Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pendahuluan
2
3. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang
tempat (BABS).
4. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia menggunakan
fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas umum (4,2%).
Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan
BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%.
5. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014-2018
didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan BABS.
6. Berdasarkan data pencatatan program pengawasan jamban keluarga di Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Tirtajaya,
Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang didapatkan cakupan hasil pengawasan /
inspeksi jamban keluarga yaitu 10.17% dari target 75% dengan besar masalah 86,44%
dan cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 5,77% dari target 75%
dengan besar masalah 92,30%.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program serta menemukan dan
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam program pengawasan jamban di UPTD
Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017 melalui
pendekatan sistem.
3
2. Diketahuinya hasil dari cakupan program pengawasan jamban keluarga di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode periode Januari sampai dengan
Desember 2017.
3. Diketahuinya presentase cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember
2017.
4. Diketahuinya jumlah penyuluhan tentang sarana jamban keluarga di wilayah kerja
UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
4
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan
lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah kerja UPTD
Puskesmas DTP Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa barat.
2. Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa barat.
3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar
dapat berjalan dengan baik.
4. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu
dari pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
1.5. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya
Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Januari sampai dengan Desember 2017.
5
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Januari sampai dengan
Desember 2017 di UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Dinas ) Puskesmas DTP ( Dengan
Tempat Perawatan ) Tirtajaya , Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
antara lain:
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
pengawasan jamban di UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya periode Januari sampai dengan
Desember 2017 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur
yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan
sistem.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pemantauan (controlling).
7
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
8
Bab IV
Penyajian Data
Berdasarkan data yang dimiliki oleh UPTD Puskemas Tirtajaya pada tahun 2017,
4
didapatkan gambaran, sebagai berikut:
10
4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya, antara lain:
Puskesmas Induk (1), Posyandu (46), Poned (1), Posbindu (7), Klinik Kesehatan (4), Praktik
Dokter Swasta (2), Praktik Bidan Swasta (28), Puskesmas Pembantu (4), Apotik (3).
11
D. Metode (Method)
1. Pendataan dilakukan setiap awal tahun berupa jumlah jamban yang ada,
jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang
digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang
jumlah jamban yang ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku
potensi desa yang disesuaikan dengan Puskesmas Tirtajaya.
2. Penyuluhan/pemicuan mengenai sarana jamban yang memenuhi syarat
kesehatan yang berdasarkan program STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat). Penyuluhan dilakukan di dalam dan di luar gedung.
3. Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat. Pemetaan jamban
dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa binaan. Pemetaan
dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan
untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui
lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi sarana
jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas sanitasi yang
layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit berbasis
lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
4. Pengawasan/inspeksi sarana jamban keluarga
Inspeksi dilakukan secara berkala 8 kali dalam 1 bulan (1 minggu 2
kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan
kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di
wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya.
12
Kemenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap
individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS. Stop Buang
Air Besar Sembarangan (SBABS), suatu kondisi ketika setiap individu
dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBABS
diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang berupa jamban sehat.
Kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan
yaitu :6
Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan
yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitar.
13
4.3.2. Proses
A. Perencanaan
Melakukan pendataan 1 kali setahun setiap awal tahun tentang sarana jamban
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya. Pendataan sarana jamban
keluarga meliputi jumlah rumah, jumlah jamban keluarga yang ada, jumlah
jamban keluarga yang memenuhi syarat, jumlah jamban keluarga yang tidak
memenuhi syarat, jenis jamban keluarga yang digunakan, dan jumlah
keluarga yang tidak memiliki jamban.
Merencanakan pelaksanaan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban
sebanyak 8 kali dalam sebulan (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan
lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 11.00 WIB. Perencanaan
kegiatan dibuat 1 bulan sebelumnya mengenai jadwal tempat dan waktu
dilakukannya pengawasan jamban.
Merencanakan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat 1 tahun sekali
pada pertengahan tahun sekitar bulan Juni-Juli.
Merencanakan kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan 1 kali) yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui kerjasama dengan
lintas program (Program Promosi Kesehatan) dan lintas sektor (RT dan RW
setempat). Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM.
Pencatatan dan pelaporan :
- Pencatatan : setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul
12.00-14.00 WIB).
- Pelaporan : setiap awal bulan.
14
B. Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program pengawasan jamban sehat, berupa pembagian tugas secara umum di
Puskesmas Tirtajaya berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu:
15
C. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
Dilakukan pendataan 1 kali selama 1 tahun di tiap-tiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Tirtajaya, yang dilakukan pada awal tahun yakni pada bulan
Januari tahun 2017. Data yang didapatkan merupakan data jumlah rumah,
jumlah jamban keluarga yang ada, data didapatkan melalui data kecamatan.
Sedangkan pendataan jumlah jamban yang diperiksa dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan dilakukan setiap bulan.
Dilakukan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban hanya 2 kali dalam 1
bulan.
Tidak dibuat pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
Penyuluhan jamban sehat dari petugas kesehatan lingkungan ataupun lintas
program dan lintas sektor dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun.
Pencatatan dilakukan setiap melakukan kegiatan dan dilakukan pelaporan
setiap awal bulan.
D. Pengawasan
Adanya pencatatan setiap melakukan kegiatan dan pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan
sekali.
Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tirtajaya tentang hasil pencapaian
program pengawasan jamban antara programmer dengan kepala puskesmas
dalam rapat mini lokakarya bulanan.
16
4.3.3. Keluaran
A. Cakupan Hasil Pengawasan / Inspeksi Jamban Keluarga
𝐶𝑎𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑗𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
4.3.4. Lingkungan
A. Lingkungan Fisik
Lokasi :
Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi
yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor, namun ada beberapa tempat yang jaraknya dari puskesmas cukup
jauh sekitar 7 km dengan waktu tempuh 25 menit. Sebagian jalan masih
berlubang dan rusak bahkan ada beberapa jalan yang belum diaspal
sehingga mempengaruhi pelaksanaan program terutama saat musim hujan
sehingga beberapa tempat menjadi tergenang air sehingga sulit dilewati
karena tidak terlihat mana jalanan yang berlubang dan membahayakan
petugas.
18
Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan. Tetapi
bila musim hujan akses ke beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya sulit dilewati karena banjir dan lubang-lubang di jalan yang
tergenang air sehingga sulit dilewati karena tidak terlihat mana jalanan yang
berlubang.
Kondisi Geografis :
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban.
B. Lingkungan Non Fisik
Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan
program. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih
rendah yaitu kebanyakan adalah SD.
Perilaku masyarakat yang masih sering BAB sembarangan seperti di saluran
irigasi, sungai, pinggir pantai, dan sawah mempengaruhi keberhasilan
program.
4.3.6. Dampak
A. Langsung
Masyarakat tidak mudah terkena penyakit yang penularannya melalui fekal oral.
B. Tidak langsung
Meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang kaitannya dengan kesehatan
lingkungan
19
Bab V
Pembahasan Masalah
20
2 Dana Tersedianya dana yang Ada, namun tidak jelas besar Tidak dapat
(Money) berasal dari BOK dan perincian dananya diukur
3 Sarana Sanitarian kit Tidak ada (+)
(Material) Infocus Ada
Layar Ada
Leaflet Tidak ada
Lembar balik Tidak ada
Poster Tidak ada
Formulir wawancara Ada
Buku pedoman Ada
Alat tulis Ada
Sarana transportasi dinas Ada
4 Metode 1. Pendataan 1. Pendataan dilakukan tetapi 1. (+)
(Method) hanya terbatas pada
jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak
ada pendataan mengenai
jenis jamban yang
digunakan
2. Penyuluhan mengenai 2. Penyuluhan hanya 2. (+)
sarana jamban yang dilakukan 2 kali dalam 1
memenuhi syarat tahun
kesehatan yang dilakukan
di dalam dan di luar
gedung
3. Pemetaan jamban yang 3. Tidak dilakukan pemetaan 3. (+)
sudah memenuhi syarat sarana jamban yang
memenuhi syarat
21
4. Pengawasan/inspeksi 4. Pengawasan/inspeksi 4. (+)
sarana jamban sarana jamban hanya
dilakukan 2 kali dalam
sebulan
5. Pencatatan dan pelaporan 5. Ada pencatatan setiap 5. (-)
dilakukan kegiatan dan
pelaporan setiap awal
bulan
22
3. Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan
metode yang telah
ditetapkan dilaksanakan
secara berkala:
23
4. Pengawasan 1. Pencatatan dan 1. Pencatatan dilakukan 1. (-)
pelaporan setiap setiap melakukan
bulan/tahunan secara kegiatan dan pelaporan
berkala tentang setiap awal bulan
kegiatan pengawasan
jamban ke tingkat
Kabupaten
2. Rapat bulanan hasil 2. Adanya rapat bulanan 2. (-)
pencapaian program
pengawasan jamban
25
Bab VI
Perumusan Masalah
26
D. Metode (Method)
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, tidak dibuatnya pemetaan
sarana jamban.
6.2.2 Proses
A. Perencanaan
Sudah dibuat jadwal kegiatan pengawasan / inspeksi jamban setiap 1 bulan
sebelum kegiatan, namun jadwal yang dibuat tersebut tidak mencakup tempat
dan waktu kegiatan secara rinci.
B. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas namun koordinasi di lintas program dan lintas
sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum optimal.
C. Pelaksanaan
Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan
Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban
yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis jamban
tidak masuk dalam pendataan
Belum dilakukan pemetaan jamban
Penyuluhan yang dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun
6.2.3 Lingkungan
Non Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan termasuk
penduduk dengan tingkat ekonomi rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi
penduduk untuk memiliki sarana jamban yang memadai.
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih rendah
Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan
27
Bab VII
Prioritas Masalah
Total 19 21 18 20
28
Yang menjadi prioritas masalah adalah :
1. Cakupan jumlah pelatihan kader yang dilakukan dengan besar masalah 100%
2. cakupan presentasi jamban yang memenuhi syarat dengan besar masalah 92,30 %
29
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1. Masalah I
Kurangnya cakupan pengawasan / inspeksi jamban keluarga yaitu 10.17% dari target 75%
dengan besar masalah 86.44%
8.2. Masalah II
Kurangnya jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 5,77% dari target 75% dengan
besar masalah 92,30%
8.3. Masalah III
Kurangnya penyuluhan jamban sehat yaitu 16,66% dari target 100% dengan besar masalah
83,34%
8.4. Masalah IV
Tidak terlaksananya kegiatan pelatihan kader jamban sehat keluarga di kecamatan dengan
besar masalah 100%
8.5. Penyebab Masalah I, Masalah II, Masalah III dan Masalah IV
Masukan
A. Tenaga (Man)
Hanya terdapat 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan jamban
B. Dana (Money)
Dana dari BOK tersedia, namun tidak jelas besar dan perincian dananya.
C. Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu Program Sarana Jamban
Keluarga terutama dalam hal penyuluhan, seperti leaflet, lembar balik, poster yang
mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.
D. Metode (Method)
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, tidak dibuatnya pemetaan sarana
jamban.
30
Proses
A. Perencanaan
Jadwal yang dibuat tidak mencakup tempat dan waktu kegiatan secara rinci.
B. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas namun koordinasi di lintas program dan lintas
sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum optimal.
C. Pelaksanaan
Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan
Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis jamban tidak masuk
dalam pendataan
Belum dilakukan pemetaan jamban
Penyuluhan yang dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun
Lingkungan Non Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan termasuk
penduduk dengan tingkat ekonomi rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi
penduduk untuk memiliki sarana jamban yang memadai.
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih rendah
Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan
32
Lingkungan Non Fisik
Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak
hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang
memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan tentang pentingnya
sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan
masyarakat sehingga mengubah sikap dan perilaku dalam hal BABS. Mulai
mensosialisasikan dan menerapkan sistem program STBM yang salah satu pilarnya
adalah ODF atau stop BABS.
33
Bab IX
Penutup
9.1. Kesimpulan
Menurut hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan program
pengawasan jamban keluarga di UPTD Puskesmas DTP Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat periode Januari hingga Desember 2017 dikatakan berhasil
tetapi hasil yang dicapai belum sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan. Dari hasil
kegiatan program, didapatkan :
Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tirtajaya periode
Januari sampai dengan Desember 2017 adalah 8151, jumlah sarana jamban yang
diperiksa selama Januari sampai dengan Desember 2017 adalah 829, dan jumlah
sarana jamban yang memenuhi syarat saat diperiksa adalah 471.
Cakupan hasil pengawasan / inspeksi jamban keluarga periode Januari sampai
dengan Desember 2017 adalah 10.17% dari target 75%.
Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat periode Januari sampai dengan
Desember 2017 adalah 5,77% dari target 75%.
Penyuluhan tentang sarana jamban yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Tirtajaya periode Januari sampai dengan Desember 2017 terdata sebanyak 2 kali.
Pelatihan kader masyarakat tentang jamban sehat belum terlaksana periode Januari
sampai dengan Desember 2017.
34
9.2. Saran
Saran bagi kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program:
Memantau (supervise) kegiatan pengawasan jamban keluarga dengan cara
membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang dan
pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui.
Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat dalam
pengawasan jamban keluarga.
Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif
kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang layak/jamban sehat.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan jamban pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat
keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
35
Daftar Pustaka
1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka
Cipta. 2011.
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2014
3. Sanitasi total berbasis masyarakat. 2017. Diunduh dari : www.sanitasi.net/sanitasi-total-
berbasis-masyarakat.html. 22 Juli 2017
4. RISKESDAS 2013. Riset kesehatan dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI .h.89-91.
5. Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Karawang Tahun 2014-2018. Diunduh dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:aGhRbnVdTi8J:ppsp.nawasis.in
fo/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/mp/kab.karawang/BAB%2520I%2520MPS%252
0oke.docx+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. 20 Juli 2017.
6. Aditama YT. Pedoman Pelaksaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2012. Jakarta :
Direktorat Jeneral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Jakarta : Kementeria Kesehatan; 2014. H.12-5.
36