Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan

metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).


b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan

mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang

tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).

c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan

dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi

penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).

2. Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar

ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana

kepalanya dalam lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya

insulin dan glikogen ke darah.

Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :

a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam

lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra

lumbalis pertama.

c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan

glukogen langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang
satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel

alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi

enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :

1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan

polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.

2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.

3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.

b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans

yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak

mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam

kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting

yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon

1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua

rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh
glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin

adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah

makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan

kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glukagon.

b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.

c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah
merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih

menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap

hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.) Mengurangi konsentrasi gula darah

c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2). Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans

mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah :

meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai

berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a.) Pemecahan glikogen (glikogenesis)

b.) Peningkatan glukogenesis

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang

jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan
glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml
darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi

glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

3. Patofisiologi

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama

kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh,

dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.

(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan

metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan

aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang

tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah

glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit

glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus

yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat

melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah

dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto

– asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai

setinggi 10 Meq/Liter.

4. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal

dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk

mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia
muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDOM), yang dahulu

dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :

1.) Non obesitas

2.) Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi

aksi insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.

c. Diabetes Mellitus type lain


1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena

obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.

2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak

dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon

pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk

mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

5. Etiologi

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari

studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan

suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang

mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

a. Faktor genetik

Riwayat keluarga dengan diabetes :

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan
kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus
mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan

angka hanya 1, 96 %.

b. Faktor non genetik

1.) Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic

terhadap Diabetes Mellitus.

2.) Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.


b.) Malnutrisi protein

c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.) Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan

hyperglikemia sementara.

4.) Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah

somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,

feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

6. Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap

ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan

dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,

sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen

yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh

yang lain yaitu lemak dan protein.


e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena

insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan

pembentukan katarak.

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa

darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes

yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan

diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi

farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan

berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

8. Komplikasi

a. Akut

1.) Hypoglikemia

2.) Ketoasidosis

3.) Diabetik
b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi,

pembuluh darah otak.

2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.

3.) Neuropati diabetic.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses

keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis

dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,

mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana

dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem endokrin.

1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari

pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan,

riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea

pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka

yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma

dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.


g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin, penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat


diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,

turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit
dalam batas normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi

yang diberikan.

4.) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara

individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin, penurunan masukan oral.


Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat


- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini

dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi

pasien.

5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

- Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi :
1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau

dapat mengalami infeksi nosokomial.

2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang

yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.


Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

- Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.

3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari

sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi

pada lingkungannya.
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi

sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan

keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.


- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien

mungkin sangat lemah.

2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat

diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :
- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.


- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung

jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :

1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit

dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.

2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat
mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan

koping.

3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan

umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

Tujuan :

- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala

dengan faktor penyebab.

- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi :

1.) Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.

2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.


Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya

hidup.

3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan

makan/mentaati program.

4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan

pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang tercantum dalam

rencana keperawatan.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :

a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?

f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?

g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?

Vous aimerez peut-être aussi