Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Daerah selaku pihak yang diberikan mandat oleh rakyat untuk mengelola
dan menyelenggarakan pemerintahan didaerah harus mempertanggungjawabkan kinerjanya
kepada rakyat. Laporan keuangan yang dibuat pada akhir tahun anggaran oleh pemerintah
daerah merupakan salah satu mekanisme pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat
untuk memenuhi tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintahan daerah kepala daerah menetapkan
sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Dalam sistem akuntansi pemerintahan
ditetapkan entitas pelaporan dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi
pemerintahan daerah. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi tersebut menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan pada akhir periode

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketentuan dan Peraturan Perundang-undangan yang Menjadi Acuan dalam


Penyusunan Manual
Ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan dalam penyusunan
manual adalah :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
7. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011
8. Permenkeu Nomor 239/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan.
9. Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
10. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.02 tentang Pengakuan
Pendapatan yang Diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan No.03
tentang Pengakuan Penerimaan Pembiayaan yang Diterima pada Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang Pengeluaran Pembiayaan yang Dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
2.2 Konsep Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual
2.1.1 Ciri Keuangan Pemerintah Daerah

2
Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan keluaran (output) dari sistem
akuntansi keuangan pemerintah daerah, sedangkan sistem akuntansi dikembangkan sesuai
dengan kegiatan pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Lingkungan operasional ogranisasi pemerintah daerah berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan pada pemerintah daerah. Ciri
keuangan pemerintah daerah antara lain:
- Sistem Penganggaran Pemerintah Daerah
Anggaran Pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan anatara eksekutif dan
legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut, serta pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi deficit atau surplus. Dengan demikian,
anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi
upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentu
yang biasanya mencakup periode tahunan. Oleh karena itu, fungsi anggaran di lingkungan
pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara
lain karena :
- Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
- Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
- Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
- Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
- Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah
sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
Atas pertimbangan ini maka sistem penganggaran pada pemerintah daerah akan
sangat berpengaruh dalam pengembangan sistem akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan
basis kas, maka Laporan Realisasi Anggaran (LRA), yang merupakan realisasi atas belanja,
pendapatan, dan pembiayaan yang telah dianggarkan, disusun berdasarkan basis kas. Jika
anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA pun disusun
berdasarkan basis akrual.

3
- Investasi dalam Aset yang Tidak Langsung Menghasilkan Pendapatan
Investasi yang ditanamkan oleh suatu organisasi selalu diharapkan dapat memberikan hasil
yang sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Di dalam organisasi nirlaba
seperti pemerintahan, hal ini tidak dapat dilakukan mengingat tujuan dan fungsi dari
pemerintahan itu sendiri. Pemerintah daerah adalah organisasi yang mempunyai tugas dan
fungsi memberi layanan kepada masyarakat pada setiap kegiatan operasional yang
dilakukannya. Dalam rangka memberi layanan kepada masyarakat, pemerintah daerah
menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak secara langsung
menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah, seperti gedung perkantoran, jembatan,
jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar aset dimaksud mempunyai masa
manfaat yang lama sehingga diperlukan program pemeliharaan dan rehabilitasi yang
memadai untuk mempertahankan manfaat yang hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi
aset dimaksud bagi pemerintah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial.
Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi
pemerintah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya di masa
mendatang.
- Penggunaan Akuntansi Dana
Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan kelompok dana menurut
tujuannya, sehingga masing- masing merupakan entitas akuntansi yang mampu
menunjukkan keseimbangan antara belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima.
Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana
selain kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.
- Penyusutan Nilai Aset Tetap
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan
(depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Pencatatan penyusutan
ini merupakan salah satu penanda pemberlakuan basis akrual dalam standar akuntansi
pemerintahan. Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa jenis aset tertentu seperti
tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan

4
kapasitas dan manfaat dari suatu aset, maka dilakukan penyesuaian nilai berupa penyusutan
nilai aset. Penyusutan nilai aset tersebut dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis
sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat
menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan
mengalir ke pemerintah.
2.1.2 Pengguna Laporan Keuangan dan Kebutuhan Informasi
Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah tidak terbatas pada masyarakat, wakil
rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman tetapi juga pemerintah itu sendiri. Informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari
semua kelompok pengguna. Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional
pemerintahan serta posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan
memadai apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya
hak dan kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila terdapat
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan
keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan dengan basis
kas.
2.2 Entitas Akuntansi dan Pelaporan pada Pemerintah Daerah
Sesuai definisi dalam PSAP 01 Paragraf 8, Entitas Akuntansi adalah unit
pemerintahan pengguna anggaran atau pengguna barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada
entitas pelaporan. Dengan demikian entitas akuntansi dapat dikatakan sebagai unit pada
pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan
akuntansi dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan akuntansi yang
diselenggarakannya. Berdasarkan definisi di atas maka entitas akuntansi pada pemerintah
daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Terkait dengan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD), pada praktiknya ada yang berstatus sebagai SKPD maupun unit di
bawah SKPD, tergantung pada kebijakan pemerintah daerah yang bersangkutan.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

5
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Oleh sebab
itu, dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,
pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan
misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas
pelaporan lainnya. Dengan pertimbangan tersebut maka entitas pelaporan pemerintah daerah
adalah pemerintah provinsi atau kabupaten maupun kota.
2.3 Sistem dan Perlakuan Akuntansi
Untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan
suatu sistem akuntansi yang dapat mengakomodasi kebutuhan informasi dalam rangka
penyusunan laporan keuangan tersebut. Sistem Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan PP
No. 71 Tahun 2010 pasal 1 angka 11 adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.
Dengan kata lain sistem akuntansi merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses
pengumpulan data, pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang dapat dilakukan secara manual ataupun dengan
menggunakan aplikasi komputer. Untuk dapat melakukan penyusunan sistem akuntansi
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah maka faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan salah satu prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan
yang dimaksudkan sebagai ketentuan yang perlu dipahami dan ditaati oleh pembuat standar
dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam
melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan
keuangan yang disajikan. Sesuai dengan PSAP 01 Paragraf 5 PP No. 71 Tahun 2010 basis
akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah basis akrual.
Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.

6
Terkait dengan basis akrual ini, dalam Kerangka Konseptual paragraf 42 PP No. 71
tahun 2010 disebutkan bahwa basis akuntansi yang digunakan adalah basis akrual untuk
pengakuan Pendapatan-Laporan Operasional, Beban, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas.
Anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan kas maka Laporan Realisasi Anggaran pun
harus disusun berdasarkan basis kas. Pada paragraph ke-44 dinyatakan bahwa apabila
anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual maka Laporan Realisasi
Anggaran juga harus disusun berdasarkan basis akrual.
Pemetaan basis akuntansi yang digunakan untuk setiap laporan keuangan yang disusun oleh
pemerintah daerah sesuai dengan pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Basis Akuntansi Laporan Keuangan
- Laporan Operasional (LO)
Akrual - Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
- Neraca
- LaporanRealisasiAnggaran(LRA)
Kas - Laporan Perubahan SAL (LPSAL)
- Laporan Arus Kas (LAK)
Hasil pemetaan tersebut akan mempengaruhi penyusunan sistem dan perlakuan
akuntansi yang akan ditetapkan oleh pemerintah daerah.
2. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan (LK)
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu
kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur asset, kewajiban, ekuitas pendapatan-LO, beban , pendapatan-LRA,
belanja dan pembiayaan sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang
terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.
Faktor pengakuan unsur LK dalam penyusunan sistem akuntansi merupakan hal yang
sangat penting karena faktor ini akan terkait erat dengan penatausahaan keuangan termasuk
dokumen-dokumen yang akan digunakan. Misalnya, mengenai pengakuan pendapatan LO.
Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pengakuan pendapatan-LO mempunyai
karakteristik sebagai berikut:

7
- Pendapatn-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan diakui
pada saat timbulnya hal untuk menagih pendapatan.
- Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat
timbulnya hal untuk menagih imbalan.
- Pendapatan-Lo yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah diterima
oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
- Dalam hal instansi pemerintah berbentuk Badan Layanan Umum (BLU),
pendapatan diakui dengan mengacu kepada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai BLU.
- Atas dasar karakteristik tersebut di atas, maka timbulnya hak untuk ditagih maupun
hak yang telah diterima akan terkait dengan terbitnya suatu dokumen di dalam
proses penatausahaan keuangan.
3. Pengukuran
Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui dasar-dasar pengukuran yang digunakan
sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu dasar
pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang
disajikan harus cukup memadai untuk dapat mengindikasikan unsur laporan keuangan yang
menggunakan dasar pengukuran tersebut. Oleh sebab itu, pengukuran akan menjadi faktor
penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan.
Pengakuan dan pengukuran merupakan dua hal yang saling terkait. kriteria pengakuan pada
umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan
pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak.
Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan,
maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Uraian diatas sejalan dengan definisi pengukuran yang diuraikan dalam
Kerangka Konseptual Paragraf 98 PP No. 71 Tahun 2010. Pengukuran adalah proses
penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran atau penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai

8
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut. Kewajiban dicatat
sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang
rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah.
4. Pengungkapan
Pernyataan No. 01 Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP 01) Paragraf 25 PP No. 71
tahun 2010 mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada lembar muka (on the face)
laporan keuangan, pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan
atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan, dan merekomendasikan format ilustrasi yang
dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan situasi masing-masing.
Pengungkapan tersebut dalam arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang
disajikan dalam setiap lembar muka laporan keuangan maupun dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Dengan demikian definisi pengungkapan dapat diartikan sebagai proses
menyajikan setiap pos dalam laporan keuangan agar dapat digunakan sebagai informasi
dalam mengambil keputusan oleh pembaca laporan. Dalam menentukan apakah suatu
kebijakan akuntansi perlu diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah
pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang
tercermin dalam laporan keuangan.
Sebagai contoh pengungkapan pos dalam laporan keuangan adalah pengungkapan pos-pos
neraca. Contoh pengungkapan ini akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya:
- Piutang dirinci menurut piutang pajak, retribusi, penjualan, pihak terkait, uang muka,
dan lainnya piutang transfer dirinci menurut sumbernya.
- Persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur akuntansi
untuk persediaan.
- Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar yang
mengatur tentang aset tetap.
- Utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya.
- Dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya.
- Pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan negara/daerah/lainnya

9
adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat pengendalian, dan metode
penilaian.
Faktor pengungkapan juga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
penyusunan sistem akuntansi. Seperti telah diuraikan di atas, dalam penyusunan suatu sistem
akuntansi, pengungkapan juga akan terkait dengan proses penganggaran dan penatausahaan
keuangan terutama dalam penyusunan Bagan Akun Standar (BAS). Hal ini disebabkan oleh
fungsi dari BAS itu sendiri. BAS merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk
memenuhi persyaratan pengungkapan.
5. Periode Pelaporan
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi
tertentu, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran, tanggal laporan
suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang
lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun. Apabila laporan keuangan disajikan
dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas
pelaporan perlu mengungkapkan informasi berikut :
- Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun.
- Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Pengungkapan atas perubahan tanggal pelaporan penting dilakukan agar pengguna
menyadari bahwa jumlah-jumlah yang disajikan untuk periode sekarang dan jumlah-jumlah
komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh selanjutnya adalah dalam masa transisi
dari akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas pelaporan mengubah tanggal pelaporan
entitas-entitas akuntansi yang berada dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan
penyusunan laporan keuangan konsolidasian.
6. Pencatatan
Faktor terakhir yang diperhatikan dalam penyusunan sistem akuntansi adalah
pencatatan. Pencatatan merupakan bagian dari proses akuntansi yang pengertiannya adalah
suatu kegiatan mencatat/merekam pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh suatu
transaksi/kejadian keuangan setelah adanya pengakuan dan pengukuran atas transaksi dan
kejadian keuangan tersebut. Oleh sebab itu, pencatatan terkait erat dengan pengakuan.

10
Pencatatan dalam proses akuntansi sering disebut dengan proses pembuatan jurnal. Jurnal
inilah yang akan menjadi bagian penting dalam pembuatan sistem akuntansi.
2.4 Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan suatu sistem
yang dijadikan acuan dalam setiap proses akuntansi yang dilakukan, yang sering disebut
dengan sistem akuntansi. Sejak terbitnya PP No. 24 Tahun 2005, pemerintah daerah
menerapkan sistem akuntansi dengan basis kas menuju akrual. Dengan terbitnya PP No. 71
Tahun 2010 yang mewajibkan pemerintah daerah menyajikan laporan keuangan dengan basis
akrual.
Secara umum, prosedur akuntansi dalam menyusun laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1) Identifikasi Transaksi Keuangan
Langkah pertama dalam penyusunan laporan keuangan dimulai dari identifikasi transaksi
keuangan. Identifikasi transaksi keuangan dimaksudkan untuk mengetahui jenis transaksi
tersebut dari setiap dokumen keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. Dokumen
yang diterbitkan dimulai dari dokumen dalam proses penganggaran, penatausahaan, dan
pembukuan atau akuntansi. Saat proses penganggaran dokumen yang diterbitkan
diantaranya Rencana Kerja Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan
Perda APBD. Kemudian untuk proses penatausahaan dokumen yang diterbitkan adalah
Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah
Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) untuk sisi pengeluaran.
Sedangkan dokumen untuk sisi penerimaan adalah Bukti Penerimaan dan Surat Tanda
Setoran (STS).
Dari setiap dokumen yang diterbitkan akan dilakukan identifikasi sesuai dengan
prinsip dan perlakuan akuntansi yang telah ditetapkan oleh standar dan telah dijelaskan
pada pembahasan di atas. Identifikasi transaksi yang dilakukan mulai dari pengakuan,
pengukuran, pencatatan, dan pengungkapannya. Hal ini menjadi penting karena
dimaksudkan untuk dapat mengetahui apakah dokumen yang diterbitkan dan harus
ditindaklanjuti dengan proses berikutnya.
Ketika suatu dokumen diterbitkan dan berdasarkan hasil analisis transaksi keuangan

11
menyatakan bahwa pengakuan harus dilakukan maka dokumen tersebut akan menjadi dasar
atau titik tolak proses pengakuan. Penjelasan di atas inilah yang akan menjadi landasan dalam
penyusunan sistem akuntansi bagi pemerintah daerah atas setiap transaksi keuangan yang ada
dan terjadi di pemerintah daerah. Hal ini akan menjadi suatu pedoman bagi seluruh SKPD
dalam melaksanakan proses penyusunan laporan keuangannya.
2) Membuat Jurnal atas Transaksi Keuangan
Dari hasil identifikasi transaksi keuangan yang telah dilakukan dan ketika suatu dokumen
diidentifikasi sebagai titik tolak pengakuan, maka proses pembuatan jurnal merupakan
proses lanjutan yang akan dilaksanakan. Jurnal ini akan menjadi suatu langkah
pengungkapan maupun pencatatan atas transaksi keuangan yang terjadi sesuai dengan
akun- akun yang telah ditetapkan dalam bagan akun standar.
3) Posting ke Buku Besar
Setelah transaksi keuangan telah dicatat dalam jurnal maka transaksi tersebut akan
dikelompok-kelompokan atau diklasifikasikan ke dalam akun buku besar sesuai dengan
kelompok akun dalam bagan akun standar. Proses posting ini dapat dilakukan secara
periodik maupun secara real -time.
4) Penyusunan Laporan Keuangan
Tujuan akhir dari seluruh prosedur akuntansi adalah penyusunan laporan keuangan. Dalam
proses penyusunan laporan keuangan ini terdapat beberapa prosedur yang merupakan
bagian dari proses penyusunan laporan keuangan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menyusun Neraca Saldo
Berdasarkan pengikhtisaran pada proses posting ke buku besar, maka nilai akhir (saldo) dari
setiap kelompok akun tersebut akan dapat diambil menjadi informasi.
b. Membuat Jurnal Penyesuaian
Dalam proses penyusunan laporan keuangan, terdapat kebijaakan maupun perlakuan
akuntansi yang perlu diakomodasi pada akhir tahun, misalnya pengakuan persediaan akhir
apabila menggunakan metode periodik, penyusutan asset tetap, amortisasi asset tak
berwujud, pengakuan bagian lancar utang atau piutang, dan kebijakan atau perlakuan
akuntansi lainnya. Hal ini dilakukan agar informasi yang akurat dan sesuai dengan posisi
yang sebenarnya sehingga dapat diyakini kewajarannyya. Kebijakan maupun perlakuan

12
akuntansi tersebut diakomodasi dalam bentuk jurnal penyesuaian pada akhir tahun.
c. Jurnal Penutup
Dalam kelompok laporan pelaksanaan anggaran dan kelompok laporan finansial, sesuai
dengan kaidah akuntansi yang berlaku umum, terdapat akun-akun yang bersifat riil maupun
bersifat nominal. Atas akun nominal harus dilakukan penutupan karena akun ini merupakan
akun yang hanya digunakan untuk satu tahun anggaran saja. Proses ini dilakukan dengan
membuat jurnal penutup.
Setelah proses jurnal penutup dilakukan maka laporan keuangan dapat disusun. Alur
penyusunan laporan keuangan yang menggambarkan hubungan antara entitas akuntansi dan
entitas pelaporan diuraikan sebagai berikut:

ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Entitas Akuntansi Entitas Pelaporan
1. Identifikasi transaksi keuangan 1. Menyusun Laporan Arus Kas (LAK)
2. Membuat jurnal atas transaksi keuangan 2. Konsolidasi Laporan dari Entitas
3. Posting ke buku besar Akuntansi
4. Penyusunan laporan keuangan 3. Jurnal Penyesuaian
- menyusun neraca saldo 4. Menyusun Laporan Perubahan SAL
- membuat jurnal penyesuaian (LPSAL)
- jurnal penutup dan 5. Menyusun Laporan Konsolidasi
- penyusunan laporan keuangan

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Konsolidasian
2. Laporan Operasional (LO); 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
3. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); Lebih (LPSAL) Konsolidasian
3. Laporan Arus Kas (LAK) Konsolidasian
4. Neraca; 4. Laporan Operasional (LO)
5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Konsolidasian
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Konsolidasian
6. Neraca Konsolidasian
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Konsolidasian

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Vous aimerez peut-être aussi