Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Antibiotik sistemik efektif secara klinis sebagai tambahan pada kasus endodontik
bedah dan nonbedah, penggunaannya bukan tanpa risiko dari efek potensial sistemik yang
merugikan, terutama kemungkinan terjadinya reaksi alergi, toksisitas, efek samping dan
perkembangan resistensi dari mikroba. Juga, penggunaan sistemik dari antibiotik bergantung
pada sirkulasi darah untuk membawa obat ke daerah yang terinfeksi yang mungkin tidak
memiliki vaskularisasi normal, meliputi pulpa gigi nekrotik dan jaringan periradikuler. Oleh
karena itu, aplikasi lokal antibiotik dapat lebih efektif untuk membawa antibiotic
(Bains,2012).
Secara umum, alergi pada zinc oxida sangat jarang ditemukan dan hanya satu kasus
perawatan saluran akar yang berhasil pada pasien dengan alergi zinc oxide yang
dilaporkan. Munaco et al (1975) dan Pascon & Spanberg (1990) melaporkan bahwa Gutta-
percha memiliki biokompatibilitas yang baik; namun, konsentrasi tinggi dari zinc oxide
bisa meningkatkan toksisitasnya. Karena itu, dewasa ini material filling berbasis resin
(Resilon) diperkenalkan sebagi alternatif dari gutta-percha yang terdiri atas polyester,
difunctional methacrylate resin, kaca bioaktif, dan sealer resin. Penelitian telah
membuktikan bahwa resilon biokompatibel dan merupakan alternatif yang baik untuk
pasien yang alergi terhadap material berbasis zinc oksida-eugenol. Eugenol berperan
sebagai iritan kontak dan menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe IV dan gejala
anafilaksis umum. Reaksi alergi terhadap eugenol juga dilaporkan pada pasien dengan
inflamasi gingival pada area mukosa disekitar bridge metal-keramik. Kontak alergi
stomatitis juga dilaporkan saat eugenol digunakan sebagai material restorasi sementara dan
lesi sembuh setelah material diganti dengan glass ionomer (Javidi, 2014).
Obturasi sistem saluran akar merupakan langkah terakhir dalam perawatan saluran
akar. Gutta-percha (GP) merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk obturasi
sistem saluran akar. Meskipun demikian GP juga memiliki kelemahan, salah satunya yaitu
kemampuan sealing yang buruk. Oleh karena itu, harus digunakan dengan sealer saluran
akar untuk memberikan seal yang efektif. Sealer yang paling umum digunakan dalam
perawatan saluran akar adalah sealer berbasis ZOE (zinc oxide eugenol), yang telah
dimodifikasi untuk keperluan endodontik. Bubuk sealer ini mengandung zinc oxide (ZnO),
yang umunya dicampur dengan cairan eugenol. Keuntungan dari sealer ZOE adalah
aktivitas antimikrobanya dan popularitas di kalangan dokter, terutama bila digunakan
dengan teknik obturasi thermoplasticized. Tapi eugenol ditemukan bocor dari sealer ZOE,
yang dapat menginduksi efek toksik dan mengurangi transmisi di sel-sel saraf.
Sitotoksisitas sealer saluran akar ZOE ini disebabkan eugenol bebas yang dilepaskan dari
bahan set (Javidi, 2014). Eugenol berperan sebagai iritan kontak yang menginduksi reaksi
hipersensitivitas tipe IV, di mana gejala klinisnya muncul setelah beberapa jam paparan.
Gejala klinis tersebut berupa urtikaria kontak yang ditandai dengan reaksi “wheal dan
flare” pada kulit. Eugenol juga dapat menyebabkan rekasi hipersensitivitas tipe I, namun
hal ini sangat jarang terjadi. Reaksi hipersensitivitas ini ditandai dengan agitasi, urtikaria,
gatal pada wajah, leher, tangan, kaki, badan dan kemerahan yang meluas di belakang
telinga dalam beberapa menit setelah penggunaan eugenol.
Meskipun alergi terhadap eugenol jarang terjadi, namun perlu diperhatikan untuk
menanyakan riwayat alergi pasien terhadap dental material. Identifikasi dan eliminasi
alergen yang menyebabkan timbulnya reaksi sangat penting untuk mengatasi kondisi
tersebut, serta untuk mencegah kekambuhan. Ketika timbul gejala pada kulit, pasien harus
dibawa ke dokter kulit untuk konsultasi, dan tes epikutaneus harus dilakukan oleh dokter
kulit. Jika hasil tes dikonfirmasi positif oleh dokter kulit, bahan penyebab harus
dieliminasi (Tammannavar, 2013).
Tidak ada alergi terhadap pasta Ledermix yang dilaporkan kecuali satu kasus
dimana pasien wanita mengalami reaksi tipe I dalam bentuk urtikaria, malaise, dan demam
saat campuran pasta ledermix dan kalsium hidroksida digunakan sebagai pengobatan
intrakanal. Gejala alerginya menghilang setelah membersihkan pasta ledermix dan
mengulang pengobatan menggunakan kalsium hidroksida.
Ledermix merupakan kombinasi dari steroid dan antibiotik. Formulasi ledermix
paste mengandung 1% triamsinolon dan 3% demeclocycline. Formulasi ini pertama kali
direkomendasikan untuk digunakan dalam endodontic treatment. Misalnya seperti Acute
irreversible pulpitis, Acute apical periodontitis, Inflammatory root resorption,
menghambat & mengurangi jumlah bakteri di dalam saluran akar, dll (Ehrmann, 2003).
Rongga mulut terus terpapar zat yang menyebabkan reaksi alergi dan memberikan
kontribusi terhadap kenaikan pengeluaran untu kesehatan setiap tahunnya. Reaksi alergi
umum pada staf kedokteran gigi adalah alergi terhadap lateks, akrilat dan formaldehida.
Sementara polymethymethacrylates dan lateks memicu reaksi delayed hypersensitivity,
natrium metabisulfit dan nikel menyebabkan reaksi langsung (cepat). Untuk menegakkan
diagnosis, penting untuk mendapatkan riwayat yang tepat terkait dengan alergi,
pemeriksaan klinis dan tes konfirmasi seperti uji tambalan dan MELISA. Dengan
demikian, karena kenaikan jumlah pasien dengan alergi dari bahan yang berbeda, dokter
gigi harus mengetahui tentang alergi terhadap beberapa material sehingga dapat mencegah
manifestasi alergi di klinik gigi.
Beberapa material kedokteran gigi dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas.
Reaksi tersebut umumnya berupa reaksi hipersensitivitas tipe IV (delayed hypersensitivity)
dan reaksi hipersensitvitas tipe I (immediate hypersensitivity). Timbulnya toksisitas
ataupun reaksi alergi dari material kedokteran gigi ini umumnya terjadi akibat kebocoran
monomer atau lepasnya beberapa elemen dari material (alergen) yang kemudian bereaksi
dengan antibodi. Namun, reaksi hipersensitivitas ini sangat kecil kejadianya dan umumnya
hanya terjadi pada mereka yang memang memiliki riwayat alergi (atopi), sehingga
biokompatibilitas material kedokteran gigi masih bisa diterima (kecuali amalgam)
(Ehrmann, 2003).
Awalnya digunakan untuk perawatan gigi nekrotik dengan pembentukan akar yang tidak
sempurna. Campuran 50-50 pasta Ledermix dan calcium hydroxide juga dianjurkan sebagai
intrakanal dressing pada kasus saluran akar yang terinfeksi, nekrosis pulpa, dan infeksi
dengan pembentukan akar yang tidak sempurna (sebagai dressing awal sebelum hanya
inflamasi resorpsi tulang periapikal, dan untuk perawatan lesi radiolusen periapikal yang luas.
Telah ditunjukkan bahwa campuran 50-50 menyebabkan pelepasan yang lebih lambat dan
difusi komponen aktif dari pasta Ledermix, yang membuat medikamen bertahan lama pada
kanal. Hal ini membantu mempertahankan sterilitas akar untuk waktu yang lebih lama dan
juga mempertahankan konsentrasi yang lebih tinggi dari semua komponen dalam saluran.
Campuran 50-50 pasta Ledermix dan pasta calcium hydroxide tidak merubah pH dan
oleh karena itu diperkirakan bahwa campuran akan bereaksi dalam pola yang sama ketika
hanya calcium hydroxide yang digunakan. Taylor dkk menunjukkan bahwa untuk dua
indikator mikroorganisme, L.casei dan S.mutans (yang merupakan kariogen), campuran 50-
50 secara marginal lebih efektif dibandingkan pasta lain yang digunakan sendirian. Namun,
Seow mengemukakan bahwa untuk S.sanguins dan S.aureus, penambahan dari hanya 25
persen volume Calyxl (calcium hydroxide pada pasta saline) (Otto and Co, Frankfurt,
Jerman) pada Ledermix menjadikan daya hambat total pada daerah yang umumnya hanya
terjadi daya hambat sebagian. Penelitian terakhir menyarankan bahwa beberapa medikamen
sebaiknya tidak digunakan dalam kombinasi, dan bahwa jika dua medikamen dengan
aktivitas mikrobial yang kuat dikombinasikan, dapat tidak terjadi efek sinergisti atau aditif.
Septomixine) atau pasta calcium hydroxide (Calasept, Speiko, Darmstadt, Jerman). Hasil
streptococci) merupakan yang paling sering dibandingkan gram negatif obligat anaerob rods
melawan bakteri endodontik yang umum dilaporkan karena aktifitas spektrum yang tidak
sama. Neomycin merupakan bakterisidal melawan gram negatif bacilli tetapi tidak efektif
melawan bacteriodes dan spesies yang berhubungan, seperti halnya melawan jamur.
Polymixin B sulphate tidak efektif melawan bakteri gram positif, seperti yang dikemukakan
oleh Tang dkk yang mendemonstrasikan bahwa aplikasi rutin Septomixine Forte selama satu
minggu tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri intrakanal yang tersisa selama
kunjungan. Selain itu, meskipun agen anti inflamasi (kortikosteroid), dexamethasone (pada
konsentrasi 0.05%), efektif secara klinis, triamcinolone dianggap memiliki efek samping
3.3.4 Clindamycin
Clindamycin efektif melawan banyak patogen endodontik, meliputi actinomyces,
Molander dkk menyelidiki efek clindamycin pada infeksi saluran akar ketika
digunakan sebagai dressing intrakanal. Capsul clindamycin 150 mg dicampur dengan air
steril dan digunakan pada saluran akar yang terinfeksi. Setelah pengambilan sampel awal
bakteriologi dan instrumentasi rutin, serbuk clindamycin dicampur menjadi pasta dengan
saline yang diaplikasikan selama 14 hari. Ada atau tidaknya bakteri ditentukan pada sampel
yang diambil segera setelah pengangkatan dressing, dan setelah periode tujuh hari selama
dimana kanal diisi dengan cairan sampling. Hasil mengindikasikan bahwa clindamycin tidak
calcium hydroxide. Namun, konsentrasi obat aktif dan kemampuannya untuk penetrasi ke
dalam pada sistem saluran akar belumlah jelas. Tidak ada kontrol negatif yang digunakan.
21 dari 25 gigi yang diuji selama 14 hari. Pada empat gigi, enterococci merupakan flora yang
dominan meskipun telah dilakukan perawatan antibiotik. Gilad dkk mengevaluasi efektifitas
clindamycin pada ethylene vinyl acetate, EVA, dalam mereduksi perkembangan bakteri in
vitro. Serat clindamycin diproduksi sebagai berikut: 0.075 g calcium phosphate monobasic
yang dikombinasikan dengan 10 ml air suling, dan ditambahkan pada larutan yang
kemudian lyophilized selama 24 jam, dan serbuk hasil disaring untuk memperoleh ukuran
partikel 45 microns yang sama. Powder (125 mg) dikombinasikan dengan 375 mg partikel
EVA dan diproses melalui ekstrusi plastometer pada diameter 2 mm, 1 mm, dan 0.5 mm.
Extrusion akhir menghasilkan 250 mm-long fiber, dengan dosis akumulasi rata-rata
0.2 mg serat clindamycin/mm. Hasil dari uji sensitifitas bakteri menunjukkan bahwa pada
konsentrasi 10 microgram/ml, semua bakteri yang diuji menunjukkan tingkat daya hambat
mengurangi jumlah bakteri yang ada pada gigi manusia yang diekstraksi. Lebih lanjut, serat
dua minggu.
Lin dkk membandingkan efek antibakteri dari clindamycin dan tetracycline pada
model tubulus dentinalis, seperti halnya menggunakan uji difusi agar. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa clindamycin secara signifikan mengurangi jumlah bakteri pada setiap
lapisan dentin dibandingkan dengan tetrasiklin. Uji difusi agar dimana pengenceran 1/3 dan
1/9 digunakan, menunjukkan bahwa kedua medikamen memiliki aktifitas antibakteri, tetapi
clindamycin secara signifikan lebih baik. Pada pengenceran 1/27, clindamycin memiliki efek
yang kecil dan tetracycline tidak memiliki efek sama sekali (Kaur, 2015).
Infeksi sistem saluran akar dianggap sebagai infeksi polimikroba, terdiri atas bakteri
aerob dan anaerob. Karena kompleksitas dari infeksi saluran akar, tampak bahwa setiap
antibiotik tunggal dapat berakibat pada sterilisasi yang tidak efektif pada kanal. Besar
minocycline untuk membunuh bakteri pada lapisan yang dalam dari dentin saluran akar in
situ. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada bakteri yang teratasi dari dentin yang terinfeksi
pada dinding saluran akar 24 jam setelah aplikasi kombinasi obat, kecuali pada satu kasus
dan minocycline, dengan dan tanpa tambahan rifampicin, pada bakteri yang diambil dari
dentin dinding saluran akar yang terinfeksi. Efektifitas juga ditentukan dalam melawan
bakteri dari dentin karies dan pulpa yang terinfeksi, yang dapat menjadi prekursor bakteri dari
dentin akar yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa pada penggunaan tunggal, tidak ada
obat yang secara total mengeliminasi bakteri. Namun, dalam kombinasi, obat-obat tersebut
dapat secara konsisten mensterilkan semua sampel. Iwaya dkk melaporkan premolar kedua
(metronidazole dan ciprofloxacin) digunakan pada saluran akar, setelah saluran akar
bulan setelah selesainya protokol antimikrobial. Ketebalan dinding kanal dan penutupan
revaskularisasi dari pulpa gigi permanen yang masih muda pada ruang saluran akar yang
bebas bakteri. Takushige dkk mengevaluasi efektifitas pasta poliantibiotik yang terdiri atas
ciprofloxacin, metronidazole, dan minocycline, pada hasil klinis yang disebut dengan “Lesion
Sterilization and Tissue Repair”, LSTR, terapi pada gigi sulung dengan lesi periradikuler.
Hasil menunjukkan bahwa pada semua kasus, gejala klinis seperti pembengkakan gingiva,
traktus sinus, nyeri rangsangan, nyeri spontan, dan nyeri saat menggigit, menghilang setelah
perawatan, meskipun pada keempat kasus tanda dan gejala klinis akhirnya diatasi hanya
setelah perawatan ulang dengan menggunakan prosedur yang sama. Dengan demikian, jika
ada abses gingiva dan fistula, akan menghilang setelah beberapa hari (Kaur, 2015).
Gigi permanen pengganti erupsi tanpa kelainan apapun atau ditemukan normal secara
radiografi dan pada proses erupsi. Semua kasus yang dievaluasi menunjukkan keberhasilan.
Rata-rata waktu fungsi gigi sulung adalah 680 hari (range: 68-2.390 hari), kecuali untuk satu
kasus dimana gigi permanen pengganti tidak ada karena faktor kongenital. Windley dkk
menilai efektifitas triple antibiotic pasta pada gigi anjing yang belum dewasa dengan
periodontitis apikal. Saluran diberi tanda sebelum (S1) dan sesudah irigasi (S2) dengan
1.25% NaOCl dan setelah dressing dengan triple antibiotic paste (S3), yang terdiri atas
metronidazole, ciprofloxacin, dan minocycline. Pada S1, 100% dari sampel yang dikultur,
positif bakteri dengan rata-rata nilai CFU 1.7x10. Pada S2, 10% dari sampel yang dikultur,
bebas bakteri dengan rata-rata nilai CFU 1.4x10. Pada S3, 70 persen dari sampel yang
dikultur, bebas bakteri dengan rata-rata nilai CFU hanya 26. Berkurangnya rata-rata nilai
CFU antara S1 dan S2, serta antara S2 dan S3, signifikan secara statistik.
3.3.6 Metronidazole
aktifitas melawan protozoa dan bakteri anaerob. Diketahui memiliki aktifitas antibakteri
anaerob cocci yang kuat, sebagaimana halnya gram negatif dan gram positif bacilli, keduanya
telah digunakan dan secara topikal digunakan pada perawatan penyakit periodontal.
Metronidazole dengan cepat menembus membran sel bakteri, yang kemudian akan mengikat
pada DNA, merusak struktur helix, dan menyebabkan kematian sel yang cepat. Roche dan
Yoshimori menyelidiki aktifitas metronidazole melawan abses odontegenik pada isolasi klinis
in vitro. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa metronidazole memiliki aktifitas yang
baik dalam melawan bakteri anaerob yang diisolasi dari abses odontogenik tetapi tidak
Siqueira dan deUzeda menyelidiki aktifitas antibakteri dari 0.12% metronidazole gel;
(CPMC); dan calcium hydroxide dan gliserin menggunakan uji difusi agar. Hasil
menunjukkan bahwa calcium hydroxide/pasta CPMC efektif melawan semua bakteri strains
yang diuji. Chlorhexidine juga menghambat semua strains, sama efektifnya dengan calcium
lebih efektif dibandingkan calcium hydroxide/CPMC dalam melawan dua strains. Pada
penelitian lain, Lima dkk menyelidiki efektifitas chlorhexidine atau antibiotik dalam
antara formulasi yang diuji. Hubungan clindamycin dengan metronidazole secara signifikan
mengurangi jumlah sel dalam one-day biofilm. Namun, dari semua medikasi yang diuji,
chlorhexidine adalah 97.6%. Yu dkk mengevaluasi efek pasta yang dibuat dari erytromycin
ethylsuccinate, metronidazole, dan CP dalam mensterilkan saluran akar. Observasi klinis dari
180 pasien dengan apex akar pada periodontitis akut dan kronik menunjukkan bahwa tidak
formocresol dalam sterilisasi saluran akar. Oleh karena itu, iritabilitas dan tingkat toksik dari
dibandingkan FC.
ethylsuccinate-metronidazole-CP aman dan efektif dalam restorasi penyakit apex akar. Gao
dkk menyelidiki pelepasan yang berkelanjutan gutta percha point yang mengandung
metronidazole, SRDGM, untuk disinfeksi saluran akar, dan menentukan konsentrasi obat in
vitro dan waktu yang menentukan konsentrasi obat efektif. Hasil penelitian mereka
melepaskan 68.24% dari total obat dalam 24 jam in vitro. Konsentrasi metronidazole efektif
melepaskan paling lama lebih dari 10 hari. Pada hari kesepuluh, juga ada 33.13 microg/ml
metronidazole yang dilepaskan, yang lebih dari konsentrasi daya hambat minor
penicillin, clindamycin, metronidazole, dan doxycycline) ketika ditambahkan pada Kerr Pulp
Canal Sealer EWT dalam melawan E.faecalis. Mereka menemukan bahwa semua antibiotik
calcium hydroxide. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa persentase daya hambat
keseluruhan dari pertumbuhan bakteri (pada kedalaman 200 microm dan 400 microm) adalah
100% dengan 2% chlorhexidine gel. Daya hambat pertumbuhan adalah sedang dengan 2%
metronidazole gel (86.5%), diikuti dengan bioactive glass (62.8%) dan calcium hydroxide
(58.5%).
Ketika klinisi membuat keputusan apakah akan meresepkan antibiotik atau tidak
dalam hubungannya dengan perawatan endodontik, penting untuk mengenali risiko dan efek
samping dari antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak berbeda dengan medikasi lain dalam
keuntungan penggunaannya yang harus memperhatikan risiko yang ada, dari perspektif
perawatan langsung pasien dan masalah kesehatan publik global. Efek samping antibiotik
yang umumnya diresepkan untuk infeksi antibiotik adalah reaksi hipersensitif dan drug fever
terhadap penicillin dan antibiotik βlactam lainnya, pseudomembraneous colitis, yang kadang-
kadang terjadi pada clindamycin atau antibiotik lain, nausea, muntah, dan distress
(Sporcic, 2001).
Efek samping hipersensitifitas lebih umum terjadi pada βlactam antibiotic, dan drug
rash, serum sickness, dan reaksi anafilaktik yang harus dikenali baik oleh klinisi. Drug fever
merupakan efek samping hipersensitifitas antibiotik yang paling umum. Drug fever terjadi
pada 10-15% demam yang tidak dapat dijelaskan pada pasien rumah sakit di AS, dan dapat
terjadi dengan medikasi lain, tetapi umumnya dengan βlactam dan sulfonamide. Efek
samping gastrointestinal umum terjadi pada banyak medikasi, khususnya pada antibiotik
macrolide. Clarithromycin (seperti Biaxin XL) dan azithromycin yang berhubungan dengan
Diare merupakan gejala yang paling sering dari distress GI pada pasien dengan
macrolides, βlactam atau clindamycin, dan iritasi langsung pada mukosa intestinal atau
difficile, menyebabkan pseudomembraneous colitis, kondisi yang jarang terjadi namun serius.
Kondisi ini dapat berkembang hingga enam minggu setelah berakhirnya terapi dan biasanya
disebabkan oleh clindamycin, ampicillin, atau cephalosporins, terutama pada pasien yang
Satu efek samping yang paling serius yang paling sering terjadi, penggunaan
antibiotik secara sembarangan, tidak hanya bagi individu pasien tetapi juga dari perspektif
kesehatan publik global, yaitu meningkatnya resistensi strain bakteri. Seperti yang ditekankan
Kelompok mikroorganisme lain yang menjadi bakteri resisten obat yang paling serius
mikroflora yang paling umum pada saluran akar pada kegagalan kasus endodontik (Sporcic,
2001).
Daftar Pustaka