pelaksanaan
 Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan
 Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban
yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis jamban
tidak masuk dalam pendataan
 Belum dilakukan pemetaan jamban
 Penyuluhan yang dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun

6.2.3 Lingkungan
Non Fisik
 Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan termasuk
penduduk dengan tingkat ekonomi rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi
penduduk untuk memiliki sarana jamban yang memadai.
 Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih rendah
 Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan

27
Bab VII
Prioritas Masalah

7.1 Masalah Menurut Keluaran


A. Cakupan hasil pengawasan / inspeksi sarana jamban dengan besar masalah 86,44 %
B. cakupan presentasi jamban yang memenuhi syarat dengan besar masalah 92,30 %
C. Cakupan penyuluhan jamban keluarga dengan besar masalah 83, 34 %
D. Cakupan Jumlah kader terlatih dengan besar masalah 100%

7.2 Prioritas Masalah


No Parameter Masalah
A B C D
1 Besarnya masalah 4 5 3 5
2 Berat ringan akibat yang 5 5 4 4
ditimbulkan
3 Keuntungan sosial jika 4 5 4 4
masalah selesai
4 Teknologi yang tersedia 3 3 3 3
5 Sumberdaya yang tersedia 3 3 4 4

Total 19 21 18 20

keterangan derajat masalah :


5 = sangat penting
4 = penting
3 = cukup penting
2 = kurang penting
1 = sangat kurang penting

28
Yang menjadi prioritas masalah adalah :

1. Cakupan jumlah pelatihan kader yang dilakukan dengan besar masalah 100%
2. cakupan presentasi jamban yang memenuhi syarat dengan besar masalah 92,30 %

29
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1. Masalah I
Kurangnya cakupan pengawasan / inspeksi jamban keluarga yaitu 10.17% dari target 75%
dengan besar masalah 86.44%
8.2. Masalah II
Kurangnya jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 5,77% dari target 75% dengan
besar masalah 92,30%
8.3. Masalah III
Kurangnya penyuluhan jamban sehat yaitu 16,66% dari target 100% dengan besar masalah
83,34%
8.4. Masalah IV
Tidak terlaksananya kegiatan pelatihan kader jamban sehat keluarga di kecamatan dengan
besar masalah 100%
8.5. Penyebab Masalah I, Masalah II, Masalah III dan Masalah IV
Masukan
A. Tenaga (Man)
Hanya terdapat 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan jamban
B. Dana (Money)
Dana dari BOK tersedia, namun tidak jelas besar dan perincian dananya.
C. Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu Program Sarana Jamban
Keluarga terutama dalam hal penyuluhan, seperti leaflet, lembar balik, poster yang
mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.
D. Metode (Method)
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, tidak dibuatnya pemetaan sarana
jamban.
30
Proses
A. Perencanaan
Jadwal yang dibuat tidak mencakup tempat dan waktu kegiatan secara rinci.
B. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas namun koordinasi di lintas program dan lintas
sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum optimal.
C. Pelaksanaan
 Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan
 Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis jamban tidak masuk
dalam pendataan
 Belum dilakukan pemetaan jamban
 Penyuluhan yang dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun
Lingkungan Non Fisik
 Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan termasuk
penduduk dengan tingkat ekonomi rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi
penduduk untuk memiliki sarana jamban yang memadai.
 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih rendah
 Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan

8.6. Penyelesaian Masalah I, Masalah II, Masalah III dan Masalah IV


Masukan
A. Tenaga (Man)
Menambah jumlah petugas / kader yang dapat membantu pelaksanaan program
pengawasan jamban di daerah UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya. Selain itu dilakukan
pelatihan terhadap petugas yang menjalankan program kesehatan lingkungan agar
lebih terampil dalam menjalankan tugasnya. Juga dilakukan pelatihan kader-kader di
masyarakat agar dapat meringankan pekerjaan pelaksana program kesehatan
lingkungan.
31
B. Dana (Money)
Dilakukan pembukuan secara rinci terhadap dana yang telah diterima dan dana yang
telah digunakan. Selain itu juga mencari sumber-sumber dana yang baru di
Puskesmas untuk menambah pemasukan dana jika memang dibutuhkan.
C. Sarana (Material)
Petugas kesehatan lingkungan lebih aktif untuk membuat poster, leaflet atau
selebaran yang dapat membantu masyarakat untuk memahami jamban sehat dan
mengetahui pentingnya menggunakan jamban yang sehat serta mendorong
masyarakat untuk memiliki jamban yang sehat.
D. Metode (Method)
Melakukan pendataan terhadap jenis jamban dan pemetaan yang memenuhi syarat
dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada untuk dapat melakukan
pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban secara berkala di daerah tempat
tinggalnya.
Proses
A. Perencanaan
Dibuat jadwal yang lebih rinci mengenai tempat dan waktu dilakukannya
pengawasan jamban. Sehingga dalam melakukan program pengawasan jamban dapat
lebih terarah.
B. Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program,
koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan
lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan bekerja sama
dengan promosi kesehatan, bidan desa, kader dan sebagainya.
C. Pelaksanaan
Pengawasan/inspeksi jamban dilakukan lebih sering. Minimal 1 minggu 1 kali
dilakukan pengawasan jamban.

32
Lingkungan Non Fisik
Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak
hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang
memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya
sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan
masyarakat sehingga mengubah sikap dan perilaku dalam hal BABS. Mulai
mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya
adalah ODF atau stop BABS.

33
Bab IX
Penutup

9.1. Kesimpulan
Menurut hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan program
pengawasan jamban keluarga di UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat periode Januari hingga Desember 2017 dikatakan berhasil
tetapi hasil yang dicapai belum sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan. Dari hasil
kegiatan program, didapatkan :
 Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya periode
Januari sampai dengan Desember 2017 adalah 8151, jumlah sarana jamban yang
diperiksa selama Januari sampai dengan Desember 2017 adalah 829, dan jumlah
sarana jamban yang memenuhi syarat saat diperiksa adalah 471.
 Cakupan hasil pengawasan / inspeksi jamban keluarga periode Januari sampai
dengan Desember 2017 adalah 10.17% dari target 75%.
 Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat periode Januari sampai dengan
Desember 2017 adalah 5,77% dari target 75%.
 Penyuluhan tentang sarana jamban yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017 terdata sebanyak 2 kali.
 Pelatihan kader masyarakat tentang jamban sehat belum terlaksana periode Januari
sampai dengan Desember 2017.

34
9.2. Saran
Saran bagi kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program:
 Memantau (supervise) kegiatan pengawasan jamban keluarga dengan cara
membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang dan
pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui.
 Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat dalam
pengawasan jamban keluarga.
 Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif
kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang layak/jamban sehat.

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan jamban pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat
keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

35
Daftar Pustaka

1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka
Cipta. 2011.
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2014
3. Sanitasi total berbasis masyarakat. 2017. Diunduh dari : www.sanitasi.net/sanitasi-total-
berbasis-masyarakat.html. 22 Juli 2017
4. RISKESDAS 2013. Riset kesehatan dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI .h.89-91.
5. Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Karawang Tahun 2014-2018. Diunduh dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:aGhRbnVdTi8J:ppsp.nawasis.in
fo/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/mp/kab.karawang/BAB%2520I%2520MPS%252
0oke.docx+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. 20 Juli 2017.
6. Aditama YT. Pedoman Pelaksaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2012. Jakarta :
Direktorat Jeneral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Jakarta : Kementeria Kesehatan; 2014. H.12-5.

36

Vous aimerez peut-être aussi