Vous êtes sur la page 1sur 13

http://kc12engineer.blogspot.co.id/2014/02/industri-asam-sulfat.

html

Pembuatan Asam Sulfat Menurut Proses Kontak Industri lainnya yang berdasarkan
reaksi kesetimbangan yaitu pembuatan asam sulfat yang dikenal dengan proses kontak.
Reaksi yang terjadi dapat diringkas sebagai berikut:

Pertama, belerang dibakar menjadi belerang dioksida.


S(s) + O2(g) —-> SO2(g)

Belerang dioksida kemudian dioksidasi lbh lanjut jd belerang trioksida.


2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g)……. delta H= -98 kJ

Reaksi ini berlangsung pd suhu sekitar 500 derajat C, tekanan 1 atm dgn katalisator V2O5.
Kemudian gas SO2 dilarutkan dlm asam sulfat pekat hingga jd asam sulfat pekat berasap (dsb
oleum, H2SO4.SO3 atau H2S2O7).
SO3(g) + H2SO4(l) ——-> H2S2O7(l)

H2S2O7(l) + H2O(l) ——> 2H2SO4(l)

Dari proses kontak ini lalu akan terbentuk asam sulfat pekat dgn kadar 98%

Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan reaksi
kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia, reaksi ini hanya
berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan tetapi pada suhu tinggi justru kesetimbangan
bergeser ke kiri.

Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500oC dengan katalisator V2O5.
sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan
tekanan ternyata tidak diimbangi penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu,
pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal, 1 atm
elain bahan kimia yang sangat aktif, asam sulfat juga merupakan bahan kimia yang paling
banyak dipakai dan merupakan produk teknik yang amat penting. Zat ini digunakan sebagai
bahan untuk pembuatan garam-garam sulfat dan untuk sulfonasi, tetapi lebih sering lagi dipakai
terutama karena merupakan asam anorganik yang agak kuat dan agak murah. Asam sulfat
digunakan dalam pembuatan pupuk, kulit, platina, pengolahan minyak, dan dalam pewarnaan
tekstil.

Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Philips, seorang Inggris, yaitu
dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan udara melalui katalis. Pada tahun 1889,
diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan dengan menggunakan oksigen secara
berlebihan di dalam campuran gas reaksi. Proses kontak sekarang telah banyak mengalami
penyempurnaan dalam rincinya dan dewasa ini telah merupakan suatu proses industri yang
murah, kontinu dan dikendalikan secara otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru
menggunakan proses kontak. Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang
tidak memakainya lagi adalah karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat
dengan konsentrasi sampai 78% saja. Pemekatannya merupakan suatu operasi yang mahal,
sehingga pada tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses kamar
yang masih beroperasi di Amerika Serikat.

Salah satu perusahaan yang memproduksi asam sulfat adalah PT. Dunia Kimia Utama yang
berlokasi di Indralaya, Sumatera Selatan.

Kegunaan Asam Sulfat


Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, produksi asam sulfat suatu
negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut. Kegunaan
asam sulfat, yaitu:

 Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam
"metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat
dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.
 Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.
 Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium
sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp
kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan
serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan
untuk membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan
bauksit dengan asam sulfat: Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 3 H2O
 Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam
sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah
sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon.

Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah belerang,
oksigen, air dan katalis vanadium pentaoksida sebagai bahan pembantu. Dimana belerang dan
vanadium pentaoksida di impor langsung dari Singapura, sedangkan oksigen di dapat dari
udara bebas. Untuk air yang digunakan didapat dari sumur bor yang melalui tahap pengolahan.
Adapun sifat fisik dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:
Titik Titik
No. Komponen Bentuk Warna Bau didih Leleh
(oC) (oC)
Padatan
Belerang Menyengat 444,6 120
1. Kuning
2. -
Oksigen - -183 -218,4
3. Gas Kuning
Vanadium Pentaoksida - 1750 800
4. Padatan -
Air - 100 -
Cairan
Sumber : Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 1998
Titik
Titik didih
No. Komponen Bentuk Warna Bau Leleh
(oC)
(oC)
1. Belerang padatan Kuning Menyengat 444,6 120
2. Sulfur dioksida gas tidak Menyengat -10,0 -75.5
berwarna
3. Sulfur trioksida gas tidak Menyengat 44,6 16,83
berwarna
4. Oksigen gas - - -183 -218,4
5. Vanadium Padatan - - 1750 800
Pentaoksida
6. Air Cairan - - 100 -

Sifat kimia dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:


BM
No. Komponen Spgr Kelarutan
(gr/mol)
1. Belerang 32,06 2,046 Hygroskopis
2. Oksigen 32 1,14 -
3. Vanadium Pentaoksida 181,9 3,357 Larut dalam asam dan alkali
4. Air 18 1,004 Berfungsi sebagai pelarut
Sumber : Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 1998
BM
No. Komponen Spgr Kelarutan
(gr/mol)
1. Belerang 32,06 2,046 Hygroskopis
2. Oksigen 32 1,14 -
3. Vanadium pentaoksida 181,9 3,357 Larut dalam asam dan alkali
4. Air 18 1,004 Berfungsi sebagai pelarut

Gambar Diagram Alir Pembuatan Asam Sulfat

Uraian Proses
Proses produksi asam sulfat di PT. Dunia Kimia Utama, menggunakan proses kontak. Proses
yang dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu:

1. Pembakaran Belerang
Proses produksi asam sulfat di awali dengan peleburan sulfur (S) yang digunakan sebagai
bahan baku utama dengan menggunakan steam yang dialirkan pada coil-coil di Sulfur Melter
pada tekanan 4 Kg/cm2. Kemudian sulfur cair dipompakan dari Sulfur Melter melalui pipa-
pipa dan disemprotkan ke dalam Furnace. Di dalam Furnace terjadi pembakaran belerang
dengan udara.

Reaksi : S(g) + O2(g) → SO2(g)

Udara yang digunakan disuplai oleh Main Blower yang sudah mengalami proses pengeringan.
Proses pengeringan udara dilakukan di Drying Tower dengan menggunakan asam sulfat
sirkulasi dengan konsentrasi 93%-98%. Proses pengeringan udara tersebut dimaksudkan untuk
mencegah korosi oleh gas pada pembakaran dan untuk menghilangkan kandungan air dalam
udara.
Proses pembakaran belerang cair menjadi SO2 dengan temperature pembakaran kurang lebih
750-770oC. Gas hasil pembakaran di Furnace kemudian dialirkan ke Boiler melalui tube-tube
untuk diambil panasnya guna menghasilkan steam yang digunakan untuk mencairkan belerang
di Sulfur Melter, sebagian gas yang lain dialirkan ke Heat Exchanger bersama dengan gas
keluar dari Boiler yang telah diambil panasnya. Di dalam Heat Exchanger gas didinginkan
dengan menggunakan udara yang di suplai oleh Blower. Setelah itu aliran gas mengalami
proses penyaringan dan penstabilan suhu gas di Hot Gas Filter.

2. Oksidasi Katalitik SO2 Menjadi SO3 dengan Bantuan Katalis


Dari Hot Gas Filter aliran gas masuk ke Converter. Converter ini terdiri dari empat bed katalis
V2O5. Aliran gas masuk ke setiap bed diatur pada temperature 425-440oC. Dengan bantuan
katalis ini aliran gas tersebut (SO2) diubah menjadi gas SO3. Reaksi ini merupakan reaksi
eksoterm sehingga gas tersebut harus didinginkan pada tahap-tahap katalis.
Aliran gas keluar bed I dan bed II didinginkan dalam 1st and 2nd Heat Exchanger. Sedangkan
aliran gas dari bed III langsung masuk ke bed IV karena perbedaan temperature gas keluar dan
bed III dan bed IV sudah kecil.
Reaksi : SO2(g) + 1/2O2(g) → SO3(g)

Dari converter aliran gas SO3 masuk ke dalam SO3 Cooler A untuk didinginkan. Kemudian
didinginkan lebih lanjut ke SO3 Cooler B setelah itu aliran gas tersebut masuk ke Absorbing
Tower.

3. Absorbsi Gas SO3


Di Absorbing Tower terjadi proses penyerapan gas SO3 dengan menggunakan sirkulasi asam
sulfat dengan konsentrasi 98-99% yang diatur di AT Pump Tank. Asam resirkulasi tersebut
kemudian diencerkan dengan menambahkan air dan setelah itu baru dialirkan kembali ke dalam
AT Pump Tank. Asam sulfat yang dihasilkan pada AT Pump Tank setelah mencapai level
maksimum yang ditentukan, kemudian ditransfer dan ditampung di Sulphuric Acid Storage
Tank.

Reaksi yang terjadi di absorbing tower yaitu:


SO3(g) + H2SO4(l) → H2SO4.SO3(aq)
H2SO4.SO3(aq) + H2O(l) → 2 H2SO4(aq)

Peralatan Proses Pembuatan


Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat, yaitu:

1. Sulfur Melter
Fungsinya sebagai tempat pencairan atau peleburan belerang dengan bantuan panas steam pada
coil.

2. Pompa Sulfur
Fungsinya sebagai pengalir sulfur cair ke furnace. Pompa ini mempunyai pipa-pipa penyaluran
luar bermantel uap, sehingga belerang tidak menjadi dingin dan membeku, karena titik lebur
belerang adalah 115oC.

3. Main Blower
Fungsinya sebagai penyuplai udara untuk proses pembakaran ke furnace. Main blower yang
digunakan adalah tipe turbo fun dengan kapasitas 117 m3/menit dan tekanan operasi 1800
mmHg.

4. Drying Tower
Fungsinya sebagai unit proses tempat terjadinya pengeringan udara oleh sirkulasi asam sulfat
(minimal 93%) dari DT Pump Tank. Drying Tower yang dipakai adalah tipe packed column
dengan tinggi 8,254 m, diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.
5. DT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke Absorbing
Tower. DT pump tank yang digunakan mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m,
diameter luar 3 m dan kapasitas 8,8 m3/menit.

6. AT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke absorbing tower
dan juga sebagai tangki produksi, yaitu pengenceran (hidrasi) dengan air. AT Pump Tank yang
digunakan mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan kapasitas
8,8 m3/menit.

7. Furnace
Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses pembakaran belerang cair dengan udara
menjadi gas SO2. Furnace yang dipakai berbentuk silinder mendatar dengan panjang 7,02 m,
diameter luar 2,04 m dan diameter ruang bakar 1,65 m.

8. Boiler
Fungsinya sebagai tempat memproduksi steam. Boiler yang digunakan berbentuk silinder
mendatar dengan dapur dan pipa-pipa api (fire tube). Boiler ini mempunyai panjang 4,6 m dan
tekanan operasi 4 kg/cm2.

9. Absorbing tower
Fungsinya sebagai unit proses terjadinya proses penyerapan gas SO3 oleh sirkulasi asam sulfat
(98,3%-99%) Absorbing Tower yang digunakan adalah tipe packed column dengan tinggi
8,875 m, diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.

10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari AT Pump Tank ke
Absorbing Tower. AT Pump yang digunakan mempunyai kecepatan putar 1450 Rpm dan
kapasitas 1,2 m3/menit.

11. DT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari DT Pump Tank ke
Drying Tower. DT Pump yang digunakan mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.

12. Plug Valve


Fungsinya sebagai pengatur aliran gas dari furnace dan boiler.

13. Heat exchanger (on gas filter)


Fungsinya sebagai alat untuk mendinginkan aliran gas dari furnace dan boiler yang akan masuk
ke converter. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube dengan jumlah tube
109 buah dan panjang tube 2,47 m. Heat exchanger mempunyai tinggi 3 m dan diameter 1,40
m.

14. Gas filter


Fungsinya sebagai alat penyaring untuk aliran gas yang akan masuk ke converter. Gas filter
mempunyai tinggi 1,53 m dan diameter 3,448 m.

15. Converter
Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas SO 2 menjadi gas SO3
dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida. Converter yang digunakan mempunyai jumlah
bed 4 buah, tinggi 8,5 m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar 3,002 m.

16. 1st and 2nd Heat exchanger


Fungsinya sebagai tempat mendinginkan aliran gas yang keluar dari converter khususnya dari
bed I dan bed II. Tipe yang digunakan adalah tipe shell and tube.

17. SO3 Cooler


Fungsinya sebagai tempat pendingin aliran gas SO3 yang akan masuk ke Absorbing Tower.
Cooler yang dipakai adalah tipe shell and tube dengan tinggi 1,78 m.

18. Distributor
Fungsinya sebagai alat untuk menyebarkan aliran asam sulfat di dalam absorbing tower dan
drying tower.

19. Cooling tower


Fungsinya sebagai tempat pendingin air yang keluar dari acid cooler.

20. Cooling water pump


Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi pendingin dari cooling water pit ke acid
cooler.

21. Plate Heat exchanger (acid cooler)


Fungsinya sebagai unit mendinginkan sirkulasi asam sulfat dari AT/DT Pump Tank ke AT/DT.
Plate heat exchanger (acid cooler) yang digunakan adalah tipe plate dengan tekanan operasi 5
kg/cm2.

Produk
Produk asam sulfat yang dihasilkan oleh PT. Dunia Kimia Utama memiliki konsentrasi 98,5%.
Sifat fisik asam sulfat yang dihasilkan yaitu:
No. Parameter Sifat Fisik Produk
1. Bentuk Cairan
2. Warna Jernih
3. Bau Menyengat
4. Titik Didih 340oC
5. Titik Leleh 10,49oC

Sedangkan sifat kimia asam sulfat yang dihasilkan yaitu:


No. Parameter Sifat Kimia Produk
1. Rumus Molekul H2SO4
2. BM 98,08 gr/mol
3. Densitas 1,84 g/cm3
4. Spgr 1,834
5. Kelarutan Larut dalam air dengan semua perbandingan
6. Viskositas 26,7 cP (20 °C)

Pengelolaan Lingkungan
a. Pengolahan limbah gas
Dilakukan dengan pemasangan alat filter yang berfungsi untuk menyaring partikel gas asam
yang mungkin terbawa gas buangan akibat proses absorbsi kurang sempurna.

b. Pengolahan limbah cair


Menggunakan system netralisasi dan sedimentasi dengan bahan pembuatan batu kapur, soda
ash atau soda kaustik (NaOH).

c. Pengolahan limbah padat


Limbah padat diolah dengan cara mengumpulkannya pada suatu tempat penampungan dan
secara periodic limbah padat tersebut diangkat oleh dinas kebersihan.

d. Pengolahan limbah yang berupa debu dan kebisingan


Mengadakan penghijauan di sekeliling pabrik, mengisolir sumber bising dengan tembok,
memasang alat penghisap debu, dan mewajibkan karyawan memakai masker dan ear protector.

Daftar Pustaka

Bareta, Winda. 2005. Laporan Akhir Tinjauan Tinggi Packing Absorbing Tower Terhadap
Daya Serap Gas SO3 Dalam Pembuatan Asam Sulfat PT. Dunia Kimia Utama Inderalaya
Kab. Ogan Ilir. Palembang.
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Perry, R.H., Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 6th edition, McGraw Hill Book Company.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_Sulfat

Sulfuric acid atau asam sulfat termasuk senyawa kimia yg plg banyak digunakan di kehidupan
kita sehari2. Meskipun kita tidak menyadarinya. Asam sulfat digunakan di industri pupuk,
plastik, cat dan pigment, deterjen, fiber, pembersih, dll. Ada bbrp metode yg dikenal utk
membuat asam sulfat ini, yaitu proses Chamber dan proses Contact. Proses contact ini yg
banyak digunakan skrg ini, mungkin disebabkan oleh prosesnya yg jauh lbh sederhana dan
efisien drpd proses Chamber. Proses contact dikembangkan lbh lanjut mjd double conversion
double absorption process.

Proses ini dimulai dgn membakar batuan sulfur di burner pada temperature sekitar 1000oC utk
menghasilkan gas SO2. Gas hasil keluaran burner bisa digunakan utk menghasilkan steam.

S (s) + O2 (g) → SO2 (g)

Bbrp perusahaan menargetkan konsentrasi SO2 di downstream burner sekitar 11.5%. Gas hasil
dr burner ini akan menuju ke reactor (converter) di mana sisa O2 akan bereaksi dgn SO2 mjd
SO3, spt reaksi di bawah. Konsentrasi 11.5% ini jg biasa disebut sebagai konsentrasi SO2 di
inlet reactor (converter).

2SO2 (g) + O2 (g) ↔ 2SO3 (g); ∆H = -196 kJ/mol

Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan yg menghasilkan produk secara eksotermik,


dilaksanakan pada temperature = 400 – 450 oC, tekanan 1 – 2 atm, dengan katalis vanadium
pentoksida (V2O5).

Pada reaksi kesetimbangan ini berlaku:

Jika tekanan dinaikkan, maka supaya terjadi kesetimbangan, reaksi akan bergeser ke arah
produk yg jumlah molekulnya sedikit. Dengan begitu, tekanan akan turun. Oleh karena itu,
operasi pada tekanan yg tinggi lbh diinginkan pada reaksi spt ini.

Pemilihan tekanan yg relatif rendah utk reaksi ini didasarkan pada kenyataan bahwa konversi
reaksi telah mencapai 99.5% pada tekanan 1 – 2 atm tsb. Sehingga operasi pada tekanan yg lbh
tinggi lagi tidak menguntungkan secara ekonomis. Peningkatan produksi yg sedikit
dibandingkan dgn harga material yg melambung.

Jika temperature dinaikkan, maka supaya terjadi kesetimbangan, reaksi akan bergeser ke arah
reaktan di mana reaksi kebalikan ini akan memerlukan energy (∆H > 0). Dengan begitu,
temperature akan turun. Oleh karena itu, operasi pada temperature yg rendah lbh diinginkan
pada reaksi spt ini.

Tetapi jika temperature reaksi dibuat rendah, maka laju reaksi akan lambat. Pemilihan operasi
pada rentang 400 – 450 oC sudah merupakan hasil kompromi eksperimen (spt yg akan
ditunjukkan di bawah). Lbh rendah dr 400 oC, produk banyak terbentuk, sementara laju reaksi
sgt lambat. Lbh tinggi dr 450 oC, produk sedikit terbentuk, sementara laju reaksi cepat.

Dengan demikian, reaksi kesetimbangan ini sgt tergantung pada temperature operasinya (krn
tekanan tidak terlalu berpengaruh secara ekonomis) dan jg excess konsentrasi O2 (krn O2 gak
akan bisa habis). Grafik di bawah menunjukkan laju konversi sebagai fungsi dari konsentrasi
inlet SO2 ke reactor dan temperature reaksi. Utk temperature yg sama, kita lihat klo semakin
rendah konsentrasi inlet SO2, maka laju konversinya (SO3/(SO2+SO3)) akan semakin tinggi.
Akan tetapi, equipment mesti didesain cukup besar utk mengakomodir gas2 yg tidak bernilai
spt O2 dan terutama N2 (mgkn ada baiknya klo kita membakar S lgsg dgn O2 drpd dgn udara
kali ya?). Sebaliknya, jika konsentrasi inletnya cukup tinggi, maka laju konversinya akan lbh
rendah.
Jika SO3 yg terbentuk diabsorp, maka konsentrasi SO3 di dlm aliran akan berkurang dan reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah SO3. Dengan kata lain, akan menghasilkan produk yg lbh
banyak lagi. Grafik di atas jg menunjukkan klo perbedaan laju konversi antara inlet konsentrasi
yg tinggi (12%) dgn yg rendah (6%) tidak terlalu signifikan utk rentang temperature 400 – 450
o
C. Oleh karena ini jg lah rentang temperature ini dipilih. Reaksi yg terjadi di absorption
towernya adalah sbb:

SO3 (g) + H2SO4 (l) → H2S2O7 (l)

Secara keseluruhan, konversi reaksi SO2 mjd SO3 dpt mencapai 99.8% dgn adanya absorbsi
ini. Proses absorpsi ini dilakukan dua kali di dua absorption tower sehingga dinamakan double
conversion double absorption process. Dengan kenaikan konversi ini, emisi SO2 mjd jauh
berkurang.

Dengan proses ini jg, spt yg udah kita lihat, inlet konsentrasi SO2 dpt dibuat cukup tinggi agar
throughput SO3 mjd tinggi atau ukuran equipmentnya mjd lbh kecil. Inlet konsentrasi tertinggi
yg pernah dicapai dlm skala komersiil tercatat sebesar 13.4%. Jika kita hitung, maksimum inlet
konsentrasi SO2 secara teori yg bisa dimasukkan adalah sebesar 14%. Akan tetapi, reaksi SO2
mjd SO3 akan menghabiskan seluruh O2 yg tersedia. Dan krn ini adalah reaksi kesetimbangan,
O2 tidak bisa habis krn akan terbentuk kembali dr SO3. Jd mungkin 13.4% adalah benar2 inlet
konsentrasi SO2 tertinggi yg bisa dicapai secara praktis.

Kembali ke reaksi absorpsi di atas, H2S2O7 yg terbentuk biasa disebut sebagai oleum atau
fuming H2SO4. Oleum ini kemudian diencerkan dgn air utk menghasilkan 100% H2SO4 spt di
bawah ini.

H2S2O7 (l) + H2O (l) → H2SO4 (l)

Berikut adalah diagram alirnya secara sederhana. Biasanya reactor didesain agar terdiri dr bbrp
stage, yg umumnya terdiri dr 4 stage. Di akhir masing2 stage, aliran gas yg mengandung
reaktan dan produk tsb diturunkan temperaturenya agar reaksi bergeser ke arah produk. Energi
yg diambil ini digunakan utk membuat steam. Proses absorpsi nya ini pun seharusnya terdiri
dr dua absorption tower. Gas keluaran dr stage 3 kurang lbh sudah mengalami konversi sekitar
98% (lihat grafik di atas), yg kemudian dialirkan ke absorption tower. Gas hasil dr stage 4 (dgn
konversi keseluruhan yg sudah mencapai sekitar 99.8%) jg diabsorpsi di tower kedua utk
mengurangi emisi SO2. Dengan kata lain, absorption tower yg pertama utk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar tercapai konversi keseluruhan yg tinggi, sementara
absorption tower yg kedua adalah utk mengabsorp sisa2 SO2 utk mengurangi emisinya.

Vous aimerez peut-être aussi